Anda di halaman 1dari 12

SOP (SPACE OCCUPAYING PROCCES) CEREBRI

A. DEFINISI
SOP (Space Occupying Procces) merupakan generalisasi masalah
tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak.
Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio
serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial (Long C , 1996 :
130). Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang
terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi
yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan
serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan
gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan
tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan
produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan
volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis
pada tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran
keluar dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena
besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat.
Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi akan
tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan
jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan
akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang
otak merupakan keluhan yang umum.
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, namun faktor resiko terjadinya
tumor otak antara lain:
1. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari
beberapa gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant
termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
2. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus
menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi
hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
3. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak
menyebabkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
4. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma
(neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma
susunan saraf pusat belum diketahui.

C. KLASIFIKASI
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000,
yaitu:
a. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system
saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40
sampai 50 % tumor otak.
b. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel
mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling
penting.
c. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari
hipofisis anterior
d. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 %
tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
e. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 %
dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
f. Tumor pembuluh darah antara lain :
1) Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal
yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita
sejak lahir yang lambat laun membesar.
2) Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-
unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam
serebelum
3) Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara
hemagioblastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal
serta pancreas.
g. Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang
jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa
horokoida embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada tumor
otak disebabkan oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor
dan kenaikan TIK.
a. Gangguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan
jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor
yang tumbuh paling cepat (misalnya glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut
dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan perubahan
serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah
kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis
fokal.
b. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor: bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor
menyebabkan bertambahnya massa karena ia mengambil tempat dalam
ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya
belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik
yang menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan
sub araknoid menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah
satu penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk
menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul
cepat. Mekanisme kompensasi antara lain: bekerja menurunkan volume
darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel
dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan
mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada
herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan
terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah
bradikardia progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan
gangguan pernafasan.
E. MANIFESTASI KLINIS
a. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai
pada penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam
dan terus menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini
paling hebat pada pagi hari dan lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas
yang biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk, mengejan
pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres
dingin pada tempat yang sakit.
b. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan
dengan peningkatan TIK diserta pergeseran batang otak. Muntah dapat
terjadoi tanpa didahului nausea dan dapat proyektif.
c. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan
papilla nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan
mengingatkan pada kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan
tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh karena pada beberapa individu
fundus tidak memperlihatkan edema meskipun TIK tidak amat tinggi.
Dalam hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi beberapa
gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis
fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).
d. Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga
terjadi, tetapi ini lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
1) Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut
Kejang Jacksonian.
2) Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia
humunimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah
lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi
penglihatan.
3) Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi
dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya
menunjukkan gerakan horizontal.
4) Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi
perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan
kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
5) Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf
akustik dan member rangkaian gejala yang timbul dengan semua
karakteriatik gejala pada tumor otak :
a) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli
(saraf cranial-8)
b) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
cranial-5)
c) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
d) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum,
mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
e. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes
insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
f. Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah
ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral
sekunder, selain itu alat ini juga member informasi tentang system
ventrikuler.
b. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu
dalam mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
c. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk
mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan
dasadasarpengobatan dan informasi prognosis.
d. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral.
e. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang.
f. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena
tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam
cairan serebrospinal.
g. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian
rumitnya sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak bias dilakukan
karena kontra indikasi peningkatan TIK.

G. PENATALAKSANAAN
Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan.
Tergantung pada jenis dan stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi
pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi. Beberapa pasien menerima
kombinasi dari perawatan diatas (Barbara L. Bullock 2000).
1. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak.
Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir
sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak.Operasi untuk membuka
tulang tengkorak disebut kraniotomi.
2. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk
menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI
digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi
radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk
menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau
gamma, atau akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.
3. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah
mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang
radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.
4. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus
intravena ke seluruh tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus
yang meliputi periode pengobatan dan periode pemulihan.

H. KOMPLIKASI
a. Ganguan Fungsi Luhur
Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah
gangguan fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan
kognitif dan neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada
area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun
radioterapi.
b. Ganguan Wicara
Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak.
Dalam hal ini kita mengenal istilah disartria dan aphasia. Disartria adalah
gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer
yang bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga langkah yang menjadi
prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan kemampuan verbal,
mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal.
c. Gangguan Pola Makan
Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu
ketidakmampuan menelan makanan karena hilangnya refleks menelan.
Gangguan bisa terjadi di fase oral, pharingeal atau oesophageal.
Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya asupan nutrisi bagi
penderita serta berisiko aspirasi pula karena muntahnya makanan ke paru.
Etiologi yang mungkin adalah parese nervus glossopharynx dan nervus
vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi.
d. Kelemahan Otot
Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang
mengenai saraf khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan
tetraparesis. Pendekatan terapi yang dilakukan menggunakan prinsip
stimulasi neuromusculer dan inhibisi spastisitas. Cara lain adalah dengan
EMG biofeedback, latihan kekuatan otot, koordinasi endurasi dan
pergerakan sendi.
e. Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran
Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau
bagian dari otak yang memproses informasi visual (visual korteks) dapat
menyebabkan masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda atau
penurunan lapang pandang. Tumor otak yang mempengaruhi saraf
pendengaran - terutama neuromas akustik - dapat menyebabkan gangguan
pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak.
f. Stroke
Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke
area otak, yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif
terhadap setiap gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai mati
dalam beberapa menit kehilangan pasokan oksigen dan glukosa.
g. Epilepsi
Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar
disebabkan karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang
menyebabkan ganguan listrik pada otak dan juga tumor otak dapat
menyebabkan iritasi pada otak yang dapat menyebabkan kejang
h. Depresi
Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system
limbic) atau karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut,
Gejala yang timbul dapat berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang
mendalam, social withdrawal, Mudah marah, kecemasan, penurunan
libido, gangguan tidur, tingkah laku yang tidak wajar. Dapat juga karena
efek steroid : mood and sleep changes, ganguan bipolar
(manicdepression).
i. Hidrosephalus
Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi
aliran LCS, akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan
terbentuknya hidrosephalus. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial
juga dapat menghambat aliran LCS.
j. Cerebral Hernia
Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak
terpaksa melalui pembukaan dalam tengkorak. Tumor otak akan
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang kemudian
menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen Magnum atau
transtentorial
k. Ganguan Seksualitas
Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika
tumor melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang
mempengaruhi libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan.
Daerah-daerah yang sama dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang
yang dapat juga mengurangi kesuburan dan libido selain itu dapat pula
menyababkan menopouse dini.
l. Terbentuknya Gumpalan Darah
Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya
pembekuan darah. Pembekuan ini disebut "trombosis vena dalam" (DVT)
dan terjadi di pembuluh darah kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri betis,
bengkak, dan perubahan warna kaki, meskipun itu DVT juga bisa terjadi
tanpa gejala. Bahaya itu DVT adalah bahwa mereka dapat pecah dan
dibawa oleh aliran darah ke paru-paru, di mana mereka menyebabkan
"thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di arteri paru.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk. (2000). Perawatan Medikal Bedah.
EGC. Jakarta.

Barbara L. Bullock. (2000). Patofisiology. Adaptasi and alterations infeksius


function. Fourth edition. Lipincott, Philadelpia.

Brunner & Sudarth. (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3.
EGC. Jakarta.

Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih. (2002). Diagnosa


Keperawatan.ed 6. EGC.Jakarta.

Marilyn E. Doenges, et al. (2003). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma. (2004). Patofisiologi, konsep klinik
proses- proses penyakit ed. 4. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai