CEDERA OTAK
OTAK
TRAUMATIK
TRAUMATIK
dr.Jimmy Eko Budi Hartono,
SpS
Bag./SMF Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro - RS. Dr. Kariadi
Semarang
OTAK
Berat : 2% BB
Sel otak: 100 miliar neuron, 10 miliar glia.
Kebutuhan: - 15-20% cardiac output
- 15-20% oksigen tubuh
- 50% glukosa tubuh
- 15-20% energi ATP
Cadangan glukosa: cuma cukup untuk 1-2 menit
Reproduksi: Setelah usia 2 tahun reproduksi
sel neuron tidak terjadi lagi.
DEFINISI
Kelainan otak non traumatik dan non kongenital disebabkan oleh
trauma mekanik eksternal menyebabkan gangguan fisik, kognitif
dan psikososial sementara atau menetap yang berhubungan
dengan berbagai tingkat kesadaran. (Traumatic Brain Injury)
Stubb :
1. Benturan kepala atau mekanisme akselerasi-
deselerasi tiba-tiba dari otak didalam rongga tengkorak.
2. Fungsi saraf yang segera terganggu, berupa kehilangan
kesadaran. 3
LATAR BELAKANG
Cedera kepala penyebab kematian tertinggi
(15-45 tahun)
Kematian dan kecacatan terjadi akibat
Iskemia
Iskemi serebral
yang terjadi pada Cedera kepala,
berhubungan dengan:
Kenaikan T I K
hipotensi sistemik
hipoksia / hipoxemia
KLASIFIKASI
Belum ada klasifikasi yang dapat mencakup seluruh aspek
cedera kepala :
- Berdasarkan kelainan patologis : fokal atau difus.
- Berdasarkan waktu terjadinya : primer dan sekunder.
- Mekanisme : tembus peluru atau bukan.
- Ada tidaknya fraktur.
- Derajat penurunan kesadaran (kuantitatif),
Glasgow Coma Scale.
- Cedera Kepala Ringan : GCS 13 - 15
- Cedera Kepala Sedang : GCS 9 - 12
- Cedera Kepala Berat : GCS 3 - 8
5
6
MEKANISME CEDERA KEPALA
Gennarelli dan Thibault membedakan 2 mekanisme, yaitu :
1. Mekanisme Kontak, yaitu kepala mendapatkan pukulan tanpa
melihat apakah kepala bergerak atau tidak. Lesi kontak terjadi
bersama dengan lesi akselerasi. Lesi kontak murni adalah lesi
yang terjadi daerah dekat impak ataupun jauh dari tempat
impak.
2. Mekanisme Akselerasi,
- Akselerasi tranlasi : bila pusat gravitasi otak bergerak sesuai
garis lurus.
- Akselerasi rotasi : gerakan disekitar pusat tanpa
menggerakkan pusat gravitasinya.
- Akselerasi angulasi : merupakan kombinasi diatas.
7
Trauma akselerasi mengakibatkan :
a. Cedera kepala pada permukaan : SDH, Memar kontra
bentur.
b. Cedera pada bagian dalam :
- Concussion.
- DAI.
Konkusio serebri hanya terjadi pada akselerasi angulasi dan
rotasi.
Memar kortikal, PIS & SDH karena translasi.
8
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA
Faktor terpenting adalah adanya kerusakan pada jaringan otak,
penyembuhan dari kerusakan primer dan mencegah terjadinya
cedera sekunder.
10
CEDERA OTAK DIFUS
Makroskopis tidak ditemukan adanya lesi yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi neurologis, meskipun pada
kenyataannya pasien mengalami amnesia atau penurunan
kesadaran bahkan sampai koma.
PA : cedera akson mulai dari regangan - disrupsi atau
putusnya akson. Diikuti proses toksik yang menyebabkan
masuknya ion Ca secara berlebihan. Kerusakan ini bersifat
reversibel.
Proses akselerasi-deselerasi penyebab kerusakan difus pada
akson.
Manifestasi klinis tergantung pada banyak sedikitnya akson
yang mengalami kerusakan, dapat berupa :
Konkusi dan Cedera akson difus / DAI 11
CEDERA AKSON DIFUS / DIFFUSE AXON INJURY
Pergerakan otak
Deformasi otak Cedera Geseran
(Shear injury) (Shear Injury)
Rotasi otak
Prioritas Pemeriksaan
Airway (Jalan nafas)
Breathing (pernafasan)
Circulation (tekanan darah & nadi)
Cedera Dada / Abdomen
Cedera Kepala / Spinal
Cedera Anggota gerak
Asesmen Cedera Kepala
Periode tidak sadar
Periode amnesia
Penyebab dan keadaan cedera
Nyeri kepala & muntah
Pemeriksaan Klinis
Laserasi & memar
Fraktur basis cranii
Derajat kesadaran : GCS
Respon pupil
Kelemahan anggota gerak
Gerakan mata
Vital sign
Lesi saraf cranial
Eye opening
Spontaneous = 4
To speech = 3
Glasgow Coma Scale
To painful stimulation = 2
No response = 1
Motor response
Follows commands = 6
Makes localizing movements to pain = 5
Makes withdrawal movements to pain = 4
Flexor (decorticate) posturing to pain = 3
Extensor (decerebrate) posturing to pain = 2
No response = 1
Verbal response
Oriented to person, place, and date = 5
Converses but is disoriented = 4
Says inappropriate words = 3
Says incomprehensible sounds = 2
No response = 1
Dekortikasi / deserebrasi
Deserebrasi
Dekortikasi
Derajat Cedera Kepala
Cedera Kepala Minimal (GCS 15)
Cedera Kepala Ringan (GCS 13 15)
Cedera Kepala Sedang (GCS 9 12)
Cedera Kepala Berat (GCS 3 8)
Epi Dural Hematom (EDH)
5% - 15% dari CKB
70% - 80% berlokasi regio temporal
Akibat perdarahan a. meningea media
85% disertai fraktur cranii
Talk and die
Sub Dural Hematom (SDH)
26% - 63% cedera kepala tertutup
Akibat ruptur vena jembatan subdural
Kesadaran menurun sejak awal
Mortalitas SDH > EDH, berhubungan
dengan kerusakan otak
SDH akut < 3 hari
SDH sub akut 4 21 hari
SDH kronis > 21 hari
Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Mortalitas 35%
Kerusakan struktur permukaan vaskuler di
ruang subarachnoid, darah masuk lcs
Vasospasme serebri & mengurangi CBF
mengakibatkan iskemik sekunder
Perdarahan Intra Serebral (PIS)
15% dari CKB
80% - 90% pada regio frontal & temporal
Kadang serebelum
Perdarahan Intra Ventrikel (PIV)
1,5% - 10% CKB
Hidrosefalus akut sehingga TIK
Akibat ruptur vena subependim
Efek tunda Cedera Kepala
Epilepsi
Bocornya lcs
Post Concussion Syndrome
Kerusakan otak kumulatif : petinju & joki
Kerusakan saraf cranial
Kenaikan TIK berhubungan dengan
proses:
Intra kranial hematom
Kontusio jaringan otak
Kondisi hiperemik akibat bendungan
dan atau pembengkakan
Pemeriksaan CT-Scan Kranio-serebral
Pada prinsipnya untuk melihat Tekanan Tinggi
Intra Kranial dan lesi yang menyertainya.
Tidak hanya melihat ada atau tidaknya
intrakranial hematom
OBLITERASI
VENTRIKEL
OBLITERASI
SISTERNA
Intrakranial
Hematom
1. Epidural Hematom Akut (EDH akut)
2. Subdural Hematom Akut (SDH akut)
3. Intra Serebral Hematom (ICH)
4. Intra Ventrikel Hematom (IVH)
Sebenarnya insiden intrakranial hematom
akibat cedera kepala hanya 2%, tetapi pada
pasien Cedera kepala yang datang ke RS
dengan penurunan kesadaran, 40-60%
disertai massa intrakranial yang nyata.
Epidural
hematom
Subdural
Hematom Akut
(SDH akut)
Subdural
Hematom
Kronis
Intra
Serebral
hematom
Resiko terjadinya intrakranial hematom
akibat Cedera kepala.
CKR (GCS 13-15) 2%
CKS (GCS 9-12 ) 9 10%
CKB (3-8 ) 50%
Raccon eye
Rhinnorhoea
a. Herniasi subfalcial /
cingulate
b. Herniasi uncal
c. Herniasi transtentorial /
central
d. Herniasi eksternal
e. Herniasi tonsillar
Head Acceleration
Axonal stretching
Aktivasi Protease
Destruksi sitoskeleton
Axonal swelling
Axotomi complete
Mekanisme DAI
Berat ringannya DAI
Secara Klinik perbaikan DAI tergantung dari:
Proses berat ringannya goncangan otak, juga
tergantung dari proses akselerasi dan deselerasi
yang mengakibatkan cedera otak langsung.
Berat ringannya lesi jaringan otak akan
berhubungan dengan derajat dan lamanya
penurunan kesadaran.
Lesi batang otak umumnya menyebabkan GCS lebih
rendah daripada lesi pada korteks dan subkorteks.
Penyebab kematian pada cedera kepala
Grade I
Tak tampak kelainan pada gambaran CT
Grade II
Mid Line shift 0 5 mm, dan/atau adanya lesi hiperdens
(termasuk fragmen tulang atau benda asing).
Dengan catatan: gambaran Hiperdens 25 cc
Grade III
Sisterna perimesensefalik tidak tampak, Mid line shift 0
5 mm, lesi hiperdens 25 cc hal ini terjadi oleh karena
proses pembengkakan otak.
Grade IV
Mid Line Shift lebih dari 5 mm, lesi hiperdens tidak melebihi
25 cc
Illustrasi