Anda di halaman 1dari 35

Keperawatan Medikal Bedah

ll
GAGAL GINJAL KRONIK & DIALISIS

KELOMPOK 3 (PRODI NERS TK.2)


 DIANA WULANDARI
 RINI SAFIRA
 SARAH RAUDHATUL AULIA
PENGERTIAN GAGAL GINJAL KRONIK

Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah suatu proses


patofisiologi dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversibel serta umumnya berakhir
dengan gagal ginjal. Penderita gagal ginjal
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap,
berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra,
2009).
PowerPoint
Presentation
KLASIFIKASI PENYAKIT
NO KLASIFIKASI PENYAKIT PENYAKIT
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial Pielonefritis kronis dan refluks nefropati
2. Penyakit peradangan Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensi Nefrosklerosis benign,
Nefroklerosis maligna dan stenosis arteri
renalis
4. Gangguan konginetal dan herediter Penyakit ginjal polikistik dan asidosis tumulus
ginjal
5. Penyakit metabolic Diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme
dan amiloidosis
6. Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik dan nefropati
timah
7. Nefrotik obstruktif Neoplasma, fibrosis retroperitoneal, hipertropi
prostat, striktur urethra.
PENYEBAB GAGAL GINJAL KRONIK

Penyebab gagal ginjal kronik yaitu, penyakit glomerular kronis


(glomerulonefritis), infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberculosis),
kelainan congenital (polikistik ginjal), penyakit vaskuler (renal
nephrosclerosis), obstruksi saluran kemih (nephrolitgisis), penyakit
kolagen (Syistemic Lupus Erythematosus), dan obat-obatan
nefrotoksik (aminoglikogen). (Robinson, 2013).
Penyebab Gagal Ginjal Kronis
Lanjutan….

Menurut Indonesian Renal Registry (2015) penyabab GGK di


Indonesia adalah Glumerulopati Primer/GNC (8%), Nefropati Diabetika
(22%), Nefropati Lupus/SLE (1%), Penyakit Ginjal Hipertensi (44%),
Ginjal Polikistik (1%), Nefropati Asam Urat (1%), Nefropati Obstruksi
(5%), Pielonefritis Chronic (7%), Lain-lain (8%), dan tidak diketahui
(3%). Penyakit ini sering disebut komplikasi dari penyakit lain, disebut
penyakit sekunder (secondary illness).
PENGERTIAN DIALISIS

Dialisis adalah salah satu sifat koloid yang merupakan


cara untuk mengurangi ion-ion dalam pengganggu yang
terdapat dalam system koloid dengan menggunakan selaput
semipermeable yang memiliki daya saring yang tinggi .
Selaput semipermeable ini hanya di lewati oleh molekul air
dan ion saja sehingga partikel koloid akan tertinggal.

 digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka
pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) / pasien dengan penyakit ginjal
stadium akhir / End Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka
panjang atau permanen (Suharyanto dan Madjid, 2009)
Asuhan keperawatan klien
dengan
- GGK -
1. Pengkajian
 Data lengkap pasien
 Riwayat Kesehatan :
keluhan keluhan yang
dialami pasien
 Pemeriksaan fisik
TTV dan Head to toe
 Aktivitas :
- Istirahat
- nyeri dan kenyamanan,
- eliminasi, - pola nafas,
- pola makan dan cairan, - seksualitas,
- integritas ego, - interaksi sosial
- Pemeriksaan diagnostic -
Pemeriksaan umum :
pemeriksaan urin dan darah lengkap

Pemeriksaan khusus

Pielografia intra-vena
( Foto polos (PIV) untuk menilai
abdomen ) EKG (Elektrokardiografi) Pielografia
USG (Ultrasonografi) pelviokalises dan
retrograde
Pemeriksaaan foto dada
ureter persiapan
untuk menilai dilakukan bila
pasien sebelum
bentuk dan besar dicurigai ada
menjalani
ginjal dan apakah obstruksi yang
pielografia intra
ada batu/obstruksi reversibel.
vena (PIV)

 untuk melihat  untuk melihat besar dan bentuk ginjal, tebal korteks  dapat terlihat tanda-
kemungkinan ginjal, Anatomi sistem pelviokelises, ureter untuk tanda bendungan paru
hipertrofi mencari adanya faktor yang irreversible seperti akibat kelebihan air
ventrikel kiri, obstruksi, oleh karena batu atau massa tumor, juga (fluid overload), efusi
tanda-tanda untuk menilai apakah proses berjalan lancar. pleura, kardiomegali
perikarditis, Pemeriksan USG merupakan teknik noninvasive dan dan efusi
aritmia, dan tidak memerlukan persiapan khusus kecuali pericardialPemeriksaa
gangguan menjelaskan prosedur serta tujuan kepada pasien. n radiologi (Suyono,
elektrolit. (Dongoes, Maryllin. 1999) slamet 2001).
o Diagnosa
 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine,
diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
 Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
 Resiko tinggi terhadap penururnan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik.
 Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam
kulit.
 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,
rencana tindakan dan prognosis
intervensi
 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan pengeluaran urine, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium.
- Kaji status cairan : Timbang BB/H, distensi vena jugularis, balance cairan, vital signBatasi intake cairan mengenai
pembatasan cairan pada pasien&keluargaTingkatkan oral higine

 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
- Kaji pola diet : riwayat diet, makan kesukaan, hitung kalori
- Kaji faktor yg mempengaruhi masukan nutrisi : anoreksia, mual muntah, depresi, stomatitis,
makanan yg tidak menyenangkan, pengetahuan manfaat makan

 Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.


- Kaji faktor yg menyebabkan keletihan : anemia, ketidakseimbangan cairan & elektrolit, retensi produk sampah,
depresiTingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yg dapat ditoleransi, bantu jikan keletihan Anjurkan istirahat
setelah dialisis.
Standar operasional prosedure
Bladder training
Perawatan kateter
dialysis
Video ada di
akhir seminar ya

BLADDER TRAINING
A. PENGERTIAN
Bladder training adalah salah upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal
neurogenik. ( terapi non farmakologis).
 
B. TUJUAN
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran air kemih. Terapi ini bertujuan memperpanjang
interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau tekhnik
relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari
atau 3-4 jam sekali. Tujuan yang dapat di capai dalam sumber yang lain adalah :
1. Klien dapat mengontrol berkemih
2. Klien dapat mengontrol buang air besar
3. Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
4. Menghindari isolasi social bagi klien
BLADDER TRAINING
INDIKASI
1. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
2. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine
3. Orang dengan pemasangan kateter yang relative lama
4. Klien dengan inkontinentia urine

PENGKAJIAN
melakukan pengkajian antara lain :
1. Pola berkemih Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program
yang sering memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
2. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab Bila terdapat ISK atau penyakit yang
lainnya maka harus diobati dalam waktu yang sama.
procedure
1. Tentukan pola berkemih pasien dan dorong pasien untuk berkemih pada saat itu. Ciptakan jadwal berkemih
regular dan bantu pasien untuk mempertahankannya, baik pasien merasakan keinginan untuk berkemih ataupun
tidak. ( contoh : sesaat setelah bangun, tiap 1 hingga 2 jam selama siang hari, sebelum tidur, setiap 4 jam pada
malam hari). Rangkaian peregangan-relaksasi dalam jadwal tersebut dapat meningkatkan tonus otot dan kontrol
volunter. Instruksikan pasien untuk mempraktikkan nafas dalam hingga rasa keinginan berkemih berkurang atau
hilang.
2. Ketika pasien sudah mampu merasakan dapat mengontrol berkemih, jangka waktu bisa diperpanjang tanpa
adanya inkontinensia.
3. Atur asupan cairan, terutama pada siang hari, untuk membantu mengurangi kebutuhan berkemih pada malam
hari.
4. Dorong pasien untuk minum Antara pukul 06.00 – 18.00.
5. Hindari konsumsi berlebihan dari jus sitrus, minuman berkabonasi (khususnya minuman dengan pemanis
buatan), alkohol dan minuman yang mengandung kafein, karena dapat mengiritasi bladder, meningkatkan resiko
inkontinensia.
• procedure
6. Bila pasien mendapatkan terapi diuretik, jadwalkan pemberian pada pagi hari.
7. Jelaskan pada pasien untuk minum air secara adekuat, hal ini dibutuhkan untuk memastikan produksi urin
adekuat yang dapat menstimulasi refleks berkemih.
8. Gunakan pengalas untuk mempertahankan tempat tidur dan linen tetap kering. Hindari penggunaan diaper,
menghindari persepsi boleh mengompol.
9. Bantu pasien dengan program latihan untuk meningkatkan tonus otot dan program latihan otot pelvis yang
bertujuan untuk menguatkan otot dasar panggul.
10. Berikan reward positif untuk mendorong kemampuan berkemih. Puji pasien bila dapat melakukan berkemih di
toilet dan mempertahankan untuk tidak mengompol.

DAFTAR PUSTAKA

Berman, Audrey, et all. 2008. Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing Concepts, Process, dan Practice – 8th ed. New Jersey :
Pearson Education.

Smith, Sandra Fuchi. 2008. Clinical Nursing Skills : Basic to advanced skills – 7th ed. New Jersey : Pearson Education.

Dalam e-book Purwanto, hadi. 2006 “ Modul praktikum keperawatan medical bedah II ” Jakarta selatan : bppsdmk. Kemkes

Situs : ppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Praktikum-KMB-2-Komprehensif.pdf
Perawatan kateter
Perawatan kateter
Definisi :
Perawatan kateter adalah suatu Tindakan keperawatan dalam memelihara dengan
antiseptic unutk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta
mempertahankan kepatenan posisi kateter.
Tujuan
1) Menjaga kebersihan saluran kencing
2) Mempertahankan kepatnan (fiksasi) kateter
3) Mecegah terjadimya infeksi
4) Mengendalikan infeksi

Persiapan bahan
- Sarung tangan steril - Kapas steril - Gunting
- Pengalas - Antiseptic (bethadin) - Alkohol
- Bengkok - Aquadest/air hangat - Pinset
- Lidi waten steril/ cotunbud - Korentang - Kantung sampah/
- Plester neirbeken
• procedure
1) Siapkan alat dan bahan
2) Beritahu pasien maksud dan tujuan Tindakan
3) Dekatkan alat dan bahan yang sudah di siapkan
4) Pasang tirai atau tutup skerm
5) Atur posisi klien
6) Cuci tangan
7) Oleskan alcohol pada plaster unutk memudahkan terbukanya plester di bantu dengan menggunakan pinset
8) Buka balutan pada kateter
9) Pakai sarung tangan steril
10) Perhatikan kebersihan dan tanda-tanda infeksi dari ujung penis serta kateter
11) Oles ujung uretra dan kateter memakai kapas steril yang telah di basahi dengan aquadest/air hangat dengan arah
menjauhi uretra.
12) Oleskan ujung uretra dan kateter memakai lidi waten steril yang di beri bethadin dengan arah menjauhi uretra
13) Balut ujung penis dan kateter dengan kasa steril kemudian plester
14) Posisikan kateter kea rah perut dan plester
15) Rapihkan klien dan berikan posisi yang nyaman bagi klien
16) Kembalikan alat ke tempatnya
17) Cuci tangan
18) Dokumentasikan Tindakan
DIALISIS
HEMODIALISIS
Definisi :
Pengertian
Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa
metabolisme melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan
dialisat melewati membran semi permeabel secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi
Tujuan
Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati
dengan terapi konservatif
Kebijakan
Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat
mempertahankan fungsi ginjalnya secara optimal
procedure
A. PERSIAPAN SEBELUM HEMODIALISA

1. Persiapan pasien
a. Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD (instruksi dokter)
b. Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak bisa dihubungi, surat permintaan
tindakan hemodialisa diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi oleh dokter penanggung
jawab HD.
c. Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat traveling dari RS asal.
d. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
f. Keadaan umum pasien
g. Keadaan psikososial
h. Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)
i. Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV, HIV, CT, BT
j. Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD
procedure
B. PERSIAPAN MESIN C. PERSIAPAN ALAT

a. Dialyzer j. Duk
a. Listrik
b. Transfusi set k. Sarung tangan
b. Air yang sudah diubah dengan cara:
c. Normal saline 0.9% l. Mangkok kecil
 Filtrasi
d. AV blood line m. Desinfektan (alkohol/betadin)
 Softening
e. AV fistula n. Klem
 Deionisasi
f. Spuit o. Matkan
 Reverse osmosis
g. Heparin p. Timbangan
c. Sistem sirkulasi dialisat
h. Lidocain q. Tensimeter
 Sistem proporsioning
i. Kassa steril r. Termometer
 Acetate / bicarbonate
s. Plastik
d. Sirkulasi darah
t. Perlak kecil
 Dializer / hollow fiber
 Priming
procedure
D. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
 Setting dan priming
1) Mesin dihidupkan
2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang infus / transfusi
set dan NaCl (perhatikan sterilitasnya)
3) Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan selang arteri, selang darah arteri dengan
dialyzer, dialyzer dengan selang darah venous
4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump dengan menekan tombol tanda V atau Λ
(pompa akan otomatis berputar sesuai arah jarum jam)
5) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah arteri, tampung cairan ke dalam gelas ukur
6) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem
 Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah (inlet) di bawah

1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk menentukan angka yang diinginkan
(dalam posisi priming sebaiknya kecepatan aliran darah 100 rpm)
2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline, habiskan cairan normal sebanyak
500 cc
3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb dan rpm
4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous
5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin
6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan “preparation”, artinya:
consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah mencapai (normal: 13.8 –
14.2). Pada keadaan “preparation”, selang concentrate boleh disambung ke dialyzer
7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri vena
a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan ultrafiltrasi (cairan normal saline
akan berkurang sebanyak 500 cc dalam waktu 10 menit
e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG reached” artinya UFG sudah tercapai
8) Pemberian heparin pada selang arteri
Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada selang arteri. Lakukan sirkulasi selama 5
menit agar heparin mengisi ke seluruh selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm

 Dialyzer siap pakai ke pasien


Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar concentrate tidak boros
Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi untuk membuang formalin
(UFG: 500, time life 20 menit dengan Qb 350 rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normal
saline sebanyak 2000 cc
procedure
E. PUNKSI AKSES VASKULER

1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt


2. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi
3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke dalam bak steril)
4. Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoen
5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi
6. Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine dan alcohol
7. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu lakukan anestesi lokal, kemudian desinfeksi
8. Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi
procedure
F. MEMULAI HEMODIALISA

Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan berat badan pre hemodialisa
1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line diklem
2. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin otomatis menunjukkan angka nol (0) pada
UV, UFR, UFG dan time left
3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar + jumlah makan saat hemodialisa
4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik
5. Tekan tombol time left = waktu yang akan diprogram
6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena teknisi sudah mengatur sesuai
dengan angka yang berada di gallon. Na = 140 mmol)
7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C)
8. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien
9. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
10. Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri
 Matikan (klem) selang infus
 Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)
 Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab dengan kassa betadine sebagai desinfektan
 Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur
 Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm
 Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika aliran tidak lancar, rubahlah posisi jarum fistula
 Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi ¾ bagian
 Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya cairan sisa priming
 Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa darah

11. Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet


 Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya diberi kassa betadine sebagai desinfektan). Masing-
masing sambungan dikencangkan)
 Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus ditutup
 Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa darah dari 100 rpm sampai dengan yang diinginkan
 Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis”
 Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu monitor,
on, dialysis start, pompa, heparin, UF dan Flow)
 Rapikan peralatan
procedure
G. PENATALAKSANAAN SELAMA HEMODIALISA

1. Memprogram dan memonitor mesin hemodialisa


a. Lamanya HD
b. QB (kecepatan aliran darah) 150 – 250 cc/menit
c. QD (kecepatan aliran dialisa) 500 cc/menit
d. Temperatur dialisat 370C
e. UFR dan TMP otomatis
f. Heparinisasi
1) Dosis awal: 25 – 50 unit/kgBB
a) Diberikan pada waktu punksi
b) Sirkulasi extra corporeal 1500 unit
c) Dosis maintenance 500 – 2000 unit/jam diberikan pada waktu HD berlangsung
2) Dosis maintenance 500 – 2000 u/jam
Diberikan pada waktu HD berlangsung
procedure
Cara pemberian dosis maintenance
a) Kontinyu: diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa dari awal HD sampai dengan 1 jam sebelum HD
berakhir
b) Intermitten: diberikan 1 jam setelah HD berlangsung dan pemberian selanjutnya dimasukkan tiap selang waktu 1
jam, untuk 1 jam terakhir tidak berakhir
c) Minimal heparin: heparin dosis awal kurang lebih 200 unit, selanjutnya diberikan kalau perlu
g. Pemeriksaan (laboratorium, ECG, dll)
h. Pemberian obat-obatan, transfusi, dll
i. Monitor tekanan 2. Observasi pasien
1) Fistula pressure a. Tanda-tanda vital (T, N, S, R, kesadaran)
b. Fisik
2) Arterial pressure
c. Perdarahan
3) Venous pressure
d. Sarana hubungan sirkulasi
4) Dialisat pressure e. Posisi dan aktivitas
5) Detektor (udara blood leak detektor) f. Keluhan dan komplikasi hemosialisa
procedure
H. MENGAKHIRI HEMODIALISA

1. Persiapan alat
a. Piala ginjal
b. Kassa steril
c. Betadine solution
d. Sarung tangan tidak steril
e. Perban gulung
f. Band aid (pelekat)
g. Gunting
h. Nebacetin powder antibiotic
i. Thermometer
j. Micropore
procedure
I. PELAKSANAAN AKHIR HEMODIALISIS
2. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan
b. Perawat memakai sarung tangan
c. Mesin menggunakan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UV = angka UF)
d. Jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi mesin akan terbaca “Reinfusion”
e. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi tanda-tanda vital
f. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100 rpm lalu matikan
g. Klem pada fistula arteri dan selang darah arteri
h. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine, tutuplah bekas tusukan dengan kassa
betadine
i. Bilaslah fistula, selang darah dan dializer dengan normal saline secukupnya sampai bersih dan gunakan kecepatan
aliran darah 100 rpm
procedure

j. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine
k. Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder dan tutuplah bekas tusukan dengan Band Aid
(K/p dibalut dengan perban gulung)
l. Berilah fixasi dengan micropore pada perban gulung
m. Observasi tanda-tanda vital pasien
n. Kembalikan alat-alat ke tempat semula
o. Perawat melepas sarung tangan
p. Perawat mencuci tangan
Tetep semangat walaupun
Thank you
pusing for attention
nih ada aspirin 

Anda mungkin juga menyukai