Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN CHRONIC RENAL


KELOMPOK 2

1. EVA WULANDARI 1. ATENG ASMUDIN


2. ANNISA 2. FRESY ROSIKA P
3. RIO ADI ISMANTO 3. SUDIYONO
4. HELDAWATI 4. RETNO ADE SAPUTRA
5. BIMA ADITIA PRATAMA 5. MIKDA AZALI
6. SITI NURBAITI 6. MUHAMMAD ARIFUDIN
7. DEVI MARDIANA SARI 7. SETIAWAN PRIADI
8. ZULHIDASARI 8. AGUNG HERMAWAN
9. MUHAMMAD PRATAMA 9. BUDI SANTOSO
10. EKA KARTIKASARI 10. RITNO SETYA NINGRUM
11. RIZKI MARTA DIANA 11. SUHANDOKO
AMASDA
12. OKTA ZULFIKRI
DEFINISI

 CKD atau gagal ginjal kronis merupakan gangguan


fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalamdarah). Menurut Smeltzer dan Bare
(2015)
KLASIFIKASI
 Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
 Stadium 3 (gagal ginjal stadium akhir / uremia)

 Stadium 2 (insufisiensi ginjal)


ETIOLOGI

 Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks


nefropati.
 Penyakit peradangan glomerulonefritis

 Penyakit vaskuler hipertensif seperti nefrosklerosis benigna,


nefroklerosis maligna, dan stenosis arteri renalis.
 Gangguan jaringan ikat seperti lupus eritematosus sistemik,
poliarterites nodosa, dan sklerosis sistemik progresif.
 Penyakit kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik,
dan asidosis tubulus ginjal.
 Gangguan metabolik yang dapat mengakibatkan CKD antara lain
diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
 Netropati toksik akibat penyalahgunaan analgesik dan nefropati
timah.
 Nefropati obstruksi Traktus urinarius bagian atas:
MANIFESTASI KLINIKS

 Kardiovakuler
 Integumen

 Pulmoner

 Gastrointerstinal

 Neurologi

 Muskuloskeletal

 Reproduktif
KOMPLIKASI

 Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik,


katabolisme dan masukan diet berlebihan.
 Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat
retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak
adekuat.
 Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi
sistem rennin-angiostensin-aldosteron
 Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang
usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat
iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama hemodialisis.
 Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi
fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme
vitamin D abnormal dan peningkatan kadar alumunium.
PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER
DAN TERSIER
 Pencegahan primer
 berupa intervensi sebelum efek kesehatan terjadi untuk
mencegah timbulnya penyakit ginjal sebelum proses
penyakit ginjal dimulai. Pencegahan primer harus
menitikberatkan pada perubahan faktor risiko dan
mengatasi kerusakan struktural ginjal serta saluran kemih,
dan juga pencegahan terhadap paparan faktor lingkungan
dan nefrotoksin. Dengan cara meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan individu tentang faktor risiko yang paling
penting dan langkah–langkah pencegahan untuk penyakit
ginjal merupakan factor penting dalam pencegahan primer
penyakit ginjal kronis
  
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder berupa diagnosis dini gangguan ginjal yang dapat
dilakukan dengan pemeriksaan urin dan darah untuk mengetahui fungsi
ginjal. Dengan demikian pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin.Pada
orang yang telah mengalami penyakit ginjal, dilakukan pencegahan
sekunder berupa kontrol tekanan darah, kontrol gula darah dan menghindari
diet tinggi protein dan tinggi garam. Pencegahan sekunder ini hendaknya
menjadi tujuan utama dalam melakukan edukasi dan intervensi klinis.
Beberapa tindakan pencegahan yang direkomendasikan untuk menunda
kebutuhan dialisis maupun transplantasi ginjal pada pasien Chronic Renal
stadium menengah dan stadium lanjut adalah melalui penatalaksanaan
komorbid, seperti uremia dan penyakit jantung, serta diet rendah protein.

Pencegahan tersier
Pencegahan tersier merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya kompliksi yang lebih berat yang menjadikan
komplikasi menjadi lebih berat, kecatatan dan kematian, diantaranya cuci
darah/Hemodialisis dan transplantasi ginjal
PENATALAKSANAAN PASCA
DIAGNOSTIK

 Tindakan konservatif merupakan tindakan yang


bertujuan untuk meredakan atau memperlambat
gangguan fungsi ginjal progresif.
 Pencegahan dan pengobatan komplikasi

 Dialisis dan transplatansi


INTEGRASI HASIL PENELITIAN TENTANG
TATALAKSANA GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
 Kateterisasi Urin
Kateterisasi urin adalah pemasukan selang yang terbuat dari plastik
atau karet melalui uretha menuju ke kandung kemih (vesica
urinaria).

 Bladder training
Bladder training merupakan prosedur yang dilakukan untuk
mengembalikan kontrol terhadap keinginan berkemih. Secara
umum, bladder training dilakukan sejak sebelum kateter hingga
setelah kateter dilepas.
 
 Kegel Exercise
Latihan kegel atau latihan otot panggul adalah latihan yang
bertujuan untuk menguatkan otot perianal (pubococcygeus)
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT PADA GANGGUAN
SISTEM PERKEMIHAN

Peran
 Advokasi
 Edukator Fungsi
 Pemberi Asuhan
• Fungsi Independen
Keperawatan
 Kolaborator • Fungsi Interdependen
 Konsultan • Fungsi Dependen
 Pembaharu
 Rehabilitator
 Komunikator
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian C. pemeriksaan fisik
a. Pengumpulan Data Awal  Keluhan umum dan tanda-tanda vital
 Riwayat Kesehatan  Pemeriksaan Fisik
 Riwayat Kesehatan Sekarang  Pengukuran antropometri
 Riwayat Kesehatan Keluarga  Kepala
 Riwayat Kesehatan Dahulu  Leher
 Dada dan toraks
b Pola-Pola Aktivitas Sehari-Hari  Abdomen
 Pola Aktivitas / Istirahat  Genital
 Pola Nutrisi dan Metabolisme  Ekstremitas
 Pola Eliminasi  Kulit
 Persepsi diri dan konsep diri

 Pola reproduksi dan seksual


D. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium

 Pemeriksaan radiologis
DIAGNOSA KEPERAWATN
 Kelebihan volume cairan dd edema anasarka dan atau
edema perifer
 Gangguan perukaran gas dd pola nafas abnormal

 Resiko ketidak seimbangan nutrisi dd ketidakmampuan


mencerna makanan
 Resiko intolerasi aktivtas dd gangguan pernafasan
INTERVENSI KEPERAWATAN
 Kelebihan volume cairan dd edema anasarka dan atau edema perifer

 Observasi
 Periksa tanda dan gejala hipervolemia (disnea, edema, JVC/CVP meningkat, suara nafas tambahan)

 Inentifkasi penyebab

 Monitor status hemodinamik

 Monitor input dan output

 Monit tanda hemokonsentrasi ( kadar natrium, BUN, hamatokrit, berat jenis urine)

 Monitor tanda pengingkatan tekanan onkotik plasma (kadara protein, dan albumin meninggkat)

 Monitor kecepatan infus secara ketat

 Monitor efek samping deuretik (hipotensi ortortostatik, hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)

 Teraupetik

 Timang berat badan setiap hari

 Batasi asupan cairan dan garam

 Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 0

 Edukasi

 Anjurkan melapor jika haluaran urine <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam

 Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam 1 hari

 Anjurkan cara mengukur dan mencatat asupan harian

 Anjurkan cara membatasi cairan

 Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian deuretik

 Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat deuretik

 Kolaborasi pemberian CRRT (continuous renal replecement therapy) jika perlu


GANGGUAN PERUKARAN GAS DD POLA NAFAS
ABNORMAL


 Dukunagn ventilasi
 Edukasi berneti merokok

 Dukungan baerhenti merokok


 Edukais pengukuran respirasi
 Edukais fiosterapi dada

 Fisioterapi dada

 Insersi jalan nafas buatan

 Konsul via telfon

 Manajemn jalan nafas

 Manajemen jalan nafas buatan

 Pencegahan aspirasi

 Pemberian obat-obatan

 Pengaturan posisi

  
 Resiko ketidak seimbangan nutrisi dd ketidakmampuan mencerna makanan

 Edukasi nutrisi
 Edukasi diet

 Konseling nutrsi

 Indentifikasi resiko

 Pemantuan nutrisi

 Pemantuan ttv

 Pemberian makanan

  

 Resiko intoleransi aktivitas dd gangguan pernafasan

 Dukugan perawatan diri

 Edukasi untuk aktivitas/tidur

 Latihan pernafasan

 Manajemen nutrisi

 Pemantuan respirasi

 Penganturan posisi
EVALUASI
 Hipervolemia Gangguan pertukaran gas
Luaran utama  Luaran utama
 Keseimbangan cairan  Pertukaran gas
Luaran tambahan  Luaran tambahan
 Keseimbangan asam basa  Keseimbangan asam basa
 Keseimbangan elektrolit  Perfusiparu
 Status cairan  Tingkat delarium
 Tingkat kepatuhan  Konservasi energi
 Manajemen kesehtan  Respon ventilais mekanik
 Perfusi renal  Konservasi energi
 Curah jantung
Resiko defisit nutrisi
 Luaran utama
 Status nutrisi
 Luaran tambahan Resiko intolerasi aktivitas
 Berat badan  Luaran utama
 Eliminasi fekal  Toleransi aktivitas
 Fungsi gastroistestinal  Luaran tambahan
 Nafsu makan  Tingakat keletihan
 Prilaku meningktakan berat  Curah jantung
badan  Konservasi energi
 Status menelan
 Tingkat depresi
TERIMAKASIH...........

Anda mungkin juga menyukai