Anda di halaman 1dari 22

SKENARIO 2

Ny. R, umur 45 Tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada

sendi jari kaki, tangan, pergelangan siku dan lutut disertai dengan rasa kaku pada

pagi hari. Klien mengatakan telah lama merasakan nyeri dan mengonsumsi obat–

obatan herbal dan obat–obatan bebas untuk mengatasi nyeri tsb. Klien juga

mengeluh kehilangan nafsu makan dan sering merasa lesu. Dari hasil pengkajian,

tampak nodul rheumatoid di daerah sendi dan hasil pemeriksaan X-Rays

menunjukkan adanya erosi sendi.

1. KLARIFIKASI ISTILAH PENTING


a. Poliklinik : Tempat memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat
umum sesuai dengan standar pelayana medis yang ditetapkan.
b. Kaku : Keras tidak dapat dilenturkan
c. Nyeri : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial.
d. Lesu : Kekurangan tenaga
e. Nodul Rhrumatoid : Penyakit autoimun yang mengakibatkan
peradangan dalam waktu lama pada sendi.
f. X-Rays : Salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik
g. Erosi : Peristiwa pengikisan padatan
h. Sendi : Hubungan antar tulang sehingga tulang dapat digerakan.

2. PROBLEM/KATA KUNCI
a. Pasien Ny. R 45 Tahun
b. Nyeri pada sendi jari kaki, tangan pergelangan siku dan lutut
c. Kaku pada pagi hari
d. Nafsu makan berkurang
e. Sering merasa lesu
f. Tampak nodul rhrumatoid di daerah sendi
g. Pemeriksaan X-Rays
3. MIND MAP

Osteoarthritis Gout Arthritis Rheumatoid Arthritis

Terjadi gesekan Purin dalam tubuh Akumulasi asam urat Terjadi gesekan
Proses autoimun
EROSI antar tulang
antar tulang berlebihan di darah oleh faktor R
KARTILAGO rawan sendi
rawan sendi
Penimbunan pada Sel imunitas
Terjadi perusakan Pengendapan membran sinovial dan EROSI
bermigasi ke darah
permukaan tulang kristal asam urat tulang rawan artikular KARTILAGO
rawan sendi secara Masuk ke membran
progresif Merangsang Leukosit sinovial
respon fagositosis memfagositosis
Kerusakan jaringan oleh leukosit kristal urat Sel imunitas
tulang rawan sendi menghasilkan sel
Reaksi peradangan radang
Kontinuitas jaringan Penggunaan
terputus Pelepasan mediator Membran sinovial
obat-obatan
kimia menebal
Impuls nyeri dibawa
Reaksi peradangan ANOREXIA
bradikinin ke SSP oleh
Membran sinovial
nociseptor
Pelepasan mediator menebal
kimia
Nyeri dipersepsikan
NYERI Pannus
Histamin
Peningkatan
permeabilitas Pannus
kapiler
NODUL Infiltrasi ke os
Perpindahan cairan
RHEMATOID subcondria
intravaskuler ke
interstisial Hambatan nutrisi
Deformitas
Kartilago pada kartilago
Hidrops sendi sendi
nekrosis artikularis

Gangguan gerakan EROSI


Adhesi pada
sendi KARTILAGO
permukaan sendi

Ankilosis fibrosis

KAKU SENDI
Kerusakan kartilago
Mengalami kaku otot dan tulang

Ekstremitas jarang Tendon dan ligamen


digerakkan melemah

Atrofi otot LESU (MALAISE) Hilang kekuatan otot


A. Pengkajian
1. Identitas
- Nama :Ny. R
- Umur : 45 tahun
- Jenis kelamin : perempuan
2. Keluhan Utama
- Nyeri
3. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang :
Ny, R mengatakan nyeri pada sendi jari kaki, tangan, pergelangan siku
dan lutut disertai dengan rasa kaku pada pagi hari. Kehilangan nafsu
makan dan sering merasa lesu.

- Riwayat kesehatan masa lalu :


Klien mengatakan telah lama merasakan nyeri
4. Pola aktifitas sehari-hari
- Pola aktifitas :Sering merasa lesu
5. Pemeriksaan Fisik
- (Look)
Keluhan nyeri dan tampak nodul rheumatoid di daerah sendi
- Nyeri/kenyamanan
Gejala :nyeri pada sendi jari kaki, tangan, pergelangan siku dan
lutut pada pagi hari.
- Keadaan Umum
Nafsu makan menurun dan lesu.
6. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan X-Rays : erosi sendi.
B. Analisa Data
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS: Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri pada
sendi jari kaki, tangan,
- Klien mengeluh nyeri pada
pergelangan siku dan lutut
DO:
-
2. DS: Hambatan mobilitas fisik
- Klien mengeluh rasa kaku
pada pagi hari.

- Klien mengeluh sering


merasa lesu

DO:
-
3. DS : Gangguan citra tubuh
DO :
- Dari hasil pengkajian, tampak
nodul rheumatoid di daerah
sendi

4. DS : Resiko ketidakseimbangan
- Klien juga mengeluh nutrisi kurang dari kebutuhan
kehilangan nafsu makan tubuh
DO :
4. Pertanyaan-Pertanyaan Penting
1. Apa yang menyebabkan pasien merasakan kaku pada pagi hari?
2. Mengapa nyeri yang dirasakan pasien hanya terdapat pada siku,lutut,
pergelangan siku,tangan, kaki, dan sendi jari kaki ?
3. Mengapa pada pemeriksaan terdapat nodul ?

5. Jawaban Pertanyaan
1. Pada saat beristirahat sendi cenderung tidak melakukan pergerakan
sehingga cairan sinovial semakin tertumpuk. Cairan yang semakin
bertumpuk ini akan menyebabkan bengkak dan nyeri sehingga
pergerakan menjadi terbatas. Cairan yang bertumpuk ini di sebabkan
oleh peradangan pada lapisan sinovial. Sehingga saat bangun pada pagi
hari sendi terasa kaku.
2. Nyeri yang dirasakan disebabkan karena adanya peradangan pada
membran sinovial. Membran sinovial hanya terdapat pada sendi sinovial.
Yang merupakan sendi sinovial adalah siku, lutut, pergelangan
siku,tangan, kaki, dan sendi jari kaki.
3. Adanya proses peradangan menyebabkan terbentuknya penebalan
membran sinovial sehingga terjadi panus dan menyebabkan nodul

6. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya


Pada tujuan pembelajaran selanjutnya, membahas tentang penatalaksanaan
penyakit Rheumatoid Artritis, Osteoartritis, dan Gout Artritis.
a. Rheumatoid Artritis
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-
hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air
hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati,
kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan
olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga
asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama
banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan,
terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang
sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.
b. Osteoarthritis
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat
ringannya. OA yang diderita. Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
- Terapi non farmakologis
Edukasi
Edukasi atau penjelasankepada pasien perlu dilakukanagar pasien dapat
mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar
persendiaanya tetap terpakai.
Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini
dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan
melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh
karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan
diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan
berlebih.
- Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
c. Gout Arthritis
Secara umum, penanganan gout arthritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan
secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain.
Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi
dan peradangan dengan obat-obat, antara lain: kolkisin, obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH.
Obat penurun asam urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak
dapat diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin
telah mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan.
Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah
menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah
kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet
rendah purin dan pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang
lain.
Selain itu adapula terapi non-Farmakologis Gout Artritis. Terapi
non‐obat merupakan strategi esensial dalam penanganan gout. Gout adalah
gangguan metabolik, yang dipengaruhi oleh diet, asupan alkohol,
hiperlipidemia dan berat badan. Intervensi seperti istirahat yang cukup,
penggunaan kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol
dan menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan
terbukti efektif.
Nutrisi untuk penderita artritis gout antara lain pembatasan purin,
kalori sesuai dengan kebutuhan, tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah
lemak, tinggi cairan dan tanpa alkohol

7. Informasi Tambahan
Untuk lebih memperjelas kasus di atas maka diperlukan penjelasan
tentang pemeriksaan penunjang agar dapat memudahkan perawat dalam
menegakkan diagnosa dari kasus di atas.
8. Klarifikasi Informasi

Pemeriksaan Dignostik Gangguan Sistem Muskuloskeletal.

1. Pemeriksaan Laboratorium

Nilai Normal
Uji Abnormalitas
Dewasa
Kalsium Serum 8-10,5 mg/dl atau Hiperkalsemia : metastase kanker
4,5-5,5 mg/l pada tulang, stadium penyembuhan
fraktur.
Hipokalsemia : osteoporosis,
osteomalasia
Fosfor 2,5-4,0 mg/dl dalam Hiperfosfatemia : fase penyembuhan
serum fraktur, tumor tulang, akromegali.
Hipofosfatemia : osteomalasia.
Alkalin 30-90 IU/I Meningkat : metastase kanker pada
Fosfatase tulang, osteomalasia, penyakit paget.
Laju Endap Westergen Meningkat : infeksi/peradangan,
Darah (Lab) Pria : 0-15 mm/jam karsinoma, kerusakan pada sel.
Wanita : 0-20
mm/jam
Wintrobe
Pria : 0-9 mm/jam
Wanita : 0-15
mm/jam
Enzim Otot 15-150 IU/I Meningkat : trauma otot, distrofi
(Kreatine, otot progresif, efek elektromiografi.
phosphokinase,
CPK)
LDH (Lactate 60-150 IU/I Meningkat : nekrosis otot skeletal,
Dehidrogenase) karsinoma, distrofi otot progresif
SGOT (Serum 10-50 mu/ml Meningkat : trauma otot skeletal,
Glutamic Oxalo distrofi otot progresif.
Transaminase)
Aldolase 1,3-8,2 U/al Meningkat : polio mielitis dan
dermatomiositis, distrofi otot.

2. Pemeriksaan Sinar-X
Pemeriksaan sinar-X penting untuk mengevaluasi kelainan
muskuloskeletal. Sinar-X menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi,
dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk
pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulag
dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan, dan tanda irregularitas.
Sinar-X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, irregularitas, penyempitan
dan perubahan struktur sendi.

3. Mielografi
Pemeriksaan mielografi dilakukan dengan penyuntikan zat kontras ke
dalam rongga subaraknoid spinal lumbal. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
melihat adanya:
a. Heriniasi diskus
b. Stenosis Spinal (penyempitan kanalis spinalis)
c. Adanya tumor
4. CT-Scan (Computted Tomography)
Prosedur ini menunjukkan rincian bidang tertentu dari tulang yang sakit
dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau
tendon. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi, misalnya
asetabulum. Pemeriksaan dilakukan dengan atau tanpa zat kontras dan
berlangsung sekitar satu jam. Pasien perlu diberi penjelasan bahwa akan
terdengar suara mesin CT-Scan, dan bunyi ini tidak berbahaya sehingga
pasien tidak merasa takut saat pemeriksaan dilakukan.
5. Biopsi
Spesimen pada biopsi tulang diambil secara mikroskopik. Ada 2 teknik
yaitu tertutup menggunakan jarum dan terbuka menggunakan insisi. Biopsi
dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, sinovium
untuk membantu menentukan penyakit tertentu.
6. EMG (Electromiography)
Pemeriksaan ini memberi informasi mengenai potensi listrik otot dan
sarafnya. Tujuan prosedur ini adalah menentukan setiap abnormalitas fungsi
unit. Pasien perlu dijelaskan bahwa prosedur ini dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman karena jarum elektrode masuk ke otot.
7. Atroscopy
Atroscopy merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan
pandangan langsung ke dalam sendi. Prosedur ini dilakukan di kamar
operasi dalam kondisi steril dan perlu injeksi anastesi lokal dan anastesi
umum. Jarum dengan lubang besar itu dimasukkan dan sendi diregangkan
dengan dimasukkan cairan salin. Atroskop kemudian dimasukkan. Struktur
sendi, sinovium, dan permukaan sendi dapat dilihat melalui atroskop.
Setelah prosedur dilakukan, luka ditutup dengan balutan steril. Sendi dibalut
dengan balutan tekan untuk menghindari terjadinya pembengkakan.
8. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI adalah teknik pencitraan khusus yang non-invasif, menggunakan
medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk melihat abnormalitas
berupa tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak, seperti otot, tendon,
dan tulang rawan.
9. Ultrasonografi (USG)
Prosedur USG dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada jaringan
lunak (adanya massa), dll. Pemeriksaan USG menggunakan sistem
gelombang suara yang menghasilkan gambaran jaringan yang diperiksa.
Kulit di atas jaringan yang akan diperiksa diolesi gel untuk memudahkan
gerakan alat.
10. Angiografi
Angoigrafi pemeriksaan struktur vaskular. Arteriografi adalah
pemeriksaan sistem arteri. Suatu bahan kontras radioopaque diinjeksikan ke
dalam arteri tertentu, dan alirannya difoto dengan sinar-X. Prosedur ini
sangat bermanfaat untuk mengkaji perfusi arteri dan untuk tingkat amputasi
yang dilakukan. Setelah dilakukan prosedur ini, pasien dibiarkan berbaring
selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penususkan
arteri.

9. Analisis dan Sintesa Informasi


Menurut kami jika dilihat dari keluhan yang ada kasus tersebut lebih
mengarah pada penyakit rheumatoid atritis karena untuk menegakkan
diagnosis dipakai kriteria diagnosis dari ACR tahun 1987 dimana untuk
mendiagnosis AR diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut.
Kriteria Definisi
Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada
persendian dan sekitarnya sekurang-
kurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
Arthtritis pada 3 daerah persendian Pembengkakan jaringan lunak atau
atau lebih persendian atau lebih efusi (bukan
pertumbuhan tulang) pada sekurang-
kurangnya pada 3 sendi secara
bersamaan yang diobservasi oleh
seorang dokter
Arthtritis pada persendian tangan Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan suatu persendian
tangan seperti yang tertera diatas
Arthtritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti
kriteria) yang tertera 2 pada kedua
belah sisi (keterlibatan PIP, MCP, atau
MTP bilateral)
Nodul rematoid Nodul subkutan pada penonjolan
tulang atau permukaan ekstensor atau
daerah juksta artikuler yang
diobservasi oleh seorang dokter
Faktor rematoid serum positif Terdapatnya titer abnormal faktor
reumatoid serum yang diperiksa
dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok
kontrol yang diperiksa. Pemeriksaan
hasilnya negatif tidak menyingkirkan
adanya AR
Perubahan gambaran radiologis Perubahan gambaran radiologis yang
khas bagi arthtritis reumatoid pada
pemeriksaan sinar x tangan posterior
atau pergelangan tangan yang harus
menunjukan adanya erosi atau
deklasifikasi tulang yang berlokasi
pada sendi, atau daerah yang
berdekatan dengan sendi

Dari ketujuh kriteria tersebut ada lima kriteria yang ditujukan dikasus,
yaitu: kaku pagi hari, Arthtritis pada 3 daerah persendian atau lebih, Arthtritis
pada persendian tangan, Nodul rematoid, Perubahan gambaran radiologis.
10. Laporan Diskusi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri NOC: NIC:
Defenisi: Pain Level Mandiri:
Sensori yang tidak menyenangkan Pain control  Cek TTV
dan pengalaman emosional yang Comfort Level  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
muncul secara aktual atau potensial menentukan intervensi
kerusakan jaringan atau Kriteria Hasil :  Lakukan pengkajian nyeri secara
menggambarkan adanya kerusakan 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu komprehensif termasuk lokasi,
penyebab nyeri, mampu karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Batasan Karakteristik: menggunakan tehnik dan faktor presipitasi
 Klien mengeluh nyeri pada sendi nonfarmakologi untuk  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
jari kaki, tangan mengurangi nyeri, mencari (farmakologi, non farmakologi dan inter
 Klien mengeluh nyeri pada bantuan) personal)
pergelangan siku dan lutut 2. Melaporkan bahwa nyeri  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
berkurang dengan menggunakan  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
Faktor yang Berhubungan: manajemen nyeri dan gejala (efek samping)
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, 3. Mampu mengenali nyeri (skala,  Tingkatkan istirahat
psikologis) intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri) Kolaborasi:
 Diskusikan dengan dokter atau tenaga
ahli lainnya mengenai pemberian
analgetik untuk mengurangi nyeri
 Kolaborasikan dengan dokter atau
tenaga ahli lainnya jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil

HE:
 Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi, dll) untuk mengatasi
nyeri

2. Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Definisi : Joint Movement : Active Mandiri:
Keterbatasan dalam kebebasan Mobility Level  Monitoring vital sign sebelum/sesudah
untuk pergerakan fisik tertentu Self care : ADLs latihan dan lihat respon pasien saat
pada bagian tubuh atau satu atau Transfer performance latihan
lebih ekstremitas.  Kaji kemampuan pasien dalam
Kriteria Hasil : mobilisasi
Batasan karakteristik :  Klien meningkat dalam  Latih pasien dalam pemenuhan
 Klien mengeluh rasa kaku pada aktivitas fisik kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
pagi hari.
 Mengerti tujuan dari kemampuan
 Klien mengeluh sering merasa peningkatan mobilitas  Dampingi dan Bantu pasien saat
lesu  Memverbalisasikan perasaan mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
dalam meningkatkan kekuatan ADLs ps.
Faktor yang berhubungan : dan kemampuan berpindah  Berikan alat bantu jika klien
 Pengobatan memerlukan.
 Kurang pengetahuan tentang
kegunaan pergerakan fisik Kolaborasi
 Tidak nyaman, nyeri  Konsultasikan dengan terapi fisik
 Intoleransi aktivitas/penurunan tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kekuatan dan stamina kebutuhan
 Penurunan kekuatan otot,  Kolaborasikan dengan dokter atau
kontrol dan atau masa tenaga ahli lainnya jika ada keluhan
dan tindakan yang tidak berhasil

HE
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang
teknik ambulasi
 Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana
merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan

3. Gangguan Citra Tubuh NOC : NIC:


Citra tubuh
Defenisi: Mandiri:
Adaptasi dengan
Konfusi dalam gambaran metal ketunadayaanya fisik  Kaji dan dokumentasi respons verbal dan
tentang diri-fisik individu. non verbal pasien terhadap tubuh pasien

Kriteria Hasil :  Membantu pasien untuk beradaptasi


Batasan Karakteristik:
 Tampak nodul rheumatoid di  Menunjukkan adaptasi dengan dengan persepsi stresor, perubahan atau

ketunadayaanya fisik ancaman yang menghambat perubahan


daerah sendi
 Menyesuaikan psikososial: tuntutan dan peran hidup
 Bantu pasien dan keluarga untuk secara
Faktor yang berhubungan : perubahan hidup, citra tubuh bertahap menjadi terbiasa pada
 Penanganan medis positif, tidak mengalami perubahan tubuhnya
(pembedahan/amputasi) keterlambatan dalam  Hati-hati dengan ekspresi wajah Anda
penyakit perkembangan anak ketika merawat pasien dengan cacat
 Harga diri positif. tubuh

Kolaborasi:

 Kolaborasikan dengan dokter atau


tenaga ahli lainnya jika ada keluhan
dan tindakan yang tidak berhasil
HE:

 Ajarkan pada pasien untuk menerima


kondisi dirinya
4. Resiko Nutrisi kurang dari NOC: NIC:
Kebutuhan Tubuh Nutritional Status : food and Observasi :
Definisi: Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
Intake nutrisi tidak cukup untuk  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
keperluan metabolisme tubuh. kalori
Kriteria Hasil :
 Kaji kemampuan pasien untuk
 Adanya peningkatan berat
Batasan Karakteristik: mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
badan sesuai dengan tujuan
 Klien juga mengeluh  Monitor adanya penurunan berat
 Mampu mengidentifikasi
kehilangan nafsu makan badan
kebutuhan nutrisi
 Tidak terjadi penurunan
Faktor yang berhubungan:
berat badan yang berarti Mandiri :
Ketidakmampuan pemasukan atau
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan
mencerna makanan atau
tidak selama jam makan
mengabsorpsi zat-zat gizi
 Membantu atau menyediakan asupan
berhubungan dengan faktor
makanan dan cairan diet seimbang
biologis, psikologis atau ekonomi.
 Menfasilitasi pencapaian kenaikan
berat badan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
 Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)

Health Education :
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vit.C
 Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Engram. Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume

2. Jakarta: EGC.

Hardhi dan Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jakarta: MediAction Publishing.

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selektas Kedokteran Edisi Ketiga, Jilid I.

Jakarta: Media Assculapius. Fakultas Kedokteran UI.

Price, Sylvia, Anderson. 2005. Patofisiologi Edisi 6 Vol. 2. Jakarta : EGC

Smeltzer C. Suzannne, 2002 , Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

EGC.

Suratun, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Wilkinson, M. Judith.2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wilson. L dan A. Price S. 1994. Patofisilogi Edisi 4 Buku II. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai