Anda di halaman 1dari 22

Case Report Session (CRS)

HIPERTENSI ENSEFALOPATI
Oleh :
Kurnia Sari

Pembimbing :
Dr. dr.Alfindra Tamin,SP.S,M.SI,Med

Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Neurologi RSUD Raden Mattaher
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2022
PENDAHULUAN
Menurut JNC 7 (The Joint National Committee on Prevention,
Detection,Evaluation and Treatment of High Blood Pressure) hipertensi
diklasifikan sebagai berikut
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Pre-Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100


• Gejalanya umumnya berkembang lebih lambat dari pada stroke akut dan
biasanya non spesifik,
• misalnya sakit kepala, mual dan muntah. Gejala pada penglihatan umumnya
penglihatan kabur, kehilangan penglihatan dan kebutaan.
• Seperti pada perkembangan ensefalopati, pasien menjadi Agitasi, gelisah,
mengantuk, bingung dan disorientasi.
• Kejang adalah sebuah komplikasi yang sering terjadi pada hipertensi
ensefalopati baik fokal ataupun general
• General hiperfleksi juga sering terjadi, dan pada pemeriksaan funduscopy
biasanya terlihat perdarahan, eksudat dan papile edema
• CT scan pada kepala dapat terlihat edema cerebral yang difuse. MRI lebih
sensitif untuk melihat kelainan. Gejala Neurologi maupun radiologi dapat
dilihat dengan penanganan yang tepat pada hipetensi
Defenisi
Hipertensi Ensefalopati (HE) adalah sindrom klinik akut reversibel yang
disebabkan oleh kenaikan tekanan darah secara mendadak sehingga
melampaui batas autoregulasi otak. HE dapat terjadi pada normotensi
yang tekanan darahnya mendadak naik menjadi 160/100 mmHg.
Sebaliknya mungkin belum terjadi pada penderita hipertensi kronik
meskipun tekanan arteri rata-rata mencapai 200 atau 225 mmHg

Ensefalopati hipertensi merupakan komplikasi neurologi yang diakibatkan


peningkatan mendadak tekanan darah dan digolongkan dalam hipertensi
emergensi
HIPERTENSI EMERGENSI HIPERTENSI URGENSI
(Kerusakan organ target +) (Kerusakan organ target -)
 Hipertensi ensefalopati
Harus diturunkan
 Gagal jantung kongestif dalam 12 – 24 jam
 Edema paru
 GGA / GGK
 Krisis adrenergik
 Trauma kepala
 (Stroke)
 (Infark miokard)
 (Diseksi aneurisma aorta) 6
Etiologi

Ensefalopati hipertensi dapat merupakan komplikasi dari berbagai


penyakit antara lain penyakit hipertensi kronik dengan penyebab
apapun, glomerulis nefritik akut khususnya setelah infeksi, eklamsi,
Renovascular hipertensi, post coronary artery bypass hypertension.
Ensefalopati hipertensi lebih sering ditemukan pada orang dengan
riwayat hipertensi esensial lama
150
Sirkulasi darah

(ml/100 g/min)
100
otak

Normotensi
50
Hipertensi
kronik
0
0 50 100 150 200
Tekanan darah rata-rata (MAP) (mmHg)

Sirkulasi darah otak (CBF) diatur dengan sistem autoregulasi


 Konstan pada MAP antara 60 – 120 mmHg
MAP  Vasokonstriksi
MAP  Vasodilatasi
Bila MAP   > 180 mmHg  Breakthrough CBF 8
Patofisiologi
Peningkatan blood pressure
1. Reaksi autoregulasi
Intense reflex cerebral vasoconstriction
yang Berlebihan (The (Exaggerated autoregulation)
overregulation theory of
hypertensive
encephalopathy) Peningkatan cerebral blood flow

Focal cerebral ischemia: Vessel wall Global cerebal


ischemia ischemia
•Transient focal deficits
•Focal sizure Arteriol and
capillary damage

Localized cerebral Petechial


ischemia hemorrhage 9
2. Kegagalan otoregulasi (The breakthrough
theory of hypertensive encephalopathy)
Peningkatan blood
pressure

Failure of auto
regulation

Forced vasodilatation

Peningkatan endothelial -Peningkatan hydrostatic pressure


permeability -hypoperfusion

Cerebral edema

Hipertensive encephalopaty
(headache, nausea, vomiting, altered
mental status, convulsion) 10
Dimulai gejala Prodromal: 24-48 jam
 Sakit kepala
 Mual, muntah
 Gangguan penglihatan: kabur / diplopia
Selanjutnya
 Mental confusion, penurunan kesadaran
 Kejang umum / fokal
Bisa disertai defisit neurologik: hemiparesis, afasia, nistagmus
 tidak menetap
Bila menetap  perdarahan otak
 perlu CT scan/MRI
Pemeriksaan funduskopi:
Pada hipertensi akut normal (kecuali hipertensi kronik)
11
Pungsi lumbal: tidak perlu
Penegakkan Diagnosis

funduskopi untuk melihat ada tidaknya perdarahan retina dan papil


edema sebagai tanda peningkatan tekanan intra kranial

12
Gambaran funduskopi pada hipertensi ensefalopati

13
Gambaran CT Scan (kanan) dan MRI (kiri) kepala
pada wanita 55 tahun dengan Ensefalopati
Hipertensi dan kejang menunjukkan adanya lesi
white matter yang terkonsentrasi pada bagian
posterior otak 14
Diagnosis Banding

15
1. Menurunkan tensi secepatnya
- Antihipertensi parenteral / oral

2. Menanggulangi kelainan organ target


antara lain: Dekompensasi jantung

3. Menanggulangi etiologi hipertensi


16
PENATALAKSANAAN
PRINSIP :
HIPERTENSI EMERGENSI + ANTIKONVULSAN
 Hitung perbedaan TD saat ini dengan TD persentil 95
 Turunkan TD 25-30% dalam 6 jam pertama 
25-30% dalam 24-36 jam
selebihnya dalam 48-72 jam
 Sebaiknya di ruang ICU / High care ( HND )
 Pasang 2 i.v :
1. untuk obat antihipertensi
2. garam fisiologik bila TD turun terlalu cepat 17
PENATALAKSANAAN
Obat antihipertensi parenteral/oral
- Short acting  mudah dititrasi
Di luar negeri : Labetalol, Na Nitroprusid, Nicardipin
Di Indonesia : Nifedipin, Klonidin, Na Nitroprusid

Bila masih fase Hipertensi Urgensi


( Fase prodromal Hipertensi Ensefalopati )
- TD diturunkan lebih perlahan 25% dalam 12-14 jam
- Obat antihipertensi oral 18
Obat Antihipertensi
1. Labetolol, dosis inisial 20 mg bolus, lalu lanjutkan 20-
80 mg iv setiap 5-10 menit (max 300 mg) atau 0,5-2
mg /mnt dengan infus iv konstan  sampai target
tekanan darah tercapai
2. Sodium nitroprusside, dosis inisial 0,3-0,5 µg/kgBB/mnt
IV,, dosis maintenance 1-6µg/kgBB/mnt  sampai efek
target tercapai
3. Fenoldopam (corlopam), dosis inisial 0,03µg/kgBB/mnt
IV dinaikkan secara progresif sampai dosis maksimum
1,6µg/kgBB/mnt. 19
4. nicardipin bolus dengan dosis 5-15mg/jam IV dan dosis
maintenance sebesar 3-5 mg/jam.
5. Nifedipin sublingual, klonidin, diazoxide atau hidralazin IV tidak
direkomendasikan  menginduksi penurunan tekanan darah
arterial yang tidak terkontrol  iskemia serebral dan renal.
6. Reserpin dan metildopa  efek sedatifnya dapat menyulitkan
evaluasi klinis.

 Pasien harus dipantau hati-hati dan kecepatan infus diatur untuk


mempertahankan efek pengobatan tanpa terjadi hypotension.

20
Prognosis

21
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai