Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan Pasien

Dengan Gangguan Sistem Urologi


: Gagal Ginjal Kronik Dengan
Pendekatan Teori Self Care Orem

MUCH ASDI (R012191007)


YANTY TINDIKA (R012191010)
Pendahuluan

 Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir atau
ESRD (End Stage Renal Desease) merupakan gangguan
fungsi gagal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh ginjal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah).
 Menurut Smeltzer & Bare tahun 2002
KLASIFIKASI
a. Derajat (stage) penyakit
Klasifikasi derajat (stage) penyakit di buat berdasarkan LFG
dengan rumus Kockcroft-Gault :
LFG (ml/mnt/1,73 m2) = *)

*) pada perempuan di kalikan 0,85

Derajat Uraian LFG(ml/mnt/1,73 m2)


Kerusakan Ginjal dengan LFG
1 ≥ 90
normal atau meningkat
Kerusakan ginjal dengan LFG
2 60 – 89
menurun ringan
Kerusakan ginjal dengan LFG
3 30 – 59
menurun sedang
Kerusakan ginjal dengan LFG
4 15 – 29
menurun berat
5 Gagal Ginjal < 15
DIAGNOSIS ETIOLOGI
Penyakit Tipe Mayor (Contoh)
Penyakit Ginjal Diabetes tipe 1 dan 2
diabetes
Penyakit Ginjal Penyakit Glomerular (penyakit otoimun,
Nondiabetes infeksi istemik, obat, neoplasia)
Penyakit vaskuler (penyakit pembuluh dara
besar, hipertensi, mikroangiopati)
Penyakit tubulointerstitial (pielonefritis kronik,
batu, obstruksi, keracunan obat)
Penyakit kistik (Ginjal Polistik)
Penyakit pada Rejeksi kronik
Transplantasi Keracunan obat (siklosporin/takrolimus)
Penyakit Recurrent (glomerular)
Transpalant Glomerulopathy
Manifestasi Klinik
Patofisioligi Respon Dengan Prognosis Dan Waktu
Penyembuhan Gangguan Sistem Urologi
Management Segera Respon Pasien
Gangguan Sistem Urologi.
Menurut kidney disease: improving global outcomes (KDIGO), aturan
kontrol tekanan darah untuk penyakit ginjal kronis adalah:
 Bila ekskresi albumin urin < 30 mg/24 jam (atau ekuivalen) dengan tekanan darah
> 140/90 mmHg, target tekanan darah dengan obat anti-hipertensi yaitu ≤ 140
mmHg pada sistolik dan ≤ 90 mmHg pada diastolic.
 Bila ekskresi albumin urin ≥ 30 mg/24 jam (atau ekuivalen) dengan tekanan darah
> 130/80 mmHg, target tekanan darah dengan obat anti-hipertensi yaitu ≤ 130
mmHg pada sistolik dan ≤ 80 mmHg pada diastolic.
 Angiotensin Receptor Blocker (ARB) atau Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI) direkomendasikan digunakan untuk pasien penyakit ginjal kronis
dengan diabetes dan ekskresi albumin urin 30 – 300 mg/24 jam (atau ekuivalen).
 ARB atau ACEI direkomendasikan pada pasien penyakit ginjal kronis dengan atau
tanpa diabetes dengan ekskresi albumin urin > 300 mg/24 jam (atau ekuivalen).
 Pada pasien anak-anak dengan penyakit ginjal kronis, obat antihipertensi diberikan
bila tekanan darah secara konsisten berada di atas persentil 90 sesuai usia, jenis
kelamin dan tinggi badan dan disarankan untuk menggunakan ARB dan ACEI
untuk mencapai persentil 50, kecuali timbul tanda dan gejala hipotensi
 Perlu diperhatikan hipotensi postural pada pasien penyakit ginjal kronis dengan
obat antihipertensi
 Pasien juga harus dibatasi asupan proteinnya sebanyak < 0.8 gr/kg/hari pada LFG
< 30 ml/min/1.73 m2. Pasien yang dibatasi asupan proteinnya harus mendapat
pengawasan status nutrisi secara teratur untuk mencegah terjadinya malnutrisi.
Pengaturan gizi pada pasien hendaknya berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter
spesialis gizi.
 
Tindakan Keperawatan Untuk Mengatasi
Respon Pasien Gangguan Sistem Urologi
 OKSIGENASI
 Balance Cairan
 Edukasi pembatasan cairan dan protein, kalium (diet)
 Memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
 Pembatasan Aktivitas Fisik
 Penanganan Stress
Analisa penatalaksanaan
A. Analisa penatalaksanaan
a. Penanganan Oksigenasi (NIC)
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
 Monitor suara nafas tambahan , seperti dengkur
 Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
 Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
 Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
 Observasi sianosis khususnya membran mukosa
 Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
Penanganan Cairan
NIC :
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Pasang urin kateter jika diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin)
4. Monitor vital sign
5. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena
leher, asites)
6. Kaji lokasi dan luas edema
7. Monitor masukan makanan / cairan
8. Monitor status nutrisi
9. Kolaborasi pemberian obat: mis. duretik
10. Monitor berat badan
11. Monitor elektrolit
Monitor tanda dan gejala dari udem
a. Penanganan Aktivitas
 Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
 Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
 Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
 Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
 Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
 Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
 Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Penanganan Nutrisi
Penanganan stress Fisik dan Emosional

 . Penelitian Auzan (2018) menunjukkan bahwa terapi relaksasi zikir


terbukti secara signifikan dapat menurunkan tingkat stres pada
penderita gagal ginjal.
 Penelitian Purwaningrum (2013), hubungan aktivitas spiritual dengan
tingkat stres pada pasien gagal ginjal kronik
 . Terdapat beberapa jenis relaksasi yaitu relaksasi otot yang
merupakan stimulasi pada kulit tubuh secara umum atau
dipusatkan pada punggung dan bahu (Haryono, Permana, & Chayati,
2016).
 Penelitian Romadhoni (2015) menunjukkan nilai rata-rata tingkat stres
sebelum diberikan intervensi didapatkan nilai 19,06 dan nilai sesudah
diberikan intervensi 14,19. Didapatkan nilai p value=0,001. Ada
pengaruh relaksasi dzikir asmaul husna terhadap tingkat stres pada
Pendidikan Kesehatan
Nursing Consideration (Farmakologi)

 Obat-obat hipertensi : mis. ACE= angiotensin-


converting enzyme
 Obat lipitor : mis. hari simvastatin atau atorvastatin
 Obat Glikemik : mis. Metformin, insulin
 Obat animea : mis. Hemapo
Non farmakologi
Identifikasi diagnosa keperawatan
 Perfusi Jaringan Renal dan Perifer tidak efektif
 Kelebihan Volume Cairan
 Intoleransi Aktivitas
 Gangguan Pertukaran Gas
 Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
 Keseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan
 Kecemasan
 Kurang Pengetahuan
 Gangguan pola tidur
 Kerusakan Integritas Kulit
 Gangguan Citra Tubuh
 Resiko Infeksi
  
 A. Pengkajian
Kasus
 1. Anamnese
 a. Identitas
 1) Nama : Ny.R
 2) TTL/Umur : 55 Tahun
 3) Jenis Kelamin : Perempuan
 4) Diagnosa Mds : Gagal ginjal
 b. Keluhan Utama:
 Bengkak
 c. Riwayat Keluhan Utama:
 Ny.R masuk RS dengan keluhan bengkak dialami sejak kurang lebih 2 minggu SMRS dan memberat sejak 5
hari yang lalu. Klien juga mengeluh mual dan muntah setiap ada makanan yang masuk. Klien tampak lemah
dan lesu, tampak kusam, kulit tampak kusam dan kering, klien tampak cemas dan sering bertanya-tanya.
Klien tampak pucat, konjungtiva anemis.
 d. Keluhan Yang Menyertai
 Klien juga mengatakan rasa lemah dan lesu, pasien terpasang kateter dan tampak urine keruh
 e. Riwayat Kesehatan Lalu
 - Pasien memiliki riwayat kencing tidak lancar sejak 1 tahun yang lalu, ada riwayat DM dan
Hipertensi yang dialami sejak 10 tahun yang lalu.
 TTV: TD: 130/90 mmHg
 - Nadi: 80 kali/menit
 - Pernafasan: 18 kali/menit
 - Suhu : (36,5 ° C).
Basic Conditioning Factor
1. Status Kesehatan Keadaan umum sakit sedang,
tampak lemah
2. Kemampuan Dalam Memenuhi Kebutuhan Klien tampak lemah dan pucat,
Kesehatan klien dibantu dalam beraktivitas
3. Status Perkembangan Tidak ada keluhan dalam status
tumbuh kembang klien
4. Orientasi Sosial dan Budaya Klien tinggal dan dirawat oleh
keluarga
5. Sistem Pelayanan Kesehatan Klien rajin control di Puskesmas
dekat rumah
6. Lingkungan Lingkungan tempat tinggal klien
bising (area perkotaan)
7. Sumber Pendukung Klien sangat dibantu oleh
keluarga
8. System keluarga Klien memiliki keluarga besar
9. Pola Kehdupan Sebelum Sakit a. Klien beraktivitas dan tidur
a. Pola aktivitas/Istirahat normal
b. Pola Makan dan Minum b. Klien diet DM dan Hipertensi,
c. Pola Eliminasi makan dan minum teratur
d. Pola Kebersihan Diri c. Klien biasa kencing pada
e. Merokok malam hari dan sering BAK,
BAB normal
d. Klien tampak terawatt
e. Klien tidak merokok
Universal Self Care Requisites
1. Mempertahankan Kebutuhan Udara Klien tidak sesak
2. Mempertahankan Kecukupan Kebutuhan Kedua kaki klien bengkak
Cairan
3. Mempertahankan Nutrisi/Makanan Klien diet DM dan Hipertensi,
mual dan muntah setiap makan
4. Mempertahankan Pemenuhan Eliminasi Kencing klien keruh dan
terpasang kateter
5. Mempertahankan Keseimbangan antara Klien tampak lemah, dibantu
aktivitas & istirahat dalam beraktivitas
6. Mempertahankan Keseimbangan antara Klien semenjak sakit jarang
interaksi sosial dan kesendirian berinteraksi dengan tetangga di
sekitar rumah
7. Pencegahan Terhadap Bahaya Klien tampak lemah, jadi beresiko
jatuh, klien dibantu oleh keluarga
untuk beraktivitas
8. Promosi Ke arah Normal Klien tampak cemas dengan
kondisinya
Developmental Self Care Requisites
1. Pemeliharaan Kebutuhan Perkembangan Rajin control di poli interna
2. Pencegahan/Manajemen kondisi yang Kondisi penyakit klien dan
mengancam perkembangan tindakan prosedur HD
A. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan udem (bengkak)
2. Perfusi jaringan Renal tidak efektif berhubungan dengan animea, oliguri
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan lemah dan lesu
4. Kecemasan berhubungan dengan perjalanan penyakit dan prosedur Hemodialisa
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
6. Resiko Deficit Perawatan diri berhubungan dengan tampak kusam
7. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, animea
Penyimpangan KDM

KDM
INTERVENSI & EVALUASI

KASUS
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai