Anda di halaman 1dari 5

PERANAN PANCASILA

DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA


Nama : Putu Prama jaya Sadhu Gunawan

Kelas : 83

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik para founding
fathers ketika negara Indonesia didirikan. Nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam Pancasila
sudah dipertimbangkan dengan baik supaya bisa sejalan dengan pandangan dan sifat bangsa
Indonesia. Pancasila sering digolongkan ke dalam ideologi tengah di antara dua ideologi besar
paling berpengaruh di dunia. Pancasila tidak berpaham komunisme dan tidak berpaham
kapitalisme. Pancasia berusaha untuk mengambil sisi baik dan menghapus sisi buruk yang
terkandung dalam kedua ideologi itu. Selain itu Pancasila juga mampu bersifat fleksibel terhadap
perkembangan zaman. Jika ditelusuri lebih dalam Pancasila merupakan bentuk ideologi yang
paling sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan misalnya pada masalah
perekonomian. Kita ambil contoh disini adalah pada kepemilikan faktor-faktor
produksi. Misalnya di negara X yang berpaham komunisme maka faktor-faktor produksi
menjadi milik bersama sehingga tidak boleh ada satu warga negaranya yang meguasai faktor-
faktor produksi tersebut secara pribadi. Di sini tingkat penghasilan akan disamaratakan untuk
seluruh warga negara X sehingga tidak bisa dibedakan mana orang yang berhasil dalam karir dan
mana yang kurang berhasil. Hal ini bisa menimbulkan kecenderungan seseorang untuk malas
bekerja. Selanjutnya kita bandingkan dengan negara Y yang berpaham kapitalisme. Di sini
faktor-faktor produksi menjadi hak sepenuhnya bagi pemilik modal sehingga mereka berkuasa
penuh atas apa yang mereka punya. Di negara Y akan timbul persaingan yang ketat antara para
pemilik modal supaya mereka mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Keinginan untuk
meraup laba tersebut bisa menimbulkan eksplorasi secara besar-besaran terhadap para buruh
sehingga bisa menimbulkan hilangnya peri kemanusiaan para penguasa modal dan penderitaan
yang berkepanjangan pada kaum buruh. Dampak negatif lainnya adalah timbulnya kesenjangan
sosial di masyarakat karena pada dasarnya perekonomian telah dikuasai oleh kaum capitalis. Jika
dibandingkan dengan kedua ideologi itu, Pancasila memiliki pandangan yang berbeda karena
Pancasila menerapkan sistem demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi,
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Maksud dari uraian di atas adalah
Pancasila memperbolehkan/memberikan hak kepada warga negaranya untuk menjadi pemilik
faktor-faktor produksi sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Namun di sini
bumi, air, dan kekayaan yang ada di dalamnya serta faktor-faktor produksi yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara sehingga masyarakat tidak perlu takut akan tertindas
oleh pemilik modal. Dari satu contoh tersebut telah tergambar jelas bahwa Pancasila mampu
memenuhi kepentingan semua lapisan masyarakat Indonesia.
Pada dasarnya Pancasila dibuat untuk menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Peranan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terletak pada bagaimana
seluruh masyarakat Indonesia dari kalangan bawah sampai kalangan atas menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupannya. Penerapan nilai-nilai Pancasila diharapkan bisa diterapkan di
semua bidang kehidupan baik itu di lingkungan pemerintahan (politik), ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan, pendidikan, dan sebagainya. Tiga tataran nilai dalam ideologi
Pancasila yang melandasi penerapan peranan Pancasila meliputi nilai dasar, nilai instrumental,
dan nilai praksis. Untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan
maka kita pertama kali harus mengacu pada nilai dasar yaitu nilai yang ditetapkan oleh para
pendiri negara yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Nilai
dasar tidak akan pernah lekang oleh waktu. Kemudian arah selanjutnya adalah memenuhi nilai
instrumental yaitu nilai yang merupakan penjabaran dari nilai dasar dan disesuaikan dengan
tuntutan zaman. Nilai terakhir yang menjadi pedoman pelaksanaan Pancasila adalah nilai praksis.
Nilai ini merupakan nilai yang sangat sulit untuk dipenuhi karena merupakan aktualisasi dari
nilai-nilai Pancasila. Penerapan nilai praksis tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar supaya
pelaksanaan nilai Pancasila di era modern ini bisa sejalan dengan tujuan perumusan dan tujuan
lahirnya Pancasila.
Bagi suatu ideologi, yang paling penting adalah bukti pengamalannya atau aktualisasinya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu ideologi dapat mempunyai
rumusan yang amat ideal dengan ulasan yang amat logis serta konsisten pada tahap nilai dasar
dan nilai instrumentalnya, akan tetapi, jika pada nilai praksisnya rumusan tersebut tidak dapat
diaktualisasikan, maka ideologi tersebut akan kehilangan kredibilitasnya.
Peranan Pancasila yang diaplikasikan dengan penerapan nilai-nilai Pancasila akan
berjalan dengan baik apabila tidak terjadi penyimpangan/deviasi. Namun, semua realitas di alam
mengalami proses atau perubahan. Sifat alamiah itu dapat pula dikenakan pada ideologi
Pancasila sebagai suatu realitas. Dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan bernegara,
Pancasila sering mengalami berbagai deviasi dalam aktualisasi nilai-nilainya. Deviasi
pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa penambahan ,pengurangan, dan penyimpangan dari
makna yang seharusnya. Walaupun seiring dengan itu sering pula terjadi upaya pelurusan
kembali. Terjadinya proses perubahan (dinamika) dalam aktualisasi nilai Pancasila tidak semata-
mata disebabkan kemampuan dari dalam (potensi) dari Pancasila itu sendiri, melainkan karena
suatu peristiwa atau faktor luar. Dinamika aktualisasi nilai Pancasila bagaikan pendelum (bandul
jam) yang selalu bergerak ke kanan dan ke kiri secara seimbang tanpa pernah berhenti tepat di
tengah sehingga seringkali aktualisasinya berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Pengaruh budaya asing banyak dikaitkan dengan mulai tergerusnya nilai-nilai Pancasila di era
globalisasi ini. Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), khususnya teknologi
komunikasi maka terjadi perubahan pola hidup masyarakat yang begitu cepat. Tidak satu pun
bangsa dan negara mampu mengisolir diri dan menutup rapat dari pengaruh budaya asing.
Demikian juga terhadap masalah ideologi. Pancasila harus mampu menghadapi pengaruh budaya
asing, khususnya ilmu dan teknologi modern serta latar belakang filsafatnya yang berasal dari
luar. Kita harus bisa memfilter budaya asing yang masuk ke Indonesia dengan cara selektif
mengambil ilmu dan teknologinya saja dari luar negeri tetapi kita tetap berpedoman pada
ideologi Pancasila. Akan tetapi, Pancasila seharusnya selalu diaktualisasikan dengan benar
sesuai dengan nilai-nilainya karena Pancasila merupakan nilai-nilai yang dicita-citakan dan ingin
diwujudkan.Di sisi lain Pancasila merupakan ideologi terbuka yang mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman tanpa mengubah nilai-nilai dasarnya sehingga nilai-nilai Pacasila
masih tetap bisa digunakan dalam hubungan internasional terutama antara Indonesia dengan
negara-negara di dunia di era globalisasi ini.
Peranan Pancasila secara nyata dapat terlihat pada pembuatan peraturan perundang-
undangan yang harus berpedoman pada Pancasila. Hal ini merupakan contoh penerapan nilai
instrumental Pancasila. Pada dasarnya setiap ketentuan hukum dan perundang-undangan pada
segala tingkatan, harus terbuka terhadap peninjauan dan penilaian atau pengkajian tentang
keterkaitan dengan nilai dasar Pancasila. Peraturan perundang-undangan biasanya mencakup
berbagai aspek kehidupan baik itu bidang politik, budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, dan
sebagainya. Peraturan hukum yang sudah berlandaskan Pancasila harus dilaksanakan dan ditaati
oleh semua warga negaranya. Jika seseorang melanggar peraturan perundang-undangan maka ia
akan mendapat sanksi hukum yang sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan. Sanksi hukum
itu juga dibuat berlandaskan Pancasila sebagai konsekuensi Pancasila sebagai norma hukum.
Pelaksanaan peraturan perundang-undangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini
merupakan salah satu perwujudan dari nilai praksis yang kadangkala justru terjadi
penyimpangan.
Selain dalam bentuk peraturan perundang-undangan, peranan Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dapat diwujudkan melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila yang
berwujud norma etik secara pribadi atau kelompok sebagai pedoman bersikap dan bertingkah
laku. Penerapan nilai-nilai itu misalnya beribadah menurut keyakinan dan agama yang dianut
masing-masing warga negara serta bisa juga diwujudkan dalam lingkungan sosial masyarakat
yaitu dengan sikap saling menghargai, menghormati, tolong menolong dan peduli kepada sesama
manusia. Sikap-sikap tersebut merupakan contoh pengamalan sila pertama dan sila kedua
Pancasila yaitu nilai sila Ketuhanan dan sila Kemanusiaan. Sedangkan untuk menjaga persatuan
seluruh bangsa Indonesia dapat diambil dari nilai sila ketiga Pancasila yang berisi prinsip untuk
hidup bersesuaian. Jika nilai sila ketiga ini benar-benar diaplikasikan dengan baik maka tidak
akan terjadi perpecahan pada bangsa Indonesia dan bangsa Indonesia tidak mudah untuk dipecah
belah oleh bangsa lain. Apabila terjadi suatu permasalahan di lingkungan sosial dalam lingkup
kecil atau dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada skala yang besar maka pengambilan
keputusan akan dilaksanakan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat atau dengan
demokrasi dan menghindari penggunaan kekerasan. Hal ini sejalan dengan sila keempat
Pancasila yaitu nilai sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Untuk menerapkan nilai Keadilan pada sila kelima maka dapat
diwujudkan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban yang seimbang antara masyarakat dengan
pemerintah.
Jika semua nilai-nilai Pancasila dapat terealisasikan maka dapat dipastikan bahwa peran
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangatlah baik dan berdampak positif bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Namun yang masih menjadi keraguan di sini ialah bangsa
Indonesia sendiri sebagai penganut ideologi ini kurang memahami makna nilai-nilai Pancasila.
Bahkan lebih buruknya lagi ada sebagian masyarakat Indonesia yang justru tidak hafal dengan isi
Pancasila yang cukup singkat itu. Sumber yang menjadi keprihatinan saat ini yaitu kalangan
pejabat negara, wakil rakyat, atau pemimpin rakyat justru yang tidak hafal Pancasila. Apakah
terlalu banyak permasalahan negara yang mereka hadapi sehingga menjadi penyebab mereka
terlupa dengan isi Pancasila?Ataukah mereka menganggap Pancasila itu tidak penting sehingga
hilang begitu saja dari memori otak?Apakah mereka tidak malu dengan seorang anak TK yang
bahkan belum tahu makna nasionalisme tetapi dari bibir mungil mereka terucap terus menerus isi
Pancasila?
Ya, begitulah kondisi bangsa Indonesia. Ideologi yang mereka anut dan mereka elu-
elukan kesempurnaannya ternyata hanya menjadi formalitas saja. Mereka tidak tahu bahkan tidak
paham isinya. Isinya saja tidak hafal lalu mau bagaimana cara penerapannya. Mungkin hanya
ada segelintir orang dari jutaan penduduk Indonesia yang mampu dan mau memahami,
memaknai serta menerapkan nilai-nilai Pancasila yang luhur. Dan mungkin hanya anak-
anak yang mau dengan tulus ikhlas dan senang hati menghafalkan serta membunyikan pasal-
pasal Pancasila. Semoga saat ini hingga ke depannya penerapan nilai-nilai Pancasila bisa
semakin nyata dan mampu memperlihatkan kepada dunia bahwa Pancasila bisa mengambil
peranan dalam mengatur tata kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia. Pancasila
mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia dan membawa kemajuan yang pesat
bagi Indonesia di lingkungan regional maupun di kancah dunia Internasional.

Anda mungkin juga menyukai