OLEH:
IDA AYU INTEN RATNA KESWARI
1302106029
Menurut , Smeltzer, Bare, Hinkle dan Cheever, (2010) cedera kepala ada 2 macam yaitu:
Beratnya cedera kepala saat ini didefinisikan oleh The Traumatik Coma Data Bank
berdasarkan Skore Scala Coma Glascow (GCS). Penggunaan istilah cedera kepala ringan,
sedang dan berat berhubungan dari pengkajian parameter dalam menetukan terapi dan
perawatan. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Cedera kepala disebabkan karena adanya daya / kekuatan yang mendadak di kepala. Ada
tiga mekanisme yang berpengaruh dalam trauma kepala yaitu akselerasi, deselerasi dan
deformitas. Akselerasi yaitu jika benda bergerak membentur kepala yang diam, misalnya
pada orang yang diam kemudian dipukul atau terlempar batu. Deselerasi yaitu jika kepala
yang bergerak membentur benda yang diam, misalnya pada saat kepala terbentur.
Deformitas adalah perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat
trauma, misalnya adanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan atau pemotongan pada
jaringan otak. Pada saat terjadinya deselerasi ada kemungkinan terjadi rotasi kepala
sehingga dapat menambah kerusakan. Mekanisme cedera kepala dapat mengakibatkan
kerusakan pada daerah dekat benturan (kup) dan kerusakan pada daerah yang berlawanan
dengan benturan (kontra kup). Cedera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya, bila
trauma ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala
selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai pembuluh darah. Karena perdarahan yang
terjadi terus- menerus dapat menyebabkan hipoksia, hiperemi peningkatan volume darah
pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua
menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial
(TIK), adapun, hipotensi (Soetomo, 2002; Rosjidi, 2007).
6. Manifestasi Klinis
Menurut Pearce (2008) manifestasi klinis cedera kepala dilihat dari besar derajat cedera
kepala. Berikut manifestasi cedera kepala menurut derajatnya:
Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur dan tanpa
pemeriksaan dengan sinar-x diagnosis yang akurat tidak dapat ditegakkan.
Fraktur dasar tengkorak biasanya akan menunjukan kelainan pada sinus paranasal
pada tulang frontal atau di lokasi telinga tepatnya padang tulang temporal. Biasanya
cedera yang terjadi karena fraktur dasar tengkorak menyebabkan perdarahan dari
hidung, faring dan telinga dan darah terlihat dibawah konjungtiva. Fraktur dasar
tengkorak dicurigai ketika CSS (cairan serebro spinal) keluar dari telinga dan hidung.
Keluarnya CSS merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan infeksi
meningitis jika orgasme masuk melali hidung dan telinga.
7. Pemerikasaan penunjang untuk diagnosis cedera kepala
Pemeriksaan penunjang
a. Foto Rongen
Pada trauma kapitis perlu dibuat foto rontgen kepala dan kolumna vertebralis
servikalis. Film diletakkan pada sisi lesi akibat benturan. Bila lesi terdapat di daerah
oksipital, buatkan foto anterior-posterior dan bila lesi pada kulit terdapat di daerah
frontal buatkan foto posterioranterior. Bila lesi terdapat pada daerah temporal,
pariental atau frontal lateral kiri, film diletakkan pada sisi kiri dan dibuat foto lateral
dari kanan ke kiri. Kalau diduga ada fraktur basis kranii, maka dibuatkan foto basis
kranii dengan kepala menggantung dan sinar rontgen terarah tegak lurus pada garis
antar angulus mandibularis (tulang rahang bawah). Foto kolumna vertebralis
servikalis dibuat anterior-posterior dan lateral untuk melihat adanya fraktur atau
dislokasi. Pada foto polos tengkorak mungkin dapat ditemukan garis fraktur atau
fraktur impresi. Tekanan intrakranial yang tinggi mungkin menimbulkan impressions
digitae (Fertikh, dkk, 2013).
b. Computed tomography (CT)
Merupakan sebuah teknologi yang secara ekstensif digunakan dalam bidang
neuroradiologi yang mampu menghasilkan gambaran cross-sectional suatu jaringan.
Gambar yang dihasilkan CT merupakan hasil dari radiasi ion-ion yang diperoleh dari
penyerapan X-ray pada jaringan spesifik yang diperiksa. CT menawarkan berbagai
keperluan yang berguna untuk memeriksa otak seseorang (Jordan, dkk, 2010). CT
juga merupakan pemeriksaan diagnostik yang cepat, tidak menyakitkan, noninvasif,
dan akurat. Hasil dari CT juga mampu mengurangi keperluan dilakukannya tindakan
pembedahan eksploratif maupun biopsi yang invasif (Fertikh, dkk, 2013).
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI dapat memberikan foto berbagai kelainan parenkim otak dengan lebih jelas.
Terdapat beberapa keuntungan dari MRI dibandingkan dengan CT-Scan yaitu : lebih
baik dalam menilai cedera subakut, termasuk kontusio, shearing injury, dan sub dural
hematoma, lebih baik dalam menilai dan melokalisir luasnya kontusio dan hematoma
secara lebih akurat karena mampu melakukan pencitraan dari beberapa posisi, dan
lebih baik dalam pencitraan cedera batang otak. (Japardi, I., 2004).
d. CT-Scan
Pemeriksaan CT scan kepala masih merupakan gold standard bagi setiap pasien
dengan cedera kepala. Berdasarkan gambaran CT scan kepala dapat diketahui adanya
gambaran abnormal yang sering menyertai pasien cedera kepala . CT-Scan adalah
suatu alat foto yang membuat foto suatu objek dalam sudut 360 derajat melalui bidang
datar dalam jumlah yang tidak terbatas. Bayangan foto akan direkonstruksi oleh
komputer sehingga objek foto akan tampak secara menyeluruh (luar dan dalam). Foto
CT-Scan akan tampak sebagai penampang melintang dari objeknya. Dengan CT-Scan
isi kepala secara anatomis. akan tampak dengan jelas. Pada trauma kapitis, fraktur,
perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya
(Sastrodiningrat, 2006).
8. Penatalaksanaan dan Terapi
Penanganan sebelum sampai di rumah sakit atau fasilitas yang lebih memadai:
1) Pada pertolongan pertama:
a. Perhatikan imobilisasi kepala leher, lakukan pemasangan neck collar, sebab
sering trauma kepala disertai trauma leher.
b. Hyperventilasi dengan oksigen 100 %, monitor tingkat saturasi O2 dan CO2
c. Pada kasus berat mungkin diperlukan pemasangan ETT
d. Pasang back board (spinal board)
e. Sediakan suction untuk menghindari penderita aspirasi karena muntah.
f. Hentikan perdarah dengan melakukan penekanan pada daerah luka sebelum
dilakukan penjahitan situsional.
g. Perdarahan kepala yang tidak terkontrol akan mengakibatkan syok. Atasi syok
dengan pemasangan IV canule yang besar (bila perlu 2 line), beri cairan yang
memadai. (lihat penatalaksanaan hemoragik syok)
h. Pemberian obat-obatan lasix, manitol dilapangan tidak dianjurkan, begitu pula
obat penenang tidak boleh diberikan tanpa supervisi dokter.
2) Penatalaksanaan di Rumah Sakit
Begitu diagnosa ditegakkan, penanganan harus segera dilakukan:
Cegah terjadinya cedera otak sekunder dengan cara:
Pertahankan metabolisme otak yang adekuat
Mencegah dan mengatasi hypertensi
3) Terapi
Tujuan utama perawatan ini adalah mencegah terjadinya cedera sekunder terhadap
otak yang telah mengaalami cedera.
a. Cairan Intravena
Cairan intra vena diberikan secukupnya untuk resusitasi penderita agar tetap
normovolemik. Perlu diperhatikan untuk tidak memberikan cairan berlebih.
Penggunaan cairan yang mengandung glukosa dapat menyebabkan
hyperglikemia yang berakibat buruk pada otak yang cedera. Cairan yang
dianjurkan untuk resusitasi adalah NaCl 0,9 % atau RL. Kadar Natrium harus
dipertahankan dalam batas normal, keadaan hyponatremia menimbulkan odema
otak dan harus dicegah dan diobati.
b. Hyperventilasi
Tindakan hyperventilasi harus dilakukan secara hati-hati, hiperventilasi dapat
menurunkan PCO2 sehingga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
otak. Hiperventilasi yang lama dan cepat menyebabkan iskemia otak karena
perfusi otak menurun PCO2 < 25 mmHg, hiperventilasi harus dicegah.
Pertahankan level PCO2 pada 25 – 30 mmHg bila TIK tinggi.
c. Manitol
Diberikan dengan dosis 1 gram/kg BB bolus IV. Indikasi penderita koma yang
semula reaksi cahaya pupilnya normal, kemudian terjadi dilatasi pupil dengan
atau tanpa hemiparesis. Dosis tinggi tidak boleh diberikan pada penderita
hypotensi karena akan memperberat hypovolemia
d. Furosemid
Diberikan bersamaan dengan manitol untuk menurunkan TIK dan akan
meningkatkan diuresis. Dosis 0,3 – 0,5 mg/kg BB IV.
e. Barbiturat
Barbiturat bermanfaat untuk menurunkan TIK. Tidak boleh diberikan bila
terdapat hypotensi dan fase akut resusitasi, karena barbiturat dapat menurunkan
tekanan darah.
f. Antikonvulsan
Penggunaan antikonvulsan profilaksisi tidak bermanfaat untuk mencegah
terjadinya epilepsi pasca trauma. Phenobarbital & Phenytoin sering dipakai
dalam fase akut hingga minggu ke I. Obat lain yang bisa digunakan adalah
diazepam dan lorazepam
9. Prognosis
Prognosa pasien cedera kepala akan lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan secara
tepat dan cepat. Pasien meninggal karena beberapa factor yakni : Prolog hipoksia dan
hipotensi, herniasi otak, komplikasi-komplikasi sistemik.
10. Komplikasi
Komplikasi utama darai cedera kepala adalah pendarahan, infeksi , edema dan herniasi
melalui tontronium. Infeksi selalu menjadi ancaman yang berbahaya bagi cedera terbuka
dan edema dihubungkan dengan trauma jaringan. Ruptur vask ular dapat terjadi terjadi
sekalipun pada cedera kepala ringan , keadan ini menyebabkan perdarahan diantara
tulang tengkorak dan permukan serebral. Kompresi otak dibawahnya dapat
menyebabkan efek yang dapat menimbulkan kematian. (Wong, 2009).
Oedema
Sputum: Ya , Warna: ... ... ... Konsistensi: ... ... ... Volume: ... … Bau: … …
Tidak
RR : > 20 x/mnt
Lain:
Pada cedera kepala kemungkinan ditemukan sesak napas dan peningkatan laju
pernapasan pada pasien. Dan dapat dijumpai ketidakmampuan untuk
mengeluarkan sputum karena pasien biasanya tidak sadar sehingga dapat
menghambat jalan napas.
Pucat : Ya Tidak
Sianosis : Ya Tidak
Diaphoresis: Ya Tidak
Lain: tekanan darah dan sirkulasi pasien penting untuk diperhatikan. Pada cedera
kepala biasanya tekanan darah fluktuatif. Tekanan darah dapat menurun karena
perdarahan.
Masalah Keperawatan:
Midriasis
BRAIN
Masalah Keperawatan: -
TB : .... cm BB : ....kg
Frekuensi BAB : .2x/hr Konsistensi: ... ... .. Warna: ... ... darah (+/-)/lendir(+/-)
Problem :
Qualitas/ Quantitas:
Regio :
Skala :
Timing :
Kekuatan otot :
333 333
(Muskuloskletal & Integumen)
333 333
BONE
0: Mandiri
Makan/minum :0 1 2 3 4
1: Alat bantu
Mandi :0 1 2 3 4
2: Dibantu orang lain
4: Tergantung total
Berpakaian :0 1 2 3 4
Berpindah : 0 1 2 3 4
Ambulasi : 0 1 2 3 4
Lain-lain : Ditemukan contusion dan fraktur pada kepala pasien. Nyeri juga
ditemukan pada pasien dengan cedera kepala.
Masalah Keperawatan:
Nyeri Akut
Dada :
Perkusi : sonor
Auskultasi : Pada auskultasi kemungkinan didapatkan suara nafas terdengar
ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
Abdomen dan Pinggang : Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed
rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
Ekstremitas :-
Masalah Keperawatan:
Pemeriksaan Radiologi
Masalah Keperawatan: -
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan cedera kepala
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
jaringan akibat rusaknya lapisan jaringan otak ditandai dengan napas klien (diatas
normal : 16 – 20x/menit ), pernapasan dangkal
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
akibat mucus yang banyak ditandai dengan ketidakmampuan mengeluarkan
sputum, perubahan ritme dan frekuensi napas, suara napas tambahan ronchi.
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
ditandai dengan mulut klien kering, turgor kulit lambat, peningkatan suhu tubuh
klien meningkat, klien tampak lemah, nadi meningkat
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: fraktur karnium ditandai dengan
peningkatan TTV (TD: 140/90mmHg, N:110 x/menit, RR: 24 X/menit, S: 36,5oC),
wajah tampak meringis, mengungkapkan nyeri di kepala dengan skala 8 ( skala 1-
10), diaphoresis, dilatasi pupil.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera mekanik ditandai dengan
robeknya kulit.
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kesadaran ditandai dengan
keadaan umum lemah, ketergantungan total care.
h. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera (fraktur), penurunan
kekuatan otot, nyeri ditandai dengan kesulitan membolak balik posisi, keterbatasan
melakukan keterampilan motorik halus dan kasar
3. Rencana Keperawatan
7 Defisit Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Self-care Assistance : NIC Label : Self-care Assistance :
perawatan diri keperawatan selama …x 24 jam, Bathing Bathing
berhubungan diharapkan kebutuhan 1. Bantu klien dengan mandi di tempat 1. Untuk tetap menjaga kebersihan
dengan perawatan diri pasien terpenuhi tidur klien
penurunan dengan criteria hasil : 2. Cuci rambut bila diperlukan dan 2. Menjaga kebersihan rambut klien
kesadaran NOC Label : Self –care diinginkan
ditandai dengan :Bathing 3. Bantu dengan membersihkan area 3. Menjaga hygiene daerah perineal
keadaan umum 1. Tubuh pasien tampak bersih perineal klien
lemah, 4. Gunakan obat salep pelumas dan 4. Mencegah kulit kering serta
ketergantungan NOC Label : Self-care : krim pada area kulit yang kering komplikasinya
total care. Hygiene 5. Monitor kondisi kulit saat mandi 5. Memantau adanya resiko kerusakan
1. Kebersihan oral klien dapat integritas kulit
dipertahankan NIC Label : Self-care Assistance : Oral
2. Kuku pasien terawat NIC Label : Self-care Assistance : health maintenance
3. Kebersihan tubuh klien Oral health maintenance 1. Untuk mengetahui adanya kelainan
dapat dipertahankan 1. Monitor warna, kecerahan dan pada gigi
adanya debris pada gigi 2. Untuk menjaga kebersihan mulut
2. Bantu klien untuk melakukan
NOC Label : Self care : perawatan mulut setelah makan dan
Dressing sesering yang dibutuhkan
1. Mengganti pakaian secara NIC Label : Self-care Assistance : Nail
teratur NIC Label : Self-care Assistance : care
Nail care 1. Untuk mengetahui adanya kelainan
NOC Label : Self care : 1. Bantu melakukan pembersihan pada kuku
Toileting kuku
1. Klien dapat BAB/BAK NIC Label : Self-care Assistance:
dengan bersih NIC Label : Self-care Assistance: Dressing/ Grooming
Dressing/ Grooming
NOC Label : Self care : Eating
1. Nutrisi klien terpenuhi 1. Bantu klien untuk memilih pakaian 1. Agar klien memakai pakaian yang
yang baik nyaman, dan tidak mengganggu
terapi
2. Bantu klien berpakaian 2. Untuk mencegah hipotermi
3. Bantu merapikan rambut klien 3. Untuk membantu klien melakukan
4. Jaga privacy klien saat berpakaian perawatan diri
4. Menjaga kenyamanan klien
NIC Label : Self-care Assistance:
NIC Label : Self-care Assistance: Toileting
Toileting 1. Untuk membantu pemenuhan
1. Bantu klien untuk menjaga fasilitas dalam menjaga kebersihan
kebersihan area perineal setelah perineal
menyelesaikan BAK/BAB
NIC Label : Self-care Assistance :
NIC Label : Self-care Assistance : Feeding
Feeding 1. Memudahkan nutrisi diserap oleh
1. Membantu pemenuhan nutrisi klien lambung
melalui NGT
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M. and Wagner, Cheryl M.
2013. Nursing Interventtions Classification (NIC), Sixth Edition.USA : Mosby Elsevier
Evelyn C.Pearce. (2008). Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT Gramedia
Fertikh, D., 2013. Head Computed Tomography Scanning. Available From:
http://emedicine.medscape.com/article/2110836-overview [Accessed on 27 April 2014]
Herdman, T.H. and Kamitsuru, Shigemi. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classification (NANDA) 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Japardi, I. (2004). Klasifikasi Fraktur. In: Cedera Kepala: Memahami Aspek-Aspek Penting
dalam Pengelolaan Penderita Cedera Kepala. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
Miranda E.I.M., Maximillian, C., Hilman, L. (2014). Gambaran CT Scan Penderita Cedera
Kepala Ringan di BLU RSUP Prof. Dr. R. Kandao Manado Periode 2012-2013
Moorhead, Sue., Jonson, Marion., Mass, Meridean L. and Swanson, Elizabeth. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri : Mosby Elsevier
Roozenbeek, B., A.I.R. Maas, dan D.K. Menon.(2013). Changing Patterns in the Epidemiology
of Traumatic Brain Injury. Nature Reviews Neurology 9: 231-236
Rosjidi, C. H. (2007). Asuhan Keperawatan Klien dengan Cedera Kepala. Yogyakarta. Ardana
Media
Wong, L. Donna. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. . Jakarta : EGC.