Anda di halaman 1dari 19

SKLERITIS

Pembimbing : dr. Maya Primagustya Achmad, Sp.M


Siti Hediaty
Kurnia Sari
PENDAHULUAN
• Skleritis adalah proses inflamasi pada anterior dan posterior sklera
• Skleritis jarang terjadi namun proses inflamasi yang terjadi cukup berat dan bersifat
progresif.
• Proses inflamasi pada skleritis dapat meluas melibatkan struktur di sekitarnya seperti
kornea, sklera, ataupun traktus uvea
• Etiologi spesifik skleritis bervariasi antara lain idiopatik, autoimun, ataupun infeksi.
Menurut studi, sekitar 30-50% kasus skleritis berhubungan dengan penyakit autoimun
Anatomi dan Fisiologi Mata
• Sklera melapisi kurang lebih empat per lima bagian
permukaan posterior bola mata
• Kapsul tenon menyelubungi permukaan sklera dan otot-
otot rektus. Kapsul tenon diselubungi oleh konjungtiva
bulbi
• Kapsul tenon dan konjungtiva bulbi menyatu di daerah
limbus.
• Selubung kapsul tenon dan konjungtiva bulbi
melindungi sklera dari paparan langsung dengan
lingkungan luar
• Sklera adalah struktur yang avaskular kecuali pembuluh
darah superfisial pada episklera dan pleksus vaskular
intraskleral yang terletak posterior dari limbus.
Sklera mempunyai 2 lubang utama yaitu

• Foramen sklerasis anterior, yang berdekatan dengan kornea dan


merupakan tempat meletaknya kornea pada sklera.
• Foramen sklerasis posterior atau kanalis sklerasis, merupakan
pintu keluar nervus optikus
Fisiologi Mata

• Sklera berfungsi sebagai perlindungan terhadap komponen intra okular


• Pembungkus okular yang bersifat elastis memungkinkan pergerakan bola mata tanpa
menimbulkan deformitas otot - otot penggeraknya.
• Hidrasi yang terlalu tinggi pada sclera menyebabkan kekeruhan pada jaringan sklera
• Jaringan kolagen sklera dan jaringan jaringan pendukungnya berperan seperti cairan sinovial
yang memungkinkan perbandingan yang normal sehingga terjadi hubungan antara bola mata
dan socket
• Perbandingan ini sering terganggu sehingga menyebabkan beberapa penyakit yang mengenai
struktur artikular sampai pembungkus sklera dan episklera
Definisi

Skleritis adalah kondisi peradangan mata yang


memengaruhi sklera, lapisan luar mata. Skleritis
dapat dikategorikan sebagai anterior dengan subtipe
difus, nodular, atau nekrosis, dan posterior dengan
subtipe difus atau nodular.
Epidemiologi
• Skleritis adalah penyakit yang jarang dijumpai di Amerika Serikat insidensi kejadian
diperkirakan 6 kasus per 10.000 populasi
• Di Indonesia belum ada penelitian mengenai penyakit ini
• pasien - pasien yang ditemukan, didapatkan 94% adalah skleritis anterior, sedangkan
6% adalah skleritis posterior
• Penyakit ini dapat terjadi unilateral atau bilateral, dengan onset perlahan atau
mendadak, dan dapat berlangsung sekali atau kambuh – kambuhan
• Wanita lebih banyak terkena daripada pria dengan perbandingan 1,6 : 1, insiden skleritis
terutama terjadi antara 11- 87 tahun, dengan usia rata-rata 52 tahun
Etiopatogenesis

• Skleritis infeksius terjadi akibat invasi dan kolonisasi jaringan sklera dan episklera
oleh mikroba
• mekanisme skleritis infeksius terbagi menjadi eksogen dan endogen
• Infeksi eksogen dapat disebabkan oleh inokulasi yang terjadi setelah trauma atau
operasi, penyebaran langsung dari area di sekitarnya seperti pada keratitis mikrobial
dengan keterlibatan sklera, atau penyebaran dari dalam mata seperti pada
endoftalmitis atau panuveitis
• Mekanisme infeksi endogen disebabkan oleh penyebaran infeksi sistemik seperti pada
syphilis atau tuberkulosis
Klasifikasi Skleritis

Skeleritis dapat di klasifikasikan menjadi skleritis anterior dan


skleritis posterior

Skleritis Anterior

• Berbagai varian skleritis anterior kebanyakan jinak dimana tipe


nodular lebih nyeri
• Tipe nekrotik lebih bahaya dan sulit diobati.

Difus

• Bentuk ini dihubungkan dengan artritis rematoid, herpes zoster


oftalmikus dan gout
• Ditandai dengan peradangan yang meluas pada seluruh
permukaan sklera Diffuse skleritis anterior
• Merupakan skleritis yang paling umum terjadi
Klasifikasi Skleritis

Nodular

• Bentuk ini dihubungkan dengan herpes zoster


oftalmikus
• Ditandai dengan adanya satu atau lebih nodul radang
yang eritem, tidak dapat digerakkan, dan nyeri pada
sklera anterior
• Sekitar 20% kasus berkembang menjadi skleritis
nekrosis

a) Nodular Anterior skleritis.


b) Penipisan dari sclera setelah resolusi dari nodul
Bentuk skleritis nekrotik terbagi 2 yaitu :

• Dengan inflamasi biasa mengikuti penyakit


Necrotizing
sistemik seperti rheumatoid arthtitis.
• Bentuk ini lebih berat dan dihubungkan sebagai • Nyeri sangat berat dan kerusakan pada sklera
komplikasi sistemik atau komplikasi okular pada
terlihat jelas, apabila disertai dengan inflamasi
sebagian pasien.
kornea, dikenal sebagai sklerokeratitis.
• Skleritis nekrotik yang diakibatkan operasi biasanya • Tanpa inflamasi (scleromalacia perforan) Biasa
dapat terjadi setelah operasi katarak,
terjadi pada pasien yang sudah lama menderita
trabekulektomi, dan operasi retina
rheumatoid arthritis.
• Muncul sebagai akibat dari imflamasi pada fokal • Diakibatkan oleh pembentukan nodul rematoid
area akibat insisi sklera atau limbus.
dan tanpa gejala. Juga dikenal sebagai
skleromalasia perforans
Skleritis Posterior

• Biasanya skleritis posterior ditandai dengan rasa nyeri


dan penurunan kemampuan melihat
• Dari pemeriksaan objektif didapatkan adanya perubahan fundus,
adanya perlengketan massa eksudat di sebagian retina,
perlengketan cincin koroid, massa di retina, udem makular
• Terdapat perataan dari bagian posterior bola mata, penebalan
lapisan posterior mata (koroid dan sclera) dan edema retrobulbar.
• Pada skleritis posterior dapat dijumpai penglepasan retina
Skleritis posterior
eksudatif, edema macular, dan papilledema
Diagnosis
Skleritis dapat ditegakkan berdasarkan :

• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik dan Oftalmologi
• Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Banding

Episkleritis
• Episkleritis adalah reaksi radang jaringan ikat
vaskular yang terletak antara konjungtiva dan
permukaan sclera.
• Episkleritis dapat merupakan suatu reaksi toksik,
alergik, bagian dari infeksi, serta dapat juga terjadi
secara spontan dan idiopatik.
• Episkleritis umumnya mengenai satu mata, terutama
pada wanita usia pertengahan dengan riwayat penyakit
reumatik Episkleritis
• Keluhan pasien episkleritis berupa mata kering, rasa
nyeri ringan, dan rasa mengganjal
Penatalaksanaan

a. Pengobatan pada skleritis yang tidak infeksius NSAID, kortikosteroid

Diffuse scleritis atau nodular scleritis


• Pengobatan awal menggunakan NSAID. Jika gagal dapat menggunakan 2 jenis NSAIDs
yang berbeda. Cntuk pasien resiko tinggi, berikan omeprazole untuk perlindungan
gastrointestinal
• Jika NSAID tidak efektif, gunakan kortikosteroid oral. Jika terjadi remisi, dipertahankan
menggunakan NSAID.
• Jika oral kortikosteroid gagal, obat - obatan imunosupresif dapat digunakan. Methotrexate
adalah obat pilihan pertama, tapi dapat juga digunakan azathioprine, mycophenolate,
mofetil, cyclophosphamide, atau cyclosporine.
Penatalaksanaan
Necrotizing scleritis

• Obat - obatan imunosupresif ditambahkan dengan kortikosteroid pada bulan pertama,


kemudian jika mungkin dikurangi perlahan - lahan.
• Jika gagal, pengobatan imunomodulator dapat digunakan.
• Injeksi steroid periokular tidak boleh dilakukan karena dapat memperparah proses
nekrosis yang terjadi.

b. Pengobatan untuk skleritis yang infeksius -> pengobatan sistemik dengan atau tanpa antimikrobial
topikal dapat digunakan. Sementara kortikosteroid dan imunosupresif tidak boleh digunakan.

c. Konsultasi -> Dapat dilakukan kepada spesialis penyakit dalam untuk penyakit penyerta, dan
konsultasi dengan spesialis hematologi atau onkologi untuk pengawasan terapi imunosupresif

d. Tindakan bedah jarang bedah jarang dilakukan kecuali untuk memperbaiki perforasi sklera
atau kornea. Tindakan ini kemungkinan besar diperlukan apabila terjadi kerusakan hebat akibat
invasi langsung mikroba, atau pada granulomatosis wegener atau poliarteritis nodosa yang disertai
penyulit perforasi kornea
Komplikasi
• Skleritis biasanya disertai dengan peradangan di daerah sekitarnya seperti uveitis atau
keratitis sklerotikan
• Pada skleritis akibat terjadinya nekrosis sklera atau skleromalasia maka dapat terjadi
perforasi pada sklera
• Penyulit pada kornea dapat dalam bentuk keratitis sklerotikan, dimana terjadi
kekeruhan kornea akibat peradangan peradangan sklera terdekat
• Proses penyembuhan kornea yaitu berupa menjadi berupa menjadi jernihnya kornea
yang dimulai dari bagian sentral
Prognosis
• Prognosis skleritis tergantung pada penyakit penyebabnya.
• Skleritis pada spondiloartropati atau pada SLE biasanya relatif jinak dan sembuh sendiri
• Skleritis pada rematoid artritis atau polikondritis adalah tipe skleritis difus, nodular atau
nekrotik dengan atau tanpa komplikasi pada mata.
• Pada kasus skleritis idiopatik dapat ringan, durasi yang pendek, dan lebih respon terhadap
tetes mata steroid.
• Skleritis tipe nekrotik merupakan tipe yang paling destruktif dan skleritis dengan penipisan
sklera yang luas atau yang telah mengalami perforasi mempunyai prognosis yang lebih buruk
KESIMPULAN

• Skleritis didefinisikan sebagai gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi kolagen
• Skleritis disebabkan oleh berbagai macam penyakit baik penyakit autoimun ataupun penyakit
sistemik, infeksi, trauma dan idiopatik
• Skleritis dapat diklasifikasikan menjadi, skleritis anterior dan skleritis posterior
• Gejala - gejala pada skleritis dapat meliputi rasa nyeri, mata berair, fotofobia, spasme, dan penurunan
ketajaman penglihatan.
• Terapi skleritis meliputi terapi medikamentosa dan pembedahan.
• Komplikasi berupa keratitis, uveitis, galukoma, granuloma subretina, ablasio retina eksudatif,
proptosis, katarak, dan hipermetropia
• Prognosis skleritis tergantung pada penyakit penyebabnya
TERIMA KASIH!
DO YOU HAVE ANY QUESTIONS?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourwebsite.com

Please keep this slide for attribution

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai