Anda di halaman 1dari 42

ASKEP PENYAKIT GINJAL KRONIS (PGK)

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Dr. Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.Kep.MB


Adult Nursing Department – Nursing Program Unimus
FUNGSI GINJAL
MASALAH
 Ginjal  organ vital bagi kelangsungan hidup manusia  fungsi
normal adalah mengatur cairan tubuh, mempertahankan
keseimbangan elektrolit, mengatur keseimbangan asam basa dan pH
dalam darah, fungsi endokrin dan hormonal (Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheever, 2018)
 Kerusakan ginjal  gangguan system tubuh secara umum.
 Survei Riskesdas 2018  insiden PGK di Indonesia pada pasien diatas
15 tahun sebesar 3,8‰ atau sekitar 0,38% (Kemenkes, 2018)
PREVALENSI PGK DI INDONESIA
(PERMIL PADA PENDUDUK >15 TH)

Sumber: Kemenkes RI, 2018


Sumber: Kemenkes RI, 2018
PENGERTIAN
Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney
Disease / CKD) adalah gangguan fungsi
ginjal yang progresif dan ireversibel,
berlangsung > 3 bulan,  tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga menyebabkan uremia
(Smeltzer, et al, 2018; KDIGO, 2013).
ETIOLOGI
1. Penyakit Glomerulonefritis kronik
2. Infeksi karena Pielonefritis kronik dan Renal Tuberculosis;
3. Penyakit vaskular hipertensif meliputi Hipertensi renovaskuler
intrarenal dan ekstrarenal, nefrosklerosis dan stenosis arteri
renalis
4. Gangguan jaringan penyambung (Lupus eritematosus, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif)
5. Gangguan kongenital dan herediter berupa polycistic kidney
disease, hipoplastik ginjal, asidosis tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik meliputi (Diabetes mellitus, Gout,
Hiperparatiroidisme, Amiloidosis, dan Scleroderma)
7. Nefropati toksik berupa penyalahgunaan bahan-bahan nefrotoksik
8. Nefropati obstruktif karena kalkuli, neoplasma, fibrosis
retroperitoneal, BPH, striktur uretra dan anomali kongenital.
CAUSES (ETIOLOGY) OF STAGE 5 CKD IN INDONESIA (2018)
Obstructive
Chronic Pyelonephritis Gout SLE
nephropaty
3% 1% 1%
1%
Mescellaneous causes
6%
Primary Glomerulopaty
12% Hypertension
44%

Diabetes Mellitus
32%

Indonesian Renal Registry, 2018


DERAJAT CKD BERDASAR GFR

Tahap GFR Karakteristik


(ml/mt/1,73 m²)
I > 90 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat, fungsi
ginjal normal tapi telah terjadi abnormalitas patologi dan
komposisi darah & urin
II 60 – 89 Penurunan GFR ringan, fungsi ginjal menurun ringan ditemukan
abnormalitas patologi dan komposisi dari darah dan urin
III 30 – 59 Penurunan GFR sedang, penurunan fungsi ginjal sedang
IV 15 – 29 Penurunan fungsi ginjal yang berat.
V < 15 Terjadi penyakit ginjal tahap akhir, penurunan fungsi ginjal
sangat berat, diperlukan terapi pengganti ginjal permanen.
PATOFISOLOGI CKD
 Perjalanan CKD diawali dengan pengurangan cadangan ginjal yaitu
fungsi ginjal sekitar 3 – 50%  berkurangnya fungsi ginjal terjadi
tanpa akumulasi sampah metabolik dalam darah k/nefron yg tidak
rusak mengkompensasi nefron yg rusak.
 Insufisiesi ginjal sisa akhir metabolisme (ureum darah, kreatinin
serum, asam urea, dan fosfor) mulai terakumulasi dalam darah karena
nefron sehat yang tersisa tidak cukup untuk mengkompensasi nefron
yang tidak berfungsi  perlu terapi medik
 Apabila penangan tidak adekuat, proses gagal ginjal berlanjut 
pasien berada pada tahap penyakit ginjal tahap akhir (End Stage Renal
Disease / ESRD)  ginjal tidak dapat mempertahankan homeostasis
 timbul berbagai manifestasi klinik dan komplikasi pada seluruh
sistem tubuh (Smeltzer, et al, 2018).
MANIFESTASI KLINIS CKD
TATA LAKSANA CKD

Stage GFR Rencana Tatalaksana


(ml/mt/1,73 m²)
1 > 90  Terapi penyakit dasar dan kondisi komorbid,
 Evaluasi perburukan fungsi ginjal,
 Memperkecil risiko kardiovaskuler
2 60 – 89 Menghambat perburukan fungsi ginjal
3 30 – 89 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15 – 29 Persiapan untuk penggantian ginjal
5 < 15 Terapi pengganti ginjal
PRINSIP MANAJEMEN KONSERVATIF
1. Mencegah perburukan fungsi ginjal
 Cegah obat nefrotoksik  termasuk penggunaan zat
kontras
 Cegah overload cairan
 Cegah imbalans elektrolit
 Restriksi protein dan cairan
2. Mengurangi gejala uremia
3. Pengobatan tepat
4. Kontrol Hipertensi
5. Cegah Infeksi
6. Pendidikan kesehatan
7. Manajemen diit
DIETARY GUIDELINES (1)
 Pembatasan Protein
Evidence based terkait manajemen nutrisi pasien CKD  asupan protein
0,75-1,9 g/kg BB/hari meliputi:
• CKD stadium 1-2 protein 0,75-1,9 g/kg BB/hari
• CKD stadium 3-4  protein 0,6-0,75 g/kg BB/hari,
• CKD stadium 5 dengan HD  protein 1-1,2 g/kg BB/hari, dan pasien
dengan PD asupan protein 1,2-1,5 g/kg BB/hari (Dietitians Association of
Australia / DAA, 2006).
 Diit protein 50% mengandung nilai biologi tinggi dengan substansi
protein lengkap yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel
(NKF-KDOQI, 2006).
DIETARY GUIDELINES (2)
 Pembatasan kalium  Intake kalium tidak boleh melebihi 2,3 -2,7
g/kgBB/hari (DAA, 2016)  Makanan tinggi kalium seperti jeruk, pisang,
buah dan kacang yang diawetkan, melon, kentang, tomat, susu dan
yogurt harus dihindari
 Diit rendah natrium  pada pasien CKD intake natrium adalah 80-120
mmol/ hari atau sekitar 1,8-2,8 g/ hari.
 Diit rendah fosfat  diit fosfat pada pasien CKD dibatasi sampai 8-10 g/
hari. Diet rendah fosfat dengan membatasi makanan tinggi fosfat seperti:
susu dan hasil olahannya, soft drink mengandung Cola, kacang-kacangan,
gandum, hati, dll (Daugirdas et al, 2015).
 Pembatasan cairan  intake cairan pada pasien CKD adalah jumlah urin
yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir ditambah 500 ml, 500 ml ini
untuk mengganti kehilang Insensible water loss (IWL).
TERAPI PENGGANTI GINJAL

Terapi pengganti ginjal


diperlukan pada ESRD 
GFR < 15 ml/mnt  jika
terapi konservatif tidak lagi
efektif
 Dialisis
• Hemodialisis
• Peritoneal dialisis
 Transplantasi Ginjal
PROSES HEMODIALISIS
PROSES DIALISIS DALAM DIALISER
PROSES PERITONEAL DIALISIS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN (1)
1. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat glomerulonefritis kronis, ISK, pielonefritis, riwayat hipertensi,
riwayat gangguan jaringan penyambung (Lupus eritematosus,
poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif), gangguan kongenital
dan herediter (polycistic kidney disease, hipoplastik ginjal, asidosis
tubulus ginjal), penyakit metabolik (DM, Gout, Amiloidosis, dan
Scleroderma), Nefropati obstruktif karena kalkuli, neoplasma, fibrosis
retroperitoneal, BPH, striktur uretra
2. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat polycistic kidney disease, DM dan hipertensi pada
orang tua
PENGKAJIAN KEPERAWATAN (2)
3. Pemeliharaan kesehatan
Riwayat penggunaan obat nefrotoksik, terpapar logam berat
4. Pernapasan
Keluhan sesak nafas, takipnea, nafas panjang dan dalam, nafas pendek, pernafasan
kussmaul, menguap, dan adanya krekles dan ronchi pada suara paru. Nafas pendek,
dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum, kental dan banyak,
takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan / tanpa sputum
5. Sirkulasi
Hipertensi, keluhan nyeri dada, lemas, cepat lelah, pucat, akral dingin, penurunan
capilary refill time (CRT), hipertensi, takkikardi, nadi tidak teratur dan adanya bunyi
jantung tambahan, pembesaran jantung pada perkusi dan palpasi.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN (3)
6. Nutrisi, cairan dan metabolik
Nutrisi dan metabolik: Anoreksia, mual (nausea), muntah (vomiting), perubahan
rasa, nafas bau urin karena fetor uremik, kerusakan mukosa oral, mulut kotor,
peningkatan rasa haus, ketidakmampuan mengunyah dan menelan karena luka
pada mulut.
Cairan: Edema, penumpukan cairan dalam paru-paru, pleura dan peritoneum
7. Eliminasi
Oliguri atau anuria, warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing,
abdomen kembung, diare atau konstipasi, perubahan warna urine, (pekat, merah,
coklat, berawan)
8. Aktifitas
Kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise, kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunan rentang gerak, fraktur patologis
PENGKAJIAN KEPERAWATAN (4)
9. Sensori dan kenyamanan
Penurunan sensasi, parestesia, kesemutan, tidak nyaman, rasa terbakar pada kaki,
gatal pada kulit, nyeri pada kaki dan sendi ataupun pada area invasif.
10. Keamanan
Pruritus, kulit kering, bekas garukan, ekimosis dan purpura, kerusakan mukosa oral,
mulut kering dan stomatitis
11. Fungsi neurologis
Perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu konsentrasi, penurunan perhatian,
agitasi dan bingung
PENGKAJIAN KEPERAWATAN (5)
11. Persepsi dan konsep diri
Malu, gangguan gambaran diri, menarik diri, menolak berhubungan dengan orang lain,
keterbatasan peran, tidak bisa menjalankan peran
12. Mekanisme koping
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,
marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian,
13. Seksual
Gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak
pada proses ejakulasi serta orgasme, penurunan libido, amenorea, infertilitas.
14. Spiritual
Hambatan dalam beribadah, berhenti beribadah, menyalahkan diri sendiri dan Tuhan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik:
 IVP (Intra Vena Pielografi) menilai sistem pelviokalises dan ureter
 USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
 Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler,
parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.
 Pemeriksaan radiologi jantung  kardiomegali, efusi perikardial.
 Pemeriksaan Radiologi tulang  osteodistrofi (terutama untuk falanks jari), kalsifikasi
metastasik.
 Radiologi paru  uremik lung, edema paru dan efusi pleura
 Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila ada obstruksi yang reversibel.
 EKG  melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium:
 Pemeriksaan darah rutin: LED meninggi, Hb rendah, Ht rentah, Eritrosit dan
trombosit rendah, Ureum dan kreatinin meninggi, CCT menurun.
 Elektrolit darah: Hiponatremi (karena kelebihan cairan), Hiperkalemia, Hipokalsemia
& Hiperfosfatemia (karena gg metabolisme vitamin D), Hipoalbuminemis dan
Hiperkolesterol,Gula Darah ↑, Hipertrigliserida (akibat gangguan metabolisme
lemak, disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan
menurunnya lipoprotein lipase)
 Analisis gas Darah: Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH
↓, Base Exess (BE) ↓, HCO3 ↓, PCO2 ↓ karena disebabkan retensi asam-asam
organik pada CKD
DIAGNOSA KEPERAWATAN (1)
Oksigenasi:
 Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru karena edema paru, efusi
pleura; nyeri dada.
 Gangguan pertukaran gas b/d tidak efektifnya ventilasi dan oksigenasi karena
edema paru, uremic lung syndrome, dan infeksi paru; menurunnya membran
kapiler alveolar karena efusi pleura.
 Resiko penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload karena hipertensi
dan overload; disritmia karena hiperkalemi, neuropati otonom dan asidosis
metabolik; penurunan kontraktilitas jantung karena perikarditis uremia dan
anemia.
 Resiko perubahan perfusi jaringan (perifer, kardiopulmonal dan serebral) d/d
penurunan oksigenasi jaringan akibat anemia; penurunan fungsi jantung.
DIAGNOSA KEPERAWATAN (2)
Cairan, elektrolit, asam basa
 Hipervolumia b/d ketidakmampuan ginjal mengeskresikan air dan natrium akibat
gangguan mekanisme regulasi karena penurunan fungsi ginjal; ketidakpatuhan dalam
pembatasan cairan; kurang pengetahuan tentang pembatasan cairan.
 Gangguan keseimbangan asam basa: asidosis metabolik b/d gangguan mekanisme
regulasi
Nutrisi
 Perubahan membran mukosa oral b/d efek pembatasan cairan; penumpukan amonia
pada mukosa mulut
 Defisit nutrisi b/d intake tidak adekuat akibat anoreksia, mual, muntah,
ketidakmampuan mencerna akibat stomatitis dan penurunan sensasi rasa; gangguan
metabolisme karbohidrat dan protein.
 Mual b/d uremia
DIAGNOSA KEPERAWATAN (3)
Eliminasi
Resiko gangguan eliminasi BAB (konstipasi) d/d pembatasan cairan; kurang
pergerakan; efek pemberian terapi fosfat.

Aktifitas dan istirahat


 Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan
oksigen sekunder terhadap anemia, penurunan fungsi jantung; sesak nafas.
 Gangguan mobilitas fisik b/d keterbatasan rentang gerak dan fraktur patologis
sekunder terhadap adanya hipokalsemi, hiperfosfatemi dan kalsifikasi
metastatik; penurunan kekuatan otot karena miopati; nyeri sendi dan tulang
 Kurang mampu merawat diri: personal higiene, berpakaian, berhias, toileting
dan makan b/d kelemahan fisik dan keterbatasan aktifitas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN (4)
Proteksi
 Gangguan integritas kulit b/d penumpukan uremic frost dan kristal kalsium dibawah
kulit; efek garukan karena karena peningkatan rasa gatal; kulit kering akibat penurunan
aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar minyak; dan perubahan sirkulasi karena edema.
 Resiko infeksi d/d penurunan daya tahan tubuh karena penurunan leukosit akibat
peningkatan ureum, malnutrisi, dan kerusakan kulit; stres dan kurang pengetahuan
tentang pencegahan infeksi.
Sensasi
Nyeri akut b/d inflamasi sendi sekunder terhadap hiperuresimia; polineuropati perifer;
osteomielitis; penyakit vaskuler perifer dan trauma jaringan sekunder terhadap efek terapi.
Fungsi neurologis
Resiko / aktual perubahan proses pikir d/d efek uremia pada sistem saraf; asidosis
metabolik dan anemia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN (5)
Psikologi dan spiritual
 Gangguan gambaran diri b/d perubahan penampilan sekunder terhadap perkembangan
proses penyakit.
 Disfungsi seksual atau perubahan pola seksual b/d impotensi akibat neuropati otonom
dan efek uremia pada sistem endokrin; stres psikologis
 Harga diri rendah b/d perubahan penampilan, penurunan fungsi tubuh; gangguan
peran.
 Distress spiritual b/d perubahan pada sistem keyakinan; perubahan gaya hidup;
kehilangan bagian atau fungsi tubuh akibat penyakit kronis dan tidak efektifnya sistem
pendukung
 Perubahan penampilan peran b/d penurunan fungsi tubuh karena penyakit kronis;
hospitalisasi; harga diri rendah; kurang pengetahuan tentang perubahan peran;
kurangnya sistem dukungan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN (6)
 Ansietas b/d krisis situasi perubahan gaya hidup; efek pengobatan (dialisis,
pembatasan diit dan cairan); berkembanganya komplikasi penyakit
 Ketidakberdayaan b/d ketidakmampuan untuk mencegah komplikasi;
perkembangan penyakit kronis; kurang pengetahuan dan ketergantungan
pada orang lain
 Koping individu inefektif b/d perkembangan penyakit kronis
tidakmampmemprediksi kejadian akan datang; kurangnya support sistem; tidak
adekuatnya sumber finansial.
 Resiko tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapetik d/d kurangnya
sistem pendukung; kurang pengetahuan; ketidakpatuhan; efek samping terapi;
keyakinan salah tentang kesehatan; hubungan dengan tenaga kesehatan
kurang baik.
CONTOH LUARAN KEPERAWATAN (SLKI)
• Ekspektasi: Status cairan membaik (L030208)
Hipervolumia • Kriteria: Dispnea ↓, edema ↓, BB ↓, Distensi Vena jugularis
↓, kongesti paru ↓, suara napas tambahan ↓, tekanan
darah membaik.

• Ekspektasi: Status nutrisi membaik (L.030303)


Risiko deficit • Kriteria: porsi makan dihabiskan ↑, serum albumin ↑, sikap
nutrisi terhadap makanan ↑, anoreksia ↓, nafsu makan membaik,
frekuensi makan membaik.

• Ekspektasi: Pola napas membaik


Pola napas tidak • Kriteria hasil: Frekwensi napas membaik (RR 12-20 x/mnt),
efektif Penggunaan otot bantu napas↓, pemanjangan fase
ekspirasi↓, sesak napas ↓, pernapasan cuping hidung ↓,
kedalaman napas membaik, ventilasi semenit membaik

Sumber: Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019)


CONTOH INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)
• Perawatan jantung
• Perawatan jantung akut
Risiko penurunan • Manajemen syok
curah jantung • Manajemen aritmia
• Manajemen elektolit
• Pemantauan tanda vital

• Manajemen hipervolumia
• Pemantauan cairan
Hipervolumia • Edukasi kepatuhan pengobatan
• Manajemen hemodialisis

• Manajemen energi
• Terapi aktifitas
Intoleransi aktifitas • Dukungan ambulasi
• Edukasi teknik atihan fisik
• Pemantauan tanda vital

Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)


INTERVENSI KEPERAWATAN (1)
 Diagnosa Keperawatan:
Hipervolumia berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mengeskresikan air dan natrium akibat gangguan mekanisme regulasi
karena penurunan fungsi ginjal; ketidakpatuhan dalam pembatasan
cairan; kurang pengetahuan tentang pembatasan cairan.
 Tujuan dan Kriteria Hasil:
Tujuan : Hipervolumia teratasi (Status cairan membaik)
Kriteria hasil: Sesak napas tidak ada, bunyi paru bersih, balance cairan
seimbang, TD 110-140/ 70-90 mmHg, Edema tidak ada, JVP (5-2 cmH2O),
BJ urine 1,01-1,025, Natrium serum 135-145 mEq, BB ideal tanpa > cairan
 Aktivitas intervensi Keperawatan untuk Hipervolumia
1. Timbang berat badan pasien setiap hari
2. Ukur intake dan output tiap 24 jam
3. Ukur TD, kaji nadi dan pernapasan tiap 6-8 jam
4. Monitor bunyi paru, perhatikan adanya ronchi
5. Monitor oedema, distensi vena jugularis, refleks hepato jugular
6. Lakukan perawatan mulut, manajemen rasa haus.
7. Berikan edukasi tentang pembatasan cairan, cara penghitungan
balance cairan dan bahaya tidak mematuhi pembatasan cairan.
8. Batasi cairan sesuai indikasi (intake= output urine +IWL)
9. Batasi garam 1,8-2,8 g/ hari.
10. Berikan Diuretic jika masih bisa BAK
11. Monitor Serum Natrium, Kalium, Clorida dan bicarbonat.
12. Monitor Ureum, kreatinin
13. Monitor EKG
14. Lakukan dialisis sesuai jadwal
INTERVENSI KEPERAWATAN (2)
 Diagnosa Keperawatan
Resiko penurunan curah jantung d/d peningkatan afterload karena
hipertensi dan overload; disritmia karena hiperkalemi, neuropati
otonom dan asidosis metabolik; penurunan kontraktilitas jantung
 Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung,
Kriteria hasil: BJ I-II murni tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak
ada dispnea, TD sistole antara 100 – 140 dan diastole antara 70 – 90
mmHg, Nadi 60 – 100 x/mnt kuat & teratur, CRT < 3 detik, Akral
hangat, EKG sinus ritme, Kalium 3,5-7,5 mEq, Ureum < 50 mg,
Toleransi terhadap aktivitas ↑
 Aktivitas Intervensi keperawatan curah jantung
1. Monitor tekanan darah catat bila ada perubahan TD akibat perubahan
posisi, monitor irama, keteraturan dan kekuatan nadi
2. Auskultasi suara jantung dan paru.
3. Observasi warna, kelembaban suhu kulit, pengisian kapiler
4. Evaluasi edema, perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.
5. Batasi aktivitas berlebihan
6. Berikan lingkungan yang tenang
7. Ajarkan tehnik relaksasi: distraksi, napas dalam
8. Monitor EKG
9. Beri tambahan O2 sesuai indikasitor simpatisan
10. Pembatasan cairan, garam, dan kalium
11. Berikan obat: duretic, antihipertensi
12. Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatin
13. Lakukan dialisis sesuai program
INTERVENSI KEPERAWATAN (3)
 Diagnosa Keperawatan
Kecemasan berhubungan dengan perubahan gaya hidup; efek pengobatan
(dialisis, pembatasan diit dan cairan); berkembanganya komplikasi
penyakit; kurang mengenal regimen terapetik; ancaman gangguan peran
dan ketidakpastian dalam hidup.
 Tujuan: Cemas teratasi (Tingkat ansietas menurun)
Kriteria hasil: Ekspresi tenang/ rileks, melaporkan ketakutan dan
kecemasannya berkurang atau teratasi, bisa beristirahat , mengidentifikasi
cara yang sehat dalam mengurangi kecemasan, pasien mau bekerjasama
dengan setiap tindakan keperawatan, bisa memperagakan tehnik relaksasi
setiap mengalami kecemasan
 Aktifitas Intervensi keperawatan Atasi Kecemasan:
1.Gunakan komunikasi terapeutik, agar terbina trust
2.Dorong pasien untuk mengungkapkan kecemasannya beri kesempatan pasien
bertanya
3.Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu
berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
4.Terima pasien apa adanya dan lindungi privasi pasien,
5.Lakukan tindakan keperawatan dengan hati-hati dan komunikasikan dengan baik
pada pasien
6.Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit, terapi dan perawatan
7.Berikan kesempatan keluarga untuk mendampingi pasien
8.Ajarkan cara mengatasi kecemasan dengan relaksasi
9.Motivasi pasien untuk memperagakan tehnik relaksasi jika cemas dan stres muncul.
INTERVENSI REDUKSI ANSIETAS
 Observasi
• Identifikasi perubahan tingkat ansietas
• Identifikasi kemampuan decision maker
• Monitor tanda ansietas verbal dan non verbal
 Terapeutik
• Ciptakan suasana terapeutik
• Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
• Dengarkan dengan empati
• Motivasi untuk mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
• Lakukan pendekatan yang menenangkan
 Edukasi
• Anjurkan mengungkapkan perasaan
• Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang efektif
• Latih Teknik relaksasi
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian anti ansietas jika perlu
Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)
Wassalam
Thank you very much

Anda mungkin juga menyukai