PENDAHULUAN
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap
keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan
melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGERTIAN
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum (lapisan serosa yang menutupi rongga
abdomen dan organ-organ abdomen di dalamnya). Suatu bentuk penyakit akut, dan merupakan
kasus bedah darurat. Dapat terjadi secara lokal maupun umum, melalui proses infeksi akibat
perforasi usus, misalnya pada ruptur appendiks atau divertikulum kolon, maupun non infeksi,
misalnya akibat keluarnya asam lambung pada perforasi gaster, keluarnya asam empedu pada
perforasi kandung empedu. Pada wanita peritonitis sering disebabkan oleh infeksi tuba falopi
atau ruptur ovarium.
2.2 ANATOMI
peritoneum adalah lapisan serosa yang paling besar dan paling kompleks yang terdapat dalam
tubuh. Membran serosa tersebut membentuk suatu kantung tertutup (coelom) dengan batas-
batas :
a. Peritoneum parietal
b. Peritoneum visceral
c. Peritoneum penghubung yaitu mesenterium, mesogastrin, mesocolon, mesosigmoid
dan mesosalphinx
d. Pertitonium bebas yaitu Omentum
Lapisan parietal dari peritoneum membungkus organ-organ visera membentuk peritoneum
visera, dengan demikian menciptakan ruang diantara kedua lapisan yang sebut rongga
peritoneal.
Normalnya jumlah cairan peritoneal <5 ml. cairan ini terdiri atas plasma ultrafltrasi dengan
elektrolit serta mempunyai kadar protein kurang dari 30 g/L, serta mempunyai sejumlah kecil
sel mesotelial deskuamasi dan bermacam sel imun.
A. Menurut Agen
1. Peritonitis kimia : desebabkan oleh asam lambung, cairan empedu, cairan
pancreas yang masuk ke dalam rongga abdomen akibat ferforasi
2. Peritonitis septik : peritonitis yang di sebabkan oleh kuman. Misalnya
karena ada perforasi usus, sehingga kuman-kuman usus dapat sampai ke
peritoneum dan menimbulkan peradangan.
B. Menurut sumber kuman
1. Peritonitis primer
Merupakan peritonitis yang infeksi kuman nya berasal dari penyebaran
secara hematogen. Sering disebut sebagai Spntaneous Bacterial Peritonitis
(SBP). Peritonitis ini bentuk yang paling sering ditemukan dan disebabkan
oleh perforasi atau nekrose (infeksi tranmural) dari kelainan organ visceral
dengan inokulasi bacterial pada rongga peritoneum.
Kasus SBP disebabkan oleh infeksi monobackterial terutama gram negative (
E. Colli, kliebsella pneumonia, pseudomonas , proteus), bakteri gram positif (
Streptococcus Pneumonia, staphylococcus).
Peritonitis primer dibedakan menjadi :
1. Spesifik : akibat kuman spesifik, misalnya kuman TB
2. Non Spesifik : akibat kuman Non spesifik missal ny kuman
peenyebab pneumonia yang tidak spesifik.
2. Peritonitis sekunder
Biasanya disebabkan oleh bbrp penyebab seperti : ivasi bakteri oleh
adanya kebocoran traktur gastrointestinal atau tractor genito urinarius ke
dalam rongga abdomen, iritasi peritoneum akibat bocornya enzim pancreas ke
peritoneum, serta benda asing, misalnya peritoneal dialysis catheter.
3. Peritonitis Tersier
Biasanya terjadi pada pasien dengan Continuous Ambulatory
Peritoneal Dialisis (CAPD) dan pada pasien Imunocompresi.
2.5 PATOFISIOLOGI
Peritonitis merupan komplikasi akut penyebaran infeksi organ-organ Abdomen, rupture
saluran cerna, atau trauma tembus abdomen. Reaksi awal peritoneium terhdapat invasi oleh
bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa, abses terbentuk diantara perlengketan fibrinosa
yang membatasi infeksi. Perlengketan dapat menghilang apabila infeksi menghilang, namun
dapat menettap sehingga menimbulkan obstruksi usus.
Dapat terjadi secara terlokalisasi, difus, atau generalisata. Pada peritonitis local terjadi
karna daya tahan tubuh yang kuat dan terjadi mekanisme perthanan tubuh dengan melokalisir
sumber peritonitis dengan omentum dan usus. Pada peritonitis yang tidak terlokalisir dapat
terjadi peritonitis difus, kemudian menjadi peritonitis generalalisata dan terjadi pelengketan
organ-organ intra abdomen dan lapisan peritoneum visceral dan parietal. Timbulnya
perlengketan ini menyebabkan aktivitasi peristaltic berkurang sampai timbul ileus paralitik.
Cairan dan elektrolit hilang ke dalam usus mengakibatkan dehidrasi, syok , gangguan sirkulasi
dan oligouria. Pada keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat bakteri masuk ke silkulasi darah.
2.8 DIAGNOSA
Anamnesa yang jelas, evaluasi cairan peritoneal dan tes diagnostic tambahan sangat
diperlukan untuk menegakan diagnosis sehingga pasien dapat diterapi dengan benar
Pemeriksaan penunjang yang lain yang bisa dilaukan adalag USG abdomen,Ct-scan,
dan MRI
Dignosis Peritoneal Lavage (DPL)
Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi pasien cedera intra abdomen setelah
trauma tumpul abdomenyang di sertai dengan kondisi : hilangnya kesadaran, intiksikasi
alcohol, perubahan sensori misalnya pada cedera medulaspinalis, cedera costae, atau
cedera procc tranversus vertebra.
Teknik ini adalah suatu tindakan melakukan bilasan rongga perut dengan
memasukkan cairan garam fisiologis sampai 1.000ml melalui kanul, setelah
sebelumnya pada aspirasi tidak ditemukan darah atau cairan.
Pada DPL dilakukan analisis cairan kualitatif dan kuantitatif, hal-hal yang perlu
dianalisis antara lain : PH, glukosa,protein,LDH, hitung Jenis, stain gram serta kultur
kuman aerob dan anaerob. Pada peritonitis bakteri carian peritoneum akan
menunjukkan PH<7 dan glukosa kurang dari 50 mg/dl dengan kadar protein dan LDH
meningkat
Teknik pemeriksaan ini di kontraindikasikan pada kehamilan, obesitas, koagulopati dan
hematom yang signifikan dengan dinding abdomen.
3.0 TERAPI
Peritonitis