Anda di halaman 1dari 23

Telaah Ilmiah

GLOSITIS

Oleh

Liana Alviah Saputri, S.Ked

Pembimbing

dr. Fuad Bakry, Sp.PD, KGEH

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Telaah Ilmiah


Glositis

Oleh:
Liana Alviah Saputri, S.Ked
04054821618046

Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 26 Desember 2016 s.d 6
Maret 2017

Palembang, 2017

dr. Fuad Bakry, Sp.PD, KGEH

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat dan
berkat-Nya Telaah Ilmiah yang berjudul “Glositis” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Telaah Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik
senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Fuad Bakry, Sp.PD,
KGEH atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan


telaah Ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lidah .................................................................... 3
2.2 Glositis ........................................................................................................ 9
2.2.1 Definisi Glositis ............................................................................... 9
2.2.2 Etiologi Glositis ............................................................................. 10
2.2.3 Faktor Risiko Glositis .................................................................... 10
2.2.4 Jenis-jenis Glositis ......................................................................... 11
2.2.5 Tanda dan Gejala Glositis.............................................................. 14
2.2.6 Diagnosa Glositis ........................................................................... 15
2.2.7 Terapi Glositis ............................................................................... 15
2.2.8 Komplikasi Glositis ....................................................................... 16
2.2.9 Pencegahan Glositis ....................................................................... 16
2.2.10 Prognosis ....................................................................................... 16

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 17


DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Anatomi lidah .............................................................................................. 4
2. Bagian-bagian lidah ..................................................................................... 7
3. Glositis ....................................................................................................... 10
4. Benign Migratory Glossitis ....................................................................... 13
5. Median Rhomboid Glossitis....................................................................... 14

v
BAB I
PENDAHULUAN

Lidah merupakan salah satu organ penting pada tubuh manusia yang memiliki
banyak fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses pencernaan, mengisap, menelan,
persepsi rasa, bicara, respirasi, dan perkembangan rahang. Lidah dapat mencerminkan
kondisi kesehatan seseorang sehingga digunakan sebagai indikator untuk mengetahui
kesehatan oral dan kesehatan umum pasien.
Lidah dapat mengalami anomali berupa kelainan perkembangan, genetik, dan
kelianan karena lingkungan. Kelainan pada lidah antara lain terdiri dari kelainan
perkembangan, perubahan selaput dan warna lidah, indentation markings, gangguan
gerakan lidah, gangguan persarafan lidah, pembesaran lidah dan peradangan.
Penyakit-penyakit lokal dan sistemik juga mempengaruhi kondisi lidah dan
menimbulkan kelainan pada lidah yang biasanya menyertai keterbatasan fungsi organ
ini. Lesi pada lidah memiliki diagnosa banding yang sangat luas yang berkisar dari
proses benigna yang idiopatik sampai infeksi, kanker dan kelainan infiltratif. Salah satu
kelainan pada lidah yang paling banyak adalah glositis.
Glositis merupakan suatu kondisi yang terjadi pada lidah yang ditandai dengan
terjadinya deskuamasi papilla filiformis sehingga menghasilkan daerah kemerahan yang
mengkilat. Glositis dapat menyerang semua umur tapi biasanya lebih banyak menyerang
laki-laki dari pada perempuan. Glositis terbagi menjadi berbagai macam jenis sesuai
dengan penyebabnya masing-masing. Macam-macam glositis antara lain Atrophic
Glossitis, Median Rhomboid Glossitis, Benign Migratory Glossitis, dan Geometric
Glossitis.1
Glositis dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain infeksi bakteri atau virus
(termasuk mulut herpes simpleks), mekanik iritasi atau cedera dari luka bakar, tepi kasar
gigi atau gigi peralatan, atau trauma lainnya. Dalam beberapa kasus, glositis dapat
mengakibatkan pembengkakan lidah parah yang menghalangi jalan nafas sehingga
membutuhkan pertolongan medis segera.1

1
Penulisan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, macam-macam,
penyebab, gejala dan pengobatan glositis. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat
bermanfaat untuk memberikan informasi terkait glositis dan menjadi salah satu sumber
bacaan tentang glositis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lidah


Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima
jenis rangsangan tertentu pada manusia. Serabut syaraf yang melayaninya
merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa (sensory impression) dari
organ indra menuju otak, dimana perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa
timbul dari luar, seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara.2
Dalam segala hal, serabut saraf-saraf sensorik dilengkapi dengan ujung
akhir khusus guna mengumpulkan rangsangan perasaan yang khas itu, dimana
setiap organ berhubungan.2
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal
sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah
juga turut membantu dalam tindakan bicara. Struktur lainnya yang berhubungan
dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa Latin lingua atau glossal dari
bahasa Yunani.2
Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap yang
terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit dan rasa
manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh
lidah di tempat yang berbeda-beda.2
Pada hakikatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
indra khusus pengecap, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis.
Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan
ektrinsik. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot
ektrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan
gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan.
Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi dan
akhirnya mendorongnya masuk faring.

3
Lidah ini, juga dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup pengecap
(taste buds). Pada lidah lebih kurang 10.000 kuncup pengecap yang tersebar
dipermukaan atas dan di sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap tertanam
dibagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan lidah yang disebut
papilla.2

Bagian-Bagian Lidah
Lidah adalah massa otot lurik yang ditutupi oleh 4embrane mukosa. Dua
per tiga anteriornya terletak di ronggga mulut dan sepertiga posteriornya terletak
di faring.3 Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat
pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang
pelipis.

Gambar 1. Anatomi Lidah3

4
Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Otot-
otot intrinsik hanya terletak pada lidah tersebut, yang terdiri atas serabut-serabut
longitudinal, transversal dan vertikal. Otot-otot intrinsik melekat pada tulang dan
pallatum molle. Terdiri atas m. genioglossus, m. hyoglossus, m. styloglossus dan
m. palatoglossus.3
Lidah diperdarahi oleh a. lingualis, ramus tonsilaris, a. facialis dan a.
pharingea ascenden. Vena-venanya bermuara ke dalam vena jugularis interna.
Tiap bagian lidah mempunyai sistem limfatik yang memiliki aliran berbeda-beda.
Ujung lidah akan mengalirkan cairan limfenya ke nodi lympoidei submentale. Sisa
dua pertiga anterior lidah lainnya mengalirkan cairan limfenya ke nodi lympoidei
submandibulares dan servicales profundi kedua sisi. Limfe dari sepertiga anterior
lidah kaan mengalir ke nodi lymphoidei cervicales profundi kedua sisi.3
Membrane mukosa bagian atas lidah dapat dibagi menjadi bagian anterior
dan posterior oleh sulcus berbentuk V, yaitu sulcus terminalis. Sulcus membagi
lidah menjadi dua pertiga bagian anterior atau pars oralis dan sepertiga bagian
posterior atau atau pars faringealis. Apeks dari sulcus menonjol ke belakang dan
ditandai oleh lubang kecil yang disebut foramen cecum. Foramen cecum
merupakan sisa embriologis dan menandakan tempat dari ujung atas ductus
thyroglossus.3
Pada permukaan atas dua per tiga bagian anterior lidah memiliki
permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga
jenis papila yaitu:
a. papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus;
b. papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V
di belakang lidah;
c. papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
Membrane di bagian posterior lidah tidak memiliki papila, tetapi
permukaanya berbenjol-benjol tidak teratur yang disebabkan oleh adanya nodi
lymphoidei dibawahnya , yaitu tonsil linguae. Membrane mukosa dibawah lidah
berstruktur licin dan melipat darilidah ke dasar mulut. Di garis tengah anterior,
permukaan bawah lidah berhubungan dengan dasar mulut melalui lipatan

5
membrane mukosa yang disebut frenulum linguae. Pada sisi lateral frenulum
terdapat v. lingualis profundus yang dapat dilihat melalui membrane mukosa.
Lateral terhadap v. lingualis terdapat lipatan membrane mukosa yang disebut plica
fimbriata.3
Terdapat satu jenis papila yang tidak terdapat pada manusia, yakni papila
folliata pada hewan pengerat. Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada
di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel
pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk
menopang.4
Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor
untuk rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga
disebut kemoreseptor. Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup
tersebut berbentuk seperti bawang kecil atau piala dan terletak dipermukaan
epitelium pada permukaan atas lidah. Kadang juga dijumpai pada langit-langit
rongga mulut, faring dan laring, walaupun sedikit sekali. Kuncup-kuncup
pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula yang berkelompok dalam tonjolan-
tonjolan epitel yang disebut papilla.4
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan
sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang
memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan,
mencapai kuncup pengecap4
Melalui lubang-lubang pengecap (taste pores). Kuncup-kuncup pengecap
dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit. Letak
masing-masing rasa berbeda-beda yaitu :4
a. Rasa Asin = Lidah Bagian Depan
b. Rasa Manis = Lidah Bagian Tepi
c. Rasa Asam / Asem = Lidah Bagian Samping
d. Rasa Pahit / Pait = Lidah Bagian Belakang

6
Gambar 2. Bagian-bagian lidah

Fungsi Lidah
Fungsi utama lidah selama pengolahan makanan adalah menerima
kecapan/rasa dan membantu pengunyahan dan penelanan massa makanan, yang
disebut bolus. Di dlam rongga mulut, sensasi pengecapan dideteksi oleh sel
reseptor kecap yang terdapat pada kuncup kecap (gemma gustatoria) di papilla
fungiformis dan sirkumvalata lidah. Selain lidah, tempat kuncup pengecap
ditemukan paling banyak, kuncup juga terdpat di membrane mukosa pallatum
molle, faring dan epiglottis.
Substansi yang dikecap dilarutkan terlebih dahulu di dalam liur yang
terdapat di rongga mulut sewaktu makan.bahan yang larut berkontak dengan sel
gustatorius melalui porus gustatorius. Selain liur kuncup kecap di epitel papilla
sirkumvalata juga dibilas oleh secret encer yang dihasilkan oleh kelenjar serosa
(Von Ebner). Secret ini masuk ke dalam sulkus (furrow) di dasar papilla, dan
selanjutnya melarutkan berbagai substansi, yang masuk ke dalam porus
gustatoriusdi kuncup kecap. Sel reseptor kecap kemudian dirangsang oleh
kontak langsung dengan bahan terlarut dan menghasilkan impuls yang
dihantarkan oleh serat saraf eferen.
Berikut ini merupakan beberapa fungsi lidah:
a. Menunjukkan kondisi tubuh

7
Selaput lidah manusia dapat digunakan sebagai indikator metabolism
tubuh, terutama kesehatan tubuh manusia.
2. Warna Lidah
Kuning menandakan adanya infeksi bakteri, jika warna kuning
menuju kehijauan adanya infeksi bakteri akut. Merah menandakan aktivitas
panas tubuh, jika hanya terdapat pada ujung lidah berarti adanya panas pada
jantung, jika terdapat pada sisi kanan kiri menandakan adanya ganguan
ginjal dan kandung empedu. Ungu berarti adanya aktivitas statis darah, darah
tidak lancar dan ada gangguan. Biru menandakan adanya aktivitas dingin
yang menyebabkan statis darah.
2. Bentuk Lidah
Tipis, jika bentuk lidah tipis dan berwarna pucat menandakan
defisiensi (kekurangan ) darah yang berhubungan dengan hati semakin pucat
semakin parah gangguan hati, sirkulasi darah tidak normal menandakan
gangguan ginjal dan limpa.
b. Membasahi makanan di dalam mulut
Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah dapat membantu dalam
melumasi dan membasahi
c. Mengecap atau merasakan makanan
d. Membolak-balik makanan
e. Menelan makanan3
Menelan makanan merupakan suatu proses. Setelah makanan
masuk kedalam mulut, biasanya makanan tersebut dikunyah oleh gigi-geligi
dan dicampur dengan saliva. Makanan bergerak bolak-balik diantara gigi
rahang atas dan rahang bawah sebagai akibat gerakan lidah dan fungsi m.
buccinators. Makanan yang sudah dikunyah dan bercampur ini membentuk
bolus pada dorsum linguae dan didorong ke atas dan belakang pada
permukaan bawah pallatum molle. Gerakan ini terjadi apabila m.styloglossus
berkontraksi, menarik radiks linguae ke atas dan belakang. Selanjutnya
kontraksi m. palatoglossus mendorong bolus ke belakang, ke dalam orofaring.
Proses menelan selanjutnya merupakan gerakan involunter.

8
Saat nasofaring putus hubungannya dengan orofaring karena elevasi
palatum molle, penarikan dinding posterior faring ke depan oleh serabut-
serabut atas m. constrictor pharynges superior dan kontraksi m.
palatopharyngeus. Bolus turun ke bawah lewat diatas epiglottis, aditus
laringus tertutup, dan akhirnya mencapai pinggir bawah pharyng sebagai
akibat kontraksi terus menerus dari m. constrictor 9 harynges superior,
medius dan inferior. Makanan tergelincir melalui alur kana dan kiri aditus
larynges, yaitu melalu fossa piriformis. Akhirnya serabut-serabut bagian
bawah m. constrictor pharynges inferior relaksasi, dan bolus masuk ke
esophagus.
f. Mengontrol suara dan dalam mengucapkan kata-kata

2.2. Glositis

2.2.1 Definisi Glositis


Glositis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah
yang ditandai dengan terjadinya deskuamasi papila lingualis sehingga
menghasilkan daerah kemerahan yang halus dan mengkilat. Glositis bisa terjadi
akut atau kronis.1 Penyakit ini dapat mencerminkan kondisi dari lidah itu sendiri
atau merupakan cerminan dari penyakit tubuh yang gejalanya muncul pada
lidah. Keadaan ini dapat menyerang pada semua tingkatan usia.

9
Gambar 3. Glositis

2.2.2 Etiologi Glossitis


Glositis dapat diklasifiksikan sebagai gastrointestinal disease. Glositis
dapat terjadi secara primer yaitu terjadi tanpa adanya penyakit yang
mendasarinya, atau terjadi secara sekunder sebagai tanda atau gejala penyakit.
Penyebab glositis bermacam-macam, baik lokal dan sistemik. Penyebab glositis
bisa diuraikan sebagai berikut:5
a. Sistemik:
1. Malnutrisi (kurang asupan vitamin B12, niasin, riboflavin, asam folat)
2. Anemia (kekurangan Fe)
3. Penyakit kulit (lichenplanus, erythema multiforme, syphilis, lesi apthous)
4. HIV (candidiasis, HSV, kehilangan papillae)
5. Obat lanzoprazole, amoxicillin, metronidazole.
b. Lokal:
1. Infeksi (streptococcal, candidiasis, Tb, HSV, EBV)
2. Trauma (luka bakar)
3. Iritan primer (alkohol, tembakau, makanan pedas, permen berlebihan)

2.2.3 Faktor risiko


Faktor risiko glositis antara lain:5
1. Nutrisi yang kurang bagus
2. Merokok

10
3. Mengkomsumsi alcohol
4. Usia
5. Stres, gelisah, depresi

2.2.4. Jenis Glositis

a. Atrofi Glositis
Glositis atrofi atau hunter glossitis (bald tongue) adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh lidah mengkilap halus dan nyeri yang disebabkan oleh
atrofi dari papila lingual (depapillation). Permukaan lidah dorsal mungkin
akan terasa panas, nyeri dan/atau eritema. Atrophic glossitis memiliki banyak
penyebab, biasanya terkait dengan kekurangan nutrisi atau faktor lain
seperti xerostomia (mulut kering) atau anemia.
b. Benign Migratory Glossitis ( Geografis Lidah)
Lidah Geografis atau Benign Migratory Glossitis atau disebut juga
eritema migran lingualis, glossitis areata exfoliativa, glossitis areata
migrans adalah kondisi peradangan selaput lendir dari lidah, biasanya
terjadi pada permukaan lidah. Hal ini ditandai dengan lidah yang halus,
depapillation dengan warna merah (hilangnya papila lingual) dan pinggir
yang putih yang berpindah atau meluas dari waktu ke waktu. Istilah
migratory berasal dari gambaran lidah yang berubah menjadi seperti peta,
dengan patch menyerupai gambaran pulau-pulau. Ini merupakan kondisi
yang sering terjadi, insidensinya 2-3% dari seluruh populasi. Penyebabnya
tidak diketahui, tetapi kondisi ini sepenuhnya jinak dan tidak ada
pengobatan kuratif.6
Goegraphic tongue biasanya terjadi pada dua per tiga bagian dorsal
lateral permukaan lidah. Daerah yang mengalami depapillation biasanya
sedikit terangkat, berwarna putih, kuning atau abu-abu. Sebuah lesi lidah
geografis biasanya dimulai sebagai patch putih pada awal terjadinya
penyakit, biasanya hanya terdapat satu lesi, tapi ini jarang terjadi dan
biasanya lesi dapat berada di beberapa lokasi yang berbeda di lidah, dan

11
kemudian seiring waktu, lesi-lesi tersebut meluas dan menyatu untuk
membentuk gambaran khas seperti peta. Lesi biasanya berubah bentuk,
ukuran dan berpindah ke bagian lidah lain. Kondisi ini dapat
mempengaruhi hanya sebagian dari lidah, dengan kecenderungan dimulai
pada ujung dan sisi lidah, yang akan berkembang ke seluruh permukaan
lidah. Glositis geografis seringkali tidak menimbulkan gejala, tetapi dalam
beberapa kasus, pasien dapat mengalami rasa sakit atau terbakar misalnya
ketika makan panas, asam, pedas atau lainnya jenis makanan (misalnya
keju, tomat, buah).6
Beberapa penelitian melaporkan hubungan penyakit ini dengan
beberapa antigen pada leukosit manusia , seperti peningkatan insiden
dengan HLA-DR5 , HLA-DRW6 dan HLA-Cw6 dan penurunan insiden
di HLA-B51. Kekurangan vitamin B2 (ariboflavinosis) dapat menyebabkan
beberapa tanda-tanda di mulut, termasuk lidah geografis. Lidah pecah-
pecah sering terjadi bersamaan dengan lidah geografis dan beberapa
menganggap lidah pecah-pecah menjadi tahap akhir geografis lidah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lidah geografis dikaitkan
dengan diabetes , dermatitis seboroik dan atopi.6
Beberapa kasus jarang menimbulkan gejala, akan tetapi ketika gejala
muncul pemberian topikal anestesi dapat digunakan untuk mengurangi
gejala.obat lainnya digunakan untuk mengurangi gejala geographing
tongue, seperti kortikosteroid, anti histamin, dan anxiolitik, akan tetapi obat
ini tidak digunakan secara formal untuk mengobati gejala ini. Jika gejala ini
dieksaserbasi oleh makanan, maka dianjurkan untuk tidak mengonsumsi
makanan yang akan mengeksaserbasi gejala tersebut.6

12
Gambar 4. Benign Migratory Glossitis

c. Median Rhomboid Glositis


Median rhomboid glossitis atau atrofi papila sentral adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh daerah kemerahan dan kehilangan papilla lidah, terletak di
dorsum lidah dalam garis tengah di depan papila sirkumvalata. Median
rhomboid glossitis diduga diakibatkan oleh infeksi jamur kronis, dan biasanya
adalah jenis kandidiasis oral.7
Rasa sakit jarang terdapat pada kondisi tersebut. Penampilan khas lesi
adalah daerah berbentuk oval atau belah ketupat yang terletak di garis tengah
permukaan dorsal lidah, hanya anterior (depan) dari terminalis sulkus . Lesi
biasanya simetris, batas jelas, eritematosa dan depapillated. Biasanya dapat
ditemukan pula lesi kandida di tempat lain di mulut.7
Faktor predisposisi, yaitu merokok, penggunaan gigi tiruan,
kortikosteroid semprotan atau inhaler dan human immunodeficiency
virus (HIV). Kultur mikrobiologi dari lesi biasanya menunjukkan Candida yang
bercampur dengan bakteri.7
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, dan biopsi
jaringan, tetapi biasanya tidak diperlukan. Gambaran histologi biasanya terdapat
infiltrasi dari hifa candida. Pengobatan dilakukan bersamaan dengan
penghentian konsumsi rokok dan pengobatan topikal atau obat antijamur oral.

13
Gambar 5. Median Rhomboid Glossitis
d. Geometric Glossitis
Glossitis geometris, juga disebut geometris herpetic glossitis adalah
istilah yang digunakan untuk lesi kronis yang berhubungan dengan infeksi
virus herpes simpleks (HSV) tipe I, dimana ditemukan celah (fissure) yang
bercabang di garis tengah lidah. Lesi biasanya sangat menyakitkan, dan
terdapat erosi di kedalaman celah. Istilah geometric glossitis ini berasal dari
pola geometris pada celah yang membujur, menyeberang atau bercabang.
Hubungan antara herpes simpleks dan glossitis geometris ini dibantah oleh
beberapa peneliti dan klinisi, karena belum ada gold standard untuk
diagnosis lesi herpes intraoral.8

2.2.5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari glositis bervariasi oleh karena penyebab yang
bervariasi pula. Tanda dasar kelainan ini adalah perubahan warna lidah dan rasa
nyeri. Warna yang dihasilkan bervariasi dari gelap merah sampai dengan merah
terang. Kondisi ini menyebabkan kesulitan mengunyah, menelan atau berbicara.
Lidah yang mempunyai kelainan ini permukaannya akan terlihat halus. Terdapat
beberapa ulserasi yang terlihat pada glositis. Perawatan dari glositis tergantung
pada penyakit yang mendasari. Apabila glositis terjadi pada anemia pernisiosa
maka lidah akan tampak merah dan terasa panas.9

14
2.2.6. Diagnosis
Penegakan diagnosis dimulai dari anamnesis. Dari anamnesis, dapat ditemukan
keluhan nyeri lidah, gambaran lidah halus, mengkilap karena hilangnya papila
lingualis, warna lidah berubah menjadi lebih merah dibandingkan dengan lidah
normal, pembengkakan lidah, sult untuk mengunyah, menelan dan berbicara dan
rasa terbakar.1
Pada pemeriksaan fisik, dilihat nodul atau papilla lidah yang menghilang. Selain
itu juga dapat dilakukan pemeriksaan tambahan seperti biopsi, kikisan KOH, CBC,
tes serologi untuk sifilis, tes untuk defisiensi vitamin B12, tes glukosa postprandial,
profil kimia darah, kultur lesi dan smear bila terdapat indikasi.1

2.2.7. Terapi Glositis


Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Perawatan
biasanya tidak memerlukan rawat inap kecuali lidah bengkak sangat parah.
Kebersihan mulut sangat perlu, termasuk menyikat gigi menyeluruh setidaknya
dua kali sehari dan flossing sedikitnya setiap hari. Kortikosteroid seperti
prednisone dapat diberikan untuk mengurangi peradangan glositis. Untuk kasus
ringan, aplikasi topis (seperti berkumur prednisone yang tidak ditelan) dapat
disarankan untuk menghindari efek samping dari kortikosteroid yang ditelan
atau disuntik. Antibiotik, obat anti jamur, atau anti mikroba lainnya mungkin
diberikan jika penyebab glositis adalah infeksi. Anemia dan kekurangan gizi
harus diperlukan, sering dengan perubahan pola makan atau suplemen lainnya.
Hindari iritasi (seperti makan panas atau pedas, alkohol, dan tembakau) untuk
meminimalkan ketidaknyamanan.8
Pencegahan dilakukan dengan oral higiene yang baik, minum cukup air
dan produksi saliva yang cukup akan menurunkanjumlah bakteri.
Meminimalisasi iritasi dan injuri pada mulut juga akan mencegah glositis.
Menghindari maknaan yang akan mengiritasi mulut juga akan membantu
mengurangi terjadinya glosistis.

15
2.2.8. Komplikasi
Komplikasi pada glositis antara lain bisa terjadi kegelisahan pada
penderita, penghambatan jalan nafas, kesulitan berbicara, kesulitan mengunyah
atau menelan, bahkan pada kondisi yang berat bisa terjadi peradangan lidah yang
kronis.

2.2.9 Pencegahan
Pencegahan pada glositis bisa dilakukan dengan cara;
 Menjaga kesehatan mulut dengan baik (sikat gigi yang baik dan benar)
 Flossing, pembersihan teratur oleh profesional dan pemeriksaan yang rutin
 Minimalkan iritasi atau cedera mulut bila memungkinkan
 Hindari penggunaan berlebihan makanan atau zat yang mengganggu mulut
atau lidah

2.2.10. Prognosa
Dalam beberapa kasus, glositis bisa menyebabkan lidah bengkak yang
dapat menghambat jalan nafas. Namun dengan penanganan yang tepat dan
adekuat, gangguan pada lidah ini dapat teratasi dan dicegah kekambuhannya

16
BAB III
KESIMPULAN

Glositis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah yang
ditandai dengan terjadinya deskuamasi papila lingualis sehingga menghasilkan daerah
kemerahan yang halus dan mengkilat. Penyakit ini dapat mencerminkan kondisi dari
lidah itu sendiri atau merupakan cerminan dari penyakit tubuh yang gejalanya muncul
pada lidah.
Glositis terdiri dari berbagai jenis yang mekanisme dan penyebabnya dapat
berbeda-beda. Macam-macam glositis antara lain, Glositis Atrofi, Benign Migratory
Glossitis, Median Rhomboid Glositis dan Geometric Glossitis. Macam-macam glositis
ini mempunyai gambaran yang khas yang membedakan satu dengan yang lainnya.
Glositis dapat terjadi secara primer yaitu terjadi tanpa adanya penyakit yang
mendasarinya, atau terjadi secara sekunder sebagai tanda atau gejala penyakit. Penyebab
glositis bermacam-macam, baik lokal dan sistemik. Penyebab sistemik antara lain:
malnutrisi, anemia (kekurangan Fe), penyakit kulit (lichenplanus, erythema multiforme,
syphilis, lesi apthous), HIV, obat lanzoprazole, amoxicillin, metronidazole. Penyebab
lokal glositis antara lain: infeksi (streptococcal, candidiasis, Tb, HSV, EBV), trauma
(luka bakar) atau iritan primer (alkohol, tembakau, makanan pedas, permen berlebihan).
Tanda dan gejala dari glositis bervariasi oleh karena penyebab yang bervariasi
pula. Tanda dasar kelainan ini adalah perubahan warna lidah dan rasa nyeri. Warna yang
dihasilkan bervariasi dari gelap merah sampai dengan merah terang. Kondisi ini
menyebabkan kesulitan mengunyah, menelan atau berbicara. Lidah yang mempunyai
kelainan ini permukaannya akan terlihat halus.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Untuk kasus ringan,
aplikasi topis (seperti berkumur prednisone yang tidak ditelan) dapat disarankan untuk
menghindari efek samping dari kortikosteroid yang ditelan atau disuntik. Antibiotik,
obat anti jamur, atau anti mikroba lainnya mungkin diberikan jika penyebab glositis
adalah infeksi. Anemia dan kekurangan gizi harus diperlukan, sering dengan perubahan
pola makan atau suplemen lainnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brian VR, Derby R, Bunt WC. Common tongue conditions in primary care. Am Fam
Physician. 2010 mar 1;81(5):627-34. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20187599.

Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinis Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.

Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore: dengan Korelasi Fungsional.


Jakarta: EGC.

Honarmand M, Farhad ML, Shirzaiy M, Sehhatpour M. Geographic Tongue and


Associated Risk Factors among Iranian Dental Patients. Iran J Public Health.
2013; 42(2): 215-19. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23515238.

Goswami M, Verma A, Verma M. Benign migratory glossitis with fissured tongue. J


Indian Soc Pedod Prev Dent. 2012 Apr- Jun; 30(2): 173-75. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22918106.

Assimakopoulos D, Patrikakos G, Fotika C, Elisaf M. Benign migratory glossitis or


geographic tongue: an enigmatic oral lesion. Am J Med. 2002 Dec 15; 113(9):
751-55. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12517366.

Jainkittivong A, Langlais RP. Geographic tongue: clinical characteristics of 188 cases. J


Contemp Dent Pract. 2005 15; 6(1): 123-35. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15719084.

Redman R S: Prevalence of geographic tongue, fissured tongue, median rhomboid


glossitis and hairy tongue among 3,611Min- nesota schoolchildren. Oral Surg
30: 390-95, 1970. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0030422070903208.

Scully, Crispian. 2008. Oral and Maxillofacial Medicine: The Basis of Diagnosis and
Treatment. Edinburgh: Churchill Livingstone

Anda mungkin juga menyukai