Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

Trauma Mekanis pada Mata

Pembimbing:
dr. Faozan, Sp. M

Penyusun:
Qanita Afla Afnia
406148106

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit
Bhayangkara Semarang periode 22 Juni 25 Juli 2015.

Nama : Qanita Afla Afnia

NIM : 406148106

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Tarumanagara Jakarta

Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Mata

Periode Kepaniteraan Klinik : 22 Juni 25 Juli 2015

Judul : Referat Trauma Tumpul dan Trauma Tajam pada Mata

Pembimbing : dr. Faozan, Sp. M

Telah diperiksa dan disahkan tanggal :

Kepala Bagian Pembimbing

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata

(dr. Faozan, Sp. M) (dr. Faozan, Sp. M)

ii
KATA PENGANTAR

Pertama penulis ucapkan terima kasih kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Trauma Tajam dan Trauma
Tumpul pada Mata tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan referat ini adalah sebagai
salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
di Rumah Sakit Bhayangkara.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Faozan, Sp.M dan dr. Hayati, Sp.M
yang telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam membantu menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam referat ini, oleh karena itu san=ran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga referat ini dapat bermanfaat bukan hanya
untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.

Semarang, 14 Juli 2015

Penulis

(Qanita Afla Afnia)

iii
DAFTAR ISI

Lembar pengesahan...................................................................................... ii

Kata pengantar ............................................................................................ iii

Daftar isi ...................................................................................................... iv

Bab I Pendahuluan ....................................................................................... 1

Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................... 2

2.1 Struktur anatomi dan histologi mata....................................................... 2


2.1.1 Orbita ................................................................................................. 2
2.1.2 Palpebra ............................................................................................. 3
2.1.3 Konjuntiva ......................................................................................... 3
2.1.4 Kornea................................................................................................ 4
2.1.5 Traktus uvealis ................................................................................... 5
2.1.6 Lensa .................................................................................................. 7
2.1.7 Vitreous.............................................................................................. 7
2.1.8 Retina ................................................................................................. 7

2.2 Trauma Mekanik


2.2.1 Definisi............................................................................................... 9
2.2.2 Trauma tumpul................................................................................... 9
2.2.3 Trauma tajam ................................................................................... 15

Kesimpulan ................................................................................................ 17
Daftar pustaka ............................................................................................ 18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Trauma mata merupakan salah satu penyebab umum gangguan pengelihatan dan
kebutaan unilateral.1 Trauma mekanis disebabkan oleh suatu benda yang dapat menimbulkan
cedera pada mata. Trauma mekanis terbagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam.2 Trauma
tumpul adalah trauma yang diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras, dimana
benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat.3 Sedangkan trauma
tajam adalah trauma yang diakibatkan oleh benda dengan permukaan yang tajam atau runcing
seperti, pisau, panah, pecahan kaca, dan lain-lain.4 trauma tajam terbagi lagi menjadi trauma
penetrans, yang merupakan trauma yang menembus bola mata, dan trauma non penetrans,
merupakan trauma yang tidak tembus, dan hanya menggores bola mata.2

Prevalensi trauma mata di Amerika Serikat sebesar 2,4 juta pertahun dan setengah juta
diantaranya menyebabkan kebutaan. Di dunia, terdapat 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan,
2,3 juta mengalami penurunan fungsi pengelihatan unilateral akibat trauma mata. Berdasarkan
jenis kelamin, beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai prevalensi lebih
tinggi mengalami trauma mata dibandingkan dengan wanita. Trauma mata pada laki-laki sebesar
20 per 100.000, sedangkan pada wanita 5 per 100.000. 5

Tipe dan luasnya kerusakan akibat trauma pada mata tergantung dari mekanisme dan
kuatnya trauma yang terjadi. Trauma yang berpenetrasi ke intraokuli akan mengakibatkan
kerusakan yang lebih besar dibandingkan trauma akibat benturan (benda tumpul). Penanganan
dini trauma mata secara tepat dapat mencegah terjadinya kebutaan maupun penurunan fungsi
pengelihatan.5

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Anatomi dan Histologi Mata

2.1.1 Orbita

Rongga orbita mempunyai empat dinding. Atap orbita terdiri atas pars orbitalis
os. frontalis. Os. sphenoidalis ala minor mengandung kanalis optikus di bagian atap
posterior.1

Dinding lateral dipisahkan dari bagian atap oleh fissure orbitalis superior, yang
memisahkan ala minor dari ala major os. sphenoidalis. Bagian anterior dinding lateral
dibentuk oleh fascies orbitalis os. zygomatici. Dinding lateral merupakan bagian terkuat
dari tulang-tulang orbita.1

Dasar orbita dipisahkan dari dinding lateral oleh fisura orbitalis inferior. Proc.
frontalis maxillae di medial dan os. zygomaticum di lateral melengkapi tepi inferior
orbita. Proc. orbitalis os. palatini membentuk daerah segitiga kecil pada dasar posterior.1

Dinding medial rongga orbita terdiri dari os. ethmoidale yang tipis, tetapi menebal kearah
anterior. Corpus os. sphenoidalis membentuk bagian posterior dinding medial.1

Gambar 1.1 Orbita6

2
2.1.2 Palpebra

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup
dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu menyebarkan lapisan
tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi.1

Pada palpebra terdapat M. orbikularis oculi yang berfungsi menutup palpebra.


Permukaan dalamnya dipersarafi oleh N. fasialis (VII). Otot ini terbagi menjadi bagian
orbital, praseptal, dan pratarsal.1

Tepian palpebra ditunjang oleh tarsus, yaitu jaringan fibrosa yang padat. Pada
palpebra inferior, septum orbitale bergabung dengan tepi bawah tarsus. Dibelakangnya
terdapat bantalan lemak pra-aponeurotik. Bantalan lemak tambahan terdapat di medial
palpebra superior.1

Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian


otot rangkanya adalah levator palpebrae superioris. Sedangkan palpebra inferior, retractor
utamanya adalah M. rectus inferior. Komponen otot polos retraktor palpebra dipersarafi
oleh saraf simpatis, sedangkan levator dan M. rectus inferior oleh N. III (oculomotorius).
1

2.1.3 Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang


membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sclera (konjungtiva bulbaris).1

Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat


erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada
forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva
bulbaris.1

Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan terdapat


lipatan-lipatan yang memungkinkan bola mata bergerak.1

3
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari a. ciliaris anterior dan a. palpebralis yang
beranastomosis membentuk jarring-jaring vascular konjungtiva. konjungtiva menerima
persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama N. V.1

Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris
bertingkat, superficial dan basal. Sel-sel epitel konjungtiva mengandung sel-sel goblet
bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi lapisan air mata
prakornea secara merata.1

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu
lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di
beberapa tempat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum.
Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus.
Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papilar pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa
tersusun longgar pada bola mata.1

2.1.4 Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang disisipkan ke dalam sklera pada limbus,
lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Sumber-sumber nutrisi
untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata.
Kornea superfisial juga mendapatkan sebagian besar oksigen dari atmosfer.1

Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan: lapisan epitel


(berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma,
membrane Descement, dan lapisan endotel. Lapisan epitel mempunyai lima atau enam
lapis sel. Lapisan Bowman merupakan lapisan jernih aselular. Stroma kornea menyusun
sekitar 90% ketebalan kornea dan tersusun atas jalinan lamella serat-serat kolagen.
Membrane Descement, merupakan lamina basalis endotel kornea. Endotel hanya
memiliki satu lapis sel dan berperan besar dalam mempertahankan deturgesensi stroma
kornea. Endotel kornea cukup rentan terhadap trauma dan kehilangan sel-selnya seiring
dengan penuaan.1

4
Gambar 1.2 Lapisan kornea

2.1.5 Traktus Uvealis

Traktus uvealis terdiri atas iris, corpus ciliare, dan koroid. Bagian ini merupakan
lapisan vaskular tengah mata dan ikut mendarahi retina, juga dilindungi oleh kornea dan
sclera.1

Iris
Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris terletak bersambungan
dengan permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata depan dari bilik mata
belakang yang masing-masing berisi aqueous humor. Di dalam stroma iris terdapat
sfingter dan otot-otot dilator. Perdarahan iris didapat dari circulus major iris.
Persarafan sensoris iris melalui serabut-serabut dalam nervi ciliares.1
Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran
pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas
parasimpatis yang dihantarkan melalui N. kranialis III dan dilatasi ditimbulkan oleh
aktivitas simpatis.1

5
Corpus ciliare
Proc. ciliares berfungsi sebagai pembentuk aqueous humor. Musculus ciliaris
tersusun dari gabungan serat-serat longitudinal, sirkular, dan radial. Fungsi serat-serat
sirkular adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula. Otot ini
mengubah tegangan pada kapsul lensa sehingga lensa dapat mempunyai berbagai
fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauh dalam lapang
pandang. Serat-serat longitudinal muskulus ciliaris menyisip ke dalam anyaman
trabekula.1
Pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi corpus ciliare berasal dari circulus
arteriosus major iris. Persarafan sensoris iris melalui saraf-saraf siliaris.1
Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, diantara retina dan sclera. Koroid
tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid. Semakin dalam pembuluh terletak di
dalam koroid, semakin lebar lumennya. Koroid sebelah dalam dibatasi oleh membran
Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Koroid melekat erat ke posterior pada tepi-tepi
N. opticus. Di sebelah anterior, koroid bergabung dengan corpus ciliare.1

Gambar 1.3 Traktus uvealis

6
2.1.6 Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris; zonula
menghubungkannya dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous
humor, di sebelah posteriornya, vitreous humor. Kapsul lensa adalah membran
semipermeabel yang akan memberikan jalan masuk air dan elektrolit.1
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai
zonula (zonula Zinnii), tersusun dari banyak fibril. Fibril-fibril ini berasal dari permukaan
corpus ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35%-nya protein.
Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Tidak ada
serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa.1

2.1.7 Vitreous
Vitreous adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk
dua pertiga volume dan berat mata. Vitreous mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa,
retina, dan diskus optikus.1

2.1.8 Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan yang
melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Di tengah-tengah retina
posterior terdapat makula, yang secara klinis dibatasi oleh cabang-cabang pembuluh
darah retina temporal. Makula lutea secara anatomis didefinisikan sebagai daerah
berdiameter 3 mm yang mengandung pigmen luteal kuning. Fovea merupakan zona
avaskular retina pada angiografi fluoresens.1
Retina menerima darah dari koriokapilaris yang memperdarahi sepertiga luar
retina dan cabang-cabang dari a. sentralis retinae, yang memperdarahi dua pertiga dalam
retina.1

7
Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya adalah (1) membrane limitans
interna; (2) lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan
menuju N. opticus; (3) lapisan sel ganglion; (4) lapisan pleksiform dalam, yang
mengandung sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar; (5) lapisan inti
dalam badan-badan sel bipolar, amakrin dan horizontal; (6) lapisan pleksiform luar, yang
mengandung sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor; (7) lapisan
inti luar sel fotoreseptor; (8) membrane limitans eksterna; (9) lapisan fotoreseptor segmen
dalam, luar batang dan kerucut; dan (10) epitel pigmen retina.1

Gambar 1.4 Lapisan retina

8
2.2 Trauma Mekanik Mata

2.2.1 Definisi

Trauma mekanis disebabkan oleh suatu benda yang dapat menimbulkan cedera
pada mata. Trauma mekanis terbagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam.2 Trauma
tumpul adalah trauma yang diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras,
dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat. 3
Sedangkan trauma tajam adalah trauma yang diakibatkan oleh benda dengan permukaan
yang tajam atau runcing seperti, pisau, panah, pecahan kaca, dan lain-lain.4 trauma tajam
terbagi lagi menjadi trauma penetrans, yang merupakan trauma yang menembus bola
mata, dan trauma non penetrans, merupakan trauma yang tidak tembus, dan hanya
menggores bola mata.2

2.2.2 Trauma Tumpul

2.2.2.1 Trauma Tumpul Palpebra

Hematoma palpebra

Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah


kulit palpebra akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Trauma tumpul palpebra dapat
disebabkan oleh pukulan tinju atau benda-benda keras lainnya.3 Bila perdarahan terletak
lebih dalam, mengenai kedua palpebra dan berbentuk kacamata hitam yang sedang
dipakai, maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kacamata. Hematoma kacamata
merupakan keadaan yang sangat gawat karena hal ini terjadi akibat pecahnya a. oftalmika
yang merupakan tanda fraktur basis cranii. Pecahnya a. oftalmika menyebabkan
masuknya darah ke dalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita. Karena dibatasi oleh
septum orbita palpebra, darah tidak dapat mengalir lebih lanjut dan akan terbentuk
gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang memakai kacamata.3

9
Untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit dapat diberikan
kompres dingin. Bila hematoma kelopak telah berlangsung lama, untuk memudahkan
absorpsi darah dapat dilakukan dengan kompres air hangat.3

2.2.2.2 Trauma Tumpul Konjungtiva

Hematoma subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat
di bawah konjungtiva, seperti a. konjungtiva dan a. episklera. Pecahnya pembuluh darah
dapat terjadi akibat batuk rejan, trauma tumpul basis crania (hematoma kaca mata), atau
pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah akan
mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklesose, konjungtivitis, anemia, dan
obat-obatan tertentu.3
Bila perdarahan akibat trauma tumpul, maka perlu dipastikan bahwa tidak
terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sclera. Pemeriksaan funduskopi
perlu dilakukan pada penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma. Bila
tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam pengelihatan menurun dan
hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari
kemungkinan adanya rupture bulbus okuli.3
Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva adalah dengan kompres hangat.
Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.3

Gambar 1.5 Hematoma subkonjungtiva

10
2.2.2.3 Trauma Tumpul Kornea
Edema kornea
Edema kornea akan memberikan keluhan pengelihatan kabur dan terlihatnya
pelangi sekitar bola lampu atau cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan
uji plasido yang positif.3
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang
dan neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea. Penatalaksanaan yang diberikan
adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam hipertonik 2 8%, glukose
40% dan larutan albumin.3
Penyulit trauma kornea yang berat berupa terjadinya kerusakan M. descement
yang lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan keluhan
rasa sakit dan menurunkan tajam pengelihatan akibat astigmatisme irregular.3

Erosi kornea
Erosi kornea merupakan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh
gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal.
Pasien akan merasa sakit yang hebat akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat
sensible yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan
pengelihatan terganggu akibat kornea yang keruh.3
Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan
fluoresein akan berwarna hijau.3
Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepaskan. Untuk mencegah infeksi
bakteri diberikan tetes mata antibiotika spektrum luas seperti, neosporin, kloramfenikol,
dan sulfasetamid. Erosi yang kecil biasanya akan tertutp kembali setelah 48 jam.3

11
2.2.2.4 Trauma Tumpul Uvea
Iridodialisis
Iridodialisis adalah terpisahnya iris dari badan siliaris.5 Trauma tumpul dapat
mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Pasien
akan mengeluh melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil
lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila
keluhan tersebut terjadi, sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi
pangkal iris yang terlepas.3

Gambar 1.6 Iridodialisis

Hifema
Hifema atau darah dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul
yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Pasien akan mengeluh sakit, disertai
dengan epifora dan blefarospasme. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di
bagian bawah bilik mata depan, dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Pengelihatan pasien akan sangat
menurun, nyeri, fotofobia, dan robekan diikuti dengan trauma tumpul pada mata.7
Penatalaksanaan, pasien berbaring di tempat tidur dengan posisi kepala
ditinggikan 30 derajat, diberi koagulasi dan mata ditutup. Asetazolamida diberikan bila
terjadi penyulit glaucoma. Hifema akan hilang sempurna. Parasentesis atau mengeluarkan
darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda
imbibisi kornea, glaucoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah
5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.3

12
Gambar 1.7 Hifema

2.2.2.5 Trauma Tumpul Lensa


Dislokasi lensa
Dislokasi lensa terjadi akibat putusnya zonula Zinn sehingga kedudukan lensa
terganggu.3 Bila lensa mengambang di vitreus, pasien akan mengeluh pengelihatan kabur,
mata merah, dan iridodonesis bila pasien menggerakkan matanya. Diagnosis dislokasi
lensa dilakukan dengan USG. USG digunakan untuk mengevaluasi struktur interna bola
mata. USG dapat membantu mendeteksi koroid dan ablasi retina. Komplikasi dislokasi
lensa adalah glaukoma, iritis, uveitis. Ekstraksi lensa dilakukan bila terjadi komplikasi
yang serius. Bila tidak terdapat komplikasi, ekstraksi lensa tidak perlu dilakukan.1

Luksasi lensa anterior


Bila seluruh zonula Zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma, maka lensa dapat
masuk ke bilik mata depan. Akibatnya akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan
bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut.3
Pasien akan mengeluh pengelihatan turun mendadak, disertai rasa sakit yang
hebat, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat,
edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil
yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi.3
Tatalaksana luksasi lensa anterior adalah segera dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkan lensa dan berikan asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola mata.3

13
Luksasi lensa posterior
Luksasi lensa posterior terjadi akibat putusnya zonula Zinn diseluruh lingkaran
ekuator lensa, sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di bawah polus
posterior fundus okuli.3
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya akibat lensa
mengganggu kampus. Mata akan menunjukkan gejala afakia. Pasien akan melihat normal
dengan lensa + 12,00 dioptri untuk jauh.3
Lensa yang terlalu lama berada pada polus posterior dapat menimbulkan penyulit
akibat degenerasi lensa. Bila luksasi lensa telah menimbulkan penyulit, segera dilakukan
ekstraksi lensa.3

2.2.2.6 Vitreous
Perdarahan vitreous
Perdarahan vitreous merupakan ekstravasasi darah ke beberapa ruang yang
terbentuk dan disekitar badan vitreous. Kondisi ini dapat menyebabkan neovaskularisasi
retina.8
Gejala berupa terdapat pengelihatan kabur, terdapat floaters, pandangan berawan,
fotofobia. Tatalaksana diarahkan pada penyebab yang mendasari. Vitrektomi
diindikasikan bila pengobatan terhadap penyebab yang mendasari sudah tidak dapat
dilakukan.1

Gambar 1.8 Perdarahan vitreous

14
2.2.2.7 Trauma Tumpul Retina
Ablasi retina
Pada mata normal, retina yang utuh melekat pada epitel pigmen karena adanya
hisapan oleh epitel terhadap ruang kedap air diantara keduanya. Apabila terdapat robekan
retina, gerakan bola mata yang cepat dan rotasi bola mata mendadak menimbulkan gaya
inersia yang cukup besar sehingga menimbulkan pelepasan retina. Pasien yang
mengalami retina tipis akibat retinitis semata, myopia, dan proses degenerasi retina
lainnya mempunyai faktor risiko terjadinya ablasi retina.3
Pasein akan mengeluh seperti adanya selaput seperti tabir mengganggu lapang
pandang. Bila terkena atau tertutup daerah macula, maka tajam pengelihatan akan
menurun. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu-abu
dengan pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang
terlihat pembuluh darah terputus-putus.3
Pembedahan dengan koriopeksi dan silicone buckling diperlukan untuk menutup
lubang di retina, dengan membentuk kembali ruang kedap air intraretina; untuk
membatasi lag inersial cairan dan gel dalam hubungannya dengan retina; untuk
mendekatkan dan menambal kedua lapisan retina disekitar robekan untuk melawan efek
arus di dalam rongga vitreous.1

2.2.4 Trauma Tajam


2.2.3.1 Laserasi kornea
Laserasi kornea merupakan trauma pada mata yang dapat terjadi akibat benda
tajam. Pasien biasanya mengeluh mengalami penurunan tajam pengelihatan dan nyeri
pada mata setelah terjadi trauma. Iris tertahan, anterior chamber mendatar, dan kerusakan
komponen intraokular. Tekanan intraocular rendah karena kebocoran aqueous.9
Pada pemeriksaan slit-lamp, COA terlihat dangkal, bentuk pupil ireguler, terdapat
hifema, gelembung di anterior chamber, kornea datar. Kebocoran humor aqueous dapat
diidentifikasi dengan tes seidel. Tes ini dilakukan dengan menggunakan fluoresein pada
lesi kornea.3
Penatalaksanaan laserasi kornea adalah dengan pembedahan. Pelindung mata
dapat diberikan pada mata yang mengalami trauma.9

15
2.2.3.2 Trauma Tembus Bola Mata
Bila trauma disebabkan benda tajam, akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus,
seperti:3
- Tajam pengelihatan menurun
- Tekanan bola mata rendah
- Bilik mata depan dangkal
- Bentuk dan letak pupil berubah
- Terlihat rupture pada kornea atau sklera
- Terdapat jaringan yag prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, retina
- Konjungtiva kemotis

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva. bila robekan konjungtiva


tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva
melebihi 1 cm perlu dilakukan tindakan penjahitan untuk mencegah terjadinya
granuloma.3
Bila terdapat salah satu dari tanda di atas atau dicurigai adanya perforasi bola mata
maka segera diberikan antibiotik topikal, mata ditutup dan segera dikirim ke dokter mata
untuk dilakukan pembedahan. Pastikan tidak terdapat benda asing yang masuk ke dalam
mata.3
Pada pasien dengan luka tembus bola mata diberikan antibiotik sistemik atau
intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan. Pasien juga diberi anti
tetanus profilaktik dan analgesik.3
Penyulit yang dapat timbul adalah terdapatnya benda asing intraocular seperti,
endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, dan perdarahan intraokular.3

16
KESIMPULAN

Trauma mata merupakan salah satu penyebab umum gangguan pengelihatan dan kebutaan
unilateral.2 Trauma mekanis disebabkan oleh suatu benda yang dapat menimbulkan cedera pada
mata. Trauma mekanis terbagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam.11 Trauma tumpul
adalah trauma yang diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras, dimana benda
tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat.1 Sedangkan trauma tajam
adalah trauma yang diakibatkan oleh benda dengan permukaan yang tajam atau runcing seperti,
pisau, panah, pecahan kaca, dan lain-lain.4 trauma tajam terbagi lagi menjadi trauma penetrans,
yang merupakan trauma yang menembus bola mata, dan trauma non penetrans, merupakan
trauma yang tidak tembus, dan hanya menggores bola mata.11

Bentuk penanganan pada trauma mekanik mata berupa konservatif dengan pemberian
antibiotik dan membalut mata yang terluka. Hindari memanipulasi luka karena dapat
memperparah kerusakan, hindari pemberian sikloplegik karena dapat melemahkan otot siliaris.
Berikan anti tetanus serum dan antibiotik parenteral untuk trauma mata yang berat.8

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya Medika; 2000
3. Djelantik S, Andayani A, Widiana IGR. The relation of onset of trauma and visual acuity on
traumatic patient. Jurnal oftalmologi Indonesia. 2010 Juni. 7(3): 85-90.
4. Loewenstein JI, Lee S. Ophtalmology just the facts. USA: The McGraw-Hill Companies,
Inc; 2004.
5. Putz R, Pabst R, editor. Sobotta atlas of human anatomy. Germany: Elsevier Gmbh; 2006.
6. Hodge C. Ocular emergencies. Australian family physician. 2008 July. 37(7): 506-9.
7. Sangil L,Hayward A, Bellamkonda V. Traumatic lens dislocation. International journal of
emergency medicine. 2015. 16(8).
8. Nugroho TE. Ilmu kesehatan mata. Jakarta: Media Orbita; 2008.
9. Aronson AA. Corneal laceration. 2015 Mar 10; Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/798005-clinical#showall

18

Anda mungkin juga menyukai