Anda di halaman 1dari 35

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep

1. Rumah sakit

a. Pengertian rumah sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan Kesehatan

Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang

membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

pencegahan kecacatan lebih lanjut.

b. Tugas dan fungsi rumah sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah

pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

8
9

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna.

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

c. Jenis dan klasifikasi rumah sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan

dan pengelolaannya:

a. berdasarkan jenis pelayanan

1) Rumah sakit umum

Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

penyakit.

2) Rumah sakit khusus

Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis

penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,

jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

b. berdasarkan pengelolaan

1) Rumah sakit publik

Dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan

hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola


10

pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan

pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum

Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Rumah sakit privat

Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk

Perseroan Terbatas atau Persero.

Sedangkan klasifikasi rumah sakit berdasarkan undang-undang No. 44

tahun 2009, dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara

berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan

berdasarkan fasilitas dan kemampuan rumah sakit:’

a. rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subspesialistik luas.

b. rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas

spesialistik dan subspesialistik luas.

c. rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar (Siregar, 2004).

d. Bangunan dan prasarana rumah sakit

Menurut Undang-undang Nomor 44 tahun 2009, bangunan rumah sakit

harus memenuhi:
11

a. persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada

umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b. persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi,

kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta

perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang

cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.

Bangunan Rumah Sakit harus dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan pelatihan,

serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kesehatan. Bangunan rumah sakit paling sedikit terdiri dari ruang:

1) rawat jalan;

2) ruang rawat inap;

3) ruang gawat darurat;

4) ruang operasi;

5) ruang tenaga kesehatan;

6) ruang radiologi;

7) ruang laboratorium;

8) ruang sterilisasi;

9) ruang farmasi;

10) ruang pendidikan dan latihan;

11) ruang kantor dan administrasi;

12) ruang ibadah, ruang tunggu;

13) ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;


12

14) ruang menyusui;

15) ruang mekanik;

16) ruang dapur;

17) laundry;

18) kamar jenazah;

19) taman;

20) pengolahan sampah; dan

21) pelataran parkir yang mencukupi.

Sedangkan prasarana rumah rumah sakit terdiri atas:

1) instalasi air;

2) instalasi mekanikal dan elektrikal;

3) instalasi gas medik;

4) instalasi uap;

5) instalasi pengelolaan limbah;

6) pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

7) petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;

8) instalasi tata udara;

9) sistem informasi dan komunikasi; dan

10) ambulans.

2. Pelayanan Gizi rumah sakit

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan

disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada
13

proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat

berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang

semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk

perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk

dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih

dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes

melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker,

memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya (Depkes, 2013).

Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau

kondisi klinis yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi

kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi

gizi harus selalu disesuaikan dengan perubahan fungsi organ. Pemberian diet

pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan

klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun

rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di

dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab

tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi (Depkes, 2013).

Menurut Permenkes No. 78 tahun 2013, tujuan pelayanan gizi secara

umum adalah terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna

sebagai bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sedangkan tujuan

khususnya adalah:

1. Menyelenggarakan Asuhan Gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat

jalan dan rawat inap


14

2. Menyelenggarakan Makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan aman

dikonsumsi

3. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan

keluarganya

4. Menyelenggarakan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetik sesuai

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Tujuan tersebut dapat dicapai bila tersedia tenaga pelayanan gizi yang

mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut:

1. Melakukan pengkajian gizi, faktor yang berpengaruh terhadap gangguan

gizi dan status gizi dengan cara anamnesis diet.

2. Menegakkan diagnosis gizi berdasarkan hasil pemeriksaan yang

dilakukan.

3. Menentukan tujuan dan merencanakan intervensi gizi dengan

menghitung kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian

makanan yang sesuai dengan keadaan pasien.

4. Merancang dan mengubah preskripsi diet, dan menerapkannya mulai dari

perencanaan menu sampai menyajikan makanan.

5. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada

pasien dan keluarganya.

6. Mengelola sumber daya dalam pelayanan penyelenggaraan makanan bagi

konsumen di rumah sakit.

7. Melakukan penelitian dan pengembangan gizi sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.


15

8. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.

Ruang lingkup kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dibagi atas empat

kegiatan pokok yaitu :1) Asuhan gizi pasien rawat jalan 2) Asuhan gizi

pasien rawat inap 3) Penyelenggaraan makanan 4) Penelitian dan

pengembangan gizi (Depkes RI, 2013). Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)

merupakan pelayanan yang diberikan di rumah sakit bagi penderita rawat

jalan dan penderita rawat inap, untuk memperoleh makanan yang sesuai guna

mencapai syarat gizi yang maksimal. Bentuk pelayanan gizi di rumah sakit

tergantung pada tipe rumah sakit dan macam pelayanan spesialistik yang

diberikan di rumah sakit tersebut (Moehyi 1995). Bentuk pelayanan gizi yang

paling umum terdapat di rumah sakit adalah penyelenggaraan makanan bagi

penderita yang dirawat di ruang rawat inap di rumah sakit.

Instalasi gizi adalah wadah yang mengelola kegiatan pelayanan gizi di

rumah sakit. Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) dilihat dari sistem pelayanan

kesehatan rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Tujuan dari

PGRS adalah membantu masyarakat rumah sakit (pasien, pengunjung dan

petugas rumah sakit) untuk memilih dan memperoleh makananan yang

memenuhi persyaratan gizi, agar mencapai status gizi yang optimal.

Pengertian tentang tujuan ini bukan berarti instalasi gizi harus menyediakan

makanan bagi seluruh masyarakat rumah sakit. Bantuan dapat diberikan

berupa transfer pengetahuan dan ketrampilan gizi/diit kepada pasien,

pengunjung dan petugas rumah sakit lain (Mukrie,1990).


16

3. Penyelenggaraan Gizi Rumah Sakit

Penyelenggaraaan makanan adalah penyelenggaraan dan pelaksanaan

makanan dalam jumlah yang besar. Pengelolaan makanan mencakup

anggaran belanja, perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan

makanan, penyediaan/pembelian bahan makanan, penerimaan dan pencatatan,

penyimpanan dan penyaluran bahan makanan, pengolahan bahan makanan,

penyajian dan pelaporan. Secara garis besar pengelolaan makanan mencakup

perencanaan menu, pembelian, penerimaan, dan persiapan pengolahan bahan

makanan, pengolahan bahan makanan, pendistribusian/penyajian makanan

dan pencatatan serta pelaporan (Mukrie, 1990).

Menurut Permenkes No. 78 tahun 2013 bentuk penyelenggaraan

makanan di rumah sakit meliputi:

a. Sistem swakelola

Pada penyelenggaraan makanan dengan swakelola, instalasi gizi/unit gizi

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan

penyelenggaraan makanan. Dalam sisitem swakelola ini, seluruh sumber

daya yang diperlukan (tenaga, dana, metoda, sarana dan prasarana)

disediakan oleh pihak rumah sakit.

b. Sistem diborongkan ke Jasa Boga (Out-sourcing)

Sistem diborongkan yaitu penyelenggaraan makanan dengan

memanfaatkan perusahaan jasa boga atau catering untuk penyediaan

makanan RS. Sistem diborongkan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu

diborongkan secara penuh (full out-sourcing) dan diborongkan hanya


17

sebagian (semi out-sourcing). Pada sistem diborongkan sebagian,

pengusaha jasa boga selaku penyelenggara makanan menggunakan

sarana dan prasarana milik RS. Pada sistem diborongkan penuh, makanan

disediakan oleh pengusaha jasa boga yang ditunjuk tanpa menggunakan

sarana dan prasarana atau tenaga kesehatan. Dalam penyelenggaraan

makanan secara dengan sistem diborongkan penuh atau sebagian, fungsi

Dietisen RS adalah sebagai perencana menu, penentu standar porsi,

pemesanan makanan, penilai kualitas dan kuantitas makanan yang

diterima sesuai dengan spesifikasi hidangan yang telah ditetapkan dalam

kontrak.

c. Sistem kombinasi

Sistem kombinasi adalah bentuk penyelenggaraan makanan yang

merupakan kombinasi dari sistem swakelola dan sistem diborongkan

sebagai upaya untuk memaksimalkan sumber daya yang ada. Pihak RS

dapat menggunakan jasaboga/catering hanya untuk kelas VIP atau

makanan karyawan, sedangkan selebihnya dapat dilakukan dengan

swakelola.

4. Manajemen Logistik

The Council of Logistics Management (CLM), organisasi pelopor

logistik di Amerika mendefinisikan Manajemen Logistik sebagai berikut :

Manajemen Logistik merupakan bagian dari proses Supply Chain yang

berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan

keefisienan dan keefektifan aliran serta penyimpanan barang, pelayanan


18

dan informasi terkait dari titik permulaan (point of origin) hingga titik

konsumsi (point of consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi

kebutuhan para pelanggan (Miranda, 2001).

Martin (1998) dalam Miranda (2001) mengartikan Manajemen Logistik

sebagai proses yang secara strategis mengatur pengadaan bahan

(procurement), perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen dan

penyimpanan barang jadi (dan informasi terkait) melalui organisasi dan

jaringan pemasarannya dengan cara tertentu sehingga keuntungan dapat

dimaksimalkan baik untuk jangka waktu sekarang maupun waktu mendatang

melalui pemenuhan pesanan dengan biaya yang efektif.

Logistik modern mendefinisikan Manajemen Logistik sebagai proses

pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang,

suku cadang dan barang jadi dari para suplaier, diantara fasilitas-fasilitas

perusahaan dan kepada para langganan.

Tujuan Logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-

macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan, dalam

keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana ia dibutuhkan, dan dengan total

biaya yang terendah (Donald, 2002).

Sasaran penyelenggaraan logistik adalah mencapai level sokongan

manufacturing – pemasaran yang telah ditentukan sebelumnya dengan total

biaya yang serendah mungkin. Tanggung jawab utama manajer logistik

adalah merencanakan dan mengelola suatu sistem operasi yang mampu

mencapai sasaran ini. Dalam tanggung jawab perencanaan dan pengelolaan


19

yang luas ini terdapat banyak sekali hal yang kompleks dan mendetil. Ciri-ciri

utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap

pemindahan (movement) dan penyimpanan (storage) yang strategis (Donald,

2002).

Subagya (1996) menyatakan tentang fungsi-fungsi manajemen logistik

di antaranya sebagai berikut:

1. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan

Fungsi ini mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran-sasaran,

pedoman-pedoman, pengukuran penyelenggaraan bidang logistik.

Penentuan kebutuhan merupakan perincian (detailing) dari fungsi

perencanaan, bilamana diperlukan semua faktor yang mempengaruhi

penentuan harus diperhitungkan.

2. Fungsi penganggaran.

Fungsi penganggaran terdiri dari kegiatan-kegiatan, usaha-usaha untuk

merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar,

yaitu skala mata uang dan jumlah biaya dengan memperhatikan

pengarahan dan pembatasan yang berlaku terhadapnya.

3. Fungsi pengadaan

Fungsi pengadaan merupakan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi

perencanaan, penentuan kebutuhan maupun penganggaran.

4. Fungsi penyimpanan dan penyaluran (alokasi).


20

Fungsi ini merupakan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan dan

penyaluran material yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi

sebelumnya untuk kemudian disalurkan kepada instansi-instansi

pelaksana.

5. Fungsi pemeliharaan.

Fungsi ini merupakan usaha atau proses kegiatan-kegiatan untuk

mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil material

inventaris.

6. Fungsi penghapusan

Fungsi ini merupakan kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha pembebasan

material dari pertanggungjawaban yang berlaku. Dengan kata lain, fungsi

penghapusan adalah usaha untuk menghapus kekayaan (aset) karena

kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari

segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut dan karena hal-hal

lain menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Fungsi pengendalian

Fungsi ini merupakan inti pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha

untuk memantau dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik.

Dalam fungsi ini di antaranya terdapat kegiatan-kegiatan pengendalian

inventarisasi (inventory control) dan expediting yang merupakan unsur-

unsur utamanya.

Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan

logistik sebagai berikut (Mustiksari, 2007):


21

Perencanaan

Penghapusan Penganggaran

Pengendalian (control)

Pendistribusian Pengadaan

Penyimpanan

Gambar 1. Siklus Logistik

Setiap fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.

Untuk itu akan dibahas satu persatu fungsi logistik tersebut.

5. Pengelolaan Logistik Gizi Rumah Sakit

Logistik Rumah Sakit dapat diartikan sebagai proses pengelolaan yang

strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan

barang jadi dari pemasok di dalam sarana dan fasilitas rumah sakit dan

sampai kepada para pemakai jasa pelayanan rumah sakit. Adapun rumusan

logistik secara mudahnya merupakan kegiatan yang menyangkut segi :

a. Perencanaan dan Pengembangan, pengadaan, penyimpanan, pemindahan,

penyaluran, pemeliharaan, dan penghapusan alat- alat perlengkapan.


22

b. Pemindahan, pengadaan atau pembuatan, penyelenggaraan,

pemeliharaan dan penghapusan fasilitas-fasilitas.

c. Pengusahaan atau pemberian pelayanan.

Dalam ruang lingkup Rumah Sakit istilah logistik merupakan subsistem

dan menjadi lebih sempit yakni:

a. Suatu proses pengelolaan secara strategis terhadap pengadaan,

penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan persediaan bahan serta

barang yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.

b. Bagian dari rumah sakit yang menyediakan barang dan bahan yang

diperlukan untuk kegiatan operasional rumah sakit dalam jumlah,kualitas

dan pada waktu yang tepat sesuai kebutuhan dengan harga yang efisien.

Beberapa kepentingan rumah sakit dalam melakukan kegiatan logistik

yang perlu mendapat perhatian yakni :

a. Operasional : Barang harus tetap tersedia dan bahan dalam jumlah yang

tetap dan kualitas yang memadai pada saat diperlukan.

b. Keuangan : Mengupayakan biaya operasional dengan efisien dan efektif.

Nilai persediaan yang sesungguhnya tercermin dalam sistem akutansi.

c. Keamanan : Penyediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan,

penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar

(Sulistiadi, 1995).

Sedangkan tujuan Manajemen Logistik Rumah Sakit dapat diuraikan

dalam tiga tujuan pokok, yaitu :

a. Tujuan operasional : agar tersedia barang atau material dalam jumlah


23

yang tepat dan kwalitas yang memadai pada waktu yang dibutuhkan.

b. Tujuan keuangan : agar tujuan operasional tercapai dengan biaya

terendah.

c. Tujuan kebutuhan : agar persediaan tidak terganggu oleh pencurian,

kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak dan nilai persediaan

dinyatakan dengan benar pada buku-buku bagian keuangan atau

akuntansi.

a. Kegiatan Pengelolaan Logistik Rumah Sakit

1) Perencanaan Bahan Makanan

Perencanaan pengadaan bahan makanan dilakukan agar jumlah

persediaan bahan makanan dapat efisien dan efektif, mendukung

kelancaran proses produksi perusahaan (rumah sakit), terpenuhinya

modal investasi yang memadai (Prawirosentono, 2001).

Menurut Permenkes No. 78 Tahun 2013, Perencanaan

kebutuhan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan menetapkan

macam, jumlah dan mutu bahan makanan yang diperlukan dalam

kurun waktu tertentu, dalam rangka mempersiapkan

penyelenggaraan makanan rumah sakit. Tujuannya adalah

tersedianya taksiran macam dan jumlah bahan makanan dengan

spesifikasi yang ditetapkan, dalam kurun waktu yang ditetapkan

untuk pasien rumah sakit.


24

Langkah-langkah perencanaan kebutuhan bahan makanan

a) Susunan macam bahan makanan yang diperlukan. Lalu

golongkan bahan makanan apakah termasuk dalam:

(1) Bahan makanan segar

(2) Bahan makanan kering

b) Hitung kebutuhan semua bahan makanan satu persatu dengan

cara:

(1) Tetapkan jumlah konsumen rata-rata yang dilayani

(2) Hitung macam dan kebutuhan makanan dalam 1 siklus

menu (misalnya: 5,6 atau sehari)

(3) Tetapkan kurun waktu kebutuhan bahan makanan (1 bulan,

3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun)

(4) Hitung berapa siklus dalam 1 periode yang telah ditetapkan

dengan menggunakan kalender.

(5) Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk

kurun waktu yang telah ditetapkan.

(6) Masukan dalam formulir kebutuhan bahan makanan yang

telah ditetapkan spesifikasinya.

2) Penganggaran bahan makanan

Menurut Permenkes Nomor 78 tahun 2013, penganggaran

belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan kegiatan yang

diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien dan

karyawan yang dilayani. Tujuannya adalah tersedianya rancangan


25

anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi konsumen/pasien

yang dilayani sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Langkah Penganggaran bahan makanan

a) Kumpulkan data tentang macam dan jumlah konsumen/pasien

sebelumnya.

b) Tetapkan macam dan jumlah pasien/konsumen

c) Kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan

melakukan survei pasar, kemudian tentukan harga rata-rata

bahan makanan

d) Buat pedoman berat bersih bahan makanan yang digunakan dan

konversikan dalam berat kotor.

e) Hitung indeks harga bahan makanan perorang per hari dengan

cara mengalihkan berat kotor bahan makanan yang digunakan

dengan harga satuan sesuai konsumen/pasien yang dilayani.

f) Hitung anggaran bahan makanan setahun (jumlah

konsumen/pasien yang dilayani dalam 1 tahun dikalikan indeks

harga makanan)

g) Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil

keputusan (sesuai dengan struktur organisasi masing-masing)

untuk meminta perbaikan).

h) Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur

administratif yang berlaku.


26

Upaya-upaya pengendalian biaya yang dapat dilakukan dirumah

sakit meliputi :

a) Meningkatkan efisiensi.

b) Mengembangkan kesadaran akan biaya (cost consciousness)

yang bertujuan agar para pelaku rumah sakit berprilaku hemat

supaya biaya bisa ditekan lebih murah.

c) Investasi teknis yaitu mencari peluang untuk menghemat

pengeluaran.

d) Hospital Investment Control, yaitu dengan menghindari

investasi yang tidak optimal (Gani, 1999).

3) Pengadaan Bahan Makanan

Menurut Permenkes Nomor 78 tahun 2013 kegiatan pengadaan

bahan makanan meliputi penetapan spesifikasi bahan makanan,

perhitungan harga bahan makanan, pemesanan dan pembelian bahan

makanan dan melakukan survey pasar.

a) Spesifikasi bahan makanan

Spesifikasi bahan makanan adalah standar bahan makanan yang

ditetapkan oleh unit/instalasi gizi sesuai dengan ukuran, bentuk,

penampilan dan kualitas bahan makanan.

Tipe spesifikasi:

(1) Spesifikasi teknik

Biasanya digunakan untuk bahan makanan yang dapat

diukur secara objektif dan diukur dengan menggunakan


27

instrumen tertentu. Secara khusus digunakan pada bahan

makanan dengan tingkat kualitas tertentu yang secara

nasional sudah ada.

(2) Dalam menetapkan spesifikasi bahan makanan haruslah

sesederhana, lengkap dan jelas. Secara garis besar berisi:

(1) Nama bahan makanan/produk

(2) Ukuran/tipe unit/kontainer/kemasan

(3) Tingkat kualitas

(4) Umur bahan makanan

(5) Warna bahan makanan

(6) Identifikasi pabrik

(7) Masa pakai bahan makanan/masa kadaluarsa

(8) Data isi produk bila dalam suatu kemasan

(9) Satuan bahan makanan yang dimaksud

(10) Keterangan khusus lain diperlukan

(3) Spesifikasi pabrik

Diapklikasikan pada kualitas barang yang telah dikeluarkan

oleh suatu pabrik dan telah diketahui oleh pembeli.

b) Survey pasar

Survey pasar adalah kegiatan untuk mencari informasi mengenai

harga bahan makanan yang ada dipasaran, sesuai dengan

spesifikasi yang dibutuhkan sebagai dasar perencanaan anggaran

bahan makanan. Dari survey tersebut akan diperoleh perkiraan


28

harga bahan makanan yang meliputi harga terendah, harga

tertinggi, harga tertimbang dan harga perkiraan maksimal.

Menurut Moehyi (1992), pengadaan bahan makanan yang

diperlukan dalam penyelenggaraan makanan institusi dapat

dilakukan melalui 2 cara, yaitu sebagai berikut:

1) Pengadaan bahan makanan dapat dilakukan dengan cara

membeli sendiri bahan makanan yang diperlukan di pasar atau

di toko-toko.

2) Pengadaan bahan makanan melalui pemasok bahan makanan

atau leveransir bahan makanan.

Langkah proses pengadaan yaitu:

a) mereview daftar bahan yang akan diadakan,

b) menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli,

c) menyesuaikan dengan situasi keuangan,

d) memilih metode pengadaan,

e) memilih supplier atau rekanan,

f) membuat syarat kontrak kerja,

g) memonitor pengiriman barang, menerima barang dan

memeriksa,

h) melakukan pembayaran serta menyimpan yang kemudian

didistribusikan (Quick, 1997).


29

4) Penyimpanan Bahan Makanan

Menurut Permenkes No. 78 tahun 2013, Penyimpanan bahan

makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara

jumlah, kualitas dan keamanan bahan makanan kering dan segar di

gudang bahan makanan kering dan dingin/beku. Tujuan kegiatannya

adalah tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam

jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan

bahan makanan berdasarkan permintaan dari unit kerja pengolahan

makanan. Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan siap pakai

dengan jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan pesanan dan

waktu yang diperlukan.

Prasyarat penyimpanan dan penyaluran bahan makanan adalah:

a) Adanya ruang penyimpanan bahan makanan kering dan bahan

makanan segar.

b) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai

peraturan

c) Tersedianya kartu stok bahan makanan/buku catatan keluar

masuknya bahan makanan.

Langkah penyimpanan bahan makanan adalah:

a) Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, segera

dibawa ke ruan penyimpanan, gudang atau ruang pendingin.


30

b) Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah

ditimbang dan diperiksa oelh bagian penyimpanan bahan

makanan setempat dibawa ke ruan persiapan bahan makanan.

Syarat ruang penyimpanan bahan kering yaitu (DepKes 2003,

2006):

a) Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut

macam, golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan.

b) Menggunakan bahan yang diterima terlebih dahulu (FIFO =

First In First Out). Untuk mengetahui bahan makanan yang

diterima diberi tanda tanggal penerimaan.

c) Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai

pembukuan di bagian penyimpanan bahan makanan ini,

termasuk kartu stok bahan makanan harus segera diisi tanpa

ditunda, diletakkan pada tempatnya, diperiksa dan diteliti secara

kontinyu.

d) Kartu/buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan,

harus segera di isi dan diletakkan pada tempatnya.

e) Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukkan.

f) Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup,

terbungkus rapat dan tidak berlobang. Diletakkan di atas rak

bertingkat yang cukup kuat dan tidak menempel pada dinding.


31

g) Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta di

buka pada waktu-waktu yang ditentukan. Pegawai yang masuk

keluar gudang juga hanya pegawai yang ditentukan.

h) Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19-210C.

i) Pembersihan ruangan secara periodik, 2 kali seminggu.

j) Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan

secara periodik dengan mempertimbangkan keadaan ruangan.

k) Semua lubang yang ada digudang harus berkasa, serta bila

terjadi pengrusakan oleh binatang pengeret, harus segera

diperbaiki.

Karena bahan makanan segar mudah sekali rusak dalam suhu

tinggi atau sinar matahari, maka bahan makanan ini harus disimpan

dalam tempat yang dingin sesuai dengan suhu yang diperlukan.

Adapun beberapa syarat penyimpanan diruangan atau lemari

pendingin, adalah sebagai berikut (DepKes 2003, 2006):

a) Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan

makanan, agar tidak menjadi rusak.

b) Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali sehari dan

pembersihan lemari es atau ruangan pendingin dilakukan setiap

hari.

c) Pencairan es pada lemari es harus segera dilakukan setelah

terjadi pengerasan. Pada beberapa tipe lemari es tertentu


32

pencairan terdapat alat otomatis di dalam alat pendingin

tersebut.

d) Semua bahan yang akan dimasukkan ke lemari/ruangan

pendingin sebaiknya dibungkus plastik atau kertas timah.

e) Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama

bahan makanan yang tidak berbau.

f) Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul

diperhatikan. Untuk buah-buahan, ada yang tidak memerlukan

pendingin, perhatikan sifat buah tersebut sebelum dimasukkan

ke dalam ruang/lemari pendingin.

5) Pendistribusian Bahan Makanan

Menurut Permenkes No. 78 tahun 2013, Pendistribusian bahan

makanan adalah tata cara pendistribusian bahan makanan

berdasarkan permintaan dari unit kerja pengolahan makanan.

Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan siap pakai jumlah dan

kualitas yang tepat sesuai dengan pesanan dan waktu yang

diperlukan.

Prasyarat kegiatan ini pendistribusian adalah:

a) Adanya bon permintaan bahan makanan

b) Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuknya bahan

makanan.
33

6) Pengendalian bahan makanan

Pengendalian adalah sistem pengawasan hasil laporan,

penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah

manajemen logistik yang sedang atau telah berlangsung (Rahimy,

1997).

Bentuk pengendalian logistik gizi adalah:

a) Merumuskan tata laksana dalam bentuk manual, standar, kriteria,

norma, instruksi dan prosedur lain.

b) Melaksanakan pengamatan, evaluasi dan laporan, guna

mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan

jalannya pelaksanaan dari rencana.

c) Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara

pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan.

d) Melakukan supervisi.

Agar pelaksanaan pengedalian dapat dilakukan dengan baik

diperlukan sarana dan prasarana pengendalian sebagai berikut:

a) Struktur organisasi yang baik.

b) Sistem informasi yang memadai

c) Klasifikasi yang selalu menuju perkembangan dan standarisasi

d) Pendidikan dan latihan

e) Anggaran yang cukup memadai.


34

B. Tinjauan hasil penelitian

1. Yuni Gumala dan Eka Padmiari, 2010

Penelitian ini berjudul Penyajian Makanan Sebagai Faktor Penyebab

Rendahnya tingkat Penerimaan Makanan pada Pasien Rawat Inap di

RSUD Karangasem. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara penyajian makanan dengan rendahnya tingkat

penerimaan makanan pada pasien rawat inap di RSUD Karangasem.

Penelitian merupakan desain penelitian observasional dengan jumlah

sampel 42 orang yang merupakan pasien rawat inap kelas III. Analisa

hubungan antara penyajian makanan dan tingkat penerimaan makanan

dilakukan analisis statistik Uji Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna, hal ini disebabkan karena

faktor yang mempengaruhi baiknya tingkat penerimaan makanan pasien

rawat inap di RSUD Karangasem tidak hanya dari segi penyajian

melainkan ada faktor lain.

2. Purwaningtiyas S, 2013.

Penelitian ini berjudul Gambaran Penyelenggaraan Makan di Pondok

Pesantren Al-Qodiri Kabupaten Jember. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menggambarkan penyelenggaraan makan yang ada di Pondok

Pesantren Al Qodiri Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan jenis

penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan pendekatan

cross sectional. Informan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan

yang bekerja di dapur yang berjumlah 5 unit penyelenggara makan yang


35

berjumlah 80 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses

penyelenggaraan makan yang ada di dalam pondok pesantren Al-Qodiri

menunjukkan bahwa dalam perencanaan anggaran 3 unit penyelenggaraan

makan memenuhinya, semua unit tidak mempunyai siklus menu, dan

semua unit dapur tidak memenuhi persyaratan penerimaan bahan

makanan. Tempat penyimpanan bahan makanan sudah terpisah antara

bahan makanan kering dan basah, satu unit penyelenggaraan makan yang

mempunyai tempat penyimpanan bahan makanan basah. Semua unit

penyelenggaraan makan belum memenuhi syarat penerimaan bahan

makanan, dalam pengolahan bahan makanan semua unit penyelenggaraan

makan tidak menggunakan syarat-syarat tekhnik pengolahan makanan

yang baik. Pendistribusian makanan menggunakan sistem sentralisai.

Sebagian besar informan pada semua unit belum memenuhi syarat higiene

dan sanitasi makanan.

3. Roekistiningsih dkk, 2006

Penelitian ini berjudul Pemenuhan Prasyarat Dasar Pengawasan Mutu di

Institusi Penyelenggaraan Makanan Makanan Rumah Sakit Kota

Malang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan prasyarat

dasar pengawasan mutu; mutu makanan yang disajikan; tingkat kepuasan

pasien; tingkat kepentingan pasien; hubungan antara tingkat kepuasan dan

tingkat kepentingan pasien; dan perbedaan tingkat kepuasan pasien antar

rumah sakit. Jenis penelitian adalah deskriptif observasional, yang

dilaksanakan di RSU Dr Saiful Anwar Malang, RST Tk II Dr Soepraoen


36

Malang, RS Panti Nirmala Malang, RS Panti Waluya Sawahan Malang,

RS Islam Malang. Variabel penelitian adalah pelaksanaan persyaratan

higiene sanitasi instalasi gizi, mutu makanan yang disajikan, tingkat

kepuasan dan kepentingan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

seluruh rumah sakit telah Laik Higiene Sanitasi Jasaboga. Mutu makanan

di RS Panti Waluya Sawahan Malang dikategorikan Baik; RSU Dr Saiful

Anwar Malang, RS Panti Nirmala Malang, RS Islam Malang

dikategorikan Cukup, RST Tk II Dr Soepraoen Malang dikategorikan

Kurang. Tingkat kepuasan pasien terhadap mutu makanan yang disajikan

adalah Biasa, sebanyak 46.97%. Tingkat kepentingan pasien terhadap

mutu makanan yang disajikan adalah Penting, sebanyak 54.84%. Mutu

makanan yang disajikan masuk dalam Kuadran I atau daerah prioritas

utama yang harus dibenahi dalam Diagram Kartesius. Berdasar uji

Kruskal-Wallis diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan pada

tingkat kepuasan pasien antar rumah sakit, kecuali pada komponen

kebersihan alat saji. Berdasar uji Mann-Whitney diketahui rumah sakit

yang lebih rendah tingkat kepuasan pasiennya terhadap kebersihan alat

saji adalah RSU Dr Saiful Anwar Malang.

4. Siti Nur Jayani., dkk, 2013

Penelitian ini berjudul Faktor Penyebab Stagnant dan Stockout Bahan

Makanan Kering Di Instalasi Gizi RSUD Bhakti Dharma Husada

Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi manajemen

persediaan bahan makanan kering dan menganalisis faktor penyebab


37

kejadian stagnantdan stockout bahan makanan kering di Instalasi Gizi

RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatifdan cross

sectional.Variabel yang diteliti terdiri dari perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, distribusi, penghapusan, pengendalian,

evaluasi, bahan makanan kering yang stagnant, bahan makanan kering

yang stockout, penyebab stagnant dan penyebab stockout. Responden

penelitian merupakan petugas yang mengelola unit logistik instalasi gizi

RSUD BDH Surabaya.Teknik analisis data dimulai dengan melakukan

analisis ABC. Data yang telah dikumpulkan menggambarkan pelaksanaan

manajemen persediaan dan narasi hasil indepth interview. Hasil penelitian

menyebutkan bahwa Perencanaan belum dilaksanakan secara efektif

karena masih terdapat stagnant dan stockout bahan makanan kering di

Unit Logistik Instalasi Gizi RSUD BDH Kota Surabaya.Laporan

persediaan menunjukkan kejadian stagnant sebesar 36,9% dan stockout

sebesar 29,9%. Penyebab stockout adalah, naiknya kunjungan pasien,

kondisi gudang yang terbatas, serta kondisi SDM yang kurang

mencukupi, sedangkan penyebab stagnant adalah, pengadaan bahan

makanan yang berlebihan karena pembelian dan penggunaan bahan

makanan lain akibat perubahan diet pasien.

5. Pujo Semedi, dkk, 2013

Penelitian ini berjudul Hubungan Kepuasan Pelayanan Makanan Rumah

Sakit Dan Asupan Makanan Dengan Perubahan Status Gizi Pasien (Studi
38

di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak). Tujuan penelitian ini

adalah mengetahui hubungan kepuasan pelayanan makanan RS dan

asupan makanan dengan perubahan status gizi pasien yang dirawat di

RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak. Jenis penelitian yang

digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross

sectional. Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat

di instalasi rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak. Sampel

penelitian ditentukan dengan kriteria inklusi yaitu : pasien mendapat

makanan dalam bentuk makanan biasa atau lunak, pasien rawat inap

dengan penyakit kronis, mampu berkomunikasi, kesadaran baik, berusia

≥17 – 60 tahun, ruang perawatan wanita dan pria kelas I, II dan III, dapat

berdiri sehingga dapat ditimbang dan bersedia berpartisipasi sedangkan

kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah pasien yang dirawat kurang dari

4 hari. Hasil penelitian menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat

kepuasan pelayanan makanan di Rumah Sakit, semakin tinggi asupan

energi dan protein dan selanjutnya semakin kecil penurunan status gizi

pasien.

C. Kerangka Teori dan Konsep Penelitian

Pelayanan gizi rumah sakit merupakan salah satu usaha kesehatan di

rumah sakit yang bertujuan agar tercapainya kesembuhan pasien dalam waktu

sependek mungkin. Pelayanan makanan yang baik, akan meningkatkan selera

makan pasien selama masa rawat, sehingga juga meningkatkan asupan pasien

dan kemungkinan terpenuhinya kebutuhan nutrisi pasien juga meningkat.


39

Pengelolaan logistik gizi merupakan rangkaian kegiatan dari perencanaan

menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran

belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan,

pemasakkan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan dan

evaluasi. Tujuan penyelenggaraan makanan adalah menyediakan makanan

yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh

konsumen guna mencapai status gizi yang optimal. Sasaran penyelenggaraan

makanan di rumah sakit terutama pasien yang rawat inap. Sesuai dengan

kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan makanan bagi

karyawan. Ruang lingkup penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi

produksi dan distribusi rumah sakit (Depkes RI, 2013).

Pengelolaan logistik gizi merupakan rangkaian kegiatan yang tidak bisa

terpisahkan serta saling mempengaruhi satu sama lain. Perencanaan bahan

dipastikan sesuai dengan karakteristik pasien, pengadaan bahan makanan

disesuaikan dengan perencanaan serta diterima dalam keadaan baik dan

disimpan ditempat yang baik dan tidak merusak bahan makanan.

Penyimpanan bahan makanan untuk menjaga kualitas makanan dan tidak

rusak.

Kegiatan di atas saling berkaitan. Apabila salah satunya tidak terpenuhi

dengan baik maka akan mempengaruhi kegiatan yang lain serta

mempengaruhi penerimaan oleh pasien dan mengurangi kandungan gizi

makanan. Pada penelitian ini hal yang menjadi perhatian adalah pengadaan,

penyimpanan dan distribusi makanan. Pengadaan menjamin tersedianya


40

bahan makanan yang akan diolah. Penyimpanan menjamin terjaganya kondisi

bahan makanan yang akan di olah, serta pendistribusian menjamin bahan

makanan dapat sampai ke pasien tepat waktu dan disajikan kepada pasien.

Kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Pengelolaan Logistik Gizi

Perencanaan

Penganggaran

Efektifitas Pelayanan
Pengendalian Pengadaan Gizi Rumah Sakit

Penyimpanan

Pendistribusian

Penghapusan

Keterangan:
: Variabel Dependen yang diteliti

: Variabel Independen yang diteliti

: Variabel Independen yang tidak diteliti

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian


41

D. Definisi Konsep

1. Perencanaan bahan makanan

Dalam Penelitian ini, perencanaan adalah proses serangkaian

kegiatan menetapkan macam, jumlah dan mutu bahan makanan yang

diperlukan dalam kurun waktu tertentu, dalam rangka mempersiapkan

penyelenggaraan makanan rumah sakit. Perencanaan bahan makanan

dilakukan oleh Instalasi Gizi RSUD Abunawas Kendari untuk

menjamin tersedianya taksiran macam dan jumlah bahan makanan

dengan spesifikasi yang ditetapkan, dalam kurun waktu yang ditetapkan

untuk pasien rumah sakit. Perencanaan bahan makanan dimulai dengan

penentuan bahan makanan yang diperlukan, penentuan cara pengadaan,

pembelian dan penyimpanan.

2. Pengadaan bahan makanan

Dalam Penelitian ini, pengadaan adalah proses penetapan spesifikasi

bahan makanan, peritungan harga, pemesanan dan pembelian bahan

makanan. Pengadaan makanan dilakukan oleh Instalasi Gizi RSUD

Abunawas Kendari untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan sesuai

menu dan spesifikasi yang dibutuhkan. Pengadaan dilakukan dengan

melihat kriteria spesifikasi makanan, prosedur pengadaan bahan

makanan, waktu, dan sistem pembelian.

3. Pengendalian

Dalam penelitian ini, pengendalian adalah proses pemantauan dan

evaluasi pelaksanaan pengelolaan logistik gizi agar sesuai dengan


42

rencana yang telah ditetapkan. Pengendalian dilakukan oleh instalasi gizi

RSUD Kendari Abunawas untuk memastikan terlaksananya pengelolaan

dan penyelenggaraan gizi terlaksana secara efektif dan efisien.

Pengendalian dilakukan dengan kriteria adanya struktur organisasi yang

jelas, diklat, dan agenda yang jelas.

4. Penyimpanan bahan makanan

Dalam penelitian ini, penyimpanan adalah suatu tata cara menata,

menyimpan, memelihara jumlah, kualitas dan keamanan bahan makanan

kering dan segar digudang bahan makanan kering dan dingin.

Penyimpanan bahan makanan dilakukan oleh Instalasi Gizi RSUD

Abunawas Kendari untuk memenuhi tersedianya bahan makanan yang

siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan.

Penyimpanan bahan makanan dilakukan dengan kriteria adanya ruang

penyimpanan bahan makanan yang sesuai aturan, adanya kartu stok

barang, serta sarana dan prasarana ruang penyimpanan.

5. Pendistribusian

Dalam penelitian ini, pendistribusian adalah penyaluran bahan makanan

sesuai permintaan dan tersedia dalam waktu dan kualitas yang tepat.

Pendistribusian dilakukan oleh instalasi gizi RSUD Abunawas Kendari

untuk memenuhi ketersediaan bahan makanan di tempat pemasakan

makanan dan jumlah dan kualitas yang tepat dan tersedia pada saat

dibutuhkan secara tepat waktu. Pendistribusian dilakukan dengan kriteria

adanya sarana distribusi, kartu stok, dan bukti permintaan.

Anda mungkin juga menyukai