Anda di halaman 1dari 35

KLASIFIKASI DAN

PERIZINAN RUMAH
SAKIT
RUMAH SAKIT

SUNDOYO, SH, MKM, M.HUM


KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI
KEMENTERIAN KESEHATAN
NAMA : SUNDOYO, S.H., M.K.M., M.Hum
TTL : Pati, 8 April 1965
NPWP : 07.041.876.9-407.000
PANGKAT/GOL. : Pembina Utama Muda/ IV c
JABATAN : Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Sekretariat Jenderal,
Kementerian Kesehatan RI
CURICULUM VITAE PENDIDIKAN :
 S1 Ilmu Hukum, Universitas Ibnu Kaldum
Kementerian Kesehatan RI
Jl. Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9  S2 Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Jakarta Selatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Jl. Pemuda Kranji No. 56
Kota Bekasi  S2 Magister Hukum, Fakultas Hukum
sundoyo_sh@yahoo.com
Universitas Gadjah Mada

0811 - 1831048
PERJALANAN PENGATURAN
KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT
KEMUDAHAN PERIZINAN UU NO 11 PENINGKATAN AKSES
SE No.
BERUSAHA DAN TAHUN 2020 PELAYANAN
KESEHATAN RUMAH HK.02.01/MENKES/
PENINGKATAN AKSES TENTANG
CIPTA KERJA SAKIT 606/2019
PELAYANAN RUMAH SAKIT

2021 2020 KAJIAN 2019

PP TENTANG PMK NO 3 TAHUN 2020 PMK No. 30 TAHUN 2019


PENYELENGGARAAN TENTANG KLASIFIKASI KAJIAN TENTANG KLASIFIKASI
BIDANG PERUMAHSAKITAN DAN PERIZINAN DAN PERIZINAN RUMAH
DAN RUMAH SAKIT SAKIT
PP TENTANG
PENYELENGGARAAN KLASIFIKASI RS KHUSUS
PERIZINAN BERUSAHA MASIH MENGGUNAKAN
BERBASIS RISIKO LAMPIRANPMK NO.
340/MENKES/PER/III/2010
.

START 2009 2010 2014

PMK NO. 147/MENKES/PER/2010 PMK NO. 56 TAHUN 2014


UU NO. 44 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN RS KLASIFIKASI DAN
KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RS
PMK NO. 340/MENKES/PER/III/2010
PERIZINAN RS
TENTANG KLASIFIKASI RS
PERMENKES NO.3 TAHUN 2020
KONSEP KLASIFIKASI RUMAH SAKIT DALAM
PMK NO. 3 TAHUN 2020

KEMAMPUAN PELAYANAN DASAR KELAS RUMAH SAKIT


melalui pendekatan 01 02 Jumlah tempat tidur,
berdasarkan kompetensi KEMAMPUAN DASAR KELAS pelayanan, SDM, bangunan dan
PELAYANAN RUMAH SAKIT
tenaga yang dimiliki Rumah prasarana, serta peralatan.
Sakit

PENYELENGGARAAN RUMAH PELAYANAN RUMAH SAKIT


SAKIT 04 03 Pelayanan rumah sakit
Penyelenggaraan pelayanan PENYELENGGARAAN PELAYANAN meliputi: Pelayanan medik dan
kesehatan tertentu tidak dibatasi RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT penunjang medik, pelayanan
pada kelas Rumah Sakit keperawatan dan kebidanan,
tertentu, tetapi dapat dilakukan dan pelayanan nonmedik.
pada seluruh rumah sakit
KEPEMILIKAN, BENTUK, DAN JENIS RUMAH SAKIT
PERMENKES NOMOR 3 TAHUN 2020

KEPEMILIKAN
PEMERINTAH PUSAT: UPT dangan BENTUK RUMAH SAKIT
pengelolaan BLU
• Rumah Sakit Statis
PEMERINTAH DAERAH:UPTD dengan • Rumah Sakit Bergerak
pengelolaan BLUD • Rumah Sakit Lapangan
JENIS RUMAH SAKIT
RUMAH SAKIT UMUM : RS yang memberikan
SWASTA: Berbentuk badan hukum
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
yang kegiatan usahanya hanya jenis penyakit.
bergerak dibidang perumahsakitan.
Badan hukum berupa: badan hukum RUMAH SAKIT KHUSUS :Memberikan
yang bersifat nirlaba dan badan hukum pelayanan utama pada satu bidang/satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, gol.
untuk tujuan profit berbentuk pt atau
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
persero. Badan hukum nirlaba lainnya
dikecualikan dari ketentuan kegiatan Rumah sakit khusus dapat Pelayanan rawat inap untuk pelayanan lain di
usaha bergerak di bidang menyelenggarakan pelayanan luar kekhususannya paling banyak 40% dari
perumahsakitan lain di luar kekhususannya seluruh jumlah tempat tidur
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT
Pelayanan
RUMAH SAKIT UMUM

Memiliki jumlah tempat


Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit
Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 250 SDM
Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 200
tidur paling sedikit 100
50
RS UMUM/
RS UMUM/ KHUSUS
Bangunan
RS UMUM/ KHUSUS KELAS
dan
KHUSUS KELAS A
Prasarana
RS UMUM KELAS B
KELAS C
D Memiliki jumlah
Memiliki jumlah tempat tidur
Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit
paling sedikit 100 Peralatan
tempat tidur
paling sedikit 75
25
RUMAH SAKIT KHUSUS
PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT

PELAYANAN MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

Pelayanan medik umum, pelayanan medik spesialis,


pelayanan medik subspesialis

PELAYANAN KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

Asuhan keperawatan generalis dan/atau spesialis,


dan asuhan kebidanan
DUKUNGAN RUANGAN DAN
PERALATAN
PELAYANAN NONMEDIS
Pelayanan farmasi, pelayanan laundri/binatu, pengolahan BUKAN
makanan/gizi, pemulasaran jenazah, pelayanan nonmedik PENGELOMPOKAN
PENGELOMPOKAN
lain NORMA
TENAGA
PUTUSAN MA TERHADAP UJI MATERIIL
PERMENKES NO. 3 TAHUN 2020

PERMOHONAN UJI MATERIIL PERMOHONAN UJI MATERIIL


Register No : 45P/HUM/2020 Register No : 47P/HUM/2020

POKOK PERMOHONAN UJI MATERIIL POKOK PERMOHONAN UJI MATERIIL

Menguji ketentuan Pasal 7 ayat (2), Pasal 10,


Menguji ketentuan Pasal 7 ayat (2),
dan Pasal 14 ayat (1) dan ayat (4) , dan Pasal
Pasal 10, dan Pasal 14 ayat (1) dan ayat
25 ayat (1) Permenkes Nomor 3 Tahun 2020
(4) Permenkes Nomor 3 Tahun 2020

AMAR PUTUSAN AMAR PUTUSAN


Tanggal Putusan 27 Oktober 2020 Tanggal Putusan 5 November 2020
Permohonan Hak Uji Materiil Tidak Diterima Permohonan Hak Uji Materiil Ditolak
PENYELENGGARAAN
PELAYANAN RAWAT
INAP

01
TEMPAT TIDUR PERAWATAN KELAS III
• paling sedikit 30 % dari seluruh tempat tidur
untuk Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
• paling sedikit 20 % dari seluruh tempat tidur
untuk Rumah Sakit milik swasta

02 TEMPAT TIDUR PERAWATAN DI ATAS KELAS I


paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari seluruh
tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan swasta

TEMPAT TIDUR PERAWATAN INTENSIF


03 Paling sedikit 8% (delapan persen) dari seluruh tempat tidur
untuk Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan swasta.
a. Perawatan intensif untuk RS umum 5% (lima persen) untuk
ICU, dan 3% (tiga persen) untuk pelayanan intensif lainnya
b. Ketentuan paling sedikit 8% dikecualikan untuk RS khusus
mata dan RS Khusus Gigi dan mulut
PERIZINAN RUMAH SAKIT
PENERBITAN IZIN SETELAH MEMENUHI PERSYARATAN SESUAI DENGAN KLASIFIKASI RUMAH SAKIT
PENERBITAN IZIN DILAKUKAN MELALUI LEMBAGA OSS DALAM BENTUK DOKUMEN ELEKTRONIK

• Berlaku selama rumah sakit • Berlaku selama 5 tahun dan diajukan


memberikan pelayanan kesehatan oleh pimpinan Rumah Sakit
• Harus mempertimbangkan sebaran • Syarat perolehan izin: profil RS, self
rumah sakit secara merata disetiap assessment, surat
wilayah provinsi dan kab/kota keterangan/sertifikat izin kelayakan
• Syarat perolehan izin : dokumen atau pemanfaatan dan kalibrasi alat
kajian dan perencanaan bangunan Kesehatan, sertifikat akreditasi (utk
(Feasibility Study (FS), Detail perpanjangan izin), surat pernyataan
Engineering Design dan master komitmen jumlah tempat tidur untuk
plan) dan pemenuhan pelayanan alat Rumah Sakit PMA
kesehatan.

IZIN MENDIRIKAN IZIN OPERASIONAL

Izin Mendirikan dan Izin Operasional


Izin Mendirikan dan Izin Operasional
Izin Mendirikan dan Izin Operasional Rumah Sakit kelas C dan Rumah Sakit
Rumah Sakit kelas B diberikan oleh
Rumah Sakit kelas A dan Rumah KELAS C kelas D diberikan oleh BUPATI/WALI
KELAS A GUBERNUR setelah mendapatkan
Sakit penanaman modal asing KELAS B notifikasi dari kepala dinas yang DAN D
KOTA setelah mendapatkan notifikasi
diberikan oleh MENTERI MELALUI dari kepala dinas yang berwenang di
berwenang di bidang kesehatan pada
DIREKTUR JENDERAL bidang kesehatan pada Pemerintah
Pemerintah Daerah provinsi
Daerah kabupaten/kota
PERSYARATAN
LOKASI SDM
Lokasi bangunan rumah sakit pada Meliputi tenaga tetap yang
lahan sesuai tata ruang wilayah bekerja secara purna waktu,
dan/atau tata bangunan lingkungan diangkat dan ditetapkan oleh
kab/kota dan peruntukan lahan untuk pimpinan RS.
fungsi rumah sakit. Selain itu dapat mempekerjakan
tenaga tidak tetap dan
konsultan.

BANGUNAN KEFARMASIAN
Harus memenuhi persyaratan Merupakan pelayanan
teknis sesuai dengan ketentuan kefarmasian yang dilakukan di
peraturan perundang-undangan instalasi farmasi sesuai
(PMK No. 24 Tahun 2016. dengan peraturan perundang-
undangan (PMK No. 72 Tahun
2016)
PRASARANA PERALATAN
Harus memenuhi persyaratan Meliputi peralatan medis dan
teknis sesuai dengan ketentuan nonmedis untuk memenuhi
peraturan perundang-undangan standar pelayanan, persyaratan
(PMK No. 24 Tahun 2016). mutu, keamanan, keselamatan
dan laim pakai.
PENGATURAN RUMAH SAKIT
PASCA UU CIPTA KERJA
UU NO 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

TENAGA KERJA 01 MENDORONG


PENCIPTAAN LAPANGAN
Lebih dari 13 juta orang butuh kerja
dan terus bertambah setiap tahun.
KERJA

02 MEMUDAHKAN
UMKM PEMBUKAAN USAHA
Dari 64,19 juta UMK-M, 64,13 juta adalah BARU
UMK yang Sebagian besar berada di sektor
informal, sehingga perlu didorong untuk
bertranformasi menjadi formal.
03 MENDUKUNG
REGULASI PEMBERANTASAN
Permasalahan Perizinan yang Rumit dengan KORUPSI
banyaknya regulasi pusat & daerah (hiper-regulasi)
yang mengatur sektor, menyebabkan disharmoni,
tumpang tindih, tidak operasional, dan sektoral.
MATERI MUATAN UU CIPTA KERJA
PENYEDERHANAAN PERIZINAN
Bab I Ketentuan Umum BERUSAHA SEKTOR KESEHATAN, OBAT
Bab II DAN MAKANAN
Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup
Bab III Peningkatan Ekosistem Investasi dan
Undang-Undang Nomor 36
15 BAB
Bab IV
Kegiatan Berusaha
Ketenagakerjaan
01 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Bab V Kemudahan, Perlindungan,
Undang-Undang Nomor 44
Bab VI
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM
02 Tahun 2009 tentang Rumah
Kemudahan Berusaha
186 Bab VII Dukungan Riset dan Inovasi
Sakit
PASAL Bab VIII Pengadaan Lahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Bab IX Kawasan Ekonomi 03 1997 tentang Psikotropika
Bab X Investasi Pemerintah Pusat dan
Kemudahan Proyek Strategis Nasional Undang-Undang Nomor 35
78 UU Bab XI Pelaksanaan Administrasi Pemerintahan
04 Tahun 2009 tentang Narkotika
Untuk Mendukung Cipta Kerja
Undang-Undang Nomor 18
Bab XII
Bab XIII
Pengawasan dan Pembinaan
Ketentuan Lain-Lain
05 Tahun 2012 tentang Pangan
Bab XIV Ketentuan Peralihan
Bab XV Ketentuan Penutup
PERATURAN PELAKSANAAN UU CK SEKTOR KESEHATAN

TINDAK LANJUT UU CIPTA KERJA DI SEKTOR KESEHATAN

PP TENTANG PENYELENGGARAAN BIDANG PP TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN


PERUMAHSAKITAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO

MATERI MUATAN MATERI MUATAN

• klasifikasi rumah sakit • Penetapan perizinan berbasis risiko di sektor kesehatan


• kewajiban rumah sakit dan sektor lainnya
• akreditasi rumah sakitpembinaan dan pengawasan • Persyaratan dan kewajiban pelaksanaan kegiatan usaha
• tata cara pengenaan sanksi administratif • Tata cara pengawasan

DIPRAKARSAI OLEH KEMENKO


DIPRAKARSAI OLEH KEMENKES
PEREKONOMIAN
PP TENTANG PENYELENGGARAAN
BIDANG PERUMAHSAKITAN
PP TENTANG PENYELENGGARAAN BIDANG PERUMAHSAKITAN
MELAKSANAKAN KETENTUAN PASAL 61 UNDANG-
UNDANG TENTANG CIPTA KERJA
(yaitu perubahan terhadap Pasal 24 ayat (2), Pasal 29 ayat (3), Pasal
Pasal 54 ayat (6)
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN,
04
40 ayat (4), Pasal 54 ayat (6) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 SERTA KRITERIA, JENIS DAN TATA
tentang Rumah Sakit) CARA PENGENAAN SANKSI AMANAT
Pasal 40 ayat (4) ADMINISTRATIF
AKREDITASI
UU CK
RUMAH SAKIT
Pasal 29 ayat (3)
KEWAJIBAN
RUMAH SAKIT
04
Pasal 24 ayat (2) 03
KLASIFIKASI
RUMAH SAKIT
02
Permenkes No 18 Th 2018
01 tentang Pengawasan Bidang
Kesehatan dan berbagai PUU di
Bidang Perumahsakitan lainnya
Permenkes No 12 Th
2020 tentang Akreditasi
Rumah Sakit
Permenkes No 4 Th 2018
ttg Kewajiban Rumah Sakit
dan Kewajiban Pasien
Permenkes No 3 Th KONDISI
2020 ttg Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit EKSISTING
REFORMASI REGULASI
KLASIFIKASI RS
 Kemampuan Pelayanan
PELAYANAN SPESIALISTIK  Fasilitas Kesehatan
 Sarana Penunjang
DAN SUBSPESIALISTIK
KEL  Sumber Daya Manusia
Kelas A:
AS A 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima)
&B penunjang medik spesialis, 12
AKSES PELAYANAN KESEHATAN KEPADA
(dua belas) spesialis lain selain
spesialis dasar, dan 13 (tiga belas)
KELAS A 01 MASYARAKAT
subspesialis
Kelas B: KEMUDAHAN PELAKU USAHA DALAM
4 (empat) spesialis dasar,4 (empat)
KELAS C
02 MENYEDIAKAN PELAYANAN KESEHATAN
penunjang medik spesialis, 8
(delapan) spesialis lain selain KEMUDAHAN PEKERJA/TENAGA
spesialis dasar, dan 2 (dua) sub
spesialis dasar
03 KESEHATAN DALAM MEMPEROLEH
LAPANGAN KERJA & MENINGKATKAN
PELAYANAN SPESIALISTIK KOMPETENSI
KEL KELAS B
Kelas C:
AS C 4 (empat) spesialis dasar dan 4
&D (empat) penunjang medik spesialis KELAS D
Kelas D:
2 (dua) spesialis dasar

EKSISTING RS Perizinan Berusaha


1 Izin Mendirikan PE
RI ZINA
N

KEDEPAN
2 Izin Operasional
SISTEMATIKA PP

BAB V
BAB I PEMBINAAN DAN
KETENTUAN UMUM 1 5 PENGAWASAN RUMAH SAKIT

BAB II BAB VI
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT 2 6 TATA CARA PENGENAAN
SANKSI ADMINISTRATIF

3 7
BAB III BAB VII
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT KETENTUAN PERALIHAN

4 8
BAB IV BAB VIII
PENYELENGGARA KETENTUAN PENUTUP
AKREDITASI RUMAH SAKIT
AN RUMAH SAKIT
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT

KETENTUAN :
KELAS A 01

KELAS B Pemerintah menetapkan klasifikasi RS


berdasarkan:
RS UMUM  Kemampuan Pelayanan
 Fasilitas Kesehatan
KELAS C  Sarana Penunjang
 Sumber Daya Manusia

KELAS D
02
KELAS A Menjabarkan gambaran RS Umum dan RS Khusus
berdasarkan kemampuan pelayanan yang
diberikan, bangunan dan prasarana, ketersediaan
RS KHUSUS KELAS B
tempat tidur, dan peralatan, serta Sumber Daya
Manusia.

KELAS C
KEMAMPUAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT KHUSUS
Memberikan pelayanan utama pada satu
RUMAH SAKIT UMUM
bidang atau satu jenis penyakit tertentu
RS yang memberikan pelayanan berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
kesehatan pada semua bidang dan organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya
jenis penyakit
Dapat menyelenggarakan pelayanan lain di
luar kekhususannya (paling banyak 40% dari
seluruh jumlah tempat tidur rawat inap).

RSU

RSK
Menteri dapat menetapkan (koordinasi dg
K/L terkait) RS khusus lainnya berdasarkan
PELAYANAN KESEHATAN hasil kajian kebutuhan pelayanan

BERUPA:
1. Pelayanan medik dan
KLASIFIKASI PELAYANAN KESEHATAN
penunjang medik
2. Pelayanan keperawatan dan BERUPA:
kebidanan 1. Pelayanan medik dan penunjang
3. Pelayanan kefarmasian medik sesuai dengan kekhususan
4. Pelayanan penunjang lainnya 2. Pelayanan keperawatan dan/atau
(yang diberikan oleh nakes dan kebidanan
non nakes) 3. Pelayanan kefarmasian
4. Pelayanan penunjang lainnya (yang
diberikan oleh nakes dan non nakes)
FASILITAS KESEHATAN DAN SARANA PENUNJANG
TEMPAT TIDUR RAWAT INAP KELAS STANDAR
a. 60% dari seluruh tempat tidur untuk RS milik Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah; dan
b. 40% dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta.

DITERAPKAN SECARA BERTAHAP PALING LAMBAT SAMPAI


DENGAN 31 DESEMBER 2022

TEMPAT TIDUR PERAWATAN INTENSIF


1 2 3 Paling sedikit 10% dari seluruh tempat tidur
a. 6% untuk pelayanan unit perawatan intensif/ICU; dan
b. 4% untuk pelayanan intensif lain yang terdiri atas perawatan
intensif neonatus dan perawatan intensif pediatrik (NICU dan
BANGUNAN DAN PERALATAN KETERSEDIAAN PICU).
TEMPAT TIDUR DIKECUALIKAN
PRASARANA BAGI RUANG SEBAGAI TEMPAT ISOLASI
• Peralatan medis dan
• Harus memenuhi RS Umum RS KHUSUS
nonmedis yang
aspek keandalan Kelas A paling sedikit 250 GILUT, • Paling sedikit 10% dari seluruh tempat tidur
memenuhi standar
teknis bangunan Kelas B paling sedikit 200 MATA DAN
pelayanan, • Dalam kondisi wabah atau KKM, kapasitas ruang yang dapat
gedung dan Kelas C paling sedikit 100 THT-KL
persyaratan mutu, digunakan sebagai tempat isolasi paling sedikit:
konstruksi Kelas D paling sedikit 50
keamanan, a. 30% dari seluruh tempat tidur untuk RS milik Pemerintah Pusat
• Harus memenuhi keselamatan, dan dan Pemda; dan
persyaratan teknis RS Khusus
laik pakai. b. 20% dari seluruh tempat tidur untuk RS milik swasta.
bangunan Rumah Kelas A paling sedikit 100
Sakit Kelas B paling sedikit 75
Kelas C paling sedikit 25 RUMAH SAKIT PMA
• Jumlah tempat tidur RS Umum PMA paling sedikit sesuai dengan
jumlah tempat tidur RS Umum kelas B
RS Khusus Gigi dan Mulut RS Khusus THT KL dan Mata
• Jumlah tempat tidur untuk RS Khusus PMA paling sedikit sesuai
• Kelas A paling sedikit 14 TT dan 75 dental unit • Kelas A paling sedikit 40 TT dengan jumlah tempat tidur RS kelas A pada setiap jenis Rumah
• Kelas B paling sedikit 12 TT dan 50 dental unit • Kelas B paling sedikit 25 TT Sakit khusus.
• Kelas C paling sedikit 10 TT dan 25 dental unit • Kelas C paling sedikit 15 TT ATAU SESUAI KESEPAKATAN/KERJA SAMA INTERNASIONAL
SUMBER DAYA MANUSIA

SDM RS Umum dan RS Khusus berupa tenaga tetap yang bekerja secara purna
waktu meliputi: tenaga medis, tenaga keperawatan/kebidanan, tenaga kefarmasian,
tenaga kesehatan lain, tenaga manajeman rumah sakit dan tenaga non kesehatan

Pemilik Rumah sakit dan kepala atau direktur Rumah Sakit


bertanggung jawab dalam pemenuhan sumber daya manusia dengan
jumlah dan kualifikasi disesuaikan dengan hasil analisis beban kerja,
kebutuhan, dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit

SDM RS diangkat dan ditetapkan oleh kepala atau


direktur Rumah Sakit
01 Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak
tetap dan/atau tenaga lainnya berdasarkan
02 kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-

03 undangan

04
PERUBAHAN KELAS RUMAH SAKIT

TINDAKLANJUT

PERSYARATAN TINDAKLANJUT

PENILAIAN Perubahan kelas Rumah Sakit


PERUBAHAN KELAS PERSYARATAN ditindaklanjuti dengan penetapan
Usulan perubahan kelas dari kelas Rumah Sakit yang baru melalui
DASAR PERUBAHAN perubahan Perizinan Berusaha
PENILAIAN PERUBAHAN pemilik atau kepala/direktur
KELAS KELAS sesuai dengan ketentuan peraturan
rumah sakit hanya dapat
dilakukan terhadap Rumah Sakit perundang-undangan.
Perubahan kelas dilakukan
DASAR DILAKUKAN dengan menilai pemenuhan yang telah terakreditasi.
PERUBAHAN KELAS kemampuan pelayanan, faskes
• Usulan dari pemilik atau
dan sarana penunjang, dan
Kepala/Direktur RS SDM sesuai ketentuan klasifikasi
• Hasil pengawasan oleh
RS
Pemerintah Pusat/Pemda
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

1. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan RS kepada 10. melaksanakan sistem rujukan;
masyarakat; 11. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi
2. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan etika serta ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan 12. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan
standar pelayanan RS; kewajiban pasien;
3. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan 13. menghormati dan melindungi hak pasien;
kemampuan pelayanannya; 14. melaksanakan etika Rumah Sakit;
4. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, 15. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
sesuai dengan kemampuan pelayanannya; bencana;
5. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu 16. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan, baik secara
atau miskin; regional maupun nasional;
6. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas 17. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian 18. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital
luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan; by laws);
7. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan 19. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien; Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
8. menyelenggarakan rekam medis; 20. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan
9. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain tanpa rokok.
sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita
menyusui, anak-anak, dan lanjut usia;

MENGURAIKAN 20 KEWAJIBAN RS SEBAGAIMANA DIATUR


DALAM UU
AKREDITASI RUMAH SAKIT

01 LEMBAGA PENYELENGGARA AKREDITASI


Lembaga Independen dari dalam atau luar negeri
yang ditetapkan oleh pemerintah pusat (Menteri
Kesehatan)

02 KEGIATAN
• Persiapan Akreditasi  dilakukan oleh Rumah Sakit
yang akan menjalani proses Akreditasi, untuk
pemenuhan Standar Akreditasi dalam rangka survei
Akreditasi
• Pelaksanaan Akreditasi  dilakukan oleh lembaga
independen penyelenggara Akreditasi, yang meliputi Akreditasi RS dilakukan
kegiatan survei akreditasi dan penetapan status paling lambat setelah 2
akreditasi
• Pascaakreditasi  dilakukan oleh Rumah Sakit
melalui penyampaian perencanaan perbaikan strategis
02 tahun sejak memperoleh
perizinan berusaha
kepada lembaga independen penyelenggara Akreditasi pertama kali
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi

Akreditasi RS secara berkala minimal 3


03 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
mendukung, memotivasi, mendorong, dan
memperlancar penyelenggaraan Akreditasi baik untuk
01 (tiga) tahun sekali
Penjelasan PP:
Rumah Sakit milik pemerintah maupun swasta
DIMAKNAI PALING CEPAT 3 TAHUN SEKALI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN RUMAH SAKIT

1. Dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan melibatkan


organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan organisasi kemasyarakatan lainnya sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing (dilakukan sesuai NSPK yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat).
2. Diarahkan untuk: pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh
masyarakat, peningkatan mutu pelayanan kesehatan, keselamatan pasien, pengembangan
jangkauan pelayanan, dan peningkatan kemampuan kemandirian RS
3. Lingkup binwas: pemenuhan persyaratan RS; kesesuaian klasifikasi RS; perizinan RS;
pemenuhan kewajiban dan hak RS dan Pasien; dan standar dan mutu pelayanan RS.

BENTUK PEMBINAAN
a. monitoring;
a. bimbingan teknis; BENTUK PENGAWASAN b. Evaluasi.
b. advokasi;
c. konsultasi; dan/atau
d. pendidikan dan pelatihan
TUGAS PENGAWASAN WEWENANG TENAGA
PENGAWAS

Tenaga Pengawas berwenang:


a. memasuki setiap tempat
yang diduga digunakan
dalam kegiatan yang
berhubungan dengan lingkup
pengawasan
b. memeriksa setiap lokasi,
Tenaga Pengawas fasilitas, tempat yang
Dalam melaksanakan Tenaga pengawas berkaitan dengan lingkup
melaksanakan diangkat dan
tugas pengawasan, ditugaskan dalam pengawasan
pengawasan yang
Pemerintah Pusat dan jabatan c. memeriksa perizinan yang
bersifat teknis
Pemerintah Daerah fungsional tenaga berkaitan dengan lingkup
medis (audit medis)
sesuai dengan pengawas pengawasan
dan teknis
kewenangannya perumahsakitan kesehatan sesuai d. memeriksa setiap dokumen
mengangkat (evaluasi kinerja dgn ketentuan yang berkaitan dengan
TENAGA pelayanan dan peraturan lingkup pengawasan
PENGAWAS sesuai keuangan) perundang- e. mewawancarai orang yang
kompetensi dan undangan dianggap penting
keahliannya. f. melakukan verifikasi atau
klarifikasi, dan kajian; dan
g. memberikan rekomendasi
berdasarkan hasil
pengawasan.
TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF
Jenis sanksi administratif:
a. teguran;
JENIS SANKSI b. teguran tertulis;
c. denda; dan/atau
d. pencabutan perizinan berusaha

1. Melakukan pelanggaran terhadap pelaksanaan kewajiban Rumah Sakit


KRITERIA 2. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan
SANKSI
1. Pengenaan sanksi berdasarkan laporan dari:
a.Pengaduan
b.Pemberitaan media elektronik/cetak
c. Hasil monitoring evaluasi
2. Pemeriksaan laporan dugaan pelanggaran dengan membentuk tim panel yang bersifat
TATA CARA adhoc
PENGENAAN 3. Tim Panel memberikan rekomendasi kepada pejabat yang berwenang memberikan
SANKSI sanksi (Pemerintah Pusat dan Pemda)
4. Pengenaan sanksi dilakukan secara bertahap mulai dari sanksi teguran, teguran
tertulis, denda, sampai dengan pencabutan perizinan berusaha

SANKSI DENDA PALING BANYAK SEBESAR RP.100.000.000,


30 DENGAN PERHITUNGAN UNTUK
SETIAP 1 (SATU) JENIS PELANGGARAN SEBESAR RP.10.000.000 30
PP TENTANG
PENYELENGGARAAN PERIZINAN
BERUSAHA BERBASIS RISIKO
REFORM PERIZINAN BERUSAHA

KONDISI SAAT INI UU CIPTA KERJA


• Pelaksanaan kegiatan usaha saat ini 1. Mengubah konsepsi kegiatan usaha
menggunakan pendekatan izin (license 1. Pangkas Perizinan dari berbasis izin (license approach)
approach) dimana seluruh kegiatan 1. Pangkas Perizinan
Berusaha menjadi penerapan standar dan
usaha harus memiliki izin Berusaha
2. Sederhanakan berbasis risiko (Risk-Based
2. Sederhanakan Approach/RBA)
• Sangat banyak peraturan (hyper Posedur Perizinan
Posedur Perizinan
regulation) yang mengatur tentang 3. Penerapan Standar 2. Izin hanya untuk kegiatan usaha
perizinan untuk usaha
3. Penerapan Standar
Usaha yang memiliki risiko tinggi; Risiko
Usaha
• Tumpang tindih pengaturan antar sektor 4. Perlakuan Khusus Menengah Sertifikat Standar;
4. Perlakuan Khusus
(kementerian), sehingga memungkinkan untuk Usaha Mikro Risiko Rendah  Pendaftaran/ NIB
untuk Usaha Mikro (Nomor Induk Berusaha).
satu kegiatan usaha dapat memiliki dan Kecil (UMK)
dan Kecil (UMK)
kewajiban memproses izin lebih dari satu 3. Pemerintah melakukan pengawasan
• Format NSPK tidak terstandardisasi, kegiatan usaha
sehingga implementasi di lapangan
menjadi bervariasi
• Pelaksanaan pengawasan kegiatan RPP TENTANG PENYELENGGARAAN
usaha tidak standar dan belum optimal
PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO
PERIZINAN BERUSAHA
JENIS PERIZINAN
KRITERIA RISIKO (DASAR) TINGKAT RISIKO
BERUSAHA

KESEHATAN RENDAH NIB

ANALISIS RISIKO TERINTEGRASI


KESELAMATAN MENENGAH
NIB +SERTIFIKAT
MENENGAH RENDAH STANDAR
MENENGAH TINGGI
LINGKUNGAN

NIB + IZIN
KETERBATASAN TINGGI
SUMBER DAYA (SERTIFIKAT STANDAR)

ASPEK RISIKO LAINNYA


DISESUAIKAN DENGAN potensi bahaya
KEGIATAN USAHA x RUMAH
probabilitas SAKIT
terjadinya
PERIZINAN BERUSAHA RUMAH SAKIT
PEMBERIAN IZIN BERUSAHA
MELALUI REFORM 1 Izin mendirikan IMB dengan tambahan
RS Kelas A : Menteri Kesehatan LEMBAGA bangunan rumah sakit standar bangunan rumah sakit
RS Kelas B : Gubernur PERIZINAN
OSS
RS Kelas C dan D : Bupati/Walikota
BERUSAHA 2 Izin Pelayanan x IZIN
RUMAH SAKIT Kesehatan Tertentu
Bukti pemenuhan standar
berupa sertifikat atau checklist
SEBELUM OPERASIONAL di sitem OSS
Memenuhi Persyaratan Administrasi
Umum dan Teknis (lokasi, bangunan,
prasarana dan alat kesehatan, struktur
organisasi SDM dan SDM, pelayanan)

Perizinan Berusaha berlaku selama


5 tahun PENGAWASAN
PELAKSANAAN
USAHA
Oleh Pemerintah Pusat
SETELAH OPERASIONAL
dan Pemerintah Daerah
Harus melaksanakan KEWAJIBAN:
1. Standar pelayanan rumah sakit Untuk memastikan kepatuhan
2. Bukti akreditasi RS terhadap pemenuhan
3. Nomor register RS persyaratan dan kewajiban
4. Indikator mutu RS
5. Update/pembaruan jika terjadi Dilakukan secara rutin dan
perubahan data RS insidental
Thank you
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Anda mungkin juga menyukai