Anda di halaman 1dari 4

Seperti yang kita ketahui bahwa dunia animasi sangat digemari oleh berbagai kalangan anak-anak, tua

muda dan remaja hingga balitapun telah banyak yang menyenangi animasi seperti melalui hand
phonenya. Bagaimana cara kita mengkomunikasikan hasil-hasli penelituian kepada masyarakat salah
satunya dengan animasi yang dapat lebih mudah agar masyarakat lebih mudah menerima pesan atau
konten.

Ketika pembawa acara menanyakan salah satu film animasi Nusa dan Rara yang berkembang di
Indonesia kepada audience, secara serentak para pelajar yang mengikuti acara ini menjawab
mengetahui judul animasi tersebut. Beliau memperkenalkan bahwa film animasi tersebut penciptanya
merupakan salah satu diantara nara sumber yang hadir pada acara ini.

Berkaitan dengan perkembangan dunia animasi, acara ini menghadirkan tiga nara sumber yaitu Maman
Rahmawan kepala sub direktorat informasi dan pengolahan data dari Bekraf, Robby UI Pratama salah
satu animator dari Ayena Studio dan Aditya Sarwi Aji (Jikun) Head of animation departement di the little
giantz studio.

Pembawa acara menyampaikan pengantar awal tentang inimasi terkait perkembangannya di Indonesia
dan film-film animasi yang cukup terkenal seperti Nusa dan Rara. Pencipta film animasi Nusa dan Rara.

perkembangan animasi di Indonesia kedepan akan mempersiapkan pendidikan animasi dan akan
menyerap tenaga tenaga animator. Industri animasi dalam tayangan di negara korea 30% lokal dan
negara jepang mewajibkan.

Langkah-langkah untuk pengembangan animasi di Indonesia menurut Maman bahwa yang terpesat di
sektornya diantaranya adalah film animasi dan video. Salah satu permasalahan pada pertemuan FGD
dengan Ayena rata-rata hambatan tentang animasi ini yaitu regulasi, mungkin dengan terpilihnya
menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat memberikan regulasi terkait animasi lokal terutama
dalam tayangan film-film pada televisi. Seperti yang dicontohkan negara korea peraturan penayangan
animasi lokal sekitar 30% dan di Jepang harus menampilkan animasi lokal.

Sebenarnya menurut Maman telah ada regulasi produk film animasi anak-anak bangsa pada tayangan
televisi diantaranya Nusa dan Rara, Unyil, Melan dan Melu. Adanya perbandingan produk lokal
Indonesia dan negara lain yang sangat jauh dikarenakan kemungkinan ongkos produksi yang mahal.
Menurutnya TV di Indonesia lebih banyak menayangkan produk luar dikarenakan mereka juga ingin
mendapatkan keuntungan yang besar, “mereka lebih tertarik membeli produk yang sudah jadi atau
diputar ulang harga lebih murah dan segmen yang lebih luas dan lama” ungkapnya

Pada kesempatan ini Maman menyampaikan beberapa slide terutama berkaitan dengan subsektor
ekonomi kreatif animasi dan video. Sejarah animasi, data-data pelaku ekonomi kreatif berkaitan film
animasi dan video 2400an pada 2014 dan penjelasan dukungan bekraf untuk perkembangan animasi di
Indonesia. “Produk animasi menjadi sektor prioritas karena perkambangannya meningkat pertumbuhan
pertahunnya meningkat mencapai 10-10,3% pada 2017, kedepannya akan mengadakan kerjasama
dengan kementrian”ungkapnya. Sebagai harapannya kedepan pendidikan animasi ditingkatkan agar
dapat menciptakan tenaga kerja yang siap pakai, bekerjasama dengan kementerian dan Departemen
Perindustrian dan Asosiasi Animasi terkait aplikasi animasi, dan bekerjasama untuk membahas program-
program berkaitan animasi.
Penjelasan dari Jikun terkait pengalaman Litle Giant dan terciptanya film animasi Nusa Rara terinspirasi
dari ide perbandingan di luar negeri. Dari pertanyaan tentang konten animasi menurutnya bahwa
konten tergantung kultur dan budaya bagaimana membuat konten yang bisa diterima? target market.
solusi problem, dan riset terutama market. Agar ide terus mengalir jangan menunggu kalau punya ide
langsung tuangkan atau tulis.

Menurut Robi dari perpektif praktisi perkembangan animasi dari universitas banyak sekali dukungan
karena merekapun ingin berkolaborasi masuk ke pengembangan SDM atau masuk pada matakuliah di
perguruan tinggi. Robi terlibat untuk mengajar di PT salah satunya di UNIKOM dan SMA-SMK. Nara
sumber yang duduk di tengah ini telah melakukan produksi bersama dengan UNIKOM dan Gramedia
contohnya Super Neli. Inspirasi pembuatan film animasi ini menurut salah satu animator muda
Indonesia, meskipun tampilan karakter nenek2 itu lemah namun dia dekat dengan anak dan menyayangi
anak-anak dan keibuan. Jangan menilai dari covernya tapi lihat dalamnya”” tambahnya. contoh film
animasi lainnya yaitu Tayo, keroro yang membawa karakter berkaitan dengan budaya indonesia;
konten2 indonesia diharapkannya lebih banyak. Ide berupa solusi problem dan meningkatkan nilai
tambah dari yan sebelunya. terkait pembuatan animasi tidak sempurna tidak harus sampai sempurna
dan tida yang sempurna maka lakukan saja.

Telah dilakukan penandatangan kerjasama antara LIPI dan UNIKOM (Foto DK)

Sebagai catatan penting dalam talkshow perkembangan industri animasi di Indonesia adalah: hambatan
yang ada di industry animasi antara lain : membutuhkan modal yang sangat besar; lebih murah beli
animasi impor, ternyata membeli hasil karya animasi-animasi impor yang lebih murah banyak dipilih
oleh pihak stasiun televisi, semisal biasanya animasi impor digargai 10 juta rupiah tiap episodenya
dibandingkan ketika membuat animasi sendiri yang bisa mencapai 40 juta hanya untuk karya animasi
dengan durasi 7 menit: Pemerintah lepas tangan, pemerintah di Indonesia kurang mendukung dalam
kemajuan industri animasi lokal: Kurangnya SDM, karena satu perusahaan animasi saja butuh puluhan
orang; Kebijakan pemerintah saat ini masih berupaya optimal untuk mendukung perkembangan animasi
nasional. Ia berharap ada dukungan televisi nasional untuk bisa mempromosikan karya animasi anak
bangsa; dan Kurangnya ajang kreasi dan publikasi animasi khususnya bagi karya animasi anak bangsa

Resep dari nara sumber yang berkaitan animasi diantaranya adalah pertama jika memiliki ide jangan
menunggu tetapi harus langsung dituangkan boleh dalam bentuk gambar atau catatan, kedua jangan
malu untuk bertanya, bergabung dengan komunitas animasi lebih baik agar kita bisa memiliki
pengetahuan dari anggota komunitas, dan yang ketiga adalah sering berlatih.

Pada acara bincang-bincang Jumat 25/10/2019 yang menggunakan area mini satge ISE ini juga
menampilkan pemutaran video Nusa dan Rara produksi Litle Giant dan penandatangan kerjasama
diantaranya kerjasama antara LIPI dengan UNIKOM.(DK)
Perkembangan industri kreatif pada bidang animasi sudah semakin meluas dan semakin banyak
animator-animator dari Indonesia yang semakin handal dalam membuat film animasi, tetapi sebenarnya
perkembangan animasi di Indonesia sekarang itu seperti apa sih. Jadi Animasi Indonesia telah
berkembang sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Kebutuhan animasi untuk kepentingan kebutuhan
iklan sudah cukup terpenuhi. Demikian juga kebutuhan animasi untuk kebutuhan trik dalam film live
juga sudah terpenuhi. Bahkan untuk kebutuhan film live mancanegara pun trik melalui animasinya
dilakukan oleh animator Indonesia. Film animasi asing, termasuk yang sedang beredar di Indonesia, juga
dibuat oleh animator Indonesia. Beberapa animator Indonesia bekerja untuk membuat film animasi
negara lain. Usaha animasi yang terkemas dalam bentuk industri, masih sangat sedikit.

Ada beberapa yang mengemas usahanya dalam bentuk industri tetapi belum banyak yang memproduksi
film (serial maupun layar lebar) untuk kepentingan film animasi dalam negeri. Usaha terbanyak adalah
mendudukkan animatornya sebagai tenaga outsourcing untuk membuat film animasi luar negeri. Bila
perhitungan kebutuhan film (serial) animasi di Indonesia didasarkan pada jumlah stasiun televisi
nasional dan lokal dikalikan dengan frekuensi penayangan film (serial) animasi setiap minggunya, akan
menghasilkan angka yang mengejutkan. Sayangnya hampir seluruh angkanya dipenuhi oleh film (serial)
animasi asing.

Bagi animator Indonesia, kesalahan kondisi ini dilemparkan kepada ketiadaan dukungan para pemangku
kepentingan pada film animasi nasional, dan murahnya harga beli film (serial) animasi oleh sebuah
stasiun televisi. Murahnya harga beli film animasi sangat jauh dari mimpi animator Indonesia yang
menginginkan keuntungan dengan sekali jual karyanya ke satu stasiun televisi.

Yang menjadi akar permasalahannya adalah Kondisi belum terstrukturnya industri animasi di Indonesia,
produk animasi diselesaikan oleh satu kelompok animator serabutan yang berarti semua bisa dan bisa
semua. Kondisi ini melupakan prinsip kerja pembuatan film: Film adalah karya kolektif dan masing-
masing personal membidangi dan bertanggung jawab sesuai profesinya.

Kondisi belum terstrukturnya industri animasi di Indonesia juga berakibat pada daya tahan hidup
kelompok ‘industri’ animasi. Profesi animator disandang hanya beberapa lama ketika mengerjakan
‘project’ dan sesudahnya berprofesi sebagai pedagang, pramuniaga dan profesi lain, sambil menunggu
pangilan bekerja bila ada project dari pemerintah atau donasi swasta.

Kondisi ini dikaitkan dengan besarnya biaya produksi mengakibatkan daya dukung finansial animator
menurun, bahkan sedikit sekali animator yang mampu membangun animasi sebagai industri. Kondisi ini
diperparah karena belum adanya investor yang bergerak di bidang industri animasi, serta kalangan
perbankan yang belum percaya pada industri animasi mengingat banyak perbankan yang belum dapat
melihat prospek ke depan industri animasi yang mampu menggerakkan kelompok industri lain.
Kemandirian produksi yang belum terjadi pada film animasi Indonesia, menjadikan profesi animator
‘belum dipercaya’ sebagai media berekspresi sekaligus sebagai profesi. Animator menjadi pekerjaan
masa senggang. Banyak animator yang lebih suka bekerja sendiri sehingga tidak terjadi resiko kesalahan
karena orang lain. Artinya banyak animator yang berlaku sebagai aktor (animator adalah aktor yang
mewakilkan dirinya melalui karya animasi yang dibuatnya), sekaligus penulis cerita, penulis skrip,
sutradara, editor, kalau perlu pengisi musik, dialog, dan sederet pekerjaan kreatif lainnya. Dalam
konteks ini, animator lebih senang membuat karya animasi pendek dalam rangka lomba animasi, atau
membuat filler.

Wah ternyata walaupun sudah terlihat berkembang dan membaik masih banyak masalah dan kendala-
kendala yang dihadapi oleh para animator Indonesia ya. Selain tenaga pembuatnya, alat terknologi kita
juga kurang mendukung. Intinya belum banyak yang mensupport animasi di Indonesia. Jadi buat kamu
para calon animator ayo semakin kreatif dan berkembang tidak sedikit orang Indonesia yang bekerja
bahkan membuat film animasi-animasi di luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai