1. ANATOMI
SINUS
Terdapat sebelas sinus vena secara total. Straight sinus venosus sagital, superior, dan inferior ditemukan di falx
cerebri dura mater. Mereka bertemu pada pertemuan sinus (di atas protuberansia occipitalis interna). Straight sinus
merupakan kelanjutan dari vena serebral besar dan sinus sagital inferior.
Dari pertemuan tersebut, sinus transversal berlanjut ke sinus sigmoid dan kemudian berlanjut ke vena jugularis
internal.
Sinus kavernosus mengalirkan vena opthalmica dan dapat ditemukan di kedua sisi sella turcica. Dari sini, darah
kembali ke vena jugularis internal melalui sinus petrosal superior atau inferior.
VASKULARISASI
Vaskularisasi serebral
Vaskularisasi serebral dibagi 2 yaitu anterior dan posterior.
Sirkulasi serebral anterior
Sirkulasi serebral anterior adalah suplai darah ke bagian anterior otak. Ini dipasok oleh arteri berikut:
- Arteri karotis interna: Arteri besar ini adalah cabang kiri dan kanan arteri karotis komunis di leher yang memasuki
tengkorak. Cabang arteri karotis interna masuk ke arteri serebral anterior dan terus membentuk arteri serebral
tengah
Sirkulasi serebral posterior
Sirkulasi serebral posterior adalah suplai darah ke bagian posterior otak, termasuk lobus oksipital, serebelum dan
batang otak. Ini dipasok oleh arteri berikut:
- Arteri vertebra: Cabang arteri yang lebih kecil ini berasal dari arteri subklavia yang terutama memasok bahu, dada
dan lengan lateral. Di dalam tengkorak dua arteri vertebra menyatu menjadi arteri basilar.
Arteri Basilar: memperdarahi midbrain, serebelum, dan biasanya bercabang ke arteri serebral posterior
Arteri meningeal media merupakan cabang ketiga dari arteri maksila, salah satu dari dua cabang terminal arteri
karotis eksternal. Cabang anterior arteri meningeal media berjalan di bawah pterion. Hal ini rentan terhadap cedera
pada saat ini, dimana tengkoraknya tipis. Pecahnya arteri dapat menyebabkan hematoma epidural
2. BATAS TULANG KEPALA
Tulang Frontal
- Sutura koronaria : memisahkan tulang frontal dan parietal
-Sutura Sphenofrontal : memisahkan tulang frontal dan sphenoid
-sutura zygomaticofrontal : memisahkan tulang frontal dan zygoma
-sutura nasfrontal : memisahkan tulang frontal dan tulang nasal
-sutura frontomaxillary : memisahkan tulang frontal dan maksila
Tulang parietal
- sutura sagitalis : memisahkan tulang parietal kanan dan kiri
-sutura koronaria : memisahkan tulang parietal dengan tulang frontal
-sutura lambdoid : memisahkan tulang parietal dan oksipital
-sutura squamosa: memisahkan tulang parietal dan temporal
Tulang Temporal
- sutura occipitomastoid : memisahkan tulang temporal dengan prosesus mastoideus dan oksipital
-sutura squamosa : memisahkan tulang temporal dengan parietal
-sutura sphenosquamosa : memisahkan tulang temporal dengan sphenoid
-sutura zygomaticotemporal : memisahkan tulang temporal dengan prosesus zigomatikus
Tulang oksipital
- sutura lambdoid : memisahkan tulang oksipital dengan parietal
- sutura occipitomastoid : memisahkan tulang oksipital dengan prosesus mastoideus dari tulang temporal
3. FUNGSI OTAK
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari serebrum. Lobus ini berhubungan
dengan kemampuan kognitif, kemampuan gerak, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian,
kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan
dan rasa sakit.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan
informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang
memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
4. CEDERA KEPALA PRIMER
Adalah kerusakan otak yang timbul pada saat terjadinya cedera, sebagai akibat dan kekuatan mekanik yang
menyebabkan deformasi jaringan. Kerusakan ini dapat bersifat lokal maupun difus
- Kerusakan Fokal
Merupakan kerusakan yang melibatkan bagian-bagian tertentu dari otak, bergantung kepada mekanisme cedera
yang terjadi. Macam kerusakannya :
- Kontusio serebri : merupakan kerusakan jaringan otak tanpa disertai robeknya piamater. Kerusakan
tersebut dapat berupa gabungan antara perdarahan, nekrosis dan infark. Terutama melibatkan puncak-
puncak girus karena bagian ini akan bergesekan dengan penonjolan dan lekukan tulang pada saat terjadi
benturan
- laserasi, jika kerusakan tersebut disertai dengan robekan piamater. Laserasi biasanya berkaitan dengan
adanya perdarahan subarachnoid (SAH), subdural hematom akut (SDH), dan intrasereberal hematom
(ICH). Bisa bersifat langsung dan tidak langsung, langsung apabila terjadi luka tembus kepala yang
disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen fraktur. Sedangkan tidak langsung disebabkan oleh
deformasi jaringan yang hebat akibat dari kekuatan mekanis.
Perdarahan intrakranial, mencakup perdarahan ekstra dural dan intra dural.
-Perdarahan ekstradural, atau epidural hematom (EDH) merupakan penumpukan darah diantara duramater
dan tabula interna. Paling sering terjadi di daerah temporal dan frontal. Pada pemeriksaan ct scan, yang
khas adalah bentuk bikonveks atau lenticular. Sumber perdarahannya biasanya adalah arteri menigia
media, namun terkadang berasal dari vena atau diploe. Tanda klinis yang khas adalah lucid interval (1/3
dari jumlah kasus EDH)
-Perdarahan intra dural :
-Perdarahan subdural (SDH) adalah penumpukan darah di antara dura dan arachnoid. Terjadi akibat
laserasi arteri/vena kortikal dan atau robekan bridging vein.
-Perdarahan subarachnoid (SAH) merupakan perdarahan yang terletak diantara arachnoid dan
piamater, merupakan perdarahan yang paling sering terjadi.
-Perdarahan intraserebral (ICH) merupakan hematom yang terbentuk pada jaringan otak (parenkim).
-Perdarahan basal ganglia : perdarahan dapat terjadi pada nukleus kaudatus, putamen atau globus
pallidus. Perdarahan ini mempunyai prognosa yang buruk.
-Perdarahan intraventrikular (IVH): perdarhan yang terjadi pada sistem ventrikel akibat trauma.
Kerusakan difus :
Suatu keadaan patologis penderita koma tanpa gambaran SOL pada CT scan atau MRI. Terjadi akibat mekanisme
akselerasi dan deselerasi. Angulasi, rotasi dan peregangan yang timbul menyebabkan robekan serabut saraf pada
berbagai tempat, yang sifatnya difus.
CEDERA KEPALA SEKUNDER
Kerusakan otak yang timbul sebagai komplikasi dari kerusakan primer termasuk kerusakan dari hipoksia, iskemia,
pembengkakan otak, TTIK (Tekanan Tinggi IntraKranial), hidrosefalus dan infeksi.
Berdasarkan mekanismenya, dapat dibagi 2
a. kerusakan hipoksik-iskemik menyeluruh
Martin dkk, membaginya dalam 3 fase
1. hipoperfusi, terjadi pada hari 0, dapat turun hingga <18ml/100g/min pada 2-6 jam sesudah cedera
2. hiperemia, terjadi pada hari 1-3
3. vasospasme, terjadi pada hari 4-15
APLIKASINYA DI KLINIS
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, cedera kepala sekunder pada trauma bisa terjadi akibat:
-hipoksia
-iskemia
-hipotensi arterial sistemik
-obstruksi jalan nafas
-cedera thoraks
-spasme arteri
Hal ini akan berhubungan dengan apa yang ditemui ataupun penanganan pada saat primary survey penderita
datang ke IGD. Karena onset cedera kepala sekunder terjadi pada hari 0 terjadinya cedera pada 2-6 jam sesudah
cedera.
Masalah yang ditemui pada saat primary survey, meliputi adanya sumbatan jalan nafas pada saat evaluasi airway
sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas yang berlanjut terjadinya proses hipoksia. Terjadinya
gangguan pernafasan pada saat evaluasi breathing, diantaranya terjadi cedera thorax yang mengakibatkan
oksigenasi kurang adekuat atau terjadinya kontusio paru yang dapat mengakibatkan terjadinya gagal nafas, juga
dapat menyebabkan terjadinya hipoksia. Terjadi gangguan sirkulasi atau syok pada evaluasi circulation,
menyebabkan terjadinya hipotensi arterial sistemik, sehingga aliran darah ke otak berkurang dan memicu terjadinya
iskemia jaringan otak.
- Selanjutnya, tarik garis lurus antara kedua OML, sehingga terbentuk garis imajiner yang memotong kepala di setiap
slice ct scan. Kemudian garis tersebut dilacak pada slice ct scan yang sudah ditentukan, sehingga posisi lesi
terhadap garis imajiner. Dalam hal ini dapat ditentukan letak lesi adalah di anterior, dilewati atau posterior dari garis
antara kedua OML. Karena OML sendiri dianggap sejajar dengan sutura koronaria
- jarak lesi terhadap tulang kepala bisa diukur dengan penggaris, dan dikonversi kembali sesuai dengan skala pada
ct-scan.
Titik terlemah dari tulang kepala adalah pterion. Dimana arteri meningia media bagian anterior berjalan dibawahnya.
Apabila terjadi trauma pada sisi tersebut dapat menyebabkan rupturnya dari arteri meningia media dan
menyebabkan terjadinya EDH. Pterion sendiri terletak di fosa temporal, kira-kira 2,6 cm dibelakang dan 1,3 cm diatas
dari sutura frontozigomatikum. Pterion merupakan pertemuan dari 4 tulang : tulang parietal;tulang temporal; tulang
sphenoid dan tulang frontal. Pterion juga merupakan tempat pertemuan dari 3 sutura, yaitu : sutura sphenoparietal;
sutura koronaria dan sutura squamosa
.
5. DEFINISI DAN URAIAN
Trepanasi : Suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan
definitif menggunakan alat yang dinamakan trephine
Burr hole : suatu tindakan pembuatan lubang pada tulang kepala sebelum tindakan definitif kraniotomi/kraniektomi
dilakukan
Kraniotomi : suatu tindakan operasi dimana flap tulang dilepaskan sementara dari tulang kepala untuk mencapai otak
Kraniektomi : suatu tindakan bedah dengan menghancurkan sebagian dari tulang kepala untukmencapai otak
Kranioplasti : suatu tindakan repair secara bedah untuk memperbaiki defek/deformitas dari tulang kepala.
Indikasi
- Penurunan nilai GCS
- Salah satu pupil mengalami dilatas dan terfiksir
- adanya neurologic defisit pada salah satu sisi tubuh, biasanya kontralateral terhadap pupil yang mengalami dilatasi
- keadaan tertentu di mana tindakan harus segera dilakukan
1. penderita dengan keadaan neurologis stabil, tiba-tiba mengalami perbutukan sebagaimana disebutkan
diatas (tanda-tanda herniasi)
2. penderita selama transportasi mengalami perbuukan neurologis
Algoritma
Trauma Kepala
+
GCS Intubasi
<8 u
- Risiko
+ - Tanda+
tandahernia
tinggiu* u
si
+
u
- CT
Scan
7. Teknik Operasi
Pasien diposisikan supine dengan kepala dimiringkan sehingga lokasi yang akan dibuka terletak di atas,
dan di bawah bahu diletakkan gulungan kain untuk membantu perputaran kepala.
Kepala dicukur kemudian di lakukan tindakan desinfeksi dengan larutan antiseptik.
Pemilihan sisi yang akan di burr hole lebih dahulu. Mulailah burr hole pada sisi (sesuai prioritas)
- Ipsilateral dengan pupil yang mengalami dilatasi.
- jika kedua pupil dilatasi, maka burr hole pada sisi yang dilatasi lebih awal (anamnesa)
- Jika tidak bisa di anamnesa, maka burr hole pada sis dengan jejas yang lebih menonjol
- Jika tidak ditemukan petunjuk diatas, maka dilakukan pada sisi kiri untuk evaluasi dan
dekompresi sisi dominan
Insisi kulit yang dilakukan disesuaikan sdimikian rupa sehingga jika akan dilanjutkan dengan kraniotomi,
maka insisi kulit yang sudah ada dapat diteruskan, sehingga membentuk insisi yang sesuai untuk question
mark flap lakukan marking terlebih dahulu
Insisi dekat bagian atas arkus zygoma, kurang lebih 1 cm depan tragus, diteruskan ke arah superior dan
melengkung ke posterior tepat pada bagian atas pinna aurikula, kemudian insisi melengkung ke arah
superior 4-6 cm di belakang pinna aurikula. Kemudian insisi berjalan melengkung ke arah anterior sehingga
berada 1-2 cm di lateral dari garis tengah dan berakhir sebelum mencapai garis batas rambut.
Incisi kulit dilakukan secara tajam hingga tulang setelah infiltrasi dengan pehacain.
Perdarahan dari arteri superfisial temporalis dirawat dengan kauter atau ligasi, kemudian dipasang
retractor otomatis.
Dilakukan burr hole menggunakan bor atau drill hingga menembus tulang temporal dan tampak duramater.
Tulang diperlebar dengan menggunakan kerrison atau ronger, bila hasil positif EDH maka tulang burr hole
dilebarkan dan dilakukan dekompresi secukupnya. Penderita kemudian disiapkan untuk operasi craniotomy
definitif di kamar operasi, atau dirujuk ke RS dengan fasilitas bedah saraf.
Langkah-langkah penempatan burr hole sesuai dengan prioritas
Pertama pada fossa media, superior dari arkus zygoma.
Jika tidak ditemukan EDH, tapi duramater terlihat tegang dan kebiruan, bisa dilakukan intip dura,
pembukaan duramater kurang dari 1 cm
Jika hasil tetap negatif, lakukan pada sisi kontralateral dengan lokasi setara
Bila hasilnya negatif, burr hole ke dua dilakukan dilakukan di daerah frontal yaitu 2 cm di depan sutura
coronaria pada mid pupillary line, ke tiga di daerah parieto-oksipital yaitu 4-6 cm diatas pinna dan ke empat
di daerah fossa posterior.
Bila hasilnya tetap negatif, burr holes dilakukan pada bagian parietal dan terakhir di fossa posterior
Apabila dilakukan kraniotomi atau kraniektomi dilanjutkan dengan burr hole lainnya pada 4 tempat sesuai
dengan markering.
Buka tulang dengan gigli, duramater dibebaskan dari cranium dengan sonde. Masukkan penuntun gigli
pada lubang burr hole. Pasang gigli kemudian masukkan penuntun gigli sampai menembus lubang burr
hole di sebelahnya. Lakukan pemotongan dengan gergaji dan asisten memfixir kepala penderita. Patahkan
tulang kepala dengan flap keatas menjauhi otak dengan cara tulang dipegang dengan knabel tang dan
bagian bawah dilindungi dengan elevator kemudian miringkan posisi elevator pada saat mematahkan
tulang.
Setelah terdekompresi, fragmen tulang dapat disimpan di subgaleal atau di dinding abdomen. Lapangan
operasi ditutup lapis demi lapis
LUKA
Luka akibat benturan benda tumpul tepi tidak rata, ada jembatan jaringan
Proses penyembuhan luka :
1. Fase Inflamasi
Dimulai dari terjadinya luka hingga hari ke-2-3.Vasokontriksi untuk mencapai hemostasis ( efek
epinerin dan tromboksan ) thrombus + deposisi fibrin pelepasan sel inflamasi
2. Fase Proliferasi
Dimulai dari hari ke-3 sampai minggu ke-3
Masuknya fibroblast sintesis kolagen
3. Fase Remodelling
6 bulan- 1 tahun
Peningkatan produksi dan penyerapan kolagen
Luka dikatakan sembuh bila telah melewati fase remodeling dengan gejala :
- Gatal berkurang
- Warna kemerahan sudah tidak ada
- Lebih rata dan menipis
- Teraba lunak
LUKA BAKAR
Anamnesa
- Onset kejadian
- Tempat kejadian
- Mekanisme
- Pengobatan yang telah didapat
KOMPLIKASI LANJUT
- HYPERTROPIC/KONTRACTUR SCAR.
- KELOID & MALIGNANCY.
- MALNUTRISI.
- SEPSIS YANG BERKELANJUTAN.
- GG-AN KES. CAIRAN/ ELECTROLIT
SKIN GRAFT
adalah :
- Suatu tindakan penutupan luka sederhana dimana kulit dipindahkan
dari lokasi donor dan ditransfer ke lokasi resipien1
- Sebagian kulit dari macam2 ketebalan, yg ditransplantasikan ke tubuh,
guna menutupi suatu area yg terbuka dari lapisan cutaneusnya.
- Skin graft, seluruhnya terlepas dari supply darah donor site-nya.
- Skin graft take (healing) oleh proses plasmatic imbibition dan revascu-
laritation.
BERDASARKAN DONOR-NYA.
- Autograft (dari tubuh sendiri, tanpa factor immunogenetis).
- Isograft (dari twin yg identik).
- Homograft (dari individu lain, ada factor immunogenitis).
- Xenograft / Heterograft (dari mahluk lain, sangat potensial utk factor
immunogenitis).
RECIPIENT SITE
NO TAKE TAKE
Grafted Grafted
Ungrafted Ungrafted
NO GRANUATION GRANULATION
FTSG
SYARAT UTAMA SKIN GRAFTING
- Vascularisasi resipient yang baik.
- Kontak yang akurat dengan resipient.
- Immobilisasi yang baik.
KEBERHASILAN GRAFT
KEGAGLAN GRAFT
KEGAGALAN GRAFT
- Granulasi akibat inadequate pressure dressing / Marginal bleeding. -
Pertumbuhan granulasi dari pinggiran / raw surface
- Hematoma yg menghasilkan granulasi.
- Inadequate vascularitation bad.
- Necrotic collagen akibat perawatan yg salah.
- Infeksi dari lapisan gelatin yg berlebihan.
HUMBY KNIFE
ELECTRICAL DERMATOME
DONOR SITE
- BOKONG.
- PAHA (MED/LAT/POST).
- LENGAN BWH (FLEXOR).
Lengan atas :
- Bgn Ventral
: MESH GRAFT
SKIN FLAP
SKIN FLAP
Adalah Suatu massa jaringan yg terdiri dari kulit dan subcutan atau jar lainnya, yg
dipindahkan dari satu bgn tubuh / donor site ke bgn tubuh lainnya / recipient site, dgn
memperhatikan jaringan vasculer sbg pedikel yg masih berhubungan dgn donor site-nya.
SEJARAH FLAP
- Periode I (1590 -1950) : Flap Kulit Pola Random, TAGLIACOZZI
(1597), VON GRAFT (1818), DIEFFENBACH (1845), GERSUNGI (1887),
GILLIIES (1950).
- Periode II (1950 – 1970) : Flap Kulit Pola Aksial, Mc. GREGOR & JACKSON utk
Rekonstruksi Kepala (scalp)
- Periode III (1970 – 2000) : Flap Pola Aksial & Free Flap (Micro- Surgery dgn Musculo-
cutaneous, Fascio-cutaneous, Bone Flap).
SKIN FLAP :
- Skin Flap Vascularisasi terjamin.
- Skin Flap tak ada tendensi utk kontraktur / berubah warna.
- Daya proteksi Skin Flap lebih baik dari FTSG (Skin Flap lebih tahan
thp trauma)
- Kwalitas kulit Skin Flap jauh lebih baik dari FTSG.
- Nilai estetis dan fungsi Skin Flap lebih baik dari FTSG.
- Skin Flap teknisnya relativ lebih sederhana dgn banyak variasi.
- Skin Flap mobilisasi pasca operasi dapat segera.
- Donornya sangat terbatas.
KLASIFIKASI FLAP
- Vaskularisasi Flap. - Morfologi Flap.
- Random. - Axial. - Open. - Surfaced.
- Letak dari Flap - Tubed. - Structured.
- Local Flap. - Distant Flap. - Jlh Pedikel - Dgn Tis Expander.
- Komposisi Flap. - Surgical developement of the Flap.
- Homogen. - Heterogen. - Primary. – Delayed.
- Staged.
PLEXUS DERMAL
A. DIRECT CUTANEOUS
A. SEGMENTAL
ROTATIONAL FLAP
TRANSPOSITIONAL FLAP
INTERPOLATED FLAP
ABDOMINAL FLAP
CROSS LEG FLAP
Z PLASTY
MODYFIED Z PLASTY
MODYFIED Z PLASTY
Celah bibir dan langit-langit ( Cleft Lip and Palate / CLP ) adalah suatu kelainan/
cacat bawaan berupa celah pada bibir, gusi dan langit-langit. Kelainan ini terjadi
karena adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama
Adalah suatu bentuk kelainan bawaan sejak lahir dimana terjadi gangguan proses pertumbuhan
embryo-nal, sehingga tidak terjadinya fusi antara prosesus fronto-nasal pd bgn medial dan prosesus
maxilaris dari kedua sisi lateral kepala, dgn manifestasi klinis berupa celah pd bibir yg dpt sampai langit-
langit dgn segala kemungkin-annya, yang bisa komplit atau inkomplit, bisa unilateral atau bilateral dgn
distorsi jaringan sekitar hidung
Embriologi
- Pembentukannya dimulai pd mgg ke 4 kehamilan.
- Tergantung pd migrasi dari jaringan embryonal Ectomesenchymal dan fusi dari prosesus Nasalis
dari bgn medial dgn prosesus Maxillaris dari bgn lateralis dari kedua sisi kepala / wajah.
- Kemudian berkembanglah 2 pendapat yang lebih mempejelas embryology dari kesumbingan ini.
- Kekurangan nutrisi
- Obat-obatan
- Infeksi virus
- Radiasi
- Stress pada masa kehamilan
- Trauma
- Factor genetik
Timing Operasi
1. CELAH BIBIR (UNI/BILATERAL) : 3 bln.
Dasar : Massa bibir yang cukup tebal.
Tujuan : Kontrole pertumbuhan.
2. CELAH BIBIR yg sangat lebar : 1-2 mgg.
Dasar : Kontrol pertumbuhan premaxilla.
Tujuan : Adaptasi bibir
3. CELAH LANGITAN : Umur 1 – 2 thn.
Dasar : Pertumbuhan otot dan pusat bicara diotak
Tujuan : Fungsi Bicara.
4. CELAH PD GUSI (Gnatum) : 8 - 12 thn.
Dasar : Pertumbuhan tulang / gigi permanen.
Tujuan : Adaptasi gusi / alveolus.
Penanganan
Infeksi (ISPA/OMA).
Tuli Konduktiv.
Gangguan Bicara.
Gangguan Psikologis.
Gangguan Estetika.
Komplikasi
Perdarahan (biasanya waktu operasi yg terlalu dini).
Infeksi (perlu hygiene mulut serta tindakan asepsis / antisepsi yg baik saat
pembedahan).
Sulit menyebutkan : “m”, “n”, “ng”, krn perlu tekanan intraoral yg cukup.
Sulit mengartikulasi bunyi konsonan yg explosiv, seperti : “k”, “g”, juga “p”, “t”,
“d”.