Anda di halaman 1dari 8

OBSTRUKSI DUKTUS NASOLAKRIMAL

A. Definisi
Obstruksi duktus nasolakrimalis adalah penyumbatan duktus
nasolakrimalis (saluran yang mengalirkan air mata dari sakus lakrimalis ke
hidung).
Duktus nasolakrimalis termasuk dalam system lakrimalis sebagai
komponen dari system ekskresi / drainase air mata.

B. Etiologi
Dalam keadaan normal, air mata dari permukaan mata dialirkan ke dalam
hidung melalui duktus nasolakrimalis. Jika saluran ini tersumbat, air mata akan
menumpuk dan mengalir secara berlebihan ke pipi. Penyumbatan bisa bersifat
parsial (sebagian) atau total.
Penyumbatan duktus nasolakrimalis (dakriostenosis) bisa terjadi akibat:
1. Gangguan perkembangan sistem nasolakrimalis pada saat lahir (ODNLK)
2. Infeksi hidung menahun
3. Infeksi mata yang berat atau berulang
4. Patah tulang (fraktur) hidung atau wajah
5. Tumor
Obstruksi duktus nasolakrimal congenital (ODNLK) merupakan gangguan
system lakrimal yang paling lazim, terjadi pada sampai 5% bayi baru lahir.
Biasanya disebabkan kanalisasi yang tidak lengkap duktus nasolakrimalis dengan
membrane sisa pada ujung bawah duktus nasolakrimalis, dimana duktus ini masuk
rongga hidung.

C. Gejala
Tanda-tanda dapat timbul beberapa hari atau beberapa minggu setelah lahir
dan sering bertambah berat karena infeksi saluran pernapasan atas atau karena
pemajanan atas suhu dingin atau angin. Manifestasi obstruksi nasolakrimalis yang
paling lazim adalah ‘berair mata’ (tearing), yang berkisar dari sekedar mata basah
(peningkatan di cekungan air mata, ‘penimbunan’ atau ‘kubangan’) sampai banjir
air mata yang jelas (epifora), penimbunan cairan mukoid atau mukopurulen
(sering digambarkan oleh orang tua sebagai ‘nanah’), dan kerak. Mungkin ada
eritema atau maserasi kulit karena iritasi dan gesekan yang disebabkan oleh tetes-
tetes air mata dan cairan.
Penyumbatan karena tidak sempurnanya sistem nasolakrimalis biasanya
menyebabkan pengaliran air mata yang berlebihan ke pipi (epifora) dari salah satu
ataupun kedua mata (lebih jarang) pada bayi berumur 3-12 minggu.
Penyumbatan ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya pada usia 6
bulan, sejalan dengan perkembangan sistem nasolakrimalis.

D. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah:
1. Pewarnaan mata dengan zat fluoresensi untuk menilai pengaliran air mata
Uji pewarna hilangnya Fluorescein mungkin berguna - setetes pewarna
ditanamkan ke dalam kedua matanya dan biasanya akan menghilang
selama 5 menit jika saluran yang paten, dan selanjutnya dapat terlihat
dalam lubang hidung menggunakan cahaya biru.
2. Probing dan Irigasi (Tes Anel)
Lakukan probing yang mula-mula dimasukan vertical ke dalam pungtum
lakrimal, kemudian horizontal, ke dalam kanalikuli lakrimal, sampai
ujungnya menyentuh dinding dari sakus lakrimal, tariklah sedikit keluar,
lalu sonde diputar 90 derajat ke atas dengan hati-hati. Kalo sonde ini telah
berhasil, disusul dengan tes Anel.
Dengan menggunakan sempritan yang diisi dengan larutan garam
fisiologis.
Tes Anel (+), bila terasa asin di tenggorokan, berarti salurannya berfungsi
baik.
Tes Anel (-), bila tidak terasa asin, berarti ada kelainan di dalam saluran
ekskresi tersebut. Bila cairan keluar lagi dari pungtum lakrimal superior,
berarti ada obstruksi di duktus nasolakrimalis. Kalau cairan kembali
melalui pungtum lakrimal inferior, berarti obstruksi terdapat di ujung nasal
kanalikuli lakrimal inferior.

Gambar Tes Irigasi

Gambar Tes Irigasi


Gambar Tes Probing

3. Tes warna Jones


Tes ini jarang diperlukan dan hanya diindikasikan pada pasien dengan
suspek obstruksi partial dari system drainase. Pasein-pasien dengan
manifestasi epifora, tetapi system lakrimal dapat di irigasi dengan syringe.
Tes ini tidak bernilai pada obstruksi yang total.
a. Tes Primer, memperbedakan obstruksi partial saluran lakrimal dari
hipersekresi primer air mata. Pertama, setetes fluorecein 2%
dimasukan dalam sakus conjunctiva. Setelah sekitar 5 menit, ujung
cotton bud yang telah dibahasi dengan local anastesi dimasukan
dibawah aliran inferior dari duktus nasolakrimalis. Interpretasi
hasil :
 Positif : terdapatnya fluorecein dari hidung
mengindikasikan patensi dari system drainase.

 Negatif : tidak terdapatnya warna dari hidung


mengindikasikan obstruksi partial atau kegagalan dari
mekanisme pompa lakrimal. Pada hasil ini tes warna
sekunder diperlukan.

b. Tes Sekunder (irigasi), mengindikasikan kemungkinan letak


obstrukasi partial. Anestesi topical dimasukan dan beberapa sisa
fluorecein dikeluarkan. System drainase di irigasi dengan larutan
salin.
 Positif : terdapatnnya campuran cairan saline fluorecein
dari hidung mengindikasikan bahwa fluorecein masuk ke
dalam sakus lakrimalis, sehingga terdapat obstruksi partial
dari duktus nasolakrimalis.
 Negatife : tidak terdapatnya cairan saline dari hidung
mengindikasikan tidak masuknya fluorecein ke dalam sakus
lakrimalis. Ini berarti obstruksi partial dari pungtum,
kanalikuli atau kanalikuli komunis, atau tidak sempurnanya
mekanisme pompa lakrimalis.

4. Radiografi kontras khusus untuk menilai duktus nasolakrimalis (Digital


Subtraction Dacryocystography)

Gambar Digital Substraction Dacryocystography


5. Nuclear Lacrimal Scintigraphy
Scintigraphy adalah tes yang dibuat untuk menentukan drainase air mata
lebih kondisi psikologis dari pada dacryocystography. Sehingga tidak
memperlihatkan visualisasi anatomi secara detil. Tes ini menggunakan
radionukleid teknium-99.
6. Lakrimal endoskopi
Visualisasi secara langsung mukosa membrane dari system lakrimal
inferior. Sampai saat ini, endoskopi system lakrimal inferior bukan
prosedur rutin.

E. Penatalaksanaan
Dibedakan penanganan pada anak-anak dengan penanganan pada orang
dewasa. Epifora yang disertai hard stop menunjukkan letak sumbatan
nasolakrimal. Perkembangan sistim ekskresi lakrimal, khususnya duktus
nasolakrimalis bervariasi pada anak-anak yang mengalami kelainan pembukaan
Membrana Hassner. Timbulnya epifora bersamaan dengan berfungsinya glandula
lakrimalis sebagai sistim sekresi. Orang tua pada umumnya lebih menyukai cara
yang tidak menyakiti anak. Sondage vertikal sebaiknya dihindari karena
kemungkinan false route sangat besar.
Massage daerah lakrimal menjadi pilihan pertama. Massage dengan
tekanan pada pangkal hidung ke arah inferior dilakukan satu-dua menit tiap hari.
Bila dalam jangka waktu tiga bulan tidak menunjukkan perbaikan maka irigasi
berulang merupakan langkah berikutnya yang dilakukan sampai anak berusia
1(satu) tahun. Batas usia ini tidak mutlak, apabila tanda radang tidak ada maka
irigasi dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun.
Suatu tindakan yang lebih agresif berupa intubasi tabung silikon dari
Jackson dapat juga dilakukan antara usia dua tahun dengan pembiusan umum.
Sumbatan nasolakrimal pada orang dewasa pada umumnya merupakan indikasi
suatu tindakan pembedahan yaitu dakriositorinostomi. Pembedahan ini dilakukan
pada keadaan peradangan tidak sedang dalam eksaserbasi akut.
Gambar Dacryocystorhinostomy

Ballon dacryocystoplasty biasa digunakan pada anak dengan obstruksi


duktus nasolakrimalis congenital dan pada dewasa dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis partial.
Jika terjadi peradangan pada konjungtiva (konjungtivitis) diberikan obat
tetes mata yang mengandung antibiotik.

F. Pencegahan
Pengobatan yang adekuat terhadap infeksi hidung dan mata bisa
mengurangi resiko terjadinya dakriostenosis (obstruksi duktus nasolakrimalis).

Anda mungkin juga menyukai