Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 1

Arifah Thalita Arum Melania Felayati


Arini Hikmah Ramdhaniyah
Eka Putri S Riska Ajizah
Ela Ipaliyani Syafira Fauziah
Fathin Puti Aulinda Syifa Amalia Qur’ani
Hilda Vidya Resiana Ulmi Kalsum
Ilfika Aminiy

CIDERA KEPALA
Anatomi Fisiologi

 Kulit kepala
Terdiri dari 5 lapisan disebut SCALP yaitu: Skin/ kulit, connective tissue/ jaringan
penyambung, Aponeurosis /galea aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan
penunjang longgar dan pericranium.

 Tulang tengkorak
Terdiri dari kubah/ atap tengkorak (kalvaria) dan basis kranii (dasar tengkorak) tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal, dan oksipital.
Isi tengkorak

1. Durameter
 Terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal.
 Durameter merupakan selaput keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada
permukaan dalam dari kranium. Maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang
terletak antara durameter dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural.
Ruang subdural memisahkan durameter dan arackhnoid pada regio kranial dan medula
spinalis.
 Ruang epidural adalah ruang antara durameter dan tulang tengkorak.
Isi tengkorak

1. Aracnoid
 Lapisan yang tipis, tembus pandang dan mengandung sedikit pembuluh darah.
 Selaput arakhnoid terletak antara piameter sebelah dalam dan durameter sebelah luar
yang meliputi otak selaput ini dipisahkan dari durameter oleh ruang potensial,
disebut spatium subdural dan dari piameter oleh spatium subarakhnoid yang terisi
oleh liquor serebrospinalis.
 Pendarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat cidera kepala.
Isi tengkorak

1. Piamater
 Melekat erat pada permukaan korteks serebri.
 Piameter adalah membrana vaskular yang dengan erat membungkus saraf otak dan
menyatu dengan epineuriumnya.
 Lapisan lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah untuk mensuplai jaringan saraf.
Pendarahan dalam rongga tengkorak, mungkin dapat berupa pendarahan epidural (antara
dura meter dengan tengkorak) atau subdural (dibawah durameter). Pendarahan juga dapat
terjadi didalam jaringan otak sendiri (intraserebral).
Definisi Cidera Kepala

Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh


kekuatan eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan
perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan
emosional.
Klasifikasi

1. Berdasarkan kerusakan jaringan otak


 Komosio serebri(gegar otak) gangguan fungsi neurologik ringan tanpa adanya kerusakan
struktur otak, terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa di sertai
amnesia, retrograd, mual muntah dan nyeri kepala.
 Kontusio serebri (memar) gangguan fungsi neurologik disertai kerusakan jaringan otak
tetapi kontinuitas otak masih utuh, hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit.
 Laserasio serebri gangguan fungsi neurologik disertai kerusakan otak yang berat dengan
fraktur tengkorak terbuka. Maza otak terkelupas ke luar rongga intrakranial.
2. Berdasarkan berat ringan cidera kepala

 Cidera Kepala ringan jika GCS antara 15-13, dapat terjadi kehilangan
kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak,kontusio atau
hematom.
 Cidera Kepala sedang jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit
sampai dengan 24 jam, dapat disertai fraktur tengkorak atau disorientasi
ringan.
 Cidera Kepala berat jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam
biasanya di sertai kontusio, laserasi atau adanya hematom,edema cidera
kepala.
Etiologi

Menurut Kowalak (2011), Etologi cidera kepala dapat meliputi:


Kecelakaan kendaraan atau transportasi.
Kecelakaan terjatuh.
Kecelakaan yang berkaitan dengan olahraga.
Kejahatan dan tindak kekerasan.
Faktor predisposisi

Rosjidi (2007) penyebab cedera kepala antara lain:


• Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil
• Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
• Cedera akibat kekerasan.
• Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat merobek otak
• Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat sifatnya Benda
tajam, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat
• Merobek otak, misalnya tertembak peluru atau benda tajam
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
1. Komosio serebri/gegar otak
 Kehilangan kesadaran dalam waktu singkat, yang terjadi sekunder karena gangguan pada sistem aktivasi
retikuler (reticular activating system, RAS) keadaan ini mungkin disebabkan oleh perubahan tekanan
mendadak di daerah yang mengatur kesadaran, perubahan pada polaritas neuron, iskemia, atau distorsi
struktural pada neuron.
 Muntah akibat cedera dan kompresi setempat.
 Amnesia anterograd dan retrograd (pasien tidak ingat kejadian sesudah peristiwa
 tersebut) yang memiliki korelasi dengan intensitas cedera; semua ini berkaitan
 kecelakaan atau cedera atau kejadian yang menimbulkan kecelakaan atau cedera dengan
 gangguan pada sistem aktivasi retikuler.
 Iritabilitas atau letargi akibat cedera dan kompresi setempat.
 Perilaku berubah akibat cedera setempat
 Keluhan pening, mual, atau sakit kepala hebat akibat cedera dan kompresi setempat
2. Kontusio Serebri (Memar jaringan otak)
 Luka yang berat pada kulit kepala akibat cedera langsung kenaikan tekanan
intrakranial akibat memar jaringan otak
 Pernapasan tampak berat dan kehilangan kesadaran yang terjadi sekunder karena
 Gejala mengantuk, bingung (konfusi), disorientasi, pasien berontak/menyerang
(agitasi) atau mengamuk, yang semua terjadi karena kenaikan tekanan intrakranial
akibat trauma kepala.
 Hemiparesis yang berkaitan dengan gangguan aliran darah ke tempat cedera.
 Postur tubuh dekortikasi atau deserebrasi akibat kerusakan korteks serebri atau
disfungsi hemisfer
 Reaksi pupil yang tidak sama (anisokor) akibat lesi pada batang otak.
3. Hematoma epidural
 Serupa dengan hematoma epidural meskipun perjalanannya memiliki awitan yang secara signifikan
lebih lambat karena perdarahannya berasal dari pembuluh vena.

4. Hematoma subdural
 Serupa dengan hematoma epidural meskipun perjalanannya memiliki awitan yang secara signifikan
lebih lambat karena perdarahannya berasal dari pembuluh vena.

5. Hematoma Intraserebral
 Keadaan tidak bereaksi yang segera terjadi atau interval lusidum sebelum pasien tidak sadarkan diri
(koma) sebagai akibat kenaikan tekanan intrakranial dan efek massa yang ditimbulkan oleh
perdarahan.
 Kemungkinan defisit motorik dan respons dekortikasi atau deserebrasi akibat kompresi pada traktus
kortikospinalis serta batang otak.
6. Fraktur Tengkorak

 Kemungkinan asimptomatik, yang bergantung pada trauma otak yang ada di balik tulang tengkorak.
 Diskontinuitas dan pergeseran struktur tulang pada fraktur yang berat.
 Disfungsi sensorik-motorik dan nervus kranialis bila fraktur tengkorak disertai frakturtulang wajah (fraktur
fasialis)
 Penderita fraktur fosa anterior basis kranii dapat mengalami ekimosis periorbital
 (raccon eyes), anosmia (gangguan penciuman akibat lesi pada nervus kranialis pertama) dan kelainan pupil (bila
lesi mengenai nervus kranialis ke dua dan ke tiga).
 Rinore cairan serebrospinal (perembesan/kebocoran cairan serebrospinal lewat hidung, otore cairan
serebrospinal (kebocoran lewat telinga), hemotimpanium (penumpukan darah pada membran timpani), ekimosis
di daerah os mastoideus (Battle) dan paralisis fasialis (cedera nervus kranialis ketujuh), yang semua ini dapat
menyertai fraktur fosa media basis krani.
 Tanda-tanda disfungsi medula oblongata, seperti kegagalan kardiovaskuler dan respirasi, akan menyertai fraktur
fosa posterior basis kranii.
Komplikasi

 Defisit neurologi fokal


 Kejang
 Pneumonia
 Perdarahan gasstrointestinal
 Distrimia jantung
 Syndrom of inappropriate secretion of antidiuretic hormone (SIADH)
 Hidrosepalus
 Kerusakan kontrol respirasi
 Inkontinensia bladder dan bowel
Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus, tetapi untuk memonitoring kadarO2 dan CO2 dalam
tubuh di lakukan pemeriksaan AGD adalah salah satu test diagnostic untuk menentukan status
respirasi.
 CT-scan : Mengidentifikasi adanya hemoragik dan menentukan pergeseran jaringan otak.
 Foto Rontgen : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur) perubahanstruktur garis
(perdarahan/edema), fragmen tulang.
 MRI : Sama dengan CT-scan dengan/ tanpa kontras.
 Angiografi serebral : Menunjukan kelainan sirkulasi serebral, perdarahan.
 Pemeriksaan pungsi lumbal: Mengetahui kemungkinan perdarahan
Penanganan Bedah

Evakuasi hematoma atau kraniotomi untuk mengangkat atau mengambil fragmen fraktur
yang terdorong masuk kedalam otak dan untuk mengambil benda asing dan jaringan
nekrotik sehingga risiko infeksi dan kerusakan otak lebih lanjut akibat fraktur dapat
dikurangi.
Penanganan Suportif

 Observasi ketat untuk mendeteksi perubahan pada status neurologi yang menunjukkan kerusakan lebih
lanjut atau hematoma yang meluas
 Bersihkan dan lakukan debridemen setiap luka yang menyertai fraktur kranium
 Pemberian obat-obatan diuretik, seperti manitol unutk mengurangi edema serebri
 Pemberian obat-obatan analgetik, seperti asetaminofen dan kodein (pada sakit kepala hebat), untuk
meredakan sakit kepala
 Pemberian antikonvulsan, misal fenitoin, untuk mencegah dan mengatasi serangan kejang
 Dukungan respirasi, termasuk ventilasi mekanis dan intubasi endotrakea jika diperlukan untuk mengatasi
gagal napas yang timbul karena batang otak ikut terkena
 Terapi profilaksi antibiuotik untuk mencegah meningitis akibat kebocoran cairan serebrospinal yang
menyertai fraktur kranium
Pencegahan

 Menggunakan alat pengaman saat melakukan olahraga-olahraga, seperti sepakbola,


bersepeda, menyelam, tinju, dan sebagainya.
 Selalu menggunakan alat pelindung diri, seperti helm atau pelindung kepala, saat
bekerja.
 Memasang pegangan besi di kamar mandi dan samping tangga untuk mengurangi risiko
terpeleset.
 Memastikan lantai selalu kering dan tidak licin.
 Memasang penerangan yang baik di seluruh rumah.
 Memeriksa kondisi mata secara rutin.
 Berolahraga secara teratur untuk mereggangkan otot.
Kesimpulan

Cedera kepala adalah cedera pada otak, yang menimbulkan perubahan fisik, intelektual,
emosi, sosial, ataupun vokasional (pekerjaan) yang menimbulkan perdarahan. Penyebab
dari trauma kepala yaitu Kecelakaan kendaraan atau transportasi, Kecelakaan terjatuh,
Kecelakaan yang berkaitan dengan olahraga, dan Kejahatan dan tindak kekerasan.
Manifestasi klinis dari trauma kepala yang umum yaitu terjadi penurunan kesadaran,
nyeri hebat, dan adanya lesi. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya Meningkatnya
tekanan intrakraial (TIK), Perdarahan, Kejang, Infeksi (trauma terbuka).

Anda mungkin juga menyukai