Cedera Kepala
Gangguan rasa
Fungsi otak Kerusakan saraf Gangguan Pusat nafas nyaman: nyeri
terganggu kranial mobilitas fisik terganggu
Resiko trauma
Defisit perawatan diri Gangguan perfusi jaringan cerebral
Analisa data
Data Fokus Etiologi Masalah
DS: Edema cerebri 1. Gangguan perfusi
• Tn. A mengeluh pusing jaringan cerebral
DO: 2. Gangguan pemenuhan
• GCS E3M6V5 ADL
• TD 120/75mmmHg 3. Resiko tinggi jatuh
• HR 50x/menit
• CT scan kepala dan leher:
perdarahan parenkim
cerebri, perdarahan
subarakhnoid frontal kanan,
edema hemisfer cerebri
kanan, pneumoensefal
frontal kanan dan parasela
kanan
• mobilisasi sebagian dibantu,
• ADL dibantu sebagian
• Pengkajian resiko jatuh:
tinggi
Diagnosa dan intervensi keperawatan (Nic Noc)
Rencana keperawatan
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
NOC : NIC :
Perfusi jaringan Circulation status Monitor TTV
cerebral tidak Neurologic status Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman,
efektif b/d Tissue Prefusion : cerebral kesimetrisan dan reaksi
gangguan aliran Setelah dilakukan asuhan selama 24 Monitor adanya diplopia, pandangan
arteri dan vena jam, ketidakefektifan perfusi jaringan kabur, nyeri kepala
cerebral teratasi dengan kriteria hasil: Monitor level kebingungan dan orientasi
Tekanan systole dan diastole Monitor tonus otot pergerakan
dalam rentang yang diharapkan Monitor tekanan intrkranial dan respon
Tidak ada ortostatik hipertensi nerologis
Komunikasi jelas Catat perubahan pasien dalam
Menunjukkan konsentrasi dan merespon stimulus
orientasi Monitor status cairan
Pupil seimbang dan reaktif Pertahankan parameter hemodinamik
Bebas dari aktivitas kejang Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada
Tidak mengalami nyeri kepala konsisi pasien dan order medis
Jika kesadaran mankin menurun
pertimbangkan untuk kolaborasi
pembedahan
Manajemen edema cerebri (Husna et al, 2017)
Rencana keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
/ Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
NOC : NIC :
Defisit Self care : Activity of Self Care assistane : ADLs
perawatan Daily Living (ADLs) Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang
diri Setelah dilakukan mandiri.
Berhubungan tindakan keperawatan Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
dengan selama 4 hari, defisit kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan
kerusakan perawatan diri teratas makan.
persepsi/ dengan kriteria hasil: Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
kognitif Klien terbebas dari untuk melakukan self-care.
bau badan Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
Menyatakan normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
kenyamanan Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
terhadap kemampuan bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
untuk melakukan Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
ADLs untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak
Dapat melakukan mampu untuk melakukannya.
ADLS dengan bantuan Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
Rencana keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
/ Masalah Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Kolaborasi Hasil
NOC : NIC :
Risiko trauma Knowledge :
Environmental Management safety
Personal Safety
Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Safety Behavior :
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
Fall Prevention
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
Safety Behavior :
penyakit terdahulu pasien
Fall occurance
Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
Safety Behavior :
memindahkan perabotan)
Physical Injury
Memasang side rail tempat tidur
Tissue Integrity:
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
Skin and Mucous
Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
Membran
dijangkau pasien.
Setelah dilakukan
Membatasi pengunjung
tindakan keperawatan
Memberikan penerangan yang cukup
selama 7 hari, klien
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
tidak mengalami trauma
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
dengan kriteria hasil:
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
- pasien terbebas
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
dari trauma fisik
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
Evidence Based Practice:
General Recommendations for the
Management of Mild TBI
(Ontario Neurotrauma Foundation, 2014)
NO REKOMENDASI GRADE
1 Karena berbagai faktor (biopsikososial, kontekstual, dan A
fisik, baik preinjuri, saat injuri dan post injuri dapat
berdampak pada pasien mTBI, maka petugas kesehatan
harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut ketika
merencanakan dan mengimplementasikan perawatan
pasien.
2 Masalah kecil yang terjadi pada pasien harus dikelola C
secara simtomatis dan pasien harus ditawarkan mengenai
bantuan kesehatan dan informasi tentang strategi
manajemen penanggulangan gejala.
3 Semua orang yang mengalami mTBI harus menerima B
informasi tentang gejala umum dan jaminan bahwa
pemulihan dapat diperoleh dalam waktu singkat (beberapa
hari atau beberapa minggu) kedepan
4 Seseorang yang mengalami mTBI seharusnya tidak C
mengemudi selama setidaknya 24 jam dan mungkin
memerlukan penilaian ulang secara medis.
Perpanjangan periode waktu 24 jam yang disarankan
disarankan jika ada gejala atau komplikasi, penurunan
kapasitas intelektual, kejang pasca traumatik, gangguan
penglihatan atau hilangnya keterampilan motorik.
NO REKOMENDASI GRADE
5 Pasien yang masih mempunyai simtomatik harus diikuti setiap dua C
sampai empat minggu sejak saat kontak awal sampai tidak lagi gejala
atau sampai prosedur penilaian ulang yang lain telah diberlakukan.
6 Seorang pasien mengalami penurunan fungsi kognitif dalam A
beberapa hari pertama setelah cedera diharapkan memiliki gejala-
gejala dapat menyelesaikan dan mengembalikan fungsi kognitif
preinjury dalam beberapa hari, hingga tiga bulan
7 Pasien dengan gangguan psikiatri preinjury harus diberikan A
perawatan multidisipliner.
8 Manajemen pasien mTBI harus diberikan bimbingan untuk A
meminimalkan dampak gejala dan secara bertahap melanjutkan
aktivitas dan partisipasi peran dalam hidupnya
9 Penyedia perawatan utama harus mempertimbangkan rujukan C
pasien yang telah memiliki mTBI ke layanan spesialis ketika gejala
tetap ada dan gagal untuk berespon terhadap perawatan standar
untuk salah satu dari tiga lingkup Gejala Fisik, Perilaku / Emosional
dan Kognitif
10 Penyedia perawatan primer harus mempertimbangkan risiko depresi B
atau gangguan kesehatan mental lainnya pada pasien yang telah
mengalami mTBI yang mungkin dipengaruhi oleh respon psikologis
maladaptif terhadap cedera
Kesimpulan
1. Penanganan pasien cedera kepala harus disesuaikan dengan
derajat cedera kepala dan kondisi pasien dengan
mempertimbangkan hasil pemeriksaan penunjang seperti foto
polos dan CT scan kapala
2. Perawat berperan penting dalam penatalaksanaan pasien cedera
kepala baik dalam menerapkan tindakan mandiri perawat
maupun kolaboratif.
3. Perawat harus mampu menerapkan prinsip-prinsip penanganan
pasien cedera kepala khususnya dalam pencegahan terjadinya
cedera sekunder pada pasien yaitu salah satunya dengan
memberikan posisi head up dan monitoring kondisi pasien untuk
menilai perbaikan atau perburukan dari kondisi cedera kepala
yang dialami pasien
Daftar Pustaka
Arifin, MZ dan Risdianto, A. (2013). Cedera kepala: Teori dan penanganan. Bandung:
Sagung Seto.
Blumberg, P.C. (2011). Neuropathology of traumatic brain injury. Youman Neurological
Surgery. H.R. Winn. Philadelphia: Elvesier Saunders, 4: 3277-3287.
Husna, U dan Dahlar, M. (2017). Pathophysiology and management of cerebral edema.
MNJ, Vol.03, No.02, Juli 2017. http://dx.doi.org/10.21776/ub.mnj.2017.003.02
.
Michinaga,Shotaro and Yutaka Koyama. (2015). Pathogenesis of Brain Edema and
Investigation into Anti-Edema Drugs. Int. J. Mol. Sci. 2015, 16, 9949-9975;
doi:10.3390/ijms16059949
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Ontario Neurotrauma Foundation. (2014). Guidelines for Mild Traumatic Brain Injury and
Persistent Symptoms.
Saladin, Kenneth S. (2007). Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function.3rd
Edition. McGraw-Hill, USA.
Tim Neurotrauma RSU Dr. Soetomo – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya,. (2014). Pedoman tatalaksana cedera otak: guideline for
management of traumatic brain injury.
W. Rutland-Brown, J. A. Langlois, K. E. Thomas, and Y. L. Xi. (2010). Incidence of
traumatic brain injury in the United States, 2010, Journal of Head Trauma
Rehabilitation, vol. 21, no. 6, pp. 544–548, 2010.
TERIMA KASIH