Anda di halaman 1dari 20

JOURNAL READING

RECURRENT FURUNCULOSIS –
CHALLENGES AND MANAGEMENT:
A REVIEW

Presented by :
Rahmad Adi Nugroho
30101206718

Adviser : dr. Endang Sukmawati, Sp. KK


Judul • Recurrent furunculosis – challenges and
management

Penulis • Kristina Sophie Ibler, Charles B


Kromann

Penerbit • Dovepress

Tahun • 2014
Furunkulosis merupakan infeksi
profunda pada folikel rambut

Pembentukan
abses dengan
akumulasi pus
dan jaringan
nekrotik
Di beberapa negara,
methicilin resistant
S.aureus merupakan
penyebab infeksi kulit
dan jaringan lunak

Eradikasi kuman
harus Pengobatannya masih
dipertimbangkan menjadi masalah
pada kasus-kasus hingga saat ini
bersifat rekuren
Beberapa pasien adalah karier
S.aureus
PENDAHULUAN
Definisi
• Suatu infeksi profunda pada folikel rambut
yang menyebabkan pembentukan abses
dengan akumulasi pus dan jaringan nekrotik
• Terdapat pada bagian tubuh yang berambut

Etiologi
• Staphylococcus aureus
TANDA DAN
GEJALA
Furunkulosis
berulang

DEFINISI ETIOLOGI ETIOLOGI

Furunkulosis Kolonisasi S.Aureus


Entetobakter dan
dengan tiga kali pada nares anterior, enterokokus 
atau lebih lipatan kulit belakang furunkel pada
serangan dalam telinga, dibawah vulvovaginal/para
waktu 12 bulan rectal/bokong
payudara, lipatan paha
FAKTOR RESIKO
Kontak fisik langsung dengan individu yang terinfeksi,
khususnya anggota keluarga atau tenaga kesehatan
Riwayat keluarga positif
Anemia
Pengobatan antibiotik sebelumnya
Diabetes mellitus
Riwayat rawat inap sebelumnya
Lesi Multipel
Buruknya higienitas pribadi
Obesitas
Gangguan hematologi
Penyakit lain yang berhubungan (dermatitis atopik, luka
kronis, atau ulserasi kaki)
PATOFISIOLOGI

Strain Methicilin susceptible Furunkulosis kronik berulang


S. Aureus

Community acquired MRSA


Virulensi S.Aureus
(ca MRSA)

Menghasilkan toksin “Panton Merupakan leucocidal (toksin


Valentine Leukocidin “ (PVL) alfa)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan klinis umum

Kultur swab sederhana


Lesi, nanah atau cairan pada nodul yang berfluktuasi, lubang hidung,
perineum

Identifikasi diabetes
Pemeriksaan Urin, glukosa darah, hemoglobin terglikasi (HbA1c)

Infeksi sistemik
Pemeriksaan darah rutin

Penyakit berulang
Pemeriksaan imunologi
Hidradenitis
suppurativa (HS) Kista pilonidal
DIAGNOSIS
BANDING

Reaksi
Benda
Asing
Abses glandula
bartholin
KOMPLIKASI
• Pembentukan Scar
• Kekambuhan
• Infeksi Sistemik
Distres pernafasan dan pnemonia
• Necrotizing fascitis
• Myositis
• Osteomyelitis
• Artritis Septik
• Infeksi SSP
Meningitis, abses otak
PENGOBATAN

Insisi
sederhana • Lesi Soliter
dan drainase

• Penyakit berat (lesi multiple, perkembangannya


cepat), imunosupresi, usia tua, abses didaerah
Antibiotik yang sulit untuk dikeringkan ( wajah, tangan,
genitalia), kurangnya respon terhadap terapi
insisi dan drainase
Panduan Infectious Disease Society of
America
Pasien Ca-MRSA yang rawat jalan :

• Clindamycin
• Trimethoprim-Sulfamethoxazole
• Tetracycline (Doxycycline/Minocycline)
• Linezolid

Eradikasi pada streptococcus β hemolyticus dan ca-


MRSA :

• Clindamycin
• Trimethoprim sulfamethoxazole
• Tetracycline + β lactam (mis:amoxicillin)
• Linezolid
Pasien Rawat Inap :

• Vancomycin 1gr IV 2x1 hari


• Linezolid 500mg oral/IV 2x1 hari
• Daptomycin 4 mg/kg/dosis IV 1x1hari
• Telavancin 10mg/kg/dosis IV 1x1hari
• Clindamycin 600mg IV atau oral 3x1hari
• ß lactam (ex: Cefazolin)  untuk penggunaan dengan
selulitis non purulen pada pasien rawat inap

Ketentuan :

• Terapi dilakukan selama 7-14 hari


• Pasien yang dirawat inap dengan MRSA harus di
isolasi dari pasien lainnya
PENCEGAHAN
Luka harus ditutup dengan perban kering dan
steril. Peningkatan status gizi

Menjaga higienitas personal dengan mandi dan mencuci


tangan dengan sabun/dengan alkohol  khususnya
setelah kontak dengan penderita

Menghindari penggunaan bersama benda-benda seperti


pisau cukur, seprei dan handuk

Usaha pembersihan harus difokuskan pada permukaan yang sering


disentuh (meja, gagang pintu, bath tubs, kloset) yang biasanya
bersentuhan langsung dengan kulit
Dekolonisasi
5-10 hari penggunaan salep Mupirocin 2x1
hari pada lubang hidung

Mandi setiap hari dengan sabun chlorhexidin 4%


selama 5 sampai 14 hari. Dilute bleach bath selama 15
menit 2x1 hari selama 3 bulan

Pembersihan melalui oral dengan 0,02 % solusio chlorhexidine 3x1 hari 


untuk menurunkan flora faring.
Solusio gentian violet tropis 0,3% pada lubang hidung 2x1 hari selama 2-3
minggu

Rimfapisin jika strain resisten


Antimikroba oral direkomendasikan untuk pengobatan infeksi aktif.
Pada kasus berulang vankomisin oral 1g 2x1 hari selama 5 hari
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
• Pada individu yang sehat  microbiome pada tubuh manusia
beragam terutama pada bagian kulit, dipengaruhi :
o Faktor genetik dari host
o Lingkungan
o Pemaparan dari mikroba lain

• Pendekatan diagnosis dan terapi pasien suspek staphylococcus


harus meliputi :
o Riwayat kesehatan
o Pemeriksaan klinis
o Pemeriksaan mikrobiologi spesifik
o Investigasi biokimiawi
• Pada beberapa kasus dilakukan pengumpulan swab kultur
pasien dan anggota keluarga  untuk mengidentifikasi dan
mengontrol rantai infeksi

Mengurangi resiko kontaminasi :


Pemusatan pada higiene
personal/interpersonal / lingkungan
Meningkatkan dan memelihara barier kulit
Menjaga kelembapan kulit dengan emollient

Management :
Insisi dan drainase
Infeksi sistemik  Antimikroba sistemik
Perawatan bergantung pada eradikasi strain
patogenik

Anda mungkin juga menyukai