CAPAIAN KOMPETENSI • Mahasiswa mampu melakukan CP 1 pengkajian Trauma kepala dan spinal • Mahasiswa mampu melakukan CP 2 penatalaksanaan resusitasi pada pasien trauma kepala dan spinal POKOK BAHASAN • JENIS TRAUMA KEPALA TRA UMA • PENATALAKSANAAN TRAUMA KEPALA KEPA LA
• JENIS TRAUMA SPINAL
TRA UMA • PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINA SPIN AL TRAUMA KEPALA REVIEW ANATOMI KEPALA TERDIRI DARI 1. KULIT KEPALA (SCALP) 2. TENGKORAK (SKULL) 3. MENINGEN 4. OTAK 5. SISTEM VENTRIKULAR REVIEW ANATOMI KULIT KEPALA (SCALP) Terdapat banyak pembulih darah sehingga pada laserasi kulit kepala, pasien dapat kehilangan banyak darah REVIEW ANATOMI TENGKORAK (SKULL) Bagian bawah tengkorak tidak beraturan sehingga dapat menyebabkan cidera saat otak terguncang dan mengenai dasar tengkorak Fossa anterior : lobus frontal Fossa medial : lobus temporal Fossa posterior : batang otak bagian bawah dan cerebellum (otak kecil) REVIEW ANATOMI MENINGES Lapisan dibawah tengkorak yang melapisi organ otak Terdiri dari lapisan dura mater, arachnoid mater dan pia mater Duramater : sinus vena besar (bila terjadi laserasi maka dapat menyebabkan perdarahan massif Cairan serebrospinal (CSF) mengisi ruang antara arachnoid yang kedap air mater dan pia mater (ruang subarachnoid) REVIEW ANATOMI OTAK (BRAIN) Dibagi menjadi cerebrum (otak besar), brainstem (batang otak) dan cerebellum (otak kecil) Cereberum dibagi menjadi hemisphere kiri dan hemisphere kanan dipisahkan oleh falx serebri. Hemispere kiri : pusat bahasa Lobus frontal : fungsi khusus, emosi, motoric dan area bicara motoric Lobus parietal : fungsi sensori, dan orientasi spasial Lobus temporal : fungsi memori Lobus oksipitasll : penglihatan REVIEW ANATOMI OTAK (BRAIN) Brainstem terdiri dari midbrain, pons dan medulla. Midbrain dan pons : pusat kesadaran Medula oblongata : pusata cardiorespiratory Catatan : lesi kecil pada brainstem akan menghasilkan deficit neurologis yang berat Sistem ventricular • Ventrikel adalah sistem ruang berisi CSF dan saluran cairan di dalam otak. • CSF terus diproduksi di dalam ventrikel dan diserap ke permukaan otak. • Kehadiran darah di CSF dapat mengganggu reabsorpsinya dan mengakibatkan peningkatan intrakranial tekanan. • Edema dan lesi massa (misalnya hematoma) dapat menyebabkan penipisan atau pergeseran terhadap kesimetrisan ventrikel REVIEW FISIOLOGIS
Tekanan intra kranial
Peningkatan Tekanan Intra Kranial/TIK (Intracranial pressure/ICP) dapat mengurangi perfusi serebral dan menyebabkan atau memperburuk iskemia. TIK normal pada psien dalam keadaan istirahat kira-kira 10 mmHg. Tekanan yang lebih besar dari 15 mmHg terutama jika berkelanjutan dan refrakter terhadap pengobatan berkaitan dengan hasil (outcome) yang buruk pada pasien. Tekananan intracranial melebihi 25 mmHg dapat menyebabkan herniasi serebral REVIEW FISIOLOGIS
Tekanan intra kranial
Peningkatan Tekanan Intra Kranial/TIK (Intracranial pressure/ICP) dapat mengurangi perfusi serebral dan menyebabkan atau memperburuk iskemia. TIK normal pada psien dalam keadaan istirahat kira-kira 10 mmHg. Tekanan yang lebih besar dari 15 mmHg terutama jika berkelanjutan dan refrakter terhadap pengobatan berkaitan dengan hasil (outcome) yang buruk pada pasien. Tekananan intracranial melebihi 25 mmHg dapat menyebabkan herniasi serebral REVIEW FISIOLOGIS Doktrin monro-kellie Doktrin monro-kellie adalah konsep yang sederhana namun penting yang menjelaskan dinamika TIK. Doktrin ini menyatakan bahwa volume total isi intrakranial harus tetap konstan, karena tengkorak adalah wadah tang kaku yang tidak mampu untuk membesar. Ketika volume normal otak terlampaui, maka TIK meningkat REVIEW FISIOLOGIS Aliran darah Serebral Cidera kepala berat dapat menyebabkan koma CPP Normal = 60-100 mmHg / masih Normal = 50-70 mmHg karena dapat mengurangi aliran darah serbral ICP /TIK = 0-15 mmHg pada beberapa jam pertama setelah cidera. MAP = 50-150 mmHG Aliran darah serebral biasanya meningkat dari 2 sampai dengan 3 hari. Aliran darah serebral tetap rendah selama berhari-hari atau CPP = MAP - ICP berminggu-minggu setelah cidera pada pasien yang masih koma. Iskemia cerebral setelah cidera kepala berat sering terjadi dan tidak diketahui penyebabnya. TRAUMA KEPALA Cidera kepala dapat di klasifikasikan 1. Severity of injury 2. Morfologi GLASGOW COMA SCALE VIDEO PERKENALAN Halo !!! Saya Zulmah Astuti Dosen Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur. Untuk pertemuan ini saya akan menjelaskan tentang Tanda adanya kemungkinan fraktur Basis Kranii Ns. ZULMAH ASTUTI.,M.Kep TRAUMA BASIS CRANII Fraktur tengkorak dapat terjadi pada bagian kubah kranial atau pada basis kranial Fraktur basis cranii, biasanya disebabkan oleh trauma benda tumpul yang cukup besar, melibatkan setidaknya satu tulang yang menyusun dasar tengkorak. Fraktur basis cranii paling sering melibatkan tulang temporal tetapi mungkin juga melibatkan tulang oksipital, sphenoid, ethmoid, dan orbital tulang frontal. TRAUMA BASIS CRANII Fraktur tengkorak dapat terjadi pada bagian kubah kranial atau pada basis kranial Fraktur basis cranii, biasanya disebabkan oleh trauma benda tumpul yang cukup besar, melibatkan setidaknya satu tulang yang menyusun dasar tengkorak. Fraktur basis cranii paling sering melibatkan tulang temporal tetapi mungkin juga melibatkan tulang oksipital, sphenoid, ethmoid, dan orbital tulang frontal. TRAUMA BASIS CRANII Tanda klinis adanya fraktur basis kranii meliputi periobital ekimosis (Racoon Eyes) di kedua mata, retroaurikular ekimosis (battle’s sign), cairan serebrospinal keluar melalui hidung (rhinorrhea) atau telinga (ottorhea), dan disfungsi saraf kranial ke VII dan VIII (paralisis wajah dan kehilangan pendengaran). TRAUMA BASIS CRANII Tanda klinis adanya fraktur basis kranii meliputi periobital ekimosis (Racoon Eyes) di kedua mata, retroaurikular ekimosis (battle’s sign), cairan serebrospinal keluar melalui hidung (rhinorrhea) atau telinga (ottorhea), dan disfungsi saraf kranial ke VII dan VIII (paralisis wajah dan kehilangan pendengaran). TRAUMA BASIS CRANII periobital ekimosis (Racoon Eyes) di kedua mata, Penumpukan darah di sekitar mata paling sering dikaitkan dengan adanya fraktur fosa kranial anterior. tanda ini biasanya tidak muncul selama evaluasi awal dan tertunda 1 hingga 3 hari. Jika ekimosis terjadi bilateral, maka kemungkinan besar terjadi fraktur basis cranii TRAUMA BASIS CRANII Tanda klinis adanya fraktur basis kranii meliputi periobital ekimosis (Racoon Eyes), retroaurikular ekimosis (battle’s sign), cairan serebrospinal keluar melalui hidung (rhinorrhea) atau telinga (ottorhea), dan disfungsi saraf kranial ke VII dan VIII (paralisis wajah dan kehilangan pendengaran). TRAUMA BASIS CRANII Tanda klinis adanya fraktur basis kranii meliputi periobital ekimosis (Racoon Eyes), retroaurikular ekimosis (battle’s sign), cairan serebrospinal keluar melalui hidung (rhinorrhea) atau telinga (ottorhea), dan disfungsi saraf kranial ke VII dan VIII (paralisis wajah dan kehilangan pendengaran). TRAUMA BASIS CRANII Retroaurikular ekimosis (battle’s sign) Darah yang terkumpul di belakang telinga di daerah mastoid berhubungan dengan fraktur tulang fosa kranial tengah. TRAUMA BASIS CRANII Tanda klinis adanya fraktur basis kranii meliputi periobital ekimosis (Racoon Eyes), retroaurikular ekimosis (battle’s sign), cairan serebrospinal keluar melalui hidung (rhinorrhea) atau telinga (ottorhea), dan disfungsi saraf kranial ke VII dan VIII (paralisis wajah dan kehilangan pendengaran). TRAUMA BASIS CRANII Identifikasi cairan yang CSF yang keluar dari hidung dan telinga Tanda “Halo” adalah pola cincin ganda yang digambarkan ketika cairan berdarah dari telinga atau hidung yang mengandung CSF diteteskan ke kertas atau linen. TRAUMA BASIS CRANII Tanda klinis adanya fraktur basis kranii meliputi periobital ekimosis (Racoon Eyes), retroaurikular ekimosis (battle’s sign), cairan serebrospinal keluar melalui hidung (rhinorrhea) atau telinga (ottorhea), dan disfungsi saraf kranial ke VII dan VIII (paralisis wajah dan kehilangan pendengaran). TATALAKSANA • Fraktur ini menandakan adanya trauma yang signifikan, sehingga memerlukan evaluasi secara menyeluruh. Intervensi di fokuskan pada menstabilkan jalan nafas, ventilasi adekuat dan manajemen sirkulasi. Fraktur biasanya juga melibatkan adanya fraktur servikal, sehingga diperlukan adanya tindakan immobilisasi servikal • Pemasangan Nasogasrtik tube dan intubasi nasotrakeal harus dihindari pada pasien ini karena dikhawatirkan akan masuk kedalam celah kranii yang mengalami fraktur dan dapat menyebabkan cairan serebrosfinal tersedot keluar. TATALAKSANA • Fraktur ini menandakan adanya trauma yang signifikan, sehingga memerlukan evaluasi secara menyeluruh. Intervensi di fokuskan pada menstabilkan jalan nafas, ventilasi adekuat dan manajemen sirkulasi. Fraktur biasanya juga melibatkan adanya fraktur servikal, sehingga diperlukan adanya tindakan immobilisasi servikal • Pemasangan Nasogasrtik tube dan intubasi nasotrakeal harus dihindari pada pasien ini karena dikhawatirkan akan masuk kedalam celah kranii yang mengalami fraktur dan dapat menyebabkan cairan serebrosfinal tersedot keluar. PENGKAJIAN TRAUMA KEPALA Cidera kepala ringan (GCS 13-15) Pasien umumnya sadar dan masih memiliki orientasi yang baik. Pasien mengalami gegar otak yang menyebabkan kehilangan fungsi neurologis sementara. Terjadi disorientasi, amnesia retrograde (pasien lupa tentang kejadian sebelumnya yang menyebabkan cidera) atau antergrade (kesulitan membentuk ingatan baru setelah terjadinya cidera) Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan penunjang sperti rongthen dan pengambilan darah dan urine untuk menilai level alcohol dan screening toksikologi PENGKAJIAN TRAUMA KEPALA Cidera kepala moderat (GCS 9-12)
Pasien dengan cidera kepala moderat dapat mengikuti perintah sederhana,
namun umumnya psien mengalami kebingungan atau samnolen dan dapat mengalami deficit neurologis fokal seperti hemiparesis.
Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan
penunjang sperti rongthen dan pengambilan darah dan urine untuk menilai level alcohol dan screening toksikologi dan CT scan PENGKAJIAN TRAUMA KEPALA Cidera kepala berat (GCS 3-8) Pasien dengan cidera kepala berat ditandai dengan ketidakmampuan pasien mengikuti perintah sederhana, bahkan setelah dilakukan stabilisasi kardiopulmonar. Lakukan pengkajian, CT Scan dan pengambilan darah untuk status koagulopati pasien. Segera konsulkan ke dokter bedah saraf dan transfer pasien ke fasilitas yang sesuai. TATALAKSANA Intervensi Cidera kepala Ringan (GCS 13- 15) Apabila pasien sadar penuh, dan tidak terdapat tanda-tanda neurologis yang abnormal, pasien dapat diobservasi di IGD beberapa jam dan apabila tetap normal maka pasien dapat dipulangkan dan minta untuk diobservasi oleh keluarga selama 24 jam dirumah menggunakan lembar observasi TATALAKSANA Intervensi cidera kepala moderat (GCS 9-12) Cidera kepala moderat dilakukan survey primer dan resusitasi, transfer pasien ke bagian bedah saraf untuk evaluasi dan manajemen selanjutnya, lakukan pemeriksaan nuerologis. Intervensi cidera kepala berat (GCS 3-8) Pasien dilakukan pengkajian primer dan resusitasi. Intubasi dan ventilasi bila jalan nafas bermasalah, Atasi hipotensi, hipovelemia dan hipoksia. Lakukan pengkajian neurologis. TRAUMA SPINAL PENGERTIAN • Trauma spinal adalah cedera pada sumsum tulang belakang (medula spinalis), dengan atau tanpa Kerusakan tulang belakang. Kerusakan medula spinalis dapat mengganggu fungsi pergerakan (motorik), perasaan (sensorik) dan fungsi organ dalam (otonom). • Trauma spinal dapat disebabkan oleh kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian, olahraga (terutama terjatuh dalam air dangkal), kecelakaan industri, luka tembak dll. Cedera ringan dapat menyebabkan kelumpuhan apabila tulang belakang sudah terkena penyakit. TANDA DAN GEJALA TRAUMA SPINAL MULTIPLE TRAUMA : Cedera jaringan lunak pada kepala, leher, bahu, punggung, perut, atau ekstremitas bawah merupakan indikasi kemungkinan cedera tulang belakang. Adanya mati rasa, kelemahan, atau kesemutan pada ekstremitas dapat mengindikasikan hilangnya integritas tulang belakang. TANDA DAN GEJALA TRAUMA SPINAL Inkontinensia adalah Ketidakmampuan untuk mengontrol buang air kecil juga dapat mengindikasikan cedera tulang belakang. Kerusakan di atas C3 akan menyebabkan apneu, di bawah C5 tetapi di atas Th 1 akan menyebabkan hanya diafragma yang bernafas (pernafasan abdominal). Kerusakan di atas C5 akan menyebabkan tetra - paresis, kerusakan di bawah Th1 tetapi di atas L2 akan menyebabkan para – paresis inferior (hanya ke-2 tungkai lumpuh). PEMERIKSAAN FISIK CIDERA SPINAL Motorik Kaji kesetaraan kekuatan ekstremitas dengan mengambil kedua tangan pasien dan meminta pasien untuk menggenggam dan meminta pasien untuk dengan lembut mendorong kakinya ke tangan penolong. Sensorik Kaji apakah pasien dapat merasakan penolong menyentuh jari tangan atau kaki PENATALAKSANAAN • Penatalaksanaan pasien selalu lakukan survey primer sebelum evakuasi pasien: Airway+C–Spine Control, Breathing, Circulation, Disabillity, dan Environment • Stabilisasi dan evakuasi dilakukan stabilisasi dengan menjaga kesegarisan tulang belakang, pasang kolar servikal, dan pasien di pasang di atas Long Spine Board VIDEO PERKENALAN Halo !!! Saya Zulmah Astuti Dosen Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur. Untuk pertemuan ini saya akan menjelaskan tentang Bagaimana tehnik pelepasan helm, pemasangan neck collar dan tindakan log roll Ns. ZULMAH ASTUTI.,M.Kep HELMET REMOVER