Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN

Moratorium Fakultas
Kedokteran
MORATORIUM DICABUT
DEMI KUALITAS DOKTER YANG LEBIH BAIK ?

Sepak Terjang Moratorium


Moratorium (KBBI) merupakan istilah lain dari penanggguhan atau penundaan.
Moratorium pendirian fakultas kedokteran baru merupakan upaya untuk menangguhkan
pembukaan fakultas kedokteran baru di Indonesia. Moratorium pendirian fakultas kedokteran
sendiri merupakan masalah yang sudah lama menjadi polemik. Terhitung semenjak 2015 silam,
KKI (Konsil Kedokteran Indonesia) melayangkan surat permintaan untuk memberlakukan
moratorium fakultas kedokteran kepada Kemenristekdikti.
KKI mengungkapkan moratorium fakultas kedokteran diperlukan karena jumlah
fakultas kedokteran yang ada sudah terlampau banyak dan kualitas dari fakultas kedokteran
tersebut tidak merata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dokter yang sudah cukup tetapi distribusi
dokter yang kurang dan banyaknya fakultas kedokteran dengan akreditasi C dengan tingkat
kelulusan UKMPPD yang rendah.
Kemenristekdikti merespon satu tahun kemudian dengan mengeluarkan Surat Edaran
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 1/M/SE/VI/2016 tanggal 14 Juni
2016 tentang Moratorium Pembukaan Program Studi Pendidikan Dokter.

Nasib Moratorium Kini


Terhitung semenjak 7 Agustus 2017 moratorium dicabut melalui surat yang
dikeluarkan oleh Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor
2536/C.C4/KL/2017. Kemenristekdikti berdalih pencabutan moratorium dikarenakan sudah
terdapat peningkatan kualitas pendidikan dokter yang tergambar oleh peningkatan akreditasi C
menjadi B. Pada tahun 2017 hanya ada 8 fakultas kedokteran yang dapat meningkatkan
akreditasinya dari C menjadi B yaitu, Universitas Muhammadiyyah Makassar, Universitas
Muhammadiyyah Semarang, Universitas Batam, Universitas Cendrawasih, Universitas
Haluoleo, Universitas Kristen Duta Wacana, Universitas Warmadewa, dan Universitas
Pattimura (LAM-PTKes, 2017).
Selain pertimbangan peningkatan mutu pendidikan kedokteran, latar belakang lain
Kemenristekdikti mencabut moratorium adalah demi memenuhi kebutuhan dokter diberbagai
wilayah Indonesia dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 2030
dalam mencapai masyarakat yang sehat dan memiliki akses ke pelayanan kesehatan. Selain itu,
hanya perguruan tinggi yang berada pada provinsi yang belum memiliki fakultas kedokteran
yang diutamakan dalam pendirian fakultas kedokteran baru.

Jumlah Dokter Indonesia


Saat ini jumlah dokter yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) ada sekitar 120.000
orang dan akan terus bertambah pastinya. Ratio dokter nasional dengan masyarakat Indonesia
telah mencapai 1 : 2.100. Artinya, satu dokter melayani 2.100 pasien. Rasio ini sudah lebih dari
angka ideal, yakni 1 : 2.500. Apabila digunakan perbandingan dengan kebutuhan dokter per
100.000 penduduk, ratio kebutuhan dokter nasional dengan jumlah penduduk mencapai 45
dokter per 100.000 penduduk dimana targetnya adalah 42 dokter per 100.000 penduduk. Hal
ini menggambarkan bahwa jumlah dokter Indonesia sudah mencukupi bahkan dapat dikatakan
berlebih. Perlu diperhatikan bahwa fakultas kedokteran yang telah berdiri masih tetap
meluluskan dokter sekitar 7000 orang per tahun. Bagaimana rasio dokter dengan masyarakat
kedepannya?

Distribusi Dokter Masalah Utama


Masalah dokter di Indonesia bukan terkait jumlah dokter yang belum mencukupi. Data
diatas dapat menggambarkan kondisi rasio jumlah dokter dengan masyarakat. Masalah utama
terkait dokter di Indonesia adalah distribusi atau pemerataan dokter ke seluruh penjuru
Indonesia terutama pada daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Daftar daerah 3T
dapat diakses disini. Persebaran dokter masih terkonsentrasi pada Indonesia bagian barat,
sedangkan bagian tengah dan timur masih kurang. Pada sebagian besar provinsi Indonesia
bagian tengah dan timur seorang dokter bisa jadi bertanggung jawab terhadap kurang lebih
3.000-10.000 penduduk.

Sumber : http://www.kki.go.id/

BARAT TENGAH TIMUR


103.065 dokter umum 18.083 dokter umum 1.837 dokter umum
28.830 dokter spesialis 5.143 dokter spesialis 329 dokter spesialis

Keberadaan dari fakultas kedokteran pada suatu provinsi juga tidak menunjang
persebaran dokter yang merata. Hal ini dapat dilihat dimana Provinsi Jawa Timur memiliki 8
fakultas kedokteran yang telah meluluskan dokter tetapi belum dapat memenuhi rasio
kebutuhan dokter per 100.000 penduduk. Sedangkan Provinsi Kalimantan Timur dan Sulawesi
Utara yang hanya memiliki 1 fakultas kedokteran yang telah meluluskan dokter dapat
memenuhi kebutuhan dokter per 100.000 penduduk. Terdapat 23 Provinsi dari 34 Provinsi di
Indonesia yang belum dapat memenuhi rasio kebutuhan dokter. Provinsi DKI Jakarta memiliki
rasio kebutuhan dokter yang paling besar sebesar 164,5 dokter per 100.000 penduduk.
Sedangkan Provinsi Sulawesi Barat memiliki rasio kebutuhan dokter yang paling kecil sebesar
9,6 dokter per 100.000 penduduk. Data ini menunjang bahwa keberadaan fakultas kedokteran
pada suatu provinsi belum tentu dapat menjamin pemerataan dari dokter ke seluruh penjuru
daerah.
No Provinsi Jumlah Fakultas Kedokteran Target Rasio Tenaga
Yang Telah Yang Belum Kesehatan
Meluluskan Dokter Meluluskan Dokter (41 : 100.000)
1 Aceh 3 - 57,2
2 Sumatera Utara 6 - 60,3
3 Kepulauan Riau 1 -- 39,9
4 Riau 2 - 45,4
5 Bangka Belitung - - 28,1
6 Sumatera Barat 2 - 53,2
7 Jambi 1 - 34,7
8 Bengkulu 1 - 31,7
9 Sumatera Selatan 2 - 33,3
10 Lampung 2 - 24,8
11 Banten 2 - 44,3
12 DKI Jakarta 9 - 164,5
13 Jawa Barat 5 - 36,4
14 Jawa Tengah 6 2 31
15 Yogyakarta 4 - 92,2
16 Jawa Timur 8 5 34,6
17 Kalimantan Utara - - 24
18 Kalimantan Barat 1 - 19,8
19 Kalimantan Tengah 1 - 24,2
20 Kalimantan Timur 1 - 51,4
21 Kalimantan Selatan 1 - 29,7
22 Bali 2 - 81
23 Nusa Tenggara Barat 2 - 19,9
24 Nusa Tenggara Timur 1 - 13,7
25 Sulawesi Utara 1 - 98
26 Sulawesi Tengah 2 - 18,3
27 Sulawesi Tenggara 1 - 18
28 Sulawesi Selatan 3 2 45,5
29 Sulawesi Barat - - 9,6
30 Gorontalo - - 24,9
31 Maluku 1 - 17,6
32 Maluku Utara - 1 16,6
33 Papua Barat - 1 26
34 Papua 1 - 23,7
TOTAL 72 11
Jumlah Total Fakultas Kedokteran di Indonesia per Oktober 2017 berjumlah 83 buah

Kunci dari pemerataan dokter adalah kebijakan dari institusi pendidik dan pemerintah.
Salah satu kebijakan yang dapat diambil sebagai contoh adalah intership, banyak dari dokter
yang enggan untuk bertugas di daerah dikarenakan tunjangan yang minim. Indonesia
terbentang dari Sabang sampai Merauke, biaya hidup masing-masing daerah berbeda-beda.
Namun, seorang dokter magang hanya menerima bantuan hidup dari Kemenkes sebesar Rp
2.500.000 2.700.000. Insentif bagi dokter magang juga dapat diberikan oleh pemerintah
daerah setempat tergantung dengan kebijakan pemerintah daerah tersebut, dikarenakan tidak
adanya peraturan yang mengatur ketetapan besarnya jumlah insentif yang diberikan oleh
pemerintah daerah kepada dokter magang di daerahnya. Jadi pemerintah daerah memberikan
insentif kepada dokter magang sebesar Rp 100.000 pun sah-sah saja. Oleh karena itu kebijakan
pemerintah pusat sangat penting dalam pemerataan dokter ke seluruh daerah.

Pemerintah Salah Fokus


Langkah Kemenristekdikti dalam membuka pintu pengusulan pendirian fakultas
kedokteran baru sebagai langkah meningkatkan kualitas dokter dapat dianggap kurang tepat.
Pendirian fakultas kedokteran baru tidak akan menyelesaikan permasalahan terkait kualitas
dokter tetapi malah menjadikan beban tambahan bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas
dokter Indonesia. Dimana menurut data Konsil Kedokteran Indonesia terdapat 27 fakultas
kedokteran dengan akreditasi C pada tahun 2016 yang belum termasuk dengan 8 fakultas
kedokteran baru. Sehingga dapat dikatakan terdapat 35 fakultas kedokteran terakrediasi C.
Selama rentang tahun 2016-2017 hanya 10 fakultas kedokteran terakreditasi C yang dapat
meningkatkan akreditasinya menjadi B. Pada Oktober 2017 didapatkan 25 fakultas kedokteran
terakreditasi C, jumlah ini belum ditambahkan fakultas-fakultas yang akan didirikan pada saat
ini akibat moratorium pendirian fakultas kedokteran yang dicabut.
Moratorium pendirian fakultas kedokteran baru perlu dilakukan agar pemerintah lebih
fokus kepada peningkatan kualitas lulusan dokter yang menimba ilmu di fakultas kedokteran
yang telah ada. Dengan meningkatkan kualitas pendidikan dokter dapat menghasilkan lulusan
dokter yang berkualitas. Dokter yang berkualitas dapat menjawab permasalahan kesehatan di
Indonesia. Dampak lainnya yang dapat dirasakan dengan meningkatnya akreditasi dan kualitas
lulusan dokter yang digambarkan dengan kelulusan UKMPPD dapat meningkatkan kuota dari
penerimaan mahasiswa baru fakultas kedokteran tersebut. Sebagai contoh suatu fakultas
kedokteran dengan akreditasi A dan hasil kelulusan UKMPPD 95% berhak menerima 250
mahasiswa baru.
(Sumber : SE No: 576/E/HK/2013)

Sikap Kita!!!
Sikap Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
1. Mendesak Kemenristekdikti untuk menghentikan pengusulan pembukaan fakultas
kedokteran baru.
2. Mendesak Kemenristekdikti untuk memprioritaskan peningkatan mutu fakultas
kedokteran dengan melakukan pembinaan dan pengawasan agar tercipta dokter-dokter
yang berkualitas.
3. Mendesak Pemerintah Pusat untuk menetapkan kebijakan yang tegas terkait
pemerataan dokter terutama pada daerah 3T dengan tetap memperhatikan kesejahteraan
dokter pada masing-masing daerah.
4. Menghimbau Institusi Pendidik dapat menanamkan kepada mahasiswa kedokteran
terkait optimalisasi kesehatan ke seluruh pelosok daerah (daerah 3T).

Anda mungkin juga menyukai