Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

CEDERA KEPALA

Oleh :
MAYA AYU ELFRIDA
6120018049

Pembimbing: dr. Ardian Medianto, Sp. An

ILMU ANESTESI DAN REANIMASI


Fakultas Kedokteran
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
2019
1
PENDAHULUAN

• Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalu lintas.

• Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkan para dokter
mempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan pertama pada penderita.

• Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang
cukup untuk perfusi otak dan menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder.

• Tindakan selanjutnya yang penting setelah primary survey

Ilmu Anastesi Dan Reanimasi I


3
DEFINISI

CEDERA KEPALA

Trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau
tidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi
neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang dapat bersifat
temporer ataupun permanen.

3
EPIDEMIOLOGI

USA

• Insidensi tahunan dari trauma kepala sekitar 600 hingga 900 orang per 100.000
populasi.
• Terdapat 200 hingga 500 orang dirawat di unit gawat darurat

• 150 hingga 250 orang dirawat di rumah sakit dengan Traumatic Brain Injury

• 20 hingga 30 orang meninggal ( 50% di rumah sakit dan 50% di luar rumah
sakit) per tahunnya.

4
EPIDEMIOLOGI

INDONESIA

• Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama setelah


stroke, tuberkulosis, dan hipertensi.

• Proporsi bagian tubuh yang terkena cedera akibat jatuh dan kecelakaan
lalu lintas salah satunya adalah kepala yaitu 6.036 (13,1%) dari 45.987
orang yang mengalami cedera jatuh dan 4.089 (19,6%) dari 20.289 orang
yang mengalami kecelakaan lalu lintas.

5
KLASIFIKASI
CEDERA KEPALA

Keparahan
Mekanisme Morfologi

Cedera tembus Fraktur Lesi intra


Cedera tumpul kranium kranium

Sedang

Ringan Berat

6
KLASIFIKASI

DERAJAT KEPARAHAN CEDERA KEPALA

Kehilangan kesadaran < 20 menit


Ringan Amnesia post traumatic < 24 jam
GCS = 13-15
Kehilangan kesadaran ≥ 20 menit dan ≤ 36 jam
Sedang Amnesia post traumatic ≥ 24 jam dan ≤ 7 hari
GCS = 9-12
Kehilangan kesadaran > 36 jam
Berat Amnesia post traumatic > 7 hari
GCS = 3-8

7
KLASIFIKASI

MORFOLOGI
FRAKTUR KRANIUM MORFOLOGI
LESI INTRAKRANIUM
1. Fraktur Kalvaria :
• Bisa berbentuk garis atau bintang 3. Lesi fokal :
• Depresi atau non depresi • Perdarahan epidural
• Terbuka atau tertutup • Perdarahan subdural
• Perdarahan intraserebral
2. Fraktur Basis Kranii : • Perdarahan subarachnoid
• Dengan atau tanpa kebocoran
cerebrospinal fluid (CSF) 4. Lesi difus :
• Dengan atau tanpa paresis N.VII • Komosio ringan
• Komosia klasik
• Cedera akson difus

8
KLASIFIKASI

Fraktur basis kranii fossa anterior


- Ecchymosis periorbita atau raccoon eyes/brill hematoma
atau biasa disebut perdarahan kacamata.
- Anosmia  cedera melibatkan N.olfaktorius (N.I)
- Rhinorea  rembesan cairan serebrospinalis atau darah
posterior
Fraktur basis kranii fossa media dan posterior
Ecchymosis pada mastoid atau battle sign.
- Otorrhea
- Herniasi  penekanan batang otak (fraktur basis kranii
fossa posterior.

9
FRAKTUR BASIS KRANII

10
EDH

Lusid interval  saat terjadinya trauma penderita nyeri


kepala, pusing dan pingsan sebentar lalu membaik tapi beberapa
jam kemudian

Sindom herniasi
- Kesadaran menurun
- Midriasis homolateral  penekanan N.III
- Hemiparese

Refleks cahaya direct/inderect (-)

Refleks patologis pada daerah kontra lateral

Nadi bradikardi  peninggian TIK


11
SDH

Perdarahan yang terjadi antara duramater dan


arakhnoidea.

Nyeri kepala yang makin lama makin hebat


Mual dan muntah
Mydriasis homolateral
Gangguan traktus pyramidalis
(hyperrefleksia, hemiparese, dan refleks
patologis

12
ICH

Perdarahan yang terjadi pada korteks


serebrum. Terbanyak terjadi di lobus
temporalis dan frontalis. Kadang-
kadang di lobus parietalis dan
serebellum.
Asal perdarahan biasanya arteri dan
bisa masuk ke ventrikel dan menekan
batang otak

13
PATOFISIOLOGI

14
TATALAKSANA

AIRWAY.
• Amankan jalan nafas dan kontrol servikal.

• Hati-hati terhadap fraktur servikal khususnya pada penderita


multitrauma  penurunan kesadaran dan jejas diatas klavikula

• Pertahankan tulang servikal segaris dengan badan. Pasang servikal


collar.

• Bersihkan jalan nafas dari sumbatan  benda asing, muntahan,


darah, gigi palsu yang lepas, patahan gigi dan lain-lain

• Pasien tidak sadar dan lidah jatuh kebelakang  pasang pipa


orofaring

• Penderita sadar dan berbicara  airway aman


15
TATALAKSANA
JAW THRUST
HEAD TILT CHIN LIFT

16
TATALAKSANA

BREATHING.

Ventilasi yang baik

Hitung frekuensi pernafasan

Evaluasi fungsi ventilasi (paru-paru, dinding dada dan difragma)


- Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada
Tentukan pernafasan spontan atau tidak
- Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan pada dinding dada
- Perkusi : Adakah suara hipersonor maupun redup
- Auskulasi : Adakah suara tambahan (Rhonkhii ?, wheezing ?)

17
INTUBASI ENDOTRAKEAL

Suatu teknik memasukkan suatu alat berupa pipa ke dalam saluran


pernafasan bagian atas.

TUJUAN
• Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas

• Mengendalikan oksigenasi dan ventilasi

• Mencegah terjadinya aspirasi lambung pada keadaan tidak sadar

• Sarana gas anestesi menuju langsung ke trakea

Ilmu Anastesi Dan Reanimasi I


13
INTUBASI ENDOTRAKEAL
INDIKASI
• Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat

• Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan


karbondioksida di arteri.

• GCS < 8

• Pernafasan irregular

• Frekuensi nafas < 10 atau > 40 kali permenit


• Volume tidal < 3,5 ml/kgBB

• Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai


bronchial toilet.

Ilmu Anastesi Dan Reanimasi I


13
INTUBASI ENDOTRAKEAL

Skala LEMON
Look externally
Evaluate 3-3-2 rule
Mallampati
Obstruction
Neck mobility
INTUBASI ENDOTRAKEAL
LOOK EXTERNALY

Ilmu Anastesi Dan Reanimasi I


13
INTUBASI ENDOTRAKEAL
EVALUATE 3-3-2

Ilmu Anastesi Dan Reanimasi I


13
INTUBASI ENDOTRAKEAL
MALLAMPATI

Ilmu Anastesi Dan Reanimasi I


13
INTUBASI ENDOTRAKEAL
OBSTRUKSI Airway

Gargling Snoring Crowing

Ilmu Anastesi Dan Reanimasi I


13
INTUBASI ENDOTRAKEAL
NECK MOBILITY

Ilmu Anastesi Dan Reanimasi I


13
PERALATAN
STATICS:
– Scope: Laryngoscope, Stethoscope
– Tube: siapkan 3 nomor ukuran
– Airway: Bagging, Face mask, OPT/NPT
– Tape: plester
– Introducer: Stylet, Magill forceps
– Connector: konektor Oksigen
– Suction: peralatan suction yang berfungsi baik.
umur (tahun)
Ukuran ETT  4 
4
umur (tahun)
Ukuran ETT  4 
4
SNIFFING POSITION
TEKNIK INTUBASI
TEKNIK INTUBASI
TEKNIK INTUBASI
CIRCULATION.
Hentikan perdarahan pada tempat lain (kasus
multitrauma) dengan bebat tekan dan
pasang balutan.

Ukur frekuensi denyut jantung dan tekanan


darah.

Pasang jalur intravena (bila memungkinkan)


35
DISABILITY.
- Hitung GCS skor untuk menilai beratnya
cedera
- Pemeriksaan neurologis :
# Refleks cahaya langsung dan tidak
langsung
# Bandingkan kedua pupil, isokor atau
anisokor
# Pemeriksaan adanya lateralisasi
36
TERIMAKASIH
Jazakumulloh Khoir

37

Anda mungkin juga menyukai