Pembimbing :
dr. Iwan Irawan Karman, Sp.B(K)-KL,FICS
Disusun oleh :
Natalia (2013.061.149)
1.1. IDENTITAS
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Tanggal masuk RS
Tanggal operasi
: Tn. T
: 33 tahun
: Laki-laki
: Cengkareng
: Karyawan toko percetakan
: 10 Desember 2015
: 10 Desember 2015
1.2. ANAMNESIS
Ci ini tolong dibuat rapi ya jadi ada KU, RPS dan RPDnya
Pasien datang dengan keluhan nyeri (VAS 5) akibat luka potong pada jari ke
II, III, dan IV tangan kanan kurang lebih 3 jam SMRS. Nyeri dirasakan setelah jari
tangan pasien terpotong oleh mesin pemotong alumunium ketika sedang bekerja di
toko percetakan. Selain nyeri, pasien mengaku adanya perdarahan yang keluar dalam
jumlah banyak saat kejadian sehingga pasien dibawa ke UGD RS Cengkareng untuk
mendapatkan perawatan. Ketiga jari pasien yang putus dimasukan kedalam sebuah
kantong plastik kecil oleh teman pasien. Di UGD RS Cengkareng, pasien
mendapatkan infus cairan ringer laktat, suntikan obat anti nyeri ketorolak sebanyak 1
ampul, serta suntikan untuk tetanus pada kedua lengan atas (ATS dan TT). Pasien
akhirnya memutuskan ke UGD RS Atma Jaya untuk mendapatkan pertolongan
lanjutan karena tidak tersediannya kamar perawatan di RS Cengkareng.
Riwayat penurunan kesadaran setelah kejadian terpotongnya jari disangkal
pasien.
1.3. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Laju nadi
Laju napas
Suhu
Berat badan
: 64 kg
Tinggi badan
: 170 cm
Status gizi
Kepala
: 130/80 mmHg
: 88 kali/menit
: 22 kali/menit
: 36,7 oC
Mata
Leher
Paru
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Ekstremitas
: akral hangat, CRT < 2s, trauma amputasi pada region phalang
distal digiti II, III, dan IV manus dextra tertutup perban
berwarna putih (UGD RS Cengkareng)
Status Lokalis
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Waktu Perdarahan
Waktu Pembekuan
Waktu Protrombin
APTT
Glukosa Sewaktu
: 14 gr/dl
: 42 %
: 10.700/l
: 269.000/l
: 2 menit
: 4 menit
: 16,1 detik
: 24,6 detik
: 109 mg/dl
Kes
impulan : Tampak fraktur amputasi level proksimal phalangs medial digiti 2,3, dan 4
manus dextra
1.5. DIAGNOSIS KERJA PRE OPERASI
Trauma amputasi pada regio phalang distal digiti II, III, dan IV manus dextra
1.6 LAPORAN OPERASI
Hari operasi (10 Desember 2015, 23.20 WIB)
Kesadaran
Tekanan darah
Laju Nadi
Laju pernapasan
Suhu Tubuh
Pre Operasi
Cefazolin 1 gram IV
Puasa 6 jam sebelum operasi
Intra operasi
Jenis Operasi : Repair stump, disartikulasi, dan Flap skin
1. Pasien dibaringkan dan diposisikan dalam posisi supine dengan narkose
2. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada lapangan operasi
3. Dilakukan repair stump dan flap volar pada digiti II manus dextra.
Jaringan subkutikuler lalu dijahit dengan benang Vicryl 4-0 sementara kulit
dijahit secara simple interuptus dengan menggunakan benang Prolene 4-0
4. Dilakukan disartikulasi PIP joint, kemudian flap envelope pada digiti III
manus dextra
Jaringan subkutikuler lalu dijahit dengan benang Vicryl 4-0 sementara kulit
dijahit secara simple interuptus dengan menggunakan benang Prolene 4-0
5. Dilakukan repair stump dan flap lateral pada digiti IV manus dextra .
Jaringan subkutikuler lalu dijahit dengan benang Vicryl 4-0 sementara kulit
dijahit secara simple interuptus dengan menggunakan benang Prolene 4-0
6. Luka operasi ditutup oleh kassa steril dan direkatkan dengan menggunakan
leukopor
1.7. DIAGNOSIS POST OPERASI
Post repair stump, disartikulasi, dan flap skin atas indikasi trauma amputasi
phalang distal digiti II, III, dan IV manus dextra.
1.8. TATALAKSANA POST OPERASI
9
1.9. FOLLOW UP
Pada hari paska operasi pertama, pasien mengeluhkan nyeri VAS 8 pada jari
ke-2, 3, dan 4 tangan kanan yang telah dioperasi sehingga tidak dapat tidur. Untuk
luka post operasi pada digiti II, III, dan IV manus dextra tertutup kassa steril berwarna
putih, rembesan positif berupa darah. Kemudian pasien diminta untuk menggerakan
kelima jari tangan kanannya. Pasien mampu menggerakan jari ke-1 dan ke-5 dengan
baik, namun tidak mampu menggerakan jari ke-2, 3, dan 4 karena nyeri.
Pada hari paska operasi kedua, pasien mengakui adanya penurunan intensitas
nyeri pada pada jari ke-2, 3, dan 4 tangan kanan yang telah dioperasi menjadi VAS 3
dan tidak terdapat gangguan tidur akibat nyeri. Pasien masih tidak dapat menggerakan
jari ke-2, 3, dan 4 tangan kananya karena masih terasa nyeri. Pasien akhirnya
dipulangkan pada hari paska operasi kedua dengan pemberian obat pulang yang
terdiri dari Cefixime 2 x 200 mg PO, Deksketoprofen 3 x 25 mg PO, Zegavit 1 x 1
tablet PO, dan Glutrop 2 x 1 tablet PO. Selain itu, pasien juga di aff infus dan diminta
untuk kontrol kembali pada hari Selasa,15 Desember 2015 di poli bedah RS Atma
Jaya.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
10
Medik
1. Trauma
yang
menyebabkan
hancurnya
sebagian
atau
seluruh
Tingkatan amputasi
11
Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan/kiri. Untuk itu
kehilangan ekstermitas atas akan menimbulkan masalah yang spesifik hal ini
berkaitan dengan aktifitas sehari-hari, seperti makan,minum, mandi dan
sebagainya yang melibatkan tangan.Pada ekstremitas atas, tidak terdapat batas
amputasi yang dipakai. Secara umum, amputasi diusahakan sedistal mungkin.
2.
Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jarijari kaki yang dapat mempengaruhi keseimbangan menekan pada waktu
berjalan.
Terdapat 3 aturan (general rules) untuk menentukan level amputasi :
1. Panjang punting dipertahankan sepanjang mungkin
2. Daerah yang cukup vaskularisasi jaringan lunak/kulit yang akan dipakai
sebagai penutup (flap)
3. Stabilitas sendir proksimal
Teknik amputasi
Setelah pasien tiba di rumah sakit, hal pertama yang dilakukan adalah
memeriksa dan memastikan primary survey pasien seperti memasang infuse untuk
menjaga sirkulasi yang adekuat.
Tindakan amputasi sangat bergantung pada organ yang akan diamputasi,
dimana amputasi dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode terbuka dan metode
tertutup.
1.Metode tertutup
pada amputasi jenis ini, ujung stump ditutup dengan flap kulit. Ujung stump
akan memiliki bentuk yang lebih baik dengan letak parut yang diatur tidak
pada ujung stump sehingga memudahkan pemakaian prostesis kemudian.
12
Amputasi seperti ini dilakukan pada keadaan yang tidak disertai infeksi berat
dengan kerusakan jaringan lunak atau kontaminasi yang minimal.
2.Metode terbuka (guillotine amputasi)
ujung stump tidak ditutup dengan flap kulit dan amputasi ini dilakukan
sebagai tindakan sementara yang akan diikuti dengan penjahitan sekunder, reamputasi, revisi stump, dan rekonstruksi plastik. Open amputation bertujuan
untuk mencegah atau menghilangkan infeksi sehingga penutupan stump dapat
dilakukan tanpa resiko terbukanya kembali jahitan. Indikasinya adalah bagi
luka yang terinfeksi dan kerusakan jaringan lunak luas atau kontaminasi
tinggi.
Pelaksanaan pembedahan amputasi digiti manus
Pembedahan amputasi melibatkan pula pemilihan berbagai macam jenis
anestesi seperti narkose umum, spinal, atau anestesi blok. Peredaran darah arteri dari
dalam (otot) ke luar (kulit) berjalan dari proksimal ke distal, sehingga kulit dapat
dipertahankan lenih panjang dari tulang dan otot. Dengan demikian, kulit dapat dibuat
sebagai penutup (flap). Pertama, dapat dipergunakan tourniquet pada daerah yang
akan diamputasi. Selanjutnya, dibuat terlebih dahulu flap dari kulit dan otot yang
dipotong lebih proksimal darinkulit, kemudian tulang lebih proksimal lagi agar
punting dapat ditutup dengan baik tanpa adanya ketegangan flap.
13
tulang
dipotong.
Periosteum
ini
akan
dipakai
untuk
menutup
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang sering timbul setelah tindakan amputasi yaitu
timbulnya sensasi nyeri (phantom pain) sebagai akibat terjadinya peradangan pada
saraf yang mengalami amputasi.
Komplikasi amputasi digiti manus
Komplikasi bedah amputasi terbagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi
lanjut. Komplikasi dini yang dapat terjadi antara lain perdarahan, hematoma,
terbukanya kembali flap dan gangren gas. Sementara itu komplikasi lanjut dapat
terjadi pada kulit, otot, arteri, saraf, sendi, dan tulang
Hemostasis yang baik sebelum penutupan luka serta pemakaian suction
drainage akan memperkecil kemungkinan terjadinya hematoma. Hematoma dapat
memperlambat penyembuhan luka dan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan
bakteri sehingga hematoma harus diaspirasi, dan kemudian dibalut dengan erat.
Terbukanya kembali skin flap dapat disebabkan oleh iskemia, jahitan yang
terlalu tegang, atau (pada amputasi below knee) disebabkan oleh tibia yang
ditinggalkan terlalu panjang dan menekan flap.
Clostridia dan spora penyebab gangren gas yang berasal dari perineum dapat
menginfeksi khususnya jika dilakukan pada jaringan yang sudah iskemik.
Pada kulit komplikasi yang sering terjadi adalah eksim yang disertai
pembengkakan purulen yang nyeri. Pada keadaan ini diindikasikan untuk tidak
memakai prothesis untuk sementara. Ulserasi biasanya terjadi karena sirkulasi yang
tidak baik, dan untuk itu diperlukan amputasi pada level yang lebih tinggi . jika
sirkulasi baik dan kulit disekitar ulkus sehat, maka eksisi tulang sekitar 2.5 cm dapat
dilanjutkan dengan penjahitan kembali.
Pada keadaan dimana terlalu banyak otot yang disisakan diujung stump, dapat
menjadi efek bantalan yang tidak stabil sehingga menyebabkan pemakaian prothesis
terganggu. Pada keadaan ini jaringan lunak yang berlebihan harus dibuang.
Saraf yang terpotong dapat membentuk gumpalan (neuroma) dan hal ini dapat
menimbulkan nyeri.
Phantom limb adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
sensasi dimana anggota gerak yang telah dipotong masih dirasakan keberadaannya.
16
Sendi diatas level amputasi mungkin akan kaku atau mengalami deformitas.
Deformitass pada umumnya sering terjadi pada sendi panggul berupa fixed flexion
atau fixed abduction karena amputasi above knee (disebabkan otot adduktor dan
hamstring yang telah dipotong). Deformitas ini dapat dicegah dengan melakukan
latihan.
Spur dapat terbentuk diujung tulang, tetapi biasanya tidak nyeri. Jika terdapat
infeksi spur akan menimbulkan rasa nyeri dan bengkak sehingga mungkin diperlukan
eksisi ujung tulang dan spur.
17
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
18