Anda di halaman 1dari 25

SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

KAJIAN PERBANDINGAN

UU 3/1997 & UU 11/2012

1
DASAR HUKUM / UU YANG
MENGATUR
UU No. 3 Tahun 1997  Pengadilan Anak (UU ini
telah dicabut dan diganti dengan UU No. 11 tahun
2012)
UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (hasil amandemen UU No. 3 Tahun
1997)

2
UU -- KONSIDERANS
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal
ayat (1) Undang-Undang Dasar 28B ayat (2), Pasal 28G, dan
Pasal 28I Undang-Undang
1945; Dasar Negara Republik
2. Undang-undang Nomor 14 Indonesia Tahun 1945
Tahun 1970 tentang Ketentuan- 2. Undang-Undang Nomor 39
ketentuan Pokok Kekuasaan Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia;
Kehakiman;
3. Undang-Undang Nomor 23
3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Tahun 1986 tentang Peradilan Perlindungan Anak;
Umum 4. Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban;
5. Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum;
3
PENGERTIAN ANAK
PENGERTIAN (UU 3 /1997) PENGERTIAN (UU 11/2012)
 Anak yang Berhadapan dengan Hukum
 Anak adalah orang yang dalam perkara
adalah anak yang berkonflik dengan hukum,
Anak Nakal telah mencapai umur 8 anak yang menjadi korban tindak pidana, dan
(delapan) tahun tetapi belum mencapai anak yang menjadi saksi tindak pidana.
umur 18 (delapan belas) tahun dan  Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang
belum pernah kawin. selanjutnya disebut Anak adalah anak yang
telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
 Anak Nakal adalah : belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
 anak yang melakukan tindak pidana; diduga melakukan tindak pidana.
 Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana
atau yang selanjutnya disebut Anak Korban adalah
 anak yang melakukan perbuatan yang anak yang belum berumur 18 (delapan belas)
dinyatakan terlarang bagi anak, baik tahun yang mengalami penderitaan fisik,
menurut peraturan perundang- mental, dan/atau kerugian ekonomi yang
undangan maupun menurut peraturan disebabkan oleh tindak pidana.
 Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana
hukum lain yang hidup dan berlaku
yang selanjutnya disebut Anak Saksi adalah
dalam masyarakat yang bersangkutan. anak yang belum berumur 18 (delapan belas)
Istilah ANAK NAKAL tahun yang dapat memberikan keterangan
sebagaimana dicantumkan dalam guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan tentang
UU No. 3 Tahun 1997 ini sudah suatu perkara pidana yang didengar, dilihat,
tidak lagi digunakan dalam UU No. dan/atau dialaminya sendiri.
11 Tahun 2012 , karena memberi
4 stigma pada anak  lihat sebelah

BATAS UMUR
UU 3/1997 UU 11/2012
 Batas umur Anak Nakal yang
Dalam hal tindak pidana
dapat diajukan ke Sidang Anak
adalah sekurang-kurangnya 8 dilakukan oleh Anak
(delapan) tahun tetapi belum sebelum genap berumur 18
mencapai umur 18 (delapan belas)
tahun dan belum pernah kawin. (delapan belas) tahun dan
 Dalam hal anak melakukan tindak diajukan ke sidang
pidana pada batas umur pengadilan setelah Anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat yang bersangkutan
(1) dan diajukan ke sidang
pengadilan setelah anak yang melampaui batas umur 18
bersangkutan melampaui batas (delapan belas) tahun, tetapi
umur tersebut, tetapi belum belum mencapai umur 21
mencapai umur 21 (dua puluh
satu) tahun, tetap diajukan ke (dua puluh satu) tahun, Anak
Sidang Anak. tetap diajukan ke sidang
Anak.
5
BATAS UMUR
UU 3/1997 UU 11/2012
 Dalam hal anak belum mencapai umur  Dalam hal Anak belum berumur
8 (delapan) tahun melakukan atau
diduga melakukan tindak pidana, 12 (dua belas) tahun melakukan
maka terhadap anak tersebut dapat atau diduga melakukan tindak
dilakukan pemeriksaan oleh Penyidik. pidana, Penyidik, Pembimbing
 Apabila menurut hasil pemeriksaan, Kemasyarakatan, dan Pekerja
Penyidik berpendapat bahwa anak tsb. Sosial Profesional mengambil
masih dapat dibina oleh orang tua, keputusan untuk:
wali, atau orang tua asuhnya, Penyidik  menyerahkannya kembali kepada
menyerahkan kembali anak tersebut orang tua/Wali; atau
kepada orang tua, wali, atau orang tua  mengikutsertakannya dalam
asuhnya. program pendidikan, pembinaan,
 Apabila menurut hasil pemeriksaan, dan pembimbingan di instansi
Penyidik berpendapat bahwa anak tsb. pemerintah atau LPKS di instansi
tidak dapat dibina lagi oleh orang tua, yang menangani bidang
wali, atau orang tua asuhnya, Penyidik kesejahteraan sosial, baik di
menyerahkan anak tersebut kepada tingkat pusat maupun daerah,
Departemen Sosial setelah mendengar paling lama 6 (enam) bulan.
pertimbangan dari Pembimbing
Kemasyarakatan.
6
ASAS HUKUM & PERLINDUNGAN
ASAS (UU 3/1997) ASAS (UU 11/2012)
 Sistem Peradilan Pidana Anak
Tidak Diatur dilaksanakan berdasarkan asas:
 perlindungan;
 keadilan;
 nondiskriminasi;
 kepentingan terbaik bagi Anak;
 penghargaan terhadap pendapat
Anak;
 kelangsungan hidup dan
tumbuh kembang Anak;
 pembinaan dan pembimbingan
Anak;
 proporsional;
 perampasan kemerdekaan dan
pemidanaan sebagai upaya
terakhir; dan
 penghindaran pembalasan.
7
HAK ANAK PROSES PERADILAN
UU 3/1997 UU 11/2012
 diperlakukan secara manusiawi
Tidak diatur secara dengan memperhatikan kebutuhan
khusus, tersebar dalam  sesuai dengan umurnya;
dipisahkan dari orang dewasa;
beberapa pasal dan dalam  memperoleh bantuan hukum dan
beberapa peraturan bantuan lain secara efektif;
 melakukan kegiatan rekreasional;
perundangan lain seperti 
bebas dari penyiksaan, penghukuman
KUHAP, UU atau perlakuan lain yang kejam, tidak
Pemasyarakatan manusiawi, serta merendahkan
derajat dan martabatnya;
 tidak dijatuhi pidana mati atau pidana
seumur hidup;
 tidak ditangkap, ditahan, atau
dipenjara, kecuali sebagai upaya
terakhir dan dalam waktu yang
paling singkat;
8
HAK ANAK DALAM PROSES PERADILAN
UU 3/1997 UU 11/2012
 memperoleh keadilan di muka
Tidak diatur secara pengadilan Anak yang objektif, tidak
memihak, dan dalam sidang yang
khusus, tersebar dalam tertutup untuk umum;
 tidak dipublikasikan identitasnya;
beberapa pasal dan dalam  memperoleh pendampingan orang
beberapa peraturan tua/Wali dan orang yang dipercaya
oleh Anak;
perundangan lain seperti  memperoleh advokasi sosial;
KUHAP, UU  memperoleh kehidupan pribadi;
 memperoleh aksesibilitas, terutama
Pemasyarakatan bagi anak cacat;
 memperoleh pendidikan;
 memperoleh pelayananan kesehatan;
dan
 memperoleh hak lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
9
HAK ANAK SAAT MENJALANI PIDANA
UU 3/1997 UU 11/2012
 mendapat pengurangan masa
Tidak diatur secara
pidana;
khusus, tersebar dalam  memperoleh asimilasi;
beberapa pasal dan dalam  memperoleh cuti
beberapa peraturan mengunjungi keluarga;
perundangan lain.  memperoleh pembebasan
bersyarat;
 memperoleh cuti menjelang
bebas;
 memperoleh cuti bersyarat;
dan
 memperoleh hak lain sesuai
dengan ketentuan peraturan
10 perundang-undangan.
PEMERIKSAAN
UU 3 TAHUN 1997
UU 11 TAHUN 2012
 Istilah seperti diversi, keadilan  Istilah dan penggunaan Diversi, Keadilan
Restoratif belum dikenal; Restoratif dan Diskresi dikenalkan dan
 Diskresi (dilakukan hanya jika
digunakan sebelum masuk anak masuk dalam
pemeriksaan sistem peradilan pidana;
dimungkinkan)  Diversi adalah pengalihan penyelesaian
perkara Anak dari proses peradilan pidana ke
Diskresi adalah keputusan dan/atau proses di luar peradilan pidana.
tindakan yang ditetapkan dan/atau  Keadilan Restoratif adalah penyelesaian
dilakukan oleh pihak kepolisian atau perkara tindak pidana dengan melibatkan
pejabat pemerintahan untuk mengatasi pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan
persoalan konkret yang dihadapi pihak lain yang terkait untuk bersama-sama
mencari penyelesaian yang adil dengan
dalam penyelenggaraan pemerintahan
menekankan pemulihan kembali pada
dalam hal peraturan perundang- keadaan semula, dan bukan pembalasan.
undangan yang memberikan pilihan,
tidak mengatur, tidak lengkap atau  Diskresi sangat dimungkinkan, tergantung
tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi kasus yang dihadapi
pemerintahan.

11
PROSES PEMERIKSAAN
UU 3/1997 UU 11/2012
 Hakim, Penuntut Umum,  Penyidik, Penuntut Umum, Hakim,
Penyidik, dan Penasihat Hukum, Pembimbing Kemasyarakatan,
serta petugas lainnya dalam Advokat atau pemberi bantuan
Sidang Anak tidak memakai toga
atau pakaian dinas. hukum lainnya, dan petugas lain
 Anak yang melakukan tindak dalam memeriksa perkara Anak,
pidana bersama-sama dengan Anak Korban, dan/atau Anak Saksi
orang dewasa diajukan ke Sidang tidak memakai toga atau atribut
Anak, sedangkan orang dewasa kedinasan.
diajukan ke sidang bagi orang
dewasa.  Anak yang melakukan tindak
 Anak yang melakukan tindak pidana bersama-sama dengan
pidana bersama-sama dengan orang dewasa atau anggota Tentara
Anggota Angkatan Bersenjata Nasional Indonesia diajukan ke
Republik Indonesia diajukan ke pengadilan Anak, sedangkan orang
Sidang Anak, sedangkan Anggota
Angkatan Bersenjata Republik dewasa atau anggota Tentara
Indonesia diajukan ke Mahkamah Nasional Indonesia diajukan ke
Militer. pengadilan yang berwenang.
12
PEMERIKSAAN
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
 Hakim (dalam setiap tingkat peradilan)  Dalam menangani perkara Anak, Anak
memeriksa perkara anak dalam sidang Korban, dan/atau Anak Saksi,
tertutup. Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja
 Dalam hal tertentu dan dipandang perlu Sosial Profesional dan Tenaga
pemeriksaan perkara anak dapat dilakukan Kesejahteraan Sosial, Penyidik,
dalam sidang terbuka. Penuntut Umum, Hakim, dan Advokat
 Dalam sidang yang dilakukan secara atau pemberi bantuan hukum lainnya
tertutup hanya dapat dihadiri oleh anak wajib memperhatikan kepentingan
yang bersangkutan beserta orang tua, wali, terbaik bagi Anak dan mengusahakan
atau orang tua asuh, Penasihat Hukum, dan suasana kekeluargaan tetap terpelihara.
Pembimbing Kemasyarakatan.  Identitas Anak, Anak Korban, dan/atau
 Selain mereka, orang- orang tertentu atas Anak Saksi wajib dirahasiakan dalam
izin hakim atau majelis hakim dapat
menghadiri persidangan pemberitaan di media cetak ataupun
elektronik.
 Pemberitaan mengenai perkara anak mulai
sejak penyidikan sampai saat sebelum  Identitas meliputi nama Anak, nama
pengucapan putusan pengadilan Anak Korban, nama Anak Saksi, nama
menggunakan singkatan dari nama anak, orang tua, alamat, wajah, dan hal lain
orang tua, wali, atau orang tua asuhnya. yang dapat mengungkapkan jati diri
 Putusan pengadilan dalam memeriksa Anak, Anak Korban, dan/atau Anak
perkara anak diucapkan dalam sidang Saksi.
terbuka untuk umum.
13
PEMERIKSAAN
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
 Penyidik, Penuntut Umum, Hakim,
Pembimbing Kemasyarakatan, Advokat
atau pemberi bantuan hukum lainnya,
dan petugas lain dalam memeriksa
perkara Anak, Anak Korban, dan/atau
Anak Saksi tidak memakai toga atau
atribut kedinasan.
 Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak
wajib diberikan bantuan hukum dan
didampingi oleh Pembimbing
Kemasyarakatan atau pendamping lain.
 Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak
Korban atau Anak Saksi wajib
didampingi oleh orang tua dan/atau
orang yang dipercaya oleh Anak Korban
dan/atau Anak Saksi, atau Pekerja
Sosial.
 Dalam hal orang tua sebagai tersangka
atau terdakwa perkara yang sedang
diperiksa, ketentuan di atas tidak
berlaku bagi orang tua.
14
PEMERIKSAAN
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
 Penangkapan terhadap Anak dilakukan
guna kepentingan penyidikan paling
lama 24 (dua puluh empat) jam.
 Anak yang ditangkap wajib
ditempatkan dalam ruang pelayanan
khusus Anak.
 Dalam hal ruang pelayanan khusus
Anak belum ada di wilayah yang
bersangkutan, Anak dititipkan di
LPKS.
 Penangkapan terhadap Anak wajib
dilakukan secara manusiawi dengan
memperhatikan kebutuhan sesuai
dengan umurnya.
 Biaya bagi setiap Anak yang
ditempatkan di LPKS dibebankan
pada anggaran kementerian yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial.
15
PEMERIKSAAN
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
 Penahanan terhadap Anak tidak
boleh dilakukan dalam hal Anak
memperoleh jaminan dari orang
tua/Wali dan/atau lembaga
bahwa Anak tidak akan
melarikan diri, tidak akan
menghilangkan atau merusak
barang bukti, dan/atau tidak
akan mengulangi tindak pidana.
 Penahanan terhadap Anak
hanya dapat dilakukan dengan
syarat sebagai berikut:
 Anak telah berumur 14 (empat
belas) tahun atau lebih; dan
 diduga melakukan tindak pidana
dengan ancaman pidana penjara
7 (tujuh) tahun atau lebih.
16
JANGKA WAKTU PENAHANAN (TINGKAT
PENYIDIKAN)
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
 Untuk kepentingan penyidikan, Penyidik  Penahanan untuk kepentingan
sebagaimana berwenang melakukan penahanan
terhadap anak yang diduga keras melakukan penyidikan dilakukan paling lama
tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang 7 (tujuh) hari.
cukup.  Jangka waktu penahanan atas
 Penahanan hanya berlaku untuk paling lama 20
(dua puluh) hari. permintaan Penyidik dapat
 Jangka waktu tersebut apabila diperlukan guna diperpanjang oleh Penuntut
kepentingan pemeriksaan atas permintaan Umum paling lama 8 (delapan)
Penyidik dapat diperpanjang oleh Penuntut hari.
Umum yang berwenang, untuk paling lama 10
(sepuluh) hari.  Dalam hal jangka waktu
 Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud telah
Penyidik sudah harus menyerahkan berkas
perkara yang bersangkutan kepada Penuntut berakhir, Anak wajib dikeluarkan
Umum. demi hukum.
 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud  Penahanan terhadap Anak
dilampaui dan berkas perkara belum diserahkan,
maka tersangka harus dikeluarkan dari tahanan dilaksanakan di LPAS.
demi hukum.  Dalam hal tidak terdapat LPAS,
 Penahanan terhadap anak dilaksanakan di penahanan dapat dilakukan di
tempat khusus untuk anak di lingkungan Rumah
Tahanan Negara, Cabang Rumah Tahanan LPKS setempat.
17 Negara, atau di tempat tertentu.
JANGKA WAKTU PENAHANAN (TINGKAT
PENUNTUTAN)
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
 Untuk kepentingan penuntutan,  Dalam hal penahanan
Penuntut Umum berwenang melakukan
penahanan atau penahanan lanjutan. dilakukan untuk kepentingan
 Penahanan dilakukan untuk paling penuntutan, Penuntut Umum
lama 10 (sepuluh) hari. dapat melakukan penahanan
 Jangka waktu sebagaimana dimaksud paling lama 5 (lima) hari.
apabila diperlukan guna kepentingan  Jangka waktu penahanan
pemeriksaan yang belum selesai, atas
permintaan Penuntut Umum dapat atas permintaan Penuntut
diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Umum dapat diperpanjang
Negeri yang berwenang untuk paling
lama 15 (lima belas) hari. oleh Hakim pengadilan
 Dalam jangka waktu 25 (dua puluh negeri paling lama 5 (lima)
lima) hari, Penuntut Umum harus hari.
melimpahkan berkas perkara anak
kepada pengadilan negeri.  Dalam hal jangka waktu
 Apabila jangka waktu tersebut sebagaimana dimaksud telah
dilampaui dan berkas perkara belum berakhir, Anak wajib
dilimpahkan ke pengadilan negeri,
maka tersangka harus dikeluarkan dari dikeluarkan demi hukum.
18 tahanan demi hukum.
JANGKA WAKTU PENAHANAN (PENGADILAN
TK. I)
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
 Untuk kepentingan pemeriksaan,  Dalam hal penahanan
Hakim di sidang pengadilan dilakukan untuk kepentingan
berwenang mengeluarkan surat pemeriksaan di sidang
perintah penahanan anak yang
sedang diperiksa. pengadilan, Hakim dapat
 Penahanan tersebut untuk paling melakukan penahanan paling
lama 15 (lima belas) hari. lama 10 (sepuluh) hari.
 Jangka waktu terasebut apabila  Jangka waktu sebagaimana
diperlukan guna kepentingan dimaksud atas permintaan
pemeriksaan yang belum selesai, Hakim dapat diperpanjang oleh
dapat diperpanjang oleh Ketua ketua pengadilan negeri paling
Pengadilan Negeri yang lama 15 (lima belas) hari.
bersangkutan untuk paling lama 30
(tiga puluh) hari.  Dalam hal jangka waktu
 Apabila jangka waktu tersebut telah sebagaimana dimaksud telah
dilampaui dan Hakim belum berakhir dan Hakim belum
memberikan putusannya, maka memberikan putusan, Anak
anak yang bersangkutan harus wajib dikeluarkan demi hukum.
dikeluarkan dari tahanan demi
19 hukum.
PIDANA/PEMIDANAAN
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
Menganut double track  Menganut double track system;
Anak dapat diberi pidana
system; Anak dapat diberi (straf/punishment) dan tindakan
pidana (straf) dan tindakan (maatregel/measures)
(maatregel);  Anak hanya dapat dijatuhi pidana
Pidana yang dapat atau dikenai tindakan berdasarkan
ketentuan dalam Undang-Undang
dijatuhkan kepada Anak ini.
Nakal ialah pidana pokok  Anak yang belum berusia 14
dan pidana tambahan (empat belas) tahun hanya dapat
dikenai tindakan.

20
PIDANA/PEMIDANAAN
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
 Pidana pokok yang dapat  Pidana pokok bagi Anak terdiri
dijatuhkan kepada Anak atas:
Nakal ialah : a. pidana peringatan;
a. pidana penjara; b. pidana dengan syarat:
b. pidana kurungan; 1) pembinaan di luar
lembaga;
c. pidana denda; atau
2) pelayanan masyarakat;
d. pidana pengawasan. 3) pengawasan.
 Selain pidana pokok
c. pelatihan kerja;
sebagaimana dimaksud tsb.
terhadap Anak Nakal dapat d. pembinaan dalam lembaga;
juga dijatuhkan pidana e. penjara.
tambahan, berupa  Pidana tambahan terdiri atas:
perampasan barang-barang a. perampasan keuntungan yang
tertentu dan atau diperoleh dari tindak pidana;
21
pembayaran ganti rugi. b. pemenuhan kewajiban adat.
PIDANA/PEMIDANAAN
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 TAHUN 2012
 Tindakan yang dapat dijatuhkan  Tindakan yang dapat dikenakan
kepada Anak meliputi:
kepada Anak Nakal ialah :
a. pengembalian kepada orang
a. mengembalikan kepada orang tua/Wali;
tua, wali, atau orang tua asuh; b. penyerahan kepada seseorang;
b. menyerahkan kepada negara c. perawatan di rumah sakit jiwa;
untuk mengikuti pendidikan, d. perawatan di LPKS;
pembinaan, dan latihan kerja; atau e. kewajiban mengikuti pendidikan
c. menyerahkan kepada formal dan/atau pelatihan yang
Departemen Sosial, atau diadakan oleh pemerintah atau
Organisasi Sosial badan swasta;
Kemasyarakatan yang bergerak di f. pencabutan surat izin mengemudi;
bidang pendidikan, pembinaan, dan/atau
dan latihan kerja. g. perbaikan akibat tindak
 Tindakan dapat disertai dengan pidana.
teguran dan syarat tambahan yang
22 ditetapkan oleh Hakim.
PIDANA/PEMIDANAAN
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 / 2012
 Pidana pembatasan kebebasan
Pidana ½ dari
diberlakukan dalam hal Anak
maksimal dari pidana melakukan tindak pidana berat atau
tindak pidana yang disertai dengan
yang dapat diterapkan kekerasan.
bagi orang dewasa;  Pidana pembatasan kebebasan yang
Pidana mati tidak dijatuhkan terhadap Anak paling
lama 1/2 (satu perdua) dari
dapat dijatuhkan bagi maksimum pidana penjara yang
diancamkan terhadap orang dewasa.
anak.  Minimum khusus pidana penjara
tidak berlaku terhadap Anak.
 Ketentuan mengenai pidana penjara
dalam KUHP berlaku juga terhadap
Anak sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-Undang ini.
23
PIDANA/PEMIDANAAN
UU NO. 3 TAHUN 1997 UU NO. 11 / 2012
Tidak diatur  Sering disebut dengan
Rechterlijke Pardon atau
Permaafan oleh Hakim
 Ringannya perbuatan, keadaan
pribadi Anak, atau keadaan
pada waktu dilakukan
perbuatan atau yang terjadi
kemudian dapat dijadikan dasar
pertimbangan hakim untuk
tidak menjatuhkan pidana atau
mengenakan tindakan dengan
mempertimbangkan segi
24
keadilan dan kemanusiaan.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Disiapkan oleh:
Dr. Marcella Elwina Simandjuntak, SH., CN.,
M.Hum

25

Anda mungkin juga menyukai