ll
GAGAL GINJAL KRONIK & DIALISIS
digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka
pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) / pasien dengan penyakit ginjal
stadium akhir / End Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka
panjang atau permanen (Suharyanto dan Madjid, 2009)
Asuhan keperawatan klien
dengan
- GGK -
1. Pengkajian
Data lengkap pasien
Riwayat Kesehatan :
keluhan keluhan yang
dialami pasien
Pemeriksaan fisik
TTV dan Head to toe
Aktivitas :
- Istirahat
- nyeri dan kenyamanan,
- eliminasi, - pola nafas,
- pola makan dan cairan, - seksualitas,
- integritas ego, - interaksi sosial
- Pemeriksaan diagnostic -
Pemeriksaan umum :
pemeriksaan urin dan darah lengkap
Pemeriksaan khusus
Pielografia intra-vena
( Foto polos (PIV) untuk menilai
abdomen ) EKG (Elektrokardiografi) Pielografia
USG (Ultrasonografi) pelviokalises dan
retrograde
Pemeriksaaan foto dada
ureter persiapan
untuk menilai dilakukan bila
pasien sebelum
bentuk dan besar dicurigai ada
menjalani
ginjal dan apakah obstruksi yang
pielografia intra
ada batu/obstruksi reversibel.
vena (PIV)
untuk melihat untuk melihat besar dan bentuk ginjal, tebal korteks dapat terlihat tanda-
kemungkinan ginjal, Anatomi sistem pelviokelises, ureter untuk tanda bendungan paru
hipertrofi mencari adanya faktor yang irreversible seperti akibat kelebihan air
ventrikel kiri, obstruksi, oleh karena batu atau massa tumor, juga (fluid overload), efusi
tanda-tanda untuk menilai apakah proses berjalan lancar. pleura, kardiomegali
perikarditis, Pemeriksan USG merupakan teknik noninvasive dan dan efusi
aritmia, dan tidak memerlukan persiapan khusus kecuali pericardialPemeriksaa
gangguan menjelaskan prosedur serta tujuan kepada pasien. n radiologi (Suyono,
elektrolit. (Dongoes, Maryllin. 1999) slamet 2001).
o Diagnosa
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine,
diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
Resiko tinggi terhadap penururnan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik.
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam
kulit.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,
rencana tindakan dan prognosis
intervensi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan pengeluaran urine, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium.
- Kaji status cairan : Timbang BB/H, distensi vena jugularis, balance cairan, vital signBatasi intake cairan mengenai
pembatasan cairan pada pasien&keluargaTingkatkan oral higine
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
- Kaji pola diet : riwayat diet, makan kesukaan, hitung kalori
- Kaji faktor yg mempengaruhi masukan nutrisi : anoreksia, mual muntah, depresi, stomatitis,
makanan yg tidak menyenangkan, pengetahuan manfaat makan
PENGKAJIAN
melakukan pengkajian antara lain :
1. Pola berkemih Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program
yang sering memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
2. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab Bila terdapat ISK atau penyakit yang
lainnya maka harus diobati dalam waktu yang sama.
procedure
1. Tentukan pola berkemih pasien dan dorong pasien untuk berkemih pada saat itu. Ciptakan jadwal berkemih
regular dan bantu pasien untuk mempertahankannya, baik pasien merasakan keinginan untuk berkemih ataupun
tidak. ( contoh : sesaat setelah bangun, tiap 1 hingga 2 jam selama siang hari, sebelum tidur, setiap 4 jam pada
malam hari). Rangkaian peregangan-relaksasi dalam jadwal tersebut dapat meningkatkan tonus otot dan kontrol
volunter. Instruksikan pasien untuk mempraktikkan nafas dalam hingga rasa keinginan berkemih berkurang atau
hilang.
2. Ketika pasien sudah mampu merasakan dapat mengontrol berkemih, jangka waktu bisa diperpanjang tanpa
adanya inkontinensia.
3. Atur asupan cairan, terutama pada siang hari, untuk membantu mengurangi kebutuhan berkemih pada malam
hari.
4. Dorong pasien untuk minum Antara pukul 06.00 – 18.00.
5. Hindari konsumsi berlebihan dari jus sitrus, minuman berkabonasi (khususnya minuman dengan pemanis
buatan), alkohol dan minuman yang mengandung kafein, karena dapat mengiritasi bladder, meningkatkan resiko
inkontinensia.
• procedure
6. Bila pasien mendapatkan terapi diuretik, jadwalkan pemberian pada pagi hari.
7. Jelaskan pada pasien untuk minum air secara adekuat, hal ini dibutuhkan untuk memastikan produksi urin
adekuat yang dapat menstimulasi refleks berkemih.
8. Gunakan pengalas untuk mempertahankan tempat tidur dan linen tetap kering. Hindari penggunaan diaper,
menghindari persepsi boleh mengompol.
9. Bantu pasien dengan program latihan untuk meningkatkan tonus otot dan program latihan otot pelvis yang
bertujuan untuk menguatkan otot dasar panggul.
10. Berikan reward positif untuk mendorong kemampuan berkemih. Puji pasien bila dapat melakukan berkemih di
toilet dan mempertahankan untuk tidak mengompol.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Audrey, et all. 2008. Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing Concepts, Process, dan Practice – 8th ed. New Jersey :
Pearson Education.
Smith, Sandra Fuchi. 2008. Clinical Nursing Skills : Basic to advanced skills – 7th ed. New Jersey : Pearson Education.
Dalam e-book Purwanto, hadi. 2006 “ Modul praktikum keperawatan medical bedah II ” Jakarta selatan : bppsdmk. Kemkes
Situs : ppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Praktikum-KMB-2-Komprehensif.pdf
Perawatan kateter
Perawatan kateter
Definisi :
Perawatan kateter adalah suatu Tindakan keperawatan dalam memelihara dengan
antiseptic unutk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta
mempertahankan kepatenan posisi kateter.
Tujuan
1) Menjaga kebersihan saluran kencing
2) Mempertahankan kepatnan (fiksasi) kateter
3) Mecegah terjadimya infeksi
4) Mengendalikan infeksi
Persiapan bahan
- Sarung tangan steril - Kapas steril - Gunting
- Pengalas - Antiseptic (bethadin) - Alkohol
- Bengkok - Aquadest/air hangat - Pinset
- Lidi waten steril/ cotunbud - Korentang - Kantung sampah/
- Plester neirbeken
• procedure
1) Siapkan alat dan bahan
2) Beritahu pasien maksud dan tujuan Tindakan
3) Dekatkan alat dan bahan yang sudah di siapkan
4) Pasang tirai atau tutup skerm
5) Atur posisi klien
6) Cuci tangan
7) Oleskan alcohol pada plaster unutk memudahkan terbukanya plester di bantu dengan menggunakan pinset
8) Buka balutan pada kateter
9) Pakai sarung tangan steril
10) Perhatikan kebersihan dan tanda-tanda infeksi dari ujung penis serta kateter
11) Oles ujung uretra dan kateter memakai kapas steril yang telah di basahi dengan aquadest/air hangat dengan arah
menjauhi uretra.
12) Oleskan ujung uretra dan kateter memakai lidi waten steril yang di beri bethadin dengan arah menjauhi uretra
13) Balut ujung penis dan kateter dengan kasa steril kemudian plester
14) Posisikan kateter kea rah perut dan plester
15) Rapihkan klien dan berikan posisi yang nyaman bagi klien
16) Kembalikan alat ke tempatnya
17) Cuci tangan
18) Dokumentasikan Tindakan
DIALISIS
HEMODIALISIS
Definisi :
Pengertian
Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa
metabolisme melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan
dialisat melewati membran semi permeabel secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi
Tujuan
Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati
dengan terapi konservatif
Kebijakan
Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat
mempertahankan fungsi ginjalnya secara optimal
procedure
A. PERSIAPAN SEBELUM HEMODIALISA
1. Persiapan pasien
a. Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD (instruksi dokter)
b. Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak bisa dihubungi, surat permintaan
tindakan hemodialisa diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi oleh dokter penanggung
jawab HD.
c. Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat traveling dari RS asal.
d. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
f. Keadaan umum pasien
g. Keadaan psikososial
h. Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)
i. Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV, HIV, CT, BT
j. Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD
procedure
B. PERSIAPAN MESIN C. PERSIAPAN ALAT
a. Dialyzer j. Duk
a. Listrik
b. Transfusi set k. Sarung tangan
b. Air yang sudah diubah dengan cara:
c. Normal saline 0.9% l. Mangkok kecil
Filtrasi
d. AV blood line m. Desinfektan (alkohol/betadin)
Softening
e. AV fistula n. Klem
Deionisasi
f. Spuit o. Matkan
Reverse osmosis
g. Heparin p. Timbangan
c. Sistem sirkulasi dialisat
h. Lidocain q. Tensimeter
Sistem proporsioning
i. Kassa steril r. Termometer
Acetate / bicarbonate
s. Plastik
d. Sirkulasi darah
t. Perlak kecil
Dializer / hollow fiber
Priming
procedure
D. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
Setting dan priming
1) Mesin dihidupkan
2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang infus / transfusi
set dan NaCl (perhatikan sterilitasnya)
3) Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan selang arteri, selang darah arteri dengan
dialyzer, dialyzer dengan selang darah venous
4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump dengan menekan tombol tanda V atau Λ
(pompa akan otomatis berputar sesuai arah jarum jam)
5) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah arteri, tampung cairan ke dalam gelas ukur
6) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem
Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah (inlet) di bawah
1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk menentukan angka yang diinginkan
(dalam posisi priming sebaiknya kecepatan aliran darah 100 rpm)
2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline, habiskan cairan normal sebanyak
500 cc
3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb dan rpm
4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous
5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin
6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan “preparation”, artinya:
consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah mencapai (normal: 13.8 –
14.2). Pada keadaan “preparation”, selang concentrate boleh disambung ke dialyzer
7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri vena
a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan ultrafiltrasi (cairan normal saline
akan berkurang sebanyak 500 cc dalam waktu 10 menit
e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG reached” artinya UFG sudah tercapai
8) Pemberian heparin pada selang arteri
Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada selang arteri. Lakukan sirkulasi selama 5
menit agar heparin mengisi ke seluruh selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm
Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan berat badan pre hemodialisa
1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line diklem
2. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin otomatis menunjukkan angka nol (0) pada
UV, UFR, UFG dan time left
3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar + jumlah makan saat hemodialisa
4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik
5. Tekan tombol time left = waktu yang akan diprogram
6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena teknisi sudah mengatur sesuai
dengan angka yang berada di gallon. Na = 140 mmol)
7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C)
8. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien
9. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
10. Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri
Matikan (klem) selang infus
Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)
Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab dengan kassa betadine sebagai desinfektan
Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur
Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm
Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika aliran tidak lancar, rubahlah posisi jarum fistula
Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi ¾ bagian
Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya cairan sisa priming
Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa darah
1. Persiapan alat
a. Piala ginjal
b. Kassa steril
c. Betadine solution
d. Sarung tangan tidak steril
e. Perban gulung
f. Band aid (pelekat)
g. Gunting
h. Nebacetin powder antibiotic
i. Thermometer
j. Micropore
procedure
I. PELAKSANAAN AKHIR HEMODIALISIS
2. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan
b. Perawat memakai sarung tangan
c. Mesin menggunakan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UV = angka UF)
d. Jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi mesin akan terbaca “Reinfusion”
e. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi tanda-tanda vital
f. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100 rpm lalu matikan
g. Klem pada fistula arteri dan selang darah arteri
h. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine, tutuplah bekas tusukan dengan kassa
betadine
i. Bilaslah fistula, selang darah dan dializer dengan normal saline secukupnya sampai bersih dan gunakan kecepatan
aliran darah 100 rpm
procedure
j. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine
k. Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder dan tutuplah bekas tusukan dengan Band Aid
(K/p dibalut dengan perban gulung)
l. Berilah fixasi dengan micropore pada perban gulung
m. Observasi tanda-tanda vital pasien
n. Kembalikan alat-alat ke tempat semula
o. Perawat melepas sarung tangan
p. Perawat mencuci tangan
Tetep semangat walaupun
Thank you
pusing for attention
nih ada aspirin