Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANDIRI INDIVIDU

BAB IV NOVEL

BUKAN PASAR MALAM

KARYA : PRAMOEDYA ANANTA TOER

ALYA FAUZIAH NURSYIFA

XII IPA 5

SMA NEGERI 4 DEPOK

JL. JERUK RAYA NO.1 SUKATANI, TAPOS ,DEPOK, JAWA BARAT

TELP (O218743463)
A. IDENTITAS NOVEL

1. Judul Buku : Bukan Pasar Malam


2. Nama Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
3. Nama Penerbit : Lentera Dipantara (Cetakan IX, Desember 2015)
4. ISBN : 978-979-3820-03-3
5. Ketebalan Buku :112 halaman
6. Ukuran Buku : 13 x 20 cm
7. Harga : Rp20.000

B. LATAR BELAKANG PENGARANG MENULIS NOVEL

Bukan Pasar Malam adalah karya Pramoedya yang luar biasa


dipersembahkan Pramoedya kepada para pahlawan tanpa tanda jasa,sebuah
protes yang secara tidak langsung ingin Pramoedya sampaikan kepada
pemerintah tentang para guru, yang ternyata turut berperan besar pada
proses kemerdekaan bangsa ini tetapi tak mendapat perhatian dan tempat
yang sepantasnya pasca kemerdekaan.

C. GAMBARAN UMUM

1. Pada cover depan terdapat seorang laki- laki dan perempuan setengah
muka dan berlatarkan banyak orang yang menggambarkan kondisi
aada saat kita berkunjung ke pasar malam—ramai. Pada bagian bawah
cover terdapat nama penerbit bertuliskan Lentera Dipantara dengan
warna putih dan sebagian huruf yaitu P,A, dan T berwarna merah yang
merupakan inisial sang penulis yaitu Pramoedya Ananta Toer.
2. Pada lembar awal roman terdapat biografi sang penulis yaitu
Pramoedya Ananta Toer. Pada bagian ini dijelaskan tentang darimana
penulis dilahirkan, dan dijelaskan pula bahwa penulis pernah menetap
di dalam penjara. Hingga pada akhirnya tanggal 21 Desember 1979
Pramoedya mendapat surat pembebasan secara hukum tidak bersalah
dan tidak terlibat pada G30SPKI tetapi masih dikenakan tahanan
rumah, tahanan kota, tahanan Negara sampai 1999 dan wajib lapor ke
Kodim Jakarta Timur satu kali seminggu selama kurang lebih 2 tahun.
Dijelaskan pula bahwa sang penulis Pramoedya telah dianugerahi
berbagai penghargaan internasional, salah satunya The PEN Freedom-
to-write Award pada 1988.

3. Pada lembaran berikutnya terdapat penggambaran tentang roman yang


di awali dengan sebuah kutipan dari Pramoedya, yaitu:

“ Dan di dunia ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir di dunia dan


berduyun-duyun pula kembali pulang…seperti dunia dalam pasar
malam…Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka
pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat
nyawanya terbang entah ke mana…”

4. Roman ini dibagi menjadi beberapa bab seperti berikut:

Bab I Kedatangan surat dari bapak tokoh “aku”


Bab II Perjalanan “Aku” ke kampung halaman (dari Jakarta sampai
Semarang)
Bab III Kepergian “Aku” ke kampung halaman (dari Semarang sampai
Blora)
Bab IV Pertemuan “Aku” dengan adiknya
Bab V Tokoh “Aku” mengunjungi ayahnya di rumah sakit
Bab VI Keluh kesah adik perempuan tokoh “Aku”
Bab VII Tokoh “Aku” mengunjungi ayahnya dirumah sakit
Bab VIII Tokoh “Aku” dengan pamannya mendatangi rumah orang
pintar untuk menyembuhkan ayahnya
Bab IX Adiknya menceritakan perjuangan ayahnya selama tokoh
“Aku” berada di Jakarta
Bab X Tokoh “Aku” merasa berdosa karena tidak membawa es
kerumah sakit dan mengganti dengan cendol hunkwee yang
didinginkan
Bab XI Ayah dibawa pulang dan dirawat di rumah
Bab XII Perdebatan antara tokoh “Aku” dengan istrinya
Bab XIII Pesan terakhir dari ayah
Bab XIV Ayah tokoh “Aku” meninggal
Bab XV Penyesalan tokoh “Aku”
Bab XVI pernyataan fakta baru yang belum diketahui tokoh “Aku”

5. Pada halaman 105 terdapat berbagai penghargaan yang telah dicapai


dari tahun 1988 sampai tahun 2004.

6. Pada halaman selanjutnya, halaman 107, terdapat ungkapan-ungkapan


yang diungkapkan berbagai surat kabar di berbagai Negara.

7. Pada halaman 109-112 terdapat berbagai macam perubahan sampul


buku Bukan Pasar Malam dari tahun ke tahun, dan juga sampul buku
Bukan Pasar Malam yang di edarkan di berbagai Negara seperti
Malaysia, Jerman, dan Belanda.

8. Pada cover belakang buku kembali terdapat kutipan yang sama seperti
pada awal buku ini, bersama dengan foto sang Penulis, Pramoedya.
D. SINOPSIS

Di dalam roman ini digambarkan kondisi masyarakat pedesaan yang


miskin dan gersang yang tidak mendapat perhatian diberbagai aspek
kehidupan yaitu dari aspek ekonomi, kesehatan, dan sosial serta fasilitas
pendukung yang lain dari pemerintah seperti air bersih. Kondisi yang
digambarkan Pramoedya Ananta Toer dalam roman Bukan Pasar Malam
tidak jauh berbeda dengan keadaan masyarakat Indonesia dewasa ini,
khususnya masyarakat yang tinggal di pedesaan. Ternyata juga pengarang
melakukan berbagai kritikan yang tajam kepada para penguasa melalui
karya-karyanya demi kepentingan kelasnya, sebab pengarang berasal dari
kelas tertindas. Selama Orde Baru kehidupan kebudayaan Indonesia tidak
berdaya dalam cengkraman kekuasaan sehingga kehidupan sastra masa itu
menjadi saksi bisu terhadap kemerosotan disetiap bidang kehidupan.
Akibatnya banyak generasi bangsa yang tidak dapat memperoleh karya
sastra anak bangsa yang patut dibanggakan. Sebuah pribadi yang memiliki
komitmen kuat dalam memikul tanggung jawab sosial, sekalipun menjadi
tumbal dan pembredelan terhadap karyanya yang dibakar dan dilarang
untuk diterbitkan. Dalam hal ini, adalah Pramoedya Ananta Toer. Ia
merupakan pengarang yang diakui oleh dunia, tetapi mengalami
penindasan selama Orde Baru, baik sebagai pribadi maupun sebagai
pengarang, karena hampir separuh hidupnya dihabiskan dalam penjara.
Permasalahan yang diungkap dalam roman Bukan Pasar Malam karya
Pramoedya Ananta Toer ini yaitu adanya gugatan sosial zamannya yang
merasa diabaikan oleh pembesar-pembesar negeri pasca kemerdekaan
yang hanya asyik mengurus dan memperkaya diri sendiri, mengenai guru
Republik yang enam bulan tidak digaji, penduduk desa yang miskin,
ditambah dengan prasangka dan kepercayaan mistik yang masih kental.
Serta perjalanan seorang anak revolusi yang harus pulang kampung ke
Blora karena menerima surat yang mengabarkan ayahnya sakit keras.
Setelah mendapat pinjaman uang, sang tokoh dan istrinya meninggalkan
Jakarta menuju ke Blora, di tanah kelahiranya itulah berkembang masalah
keluarga yang beragam antara lain masalah pengobatan, rumah yang sudah
tua, saudara yang belum bekerja, kesulitan ekonomi dan lain-lain.
Sementara peristiwa yang diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer melalui
karya sastra setelah melihat kenyataan yang terjadi di Indonesia pada saat
roman tersebut diciptakan. Menurutnya penindasan terhadap masyarakat
pedesaan yang miskin akan tetap terjadi sampai kurun waktu yang tidak
dapat dipastikan, jika selama para penguasa negeri ini hanya
mengutamakan kepentingan pribadinya. Hal ini yang mengakibatkan
adanya pembatasan ruang terhadap kaum miskin dari bidang
kehidupannya. Berangkat dari permasalahan tersebut, telah tampak adanya
proses pembatasan (marjinalisasi) terhadap kaum miskin (proletar) di
seluruh bidang kehidupannya. Terutama pada bidang ekonomi, kesehatan
dan sosial, karena masalah tersebut yang banyak diungkap oleh Pramoedya
Ananta Toer dalam roman Bukan Pasar Malam.
E. KEUNGGULAN

 Fisik :

Cover sangat menarik dengan perpaduan warna biru dengan merarah


oranye yang mendominasi. Terdapat pula sosok laki laki, perempuan
setengah muka, dan berlatar orang ramai yang sedang berkunjung di pasar
malam pada cover untuk menciptakan penggambaran atau imajinasi
pembaca tentang buku bukan pasar malam.

 Non fisik :

1. Penulis mampu membuat rentetan cerita yang mengharukan ,


mengesankan, dan penuh dengan renungan yang dibagi menjadi
beberapa bab sehingga membawa pambaca terhanyut didalamnya.

2. Roman ini menceritakan kondisi yang relevan pada masa sekarang.


Seperti tulisan yang diungkapkan pada bab I

“Dan kalau isi istana itu mau berangkat ke A atau ke B , semua sudah
sedia—pesawat udaranya,mobilnya,rokoknya, dan uangnya. Dan untuk
ke Blora ini, aku harus mengedari Jakarta dulu untuk mendapatkan
hutang. Sungguh tidak praktis kehidupan seperti itu.”
Hal tersebut juga terjadi bagi beberapa orang di masa sekarang yang
memiliki keterbatasan ekonomi namun, dihadapi dengan masalah
mendesak yang membuat harus berhutang. Berbeda dengan kehidupan
para pejabat yang bergelimang harta yang bisa dengan mudahnya
melewati masalah masalah yang mendesak.

3. Penulis juga memaparkan amanat yang bisa dipetik pembaca anatara


lain bahwa kehidupan itu bukan seperti pasar malam yang ramai
dikerumuni orang melainkan ketika hidup dan mati kita selalu sendiri,
datang sendiri, pergi sendiri dan yang belum pergi dengan cemas
menunggu saat waktunya tiba.

F. KELEMAHAN

 Fisik :

Tidak terdapat gambar yang menarik, hanya tulisan.

 Non fisik:

1. Kekurangan roman karangan Pramoedya Ananta Toer ini telihat dari


segi bahasa yang digunakan terlalu berbelit- belit dalam memaparkan
isi cerita sehingga membuat pembaca merasa sedikit aneh. bagi
pembaca yang awam mungkin akan kurang mengerti dengan bahasa
yang digunakan pengarang karena pengarang pada zaman dahulu
memiliki penghayatan dalam berbeda- beda dalam menuangkan cerita.

G. ANALISIS UNSUR INSTRINSIK


1. Tema
Kekeluargaan karena mengisahkan seorang pemuda, anak laki-laki
tertua yang pulang kampong meninggalkan segala tugasnya di
Jakarta untuk menjenguk ayahnya—seorang guru yang penuh bakti
tergolek sakit karena TBC.

2. TOKOH DAN PENOKOHAN


a. Tokoh “Aku” : Protagonis
b. Ayah : Protagonis
c. Istri tokoh “Aku”: Protagonis
d. Adik kedua :Protagonis
e. Adik ketiga : Protagonis
f. Adik keempat : Ptotagonis
g. Adik ketujuh : Protagonis
h. tetangga : Protagonis

Anda mungkin juga menyukai