Anda di halaman 1dari 9

KASUS I

DEPRESIV DISORDERS
Definisi
PPOK adalah penyakit progresif yang ditandai dengan keterbatasan aliran
udara yang tidak sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi
normal paru-paru terhadap partikel berbahaya atau gas. PPOK merupakan
penyakit pada saluran nafas dan adanya kerusakan parenkim yang disebabkan
pembatasan aliran udara yang bersifat kronis (Dipiro et al., 2008, Maranatha,
2004). Bronkhitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan dalam definisi PPOK,
karena bronkhitis kronik dimasukkan dalam diagnosis klinis, sedangkan emfisema
dimasukkan dalam diagnosis patologi. Jadi PPOK diklasifikasikan sendiri
(DepKes, 2008).
I. SUBJEKTIF
IDENTITAS PASIEN
1. Nama Lengkap : Tn. K.T.G
2. Umur : 76 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Pekerjaan : Tidak bekerja
5. Agama : Hindu
6. Alamat : Br. Selat Peken
7. Tanggal Masuk MRS : 6 Desember 2016
8. No. RM : 23.78.20
II. OBJEKTIF
Penderita dating dengan keluhan sesak yang diderita sejak kurang lebih 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, sesak dirasakan memberat dan meningkat, sesak
tidak dipengaruhi oleh makanan dan minuman, biasanya sesak akan sedikit
berkurang bila pasien beristrahat. Sesak nafas diikuti dengan keluhan batuk
dan berdahak yang kadang sulit dikeluarkan, dan dahak keluar kadang
berwarna putihdan kadang sedkit hijau, dahak berdarah (-). Batuk dirasakan
pasien sudah lama kurang lebih dari 1 tahun lalu, batuk dirasakan sering,
pasien mengalami demam yang naik turun sejak kurang lebih 3 hari yang lalu,
riwayat muntah (-), muntah (-), nyeri disekitar perut (-), BAK dan BAB
normal. Pasien mempunyai riwayat merokok.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat DM
Pasien menyangkal ada riwayat Dm
2. Riwayat Hipertensi
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit hipertensi
3. Riwayat sakit jantung
Pasien menyangkal adannya riwayat penyakit jantung
4. Riwayat minum OAT (obat TB)
Pasien menyangkal adanya penggunaan obat OAT (obat TB)
Keadaan Klinis Awal
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
 Tekanan darah - 140/90 mmHg
 Nadi - 92 x/menit, ireguler, kuat angkat (+)
 Pernapasan - 28 x/menit
 Suhu - 37 oC
 BB - 38 kg
 TB - 150 cm
 IMT - 16,8 kg/m
 CRT - <2 detik
 Kepala - normochepali, simetris
 Mata - conjungtiva enemis (-), selera ikterik (+)
 Hidung - daeah (-), secret (-)
 Telinga - darah (-), secret (-)
 Mulut - sianosis (-), lidah kotor (-)
 Leher - JVP cmH2O, limfonodi tidak membesar
 Thorax - reaksi (-)
Jantung
Infeksi - icitus cordis tidak tampak
Palpasi - ictus cordis tidak kuat angkat
Akulasi - bunyi jantung I-II tunggal, regular, ,urmur (-)
Paru
Inspeksi - pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi - Fremitus raba kanan = kanan
Perkulasi - hipersenor/
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap (6 desember 2016)
WBC : 9,5
LYM : 12
LYM% : 12,7
MID : 0,6
MID% : 5,6
GRA : 7,7
GRA% : 81,7
HGB : 14,5
MCH : 33,8
MCHC : 34,7
RBC : 4,30
MCV : 97,2
MCT : 41,8
RDWa : 64,7
RDW : 12,9
PLT : 182
MPV : 7,4
PDW : 9,9
PCT : 0,13
PCR : 10,0
GDS :142 mg/dl
Kreatinin : 0,80 mg/dl
Cek albumin (7 desember 2016)
Albumin : 2,9 mg/dl
Foto rontgen thorax AP (6 desemer 2016)
- Volume paru kanan bertambah dengan bercak infiltrate yang tersebar
- Tidak tampak fibrosis, cavitas, klasifikasi, pada apeks kedua paru
- Cor kesan normal, aorta tidak dilatasi, kalsifikasi knob
- Kedua sinus tampak lancip dan diafragma tampak rendah dan
mendatar
- Tulang rongga dad yang tampak intak
Kesan :
Gambaran emphysema pulmunon dan infeksi sekunder
Arthesclorosisa Aorta
EKG (6 desember 2016)
Kesan
Hasil pemeriksaan : sinus arthythmia
III. ASSESMENT
Terapi Farmakologi dan Terapi Non-Farmakologi
Terapi Non-Farmakologi
1. Diet tinggi kalori tinggi protein
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) adalah diet yang mengandung
energi dan protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk
makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur,
dan daging.
Terapi Faramakologi
1. Ceftriaxon 3 x gr IV
Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan cefalosporin generasi ketiga.
Cefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada
9 tahun 1948 oleh Brotzu. Inti dasar Cefalosporin C ialah asam 7-amino-
Sefalosporanat (7-ACA : 7-aminocephalosporanic acid) yang merupakan
kompleks cincin dihidrotiazin dan cincin betalaktam. Cefalosporin generasi ketiga
memiliki spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif tetapi
kurang aktf dibandingkan dengan generasi pertama terhadap kokus Gram-positif,
tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil
penisilinase
2. Metil prednisolon 2 x 2,61 mg IV
Methylprednisolone / Methisoprinol merupakan obat yang termasuk dalam
golongan kortikosteroid. Golongan obat ini merupakan obat yang meredakan
peradangan yang dapat digunakan dalam penanganan berbagai penyakit, terutama
penyakit-penyakit berbasis peradangan ataupun penyakit-penyakit di mana radang
merupakan salah satu gejala utamanya.
3. Omeprazol 2 x 40 mg IV
Omeprazol golongan Proton Pump Inhibitor. Obat dengan golongan
Proton Pump Inhibitor merupakan first line terapi untuk pasien dengan diagnosis
gangguan gastrointestinal (DiPiro, 2008). Mekanisme kerja obat ini adalah dengan
mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang
mentransfer ion H+ keluar dari sel pariental lambung.
1V. KRITERIA PEMILIHAN OBAT
Ceftriaxon
Indikasi Infeksi saluran nafas
KontraIndikasi Hipersensifitas terhadap penicilin
Peringatan Harap berhati-hati jika menderita penyakit liver, ginjal,
gangguan pencernaan (seperti colitis), serta penyakit
kantong empedu.
Efek Samping Bengkak, nyeri, dan kemerahan di tempat suntikan.

Reaksi alergi.

Mual atau muntah.

Sakit perut.

Sakit kepala atau pusing.

Lidah sakit atau bengkak.

Berkeringat.

Vagina gatal atau mengeluarkan cairan.

Dosis .Dewasa: 1 g satu kali sehari


Anak-anak sampai usia 12 tahun: 20-50 mg/kg berat badan
(BB) satu kali sehari
Sediaan/ merk Ceftrimax, Cefxon
dagang

Prednisolon
Indikasi Infeksi
KontraIndikasi Hipersensitivitas terhadap obat ini, atau komponennya
Peringatan Penggunaan steroid dapat mempengaruhi pertumbuhan
anak. Karenanya, digunakan apabila memang sangat
diperlukan, dimana aspek manfaatnya lebih besar daripada
risikonya. Juga penggunaannya tidak boleh terlalu sering,
atau jangka panjang.
Efek Samping Efek samping pada pasien usia lanjut dapat meningkat dan
biasanya berhubungan dengan banyaknya dosis yang
digunaka
Dosis 4 mg
Sediaan/ merk Eltazon, Inflason, Lexacort
dagan

Paracetamol
Indikasi Paracetamol digunakan untuk menurunkan demam pada
segala usia
KontraIndikasi Paracetamol tidak dapat digunakan pada pasien yang memiliki
hipersensitivitas terhadap paracetamol dan penyakit hepar
aktif derajat bera
Peringatan Pada pasien dengan hipovolemia berat seperti saat dehidrasi
atau kehilangan darah serta pasien dengan malnutrisi kronis,
diperlukan pengurangan dosis paracetamol karena akan
meningkatkan risiko kerusakan hepar
Efek Samping mual, sakit perut bagian atas, gatal-gatal, kehilangan
nafsu makan.

urine berwarna gelap, feses berwarna pucat.

kuning pada kulit dan mata.

reaksi alergi, yang dapat menyebabkan ruam dan


bengkak.

Dosis Dewasa atau anak > 12 tahun : 3 - 4 x sehari 1 tablet.

Anak 5 – 12 tahun : 3 – 4 x sehari ½ tablet.


Sediaan/ merk Tablet 50 mg paracetamol
dagang

IV. PLAN
Bagi Masyarakat

Melakukkan sosialisasi
terkait penyakit PPOK

Memeberitahukan
pemakaian antibiotik
yang benar
Memberikan konseling
kepada psien
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, H., Yunus, F., 2008, Proses Metabolisme pada Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), J Respire Indo, Vol 28 No 3, Jakarta.
American Lung Association, 2010, Chronic Obstructive Pulmonary Diseases
COPD, Amerika.
American Thoracic Society, 2011, American Thoracic Society statement
Occupational Contribution To The Burden of Airway Disease, In
:Centers for Disease Control and Prevention. Public Health Strategic
Framework for COPD Prevention. Atlanta, GA: Centers for Disease
Control and Prevention.
Bootman, J.L., Townsend, R.J., McGhan, W.F., 2005, Principles of
Pharmacoeconomics, 3rd Edition, USA, Harvey Whitney Book
Company.
Chakrabarti, B., Calverley, P, MA., Davies, P, DO., 2007, Tuberculosis and its
incidence, special nature, and relationship with chronic obstructive
pulmonary disease, International Journal of COPD , 2(3) 263–27

Anda mungkin juga menyukai