Depresi merupakan salah satu gangguan mood. Gangguan mood dianggap
sebagai sindrom, yang terdiri atas sekelompok tanda dan gejala bertahan selama berminggu- minggu, berbulan-bulan yang menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual seseorang serta kecenderungan untuk kambuh, sering dalam bentu periodik atau siklik. Pasien dengan mood terdepresi (yaitu, depresi) merasakan hilangnya energi dan minat, perasan bersalah, sulit berkonsentrasi, hilang nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. (Kaplan, 2010) Berdasarkan data Riskesdas 2010 ada 11,6 % penduduk Indonesia yang berusia diatas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional berkisar 19 juta penduduk. Dimana 0,46 % diantaranya bahkan mengalami gangguan jiwa berat atau sekitar 1 juta penduduk. Data WHO (2010), menunjukkan sebanyak 450 juta orang dengan gangguan jiwa, dan lebih dari 150 juta orang mengalami depresi, 25 juta orang menderita skizofrenia, lebih dari 90 juta orang pengguna alkohol (NAPZA) dan 1 juta orang bunuh diri tiap tahun (Majalah Teratai Jiwa, 2012). Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-kira 40 tahun, 50 % dari semua pasien mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun. Beberapa data epidemiologi baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresi berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun. Pada umumnya gangguan depresi berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau berpisah. (Kaplan, 2010) Dengan besarnya angka kejadian di Indonesia dan onset usia yang semakin muda membuat penulis ingin menggali lebih dalam mengenai depresi. Sehingga kita dapat memahami tentang etiologi, diagnosis, dan tatalaksana yang sesuai