Anda di halaman 1dari 982

PEMBAHASAN 1

1. Addison disease
• wanita 46 tahun  berat badan yang berkurang drastic
• tampak sangat kurus
• rambutnya banyak yang rontok
• sejak 1 bulan yang lalu
• pemeriksaan didapatkan penurunan kadar kortisol, hormone
kelamin, dan aldosterone
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  addison disease

• Addison disease  insufisiensi adrenokortikal, dapat primer maupun


sekunder, primer disebabkan oleh kerusakan atau disfungsi korteks
adrenal, sekunder dikarenakan defisiensi sekresi ACTH hipofisis
Addison disease
Insufisiensi adrenokortikal :
• insufisiensi adrenokortikal primer  kerusakan atau disfungsi korteks
adrenal
• insufisiensi adrenokortikal sekunder  defisien sekresi ACTH hipofisis
Manifestasi klinik
Manifestasi klinik
• Kronik, lelah
• Kelemahan otot
• Kehilangan appetite
• Kehilangan BB
• Nausea
• Vomiting
• Diare
• Tekanan darah turun ketika berdiri menyebabkan bingung
• Perubahan kulit dg hiperpigmentasi atau gelap
• Iritabilitas dan depresi
• Hipoglikemia
• Pada wanita siklus mens tidak teratur atau berhenti
DIAGNOSIS
• ACTH Stimulation Test
• merupakan test spesifik
• Px dg addison’s disease (adrenal insuff) akan kurang /tidak berespon
• CRH Stimulation Test
• Px dg adrenal insuff primer mempunyai ACTH tinggi ttp tidak menghasilkan
kortisol
• Px dg adrenal insuff sekunder →deficient cortisol responses ttp tdk ada atau
lambat thd respon ACTH.
• Jk tidak ada respon →penyebab : pituitary
• Jk respon lambat→ penyebab : hypothalamus
• Test lain
• x ray pada abdomen →deposit Ca menunjukkan TB (atau dg test tuberkulin)
• Imaging
• utk melihat bentuk & ukuran kel. Adrenal pada insuff adrenal sekunder, paling
banyak dg CT scan (imaging secara cross sectional dan test utk melihat fungsi
dan kemampuan memproduksi hormon)
TERAPI
• Replacing atau substituting hormon
• Pemberian sintetik glukokortikoid (hidrokortison tablet) 1 - 2
• tab per hari
• Jk defisien aldosteron dpt diberikan mineralokortikoid
• (fludrokortison) 1 tablet per hari
• Pembedahan (insuff adrenal kronik)
• Standart Tx addisonian crisis :
• Inj IV Hidrokortison
• Saline (NaCl)
• Dextrose
• Fludrokortison → defisien aldosteron
Jawaban lainnya
• A. cushing syndrome  sindroma karena peningkatan kadar glukokortikoid
biasanya karena penggunaan jangka panjang, gejala : peningkatan BB,
akne, amenore, penurunan libido, moon face, buffalo hump, dll
• B. cushing disease  peningkatan kadar glukokortikoid karena adanya
adenoma hipofisis yang menyebabkan peningkatan ACTH, gejala sama
dengan sindrom cushing
• C. curling disease  ulkus di duodenum, seringkali karena stress, gejala :
nyeri perut intermiten
• E. sindrom metabolic  tiga dari lima gejala berikut : TD >130/85, obesitas
sentral, TGA>150, HDL < 40 untuk pria; < 50 untuk wanita, GDP > 110 mg/dl
2. Fenofibrat
• laki-laki 67 tahun  pegal-pegal pada seluruh badan sejak 1 minggu
yang lalu
• TD 130/90, nadi 87 kali permenit, RR 18 kali permenit, suhu afebris
• pemeriksaan lab didapatkan kolesterol total 250, LDL 156, HDL 46,
TGA 404
• Terapi?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  dyslipidemia

• Dislipidemia  Kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan


peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam darah
Dislipidemia
• Kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun
penurunan fraksi lipid dalam darah.
• Kelainan fraksi lipid yang utama
• Kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan atau TGA
• Penurunan kolesterol HDL
• Faktor risiko terjadinya aterosklerosis  stroke, PJK, PAD, SKA
Keluhan
• Pada umumnya dyslipidemia tidak bergejala dan biasanya ditemukan
pada saat pasien melakukan medical check-up
Pemeriksaan
• Fisik  vital sign, antropometri (LP, IMT)
• Penunjang
• Kolesterol total
• LDL
• HDL
• TGA plasma
Tata laksana
• Penilaian jumlah factor resiko PJK pada pasien untuk menentukan
kolesterol LDL yang harus dicapai
Non farmakologis
• Terapi nutrisi medis  mengurangi asupan lemak total dan lemak
jenuh, dan meningkatkan asupan lemak tak jenuh rantai tunggal dan
ganda )ps dg koles LDL tinggi); mengurangi asupan karbohidrat,
alcohol, dan lemak (ps dg TGA tinggi)
• Aktifitas fisik  meningkatkan aktivitas fisik sesuai kondisi dan
kemampuan
Farmakologis
• Pada kasus dyslipidemia yang tinggi TGA dan LDL, tetapi lebih tinggi
TGA  golongan fibrat
Jawaban lainnya
• A. simvastatin  lebih berefek besar pada LDL tinggi
• B. atorvastatin  lebih berefek besar pada LDL tinggi, lebih bagus
daripada simvastatin
• D. niacin  lebih berefek besar untuk menaikkan HDL
• E. kolestiramin  diberikan pada pasien yang tidak toleran terhadap
statin
3. Sindrom metabolik
• laki-laki 56 tahun  nyeri pada leher belakang sejak 3 hari yang lalu
• sering lapar dan haus sejak 1 bulan yang lalu
• TD 150/90, nadi 88 kali permenit, RR 20 kali permenit, suhu afebris
• pemeriksaan lab didapatkan GDS 358, GDP 160, kolesterol total 189,
LDL 180, HDL 46, TGA 178
• Diagnosis?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  sindroma metabolic

• Sindrom metabolic  ombinasi dari kondisi medis yang


menempatkan seseorang pada risiko untuk penyakit kardiovaskular
dan diabetes tipe 2
Sindrom Metabolik
• Kombinasi dari kondisi medis yang menempatkan seseorang pada
risiko untuk penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2.
• Sindrom metabolik juga disebut sindrom metabolik X, sindrom X, dan
sindrom resistensi insulin
• Jawaban yang lainnya benar  namun jika terkumpul menjadi satu 
SINDROM METABOLIK
4. Hipotiroid primer
• wanita 35 tahun  sering merasa lelah sejak 1 bulan yang lalu
• kulitnya semakin kering, sering mengantuk di siang hari
• Berat badan pasien naik 5 kg dalam 1 bulan ini
• TD 100/60, nadi 56 kali permenit, RR 20 kali permenit, suhu afebris
• Pemeriksaan lab didapatkan peningkatan kadar TSH dan penurunan
kadar free T4
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hipotiroid primer

• Hipotiroid  Suatu penyakit yang terjadi akibat penurunan kadar


hormon tiroid yang bersirkulasi
Hipotiroid
• Suatu penyakit yang terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid
yang bersirkulasi
• Hipofungsi tiroid yang berjalan lambat yang diikuti oleh gejala-gejala
kegagalan tiroid
• Ditandai oleh ketidakcukupan produksi hormon tiroid
Tipe
Hipotiroidisme primer
• Kelenjar tiroid tidak mampu menhasilkan HT
• Bawaan atau didapat
• Bawaan: Tidak mempunyai kel.tiroid / kel.tiroid tidak mampu
mensitesis
• Di dapat: Tiroiditis hashimoto, terapi iodium radioaktif atau
pembedahan
• Gangguan pertumbuhan dan keterbelakangan
Hipotiroidisme sekunder
• Gangguan pada hipotalamus & hipofisis
• Kelenjar hipofisis tidak cukup menghasilkan TSH untuk merangsang
tiroid mengeluarkan sejumlah tiroksin yanag cukup
• Dapat terjadi apabila terdapat tumor pada kel.hipofisis, radiasi atau
pembedahan
• Kegagalan hipotalamus (peningkatan TRH, TSH yang berubah-ubah,
penurunan T4 bebas)
Gejala dan tanda
Kulit dan rambut
• Kulit kering, pecah-pecah & menebal
• Rambut rontok, alopesia, kering dan pertumbuhannya buruk
• Tidak tahan dingin
• Pertumbuhan kuku buruk & menebal
Muskuloskeletal
• Penebalan lidah
• Kejang otot, kaku
• Pertumbuhan tulang terhambat pada masa anak-anak
Sistem endokrin
• Pada wanita terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa
menstruasi yang memanjang
• Gangguan fertilitas
Neurologik
• Letargi & mental menadi terlambat
• Aliran darah ke otak menurun
• Kejang,koma dan dimensia
Kardiorespirasi
• Bradikardi, disritmia, hipotensi
• Kardiomegali
• Hipoventilasi
• Efusi pleura
• Dispnea
Gastrointestinal
• Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
Renalis
• Aliran darah ke ginal menurun
• Etensi air berkurang
Hematologi
• Anemia
• Gangguan koagulasi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan T4 & T3 serum
• Normal T4 = 4,5 – 11,7 µg/dl
• T3 = 0,8 – 1,8 µg/dl
• Pada hipotiroid akan turun
Pemeriksaan TSH
• Normal TSH = 0,3 – 5,0 mU/L
• Pada hipotiroid akan naik (>5.0 mU/L
Pemeriksaan radiologis
Tata laksana
• Tujuan: memulihkan metabolisme kepada keadaan metabolik normal
• Levitiroksin sintetik (Syntiroid atau levothroid)
• Pemberian tiroksin biasanya dimuali dalam dosisi rendah (50 µg/hari)
Jawaban lainnya
• A. hipertiroid primer  kerusakan di tiroidnya
• B. hipertiroid sekunder  kerusakaran di hipofisis atau hipotalamis
• D. hipotiroid sekunder  peningkatan TSH, FT4 normal
• E. hipotiroid subklinik  penurunan/normal TSH, FT4 normal
5. Plasmodium vivax
• laki-laki 35 tahun  demam sejak 1 minggu yang lalu
• badannya menggigil dan keluar keringat dingin
• sakit kepala di bagian depan kepala
Pasien baru saja pergi ke daerah Papua
• TD 130/90, nadi 104 kali permenit, RR 20 kali permenit, suhu 38,5
• pemeriksaan apusan darah didapatkan eritrosit membesar bentuk
ameboid dan terdapat titik scuffner
• Penyebab?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  malaria

• Malaria  infeksi yang disebabkan oleh plasmodium sp


Malaria
Parasit penyebab malaria (Plasmodium) :
• Plasmodium falciparum (malaria tropika/maligna)
• Plasmodium vivax (malaria tertiana)
• Plasmodium malarie (malaria kuartana)
• Plasmodium ovale (jarang, Indonesia Timur, Afrika )
ANAMNESIS
• Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
• Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
• Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
• Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
PEMERIKSAAN FISIK
• Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C
• Konjungtiva atau telapak tangan pucat
• Sklera ikterik
• Pembesaran Limpa (splenomegali)
• Pembesaran hati (hepatomegali)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• A. Pemeriksaan dengan mikroskop
• Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis klinik untuk
menentukan:
• a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
• b) Spesies dan stadium plasmodium.
• c) Kepadatan parasit.
• B. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
•  deteksi antigen parasit malaria
APUSAN DARAH
MALARIA
MALARIA BERAT
Ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan minimal satu dari
manifestasi klinis atau didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO, 2015):
• Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
• Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
• Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
• Distres pernafasan
• Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80 mm Hg
(pada anak: <70 mmHg)
• Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)
• Hemoglobinuria
• Perdarahan spontan abnormal
• Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%
Gambaran laboratorium :
• Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
• Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
• Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis
sedang-rendah), pada dewasa Hb<7gr% atau hematokrit <15%)
• Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di daerah
endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit /μl di daerah
endemis tinggi)
• Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
• Hemoglobinuria
• Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Pengobatan Malaria Falcifarum & Vivax
Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) + Primakuin
Pengobatan malaria vivaks yang relaps

ACT + Primakuin (0,5 mg/kgBB/hari)

Pengobatan malaria ovale

ACT (DHP) + Primakuin selama 14 hari


Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks

Pengobatan malaria malariae

ACT 1 X1 selama 3 hari dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya


tidak diberikan primakuin
PENGOBATAN MALARIA PADA BUMIL
tidak diberikan primakuin
• pemeriksaan apusan darah didapatkan eritrosit membesar bentuk
ameboid dan terdapat titik scuffner  KHAS pada plasmodium
VIVAX
6. ACT (3 hari) + primakuin (1x1 tablet selama
14 hari)
• laki-laki 35 tahun  demam sejak 1 minggu yang lalu
• badannya menggigil dan keluar keringat dingin
• sakit kepala di bagian depan kepala
• Pasien baru saja pergi ke daerah Papua
• TD 130/90, nadi 104 kali permenit, RR 20 kali permenit, suhu 38,5
• pemeriksaan apusan darah didapatkan eritrosit membesar bentuk
ameboid dan terdapat titik scuffner
• Terapi lini pertama?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  malaria

• Malaria  infeksi yang disebabkan oleh plasmodium sp


Malaria
Parasit penyebab malaria (Plasmodium) :
• Plasmodium falciparum (malaria tropika/maligna)
• Plasmodium vivax (malaria tertiana)
• Plasmodium malarie (malaria kuartana)
• Plasmodium ovale (jarang, Indonesia Timur, Afrika )
ANAMNESIS
• Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
• Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
• Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
• Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
PEMERIKSAAN FISIK
• Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C
• Konjungtiva atau telapak tangan pucat
• Sklera ikterik
• Pembesaran Limpa (splenomegali)
• Pembesaran hati (hepatomegali)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• A. Pemeriksaan dengan mikroskop
• Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis klinik untuk
menentukan:
• a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
• b) Spesies dan stadium plasmodium.
• c) Kepadatan parasit.
• B. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
•  deteksi antigen parasit malaria
APUSAN DARAH
MALARIA
MALARIA BERAT
Ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan minimal satu dari
manifestasi klinis atau didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO, 2015):
• Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
• Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
• Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
• Distres pernafasan
• Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80 mm Hg
(pada anak: <70 mmHg)
• Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)
• Hemoglobinuria
• Perdarahan spontan abnormal
• Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%
Gambaran laboratorium :
• Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
• Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
• Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis
sedang-rendah), pada dewasa Hb<7gr% atau hematokrit <15%)
• Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di daerah
endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit /μl di daerah
endemis tinggi)
• Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
• Hemoglobinuria
• Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Pengobatan Malaria Falcifarum & Vivax
Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) + Primakuin
Pengobatan malaria vivaks yang relaps

ACT + Primakuin (0,5 mg/kgBB/hari)

Pengobatan malaria ovale

ACT (DHP) + Primakuin selama 14 hari


Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks

Pengobatan malaria malariae

ACT 1 X1 selama 3 hari dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya


tidak diberikan primakuin
PENGOBATAN MALARIA PADA BUMIL
tidak diberikan primakuin
• Pada kasus  disebabkan oleh plasmodium vivax
• Terapi lini pertama  ACT (3 hari) + primakuin (1x1 tablet selama 14
hari)
7. Demam tifoid
• wanita 35 tahun  demam sejak 1 minggu yang lalu
• Demam dirasakan lebih tinggi saat sore dan malam hari
• nyeri perut, kembung, sakit kepala, dan tidak nafsu makan
• BAB terakhir 3 hari yang lalu
• TD 120/80, nadi 78 kali permenit, RR 18 kali permenit, suhu 38,2
• Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukopenia
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  demam tifoid

• Demam tifoid  penyakit sistemik yang ditandai dengan demam dan


nyeri perut yang diakibatkan oleh penyebaran kuman Salmonella
typhi dan Samonella paratyphi
Gejala Klinis
• Setelah Masa inkubasi = 10-14 hari  Gejala klinis

• Gejala Klinis bervariasi dari ringan, sedang sampai berat dan dapat
berakhir dengan kematian
Minggu I
• Demam (meningkat perlahan2 terutama di sore hari)
• Nyeri kepala
• Anoreksia
• Obstipasi
• Atau diare
• Mual muntah
• Rasa tidak enak diperut
• Epistaksis
• Batuk dll
Minggu II
• Gejala-gejala lebih jelas
• Demam
• Bradikardi relatif
• Lidah berselaput
• Hepatosplenomegali
• Meteorismus
• Gangguan mental: somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis
• Roseola (jarang ditemukan pada orang indonesia)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan rutin
• Darah perifer lengkap: paling sering leukopeni, dapat normal atau
leukositosis
• Anemia ringan
• Trombositopenia
• LED meningkat
• SGOT dan SGPT meningkat
Uji Widal
• Deteksi antibodi dasarnya rx silang antara antigen S.typhi dengan
antibodi  aglutinin
• Aglutinin O = badan kuman, H= flagel kuman, Vi = simpai kuman
Uji Tubex
• Uji semikuantitatif kolorimetrik yang cepat (menit)
• Mendeteksi antibodi anti-S.typhi 09
• Dapat mendeteksi penyakit secara dini (hari ke 4-5 )
• Sensitifitas dan spesifisitas kuat
Skor Interpretasi Keterangan
<2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi aktif
3 Borderline Tidak dapat disimpulkan  ulang
4-5 Positif Infeksi tifoid aktif
>6 Positif Indikasi kuat infeksi tifoid
Typhidot
• Mendeteksi antibodi IgM dan IgG pada membran luar S typhi
• Hasil positif dapat ditemukan 2-3 hari
• Sensitifitas dan spesifitas baik
• Reinfeksi igG meningkat IgM sulit dideteksi
Uji Dipstick
• Khusus mendeteksi IgM spesifik yang ada pada serum atau WB
• Mudah dan cepat (1 hari)
• Akurat bila pemeriksaan setelah 1 minggu gejala
Kultur darah
• Hasil biakan positif  memastikan demam tifoid
• Hasil negatif tidak menyingkirkan
• Dipengaruhi oleh:
• Pemberian antibiiotik
• Volume darah kurang
• Darah mesti langsung dimasukkan ke dalam media empedu
• Riwayat vaksinasi
• Pengambilan darah lebih dari 1 minggu  aglutinin meningkat
Penatalaksanaan

Istirahat dan • Mencegah komplikasi


perawatan • Mempercepat kesembuhan

Diet dan • Mengembalikan rasa nyaman


penunjang • Mengembalikan kesehatan

• Menghentikan dan mencegah


Antibiotika penyebaran kuman
Antibiotika
Jawaban lainnya
• A. dengue fever disebabkan oleh virus dengue, demam 1-7 hari,
tanpa perdarahan spontan
• B. dengue hemoragik fever  disebabkan oleh virus dengue, demam
1-7 hari, dengan perdarahan spontan
• C. leptospirosis  disebabkan leptospira, demam, ikterik bisa ada,
nyeri otot gastrocnemius
• D. malaria  disebabkan plasmodium sp, demam, menggigil, keringat
dingin (trias), gejala anemia hemolitik, apusan darah tebal tipis (lab)
8. Trichuris trichiura
• anak 12 tahun  BAB cair sejak 2 hari yang lalu, seharinya bisa
sebanyak 5-7 kali
• tidak mengeluhkan mual maupun muntah
• TD 100/60, nadi 110, RR 20, suhu afebris
• pemeriksaan fisik didapatkan bising usus meningkat, supel, nyeri
tekan pada perut bagian bawah
• pemeriksaan feses didapatkan gambaran 
• Penyebab?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  trichuriasis

• Trichuriasis  infeksi kecacingan yang disebabkan oleh trichuris


trichiura
Trichuriasis
• infeksi kecacingan yang
disebabkan oleh trichuris sp

• Klinis
• Diare
• Prolaps recti
Jenis cacing
Tata laksana kecacingan

Trematoda
• Praziquantel 10 mg/kgBB, dosis tunggal

Cestoda
• Albendazol 2x400 mg, 8-30 hari, DOC untuk infeksi cestoda yg
fatal (neurocysticercosis)
• Praziquantel 10 mg/kgBB, dosis tunggal, DOC untuk
hymenolepiasis dan taeniasis
Nematoda

Enterobius Trichuris Ascaris Ancylostoma

• Pirantel pamoat • Mebendazole • Albendazole 400 • Albendazole 400


10 mg/kgBB, 2x100 mg, 3 hari mg, dosis tunggal mg, dosis tunggal
maks 1 gram, atau 600 mg • Mebendazole • Mebendazole
dosis tunggal dosis tunggal 2x100 mg, 3 hari 2x100 mg, 3 hari
• Mebendazole • Albendazole 400 • Pirantel pamoat • Pirantel pamoat
500 mg, dosis mg, dosis tunggal (hamil) 10 10 mg/kgBB,
tunggal mg/kgBB, maks 1 maks 1 gram,
• Albendazole 400 gram, dosis dosis tunggal
mg, dosis tunggal tunggal
Jawaban lainnya
• A. ancylostoma duodenale  telur dengan segmented ovum
• B. enterobius vermicularis  telur berdinding tipis 2, terdapat sisi
cembung dan sisi datar (seperti huruf D)
• D. taenia solium  proglotid (+)
• E. necator americanus  telur dengan segmented ovum
9. Leptospira
• laki-laki 35 tahun  demam sejak 5 hari yang lalu
• pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum pasien compos mentis,
TD 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi napas 25x/menit, dan
Tax 38,5°C
• Palpasi pada muskulus gastrocnomeus, didapatkan nyeri tekan (+)
• Sehari-hari, pasuen bekerja sebagai tukang bersih-bersih
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  leptospirosis

• Leptospirosis  infeksi dalam tubuh yang mengakibatkan demam


tinggi, dengan gejala khas nyeri pada otot gastrocnemius.
Etiologi
• Leptospira yang termasuk dalam ordo Spirochaeta
• Menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama
lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih
yang tidak diencerkan akan cepat mati
• Vektor  tikus (rodent), babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing,
serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak
GAMBARAN KLINIS
Fase Klinis Spesimen
Leptospirosis anikterik* Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, Darah, LCS
Fase leptospiremia nyeri perut, mual, muntah,
conjunctival suffusion

Fase imun Demam ringan, nyeri kepala, muntah, Urin


meningitis aseptik

Leptospirosis ikterik Demam, nyeri kepala, mialgia, ikterik, Darah, LCS (minggu 1)
Fase leptospiremia dan fase gagal ginjal, hipotensi, manifestasi Urin (minggu ke-2)
imun perdarahan, pneumonitis
(sering overlapping) hemorrargik, leukositosis
Diagnosis
• Pemeriksaan Mikroskopik darah/urin mikroskop lapangan terang
• Kultur isolasi darah/cairan serebrospinal selam 10 hari
• Inokulasi hewan
• Isolasi leptospira meliputi inokulasi intraperitoneal pada marmot muda
• Serologi
• Microscopic Agglutination Test (MAT), Macroscopic Agglutination Test (MA
Test), Microcapsule Agglutination Test (MCAT), rapid latex agglutination
assay(RLA assay), enzyme linked immune sorbent essay (ELISA), immuno-
fluorescent antibody test, dan immunoblot
Kriteria Diagnosis
Kriteria WHO oleh Feine
untuk diagnosa
Leptospirosis
Tatalaksana

Leptospirosis ringan (mild illness/ suspect case)


Doxycycline (kapsul) 100 mg 2x/ hari selama 7 hari; atau
Amoxicillin atau Ampicillin (kapsul) 2 gr/ hari selama 7 hari

Leptospirosis berat (severe case/ probable case)


Injeksi Penicillin G 2 juta unit IV / 6 jam selama 7
hari; Injeksi Ceftrioxine1 gr IV/ hari selama 7 hari
a
Jawaban lainnya
• B. DHF  demam mendadak tinggi, biasanya satu sampai 7 hari,
dapat disertai dengan gejala perdarahan spontan
• C. Tifoid  demam yang bisa mencapai 4 minggu, disertai dg keluhan
nyeri perut, konstipasi atau diare
• D. Malaria  demam siklik, biasanya ada riwayat bepergian ke daerah
endemis
• E. dengue fever  demam mendadak tinggi tanpa disertai dengan
perdarahan spontan, disebabkan oleh virus den
10. Infark miokard akut
• wanita 50 tahun  nyeri dada yang menjalar ke bahu kiri, dagu,
leher kiri, dan rahang kiri
• Riwayat hipertensi (+), perokok (-)
• TD 90/60 mmHg, N 100x/menit, T= 36oC
• CKMB turun, SGOT, LDH, LDL, HDL, kolesterol dbn
• EKG ST elevasi>0,2
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  infark miokard akut

• Infark miokard akut  salah satu dari sindrom coroner akut yang
ditandai dengan nyeri dada khas kardial, menjalar ke lengan kiri,
leher, rahang, dll, nyeri tidak membaik dengan istirahat
Klasifikasi SKA

ESC Guidelines for the management of Acute Coronary Syndrome in patients without
persistent ST Elevation.2011
Nyeri Dada Khas Infark
• Nyeri dada Angina Saat Istirahat (>20 Menit)
• Nyeri dada angina Pertama Kali (de Nuvo) dengan tingkatan CCS III
• Cresendo Angina
• Angina Paska Infark
Elektrokardiografi

 The most important


 Serial EKG is routinely
 Classify ACS
 Determine severity and prognosis
 Elevasi Segmen ST pada J Point pada 2 lead yg berhubungan
 ≥0.25 mV Pada laki-laki dibawah 40th
STEMI  ≥0.2 mV pada laki-laki diatas 40th, or ≥0.15 mV pada wanita di
lead V2–V3 dan/atau ≥0.1 mV pada lead lainnya

Depresi Segmen ST horizontal/downsloping baru ≥ 0.1 mV pada 2 lead


NSTEMI/UAP yg berhubungan
T Inverted ≥ 0.1 mV
Marka Jantung
• Pada pasien dg SKA Peningkatan
enzinm Troponin terjadi 4 jam
setelah onset gejala
• Troponin dapat bertahan selama 2
minggu didalam darah
• Pemeriksaan serial harus
dilakukan dlm 6-12 jam jika
pemeriksaan pertama negatif
• Pemeriksaan CKMB atau Troponin
T sangat bermanfaat utk
mendiagnosis SKA
Tindakan Umum & Langkah Awal
Tirah Baring (Kelas 1C)

2 Oksigen utk pasien dg Saturasi<95% atau distres nafas(I-C)

Suplemen Oksigen diberikan utk semua SKA dlm 6 jam pertama tanpa mempertimbangkan Saturasi
(IIa-C)

4 Aspirin tanpa salut 160-320 mg pd semua ps yg toleran thdp Aspirin (I-C)

5 Clopidogrel dosis awal 300 mg, dilanjutkan 75 mg/hari(I-C)

5 Suplemen Oksigen diberikan utk semua SKA dlm 6 jam pertama tanpa mempertimbangkan Saturasi (IIa-C)

Anti Iskemik: NTG spray/tab (I-C), Morfin sulfat 1-5 mg IV dpt diulang setiap 10-30 menit (IIa-B)
5

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014 130
Persangkaan SKA

Non Kardiak Angina Stabil (Kronik) Kemungkinan Definitif SKA


SKA

• EKG: Normal atau Tanpa Elevasi segmen ST Elevasi segemen ST (STEMI)


atau LBBB Baru
nondiagnostik
• Marka Jantung awal:
Normal • Perubahan ST dan/atau
• Gelombang T
Observasi 12 jam setelah • Angina berlanjut
awitan Angina • Marka Jantung Positif
• Hemodinamik abnormal
• Angina tdk berulang • Angina berulang,atau
• EKG:tdk berubah • EKG: perubahan ST
• Marka jantung:Normal dan/atau gelombang T Definitif SKA Evaluasi terapi reperfusi
• Marka Jantung : positif

NEGATIF POSITIF
Diagnostik: Bukan SKA atau Resiko Diagnosis: Definitif atau sangat Terapi NSTEMI
rendah SKA mungkin SKA

Pemantauan rawat Jalan


Jawaban lainnya
• B. prinzmetal angina  angina yang disebabkan oleh karena vasospasme
• C. endocarditis  peradangan endocardium oleh karena infeksi, biasanya
mengenai katup mitral dan aorta, diagnosis berdasarkan kriteria DUKE
• D. unstable angina  angina yang pertama kali dirasakan, dirasakan saat
istirahat dan lebih dari 20 menit; angina yang semakin berat, tidak
membaik dengan istirahat/nitrogliserin
• E. pericarditis  peradangan pericardium parietalis, pericardium visceralis,
atau keduanya, variasi klinis pericarditis sangat luas mulai dari efusi
pericard tanpa tanda tamponade, tamponade jantung, pericarditis akut,
dan pericarditis konstriktif
11. Blok AV derajat 2 tipe 2
• laki-laki 35 tahun  penurunan kesadaran diantar oleh keluarganya
• Sebelum ke IGD pasien sempat kejang di rumah
• Hasil EKG menunjukkan 
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  Blok AV derajat 2 tipe 2

• AV blok  gangguan penghantaran impuls jantung karena adanya


blok pada AV (atrioventrikuler)
Blok Atrio-Ventrikuler (AV)
• Blok AV adalah blok yang paling penting
• Menyebabkan gangguan koordinasi antara atria dan ventrikel
ganggu fungsi jantung
• Blok yang paling sering terjadi
Blok AV derajat Satu
• Dasar diagnosis
• Interval PR memanjang > 0,20 detik
• Sering interval PR sangat
memanjang gelombang P
Blok AV derajat satu
bertumpuk pada gelombang T di
Interval P-R memanjang
depannya
Blok AV derajat Dua
• Dibagi menjadi:
• Blok AV tipe Wenckebach atau tipe Mobitz I
• Blok AV tipe Mobitz II
• Blok AV lanjut atau derajat tinggi
Blok AV tipe Wenckebach
• Dasar Diagnosis :
• Interval PR makin memanjang, suatu saat gelombang QRS yang hilang
• Interval PR makin memanjang, tetapi pertambahan panjang interval PR makin
mengecil, sehingga interval RR makin memendek, yang disusul dengan
hilangnya QRS
Rasio Konduksi
• Jumlah impuls/Jumlah impuls yang diteruskan
atau
• Jumlah P/Jumlah P yang diteruskan
Blok AV derajat dua tipe Wenckebach
Interval PR makin memanjang (a<b<c) disusul satu gelombang QRS
yang hilang (x).
Rasio konduksi 4 : 3
Blok AV tipe Mobitz II
• Dasar diagnosis
• Interval PR tetap, suatu saat ada
gelombang QRS yang hilang

Blok AV tipe Mobitz II


Interval PR tetap, disusul satu gelombang QRS yang hilang (x).
Rasio konduksi 3 : 2

141
Blok AV derajat tinggi
• Dasar diagnosis
• Blok AV dengan rasio konduksi 2 : 1
atau lebih.
• Misalnya Blok AV 2 : 1, 3 : 1, 4 : 1,
dsb

Blok AV derajat tinggi, rasio konduksi 4:1

142
Blok AV total
• Tak ada gelombang P yang diteruskan
• Harus ada irama lolos, supaya tidak terjadi henti ventrikuler
• Irama lolos :
• Irama lolos penghubung
• (irama idionodal)
• Irama lolos ventrikuler
• (irama idioventrikuler)
Blok AV total
• Pada blok AV total, atria dan ventrikel berdenyut sendiri-
sendiri
 Disosiasi AV komplit
• Gambaran EKG : letak gelombang P tak ada hubungan dengan
letak gelombang QRS

A B
Blok AV total, dengan irama lolos penghubung (A), lolos ventrikuler (B)

144
145
• Dari gambaran EKG  AV blok derajat 2 tipe 2
12. Furosemide
• wanita 33 tahun  sesak setelah melakukan aktivitas
• sering terbangun malam hari karena batuk dan sesak dan baru bisa
tidur dengan 2-3 bantal
• pemeriksaan fisik didapatkan TD 180/120, nadi 100 x/menit, RR
28x/menit
• pemeriksaan jantung, auskultasi didapatkan gallop dan ronki basah
halus di basal kedua paru dan kedua kaki oedem
• Terapi pilihan pertama ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  CHF (congestive heart
failure)

• CHF (congestive heart failure) dengan kemungkinan saat ini terjadi


ADHF (acute decompensated heart failure)  perburukan pada kasus
gagal jantung kronis yang sebelumnya stabil

• Gejala dan tanda : DoE (dispneu d effort), PND (paroksismal nocturnal


dyspnea), ortopneu (tidur dg banyak bantal)
Klasifikasi

Gagal jantung sistolik


• Ketidakmampuan kontraksi jantung memompa  curah jantung
menurun  kelemahan, fatigue, kemampuan akt fisik menurun, dan
gejala hipoperfusi lainnya

Gagal jantung diastolik


• Karena gangguan relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel
• Didefinisikan secara klinis dan echo sebagai gagal jantung dengan
fraksi ejeksi lebih dari 50%
Gagal jantung akut
• perburukan tanda dan gejala mendadak (baru, bertahap, atau cepat) sebagai akibat
kelainan fungsi jantung yang membutuhkan terapi segera.
• Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan atau tanpa penyakit jantung sebelumnya.
• Gagal jantung ini dapat terjadi sebagai acute de novo (pada pasien tanpa diketahui
adanya disfungsi jantung sebelumnya) atau dekompensasi akut dari dari gagal jantung
kronik.
• Contoh klasik gagal jantung akut adalah robekan daun katup secara tiba-tiba akibat
endokarditis, trauma atau infark miokard luas.
• Curah jantung yang menurun secara tiba-tiba dapat menyebabkan menyebabkan
penurunan tekanan darah tanpa disertai dengan edema perifer, karena penurunan
curah jantung di dalam kasus ini bukanlah disebabkan stasis di vena perifer
Terapi HF
• 3 pendekatan :
• Penyebab HF dihilangkan (pembedahan pada struktur abnormal, mengobati
kondisi medis spt infeksi endocarditis atau hipertensi)
• Faktor-faktor yang memperburuk HF diidentifikasi dan diminimalkan (demam,
anemia, aritmia, ketidakpatuhan pengobatan, obat)
• Terapi obat untuk mengontrol HF dan meningkatkan survival

155
Terapi HF
• Konsep terapi non-obat :
• Dulu  mengurangi aktivitas dan bedrest total adalah standar perawatan
pasien
• Sekarang :
• Regular exercise (walking or cycling) direkomendasikan untuk pasien HF stabil kelas I-III
• Dietary sodium (approximately 2 to 3 g of sodium per day)
• restriction of fluid intake (maximum 2 L/day from all sources)
• Berhenti merokok dan minum alkohol
• Revaskularisasi atau transplantasi

156
Terapi HF
• Konsep terapi obat
• Dulu  fokus pada lemahnya jantung (digitalis, glikosida), dan diuretik)
• Sekarang  status patofisiologi sistemik keseluruhan

157
Algoritma terapi untuk pasien gagal jantung stage A & B menurut ACC/AHA

158
159
Terapi untuk HF tingkat D
• penderita HF advanced (gagal jantung dekompensasi) :
• pasien yang mengalami simptom saat istirahat
• pasien yang bolak-balik hopitalisasi
• pasien yang harus di rs dengan intervensi khusus
• terapi khusus : support sirkulasi mekanik, terapi
inotropik positif secara kontinu, transplantasi kardiak

160
161
162
Jawaban lainnya
• A. spironolactone  bukan jenis diuretic kuat untuk kasus CHF
• B. digoxin  digitalis, bukan terapi pilihan pertama yang harus
diberikan
• C. captopril  bukan terapi pilihan pertama yang harus diberikan,
tujuan pemberian untuk remodeling jantung
• E. verapamil  salah satu anti hipertensi, bukan pilihan pertama
pada kasus CHF
13. Anterolateral
• laki-laki 40 tahun  nyeri dada menjalar ke rahang dan lengan kiri
• Nyeri dirasakan 20 menit
• muncul saat aktivitas dan berkurang saat istirahat
• Pada EKG ditemukan Q patologis dan elevasi ST di I, aVL, V4-V6
• Lokasi kelainan ?
Lokasi infark
• Pada kasus, terdapat q patologis dan ST elevasi di I, aVL, V4-V6 
anterolateral
14. Tunda OAT sampai enzim transaminase
turun 2x normal
• laki-laki 30 tahun  gejala TB dan dari hasil pemeriksaan lab
ditemukan juga peningkatan enzim transaminase 5x normal
• Regimen pengobatan yang tepat ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  TB paru

• TB paru  penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh


basil Mycobacterium tuberculosis
Klasifikasi TB
• Transaminasi naik sampai 5 kali lipat  hepatitis akut
• OAT tidak diberikan dulu sampai sembuh atau turun 2 kali normal
15. Kasus drop out
• laki-laki 18 tahun  batuk sejak 3 minggu disertai demam, tidak
tinggi serta sering berkeringat kalau malam
• Pemeriksaan sputum BTA +/-/+
• Sembilan tahun yang lalu pasien pernah mendapatkan terapi OAT
selama 2 bulan, berhenti sendiri karena merasa sembuh
• Tipe kasus ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  TB paru kasus drop out

• TB paru  penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh


basil Mycobacterium tuberculosis
Klasifikasi TB
Jawaban lainnya
• A. kasus gagal terapi  penderita BTA positif yang masih positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5
• B. kasus relaps  pernah mendapatkan pengobatan TB lengkap dan
dinyatakan sembuh kemudian berobat kembali dengan hasil
pemeriksaan BTA positif
• D. kasus MDR TB  tidak respon dengan pengobatan TB biasa
• E. kasus baru  pasien belum pernah mendapat OAT atau pernah
mendapat OAT kurang dari 1 bulan
16. Silikosis
• laki-laki 30 tahun bekerja di pabrik
• keluhan sejak 1 minggu ini pasien mengeluh sesak nafas yang
semakin memberat sehingga tidak dapat melakukan aktivitasnya
seperti biasa
• sesak nafas diawali batuk sejak 1 bulan yang lalu
• Keluhan penurunan berat badan disangkal, tidak ada keluarga yang
menderita batuk lama
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  silicosis

• Silikosis  infeksi paru yang disebabkan oleh debu bebas silica, sering
terjadi pada pekerja tambang, drilling, keramik, industry, dll
SILIKOSIS
• Agen : debu silika bebas(free-crystalline silica), (bedakan dengan
silikat !)
• SiO2 , kristal heksagonal (bentuk amorf tak berbahaya)
• Mineral plg banyak di bumi
• Berisiko jika kandungan SiO2 >1%
• Sumber : pasir kwarsa, batu granit, tanah gerabah, dll
• Pekerja berisiko : tambang, drilling, keramik, sand blaster, industri
ampelas/gerinda, pencetakan logam
• Penyakit yang sering menyertai : tbc, penyakit obstruktif paru, kanker
Klinis
• Kasus tak banyak, sering misdiagnosis
• Digolongkan : kronik (simple), berkembang (accelerated) dan akut
• SILIKOSIS KRONIK :
• Setelah terpapar > 20 tahun pada dosis rendah
• Umumnya tanpa keluhan.
• Keluhan (bila ada) : napas pendek dan batuk
• Dapat berkembang menjadi bentuk progresif : progressive massive fibrosis
(pmf)
• Progresif : penurunan fungsi (restriksi), distorsi bronki.
• Komplikasi : kegagalan kardio-respirasi
• Radiologis : egg shell calcification (pengkapuran getah bening hilus)
• SILIKOSIS BERKEMBANG
• Akibat paparan pada dosis tinggi > 5 tahun
• Secara cepat berkembang menjadi pmf
• Keluhan napas pendek muncul lebih awal
• Cepat mengalami hipoksia
• Nodul mengalami konsolidasi membesar > 1 cm
• SILIKOSIS AKUT :
• Akibat paparan dengan dosis sangat tinggi dalam waktu beberapa minggu –
tahun (1 – 3 tahun)
• Pekerja berisiko : sandblaster, flint crusher, keramik
• Keluhan & gejala : sesak, febris, batuk, berat badan turun
• Gejala lain : sering diserta odema paru atau extrinsic allergic alveolitis
Jawaban lainnya
• B. hipersensitivitas pneumonitis  peradangan paru yang disebabkan
oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik,
obat)
• C. asma bronkial  sesak napas episodic, batuk berdahak yang
memburuk pada malam hari, mengi
• D. bronchitis  peradangan pada bronkus, yang ditandai dengan
batuk yang berlangsung kurang dari 3 minggu, disebabkan oleh virus
• E. pneumonia  infeksi parenkim paru oleh bakteri, virus, jamur, dll,
gejala : demam tinggi, menggigil, batuk dg dahak yag purulent, sesak,
nyeri dada
17. Pneumonia
• anak perempuan 1 tahun 3 bulan  sesak napas sejak kemarin
• didahului batuk selama 1 minggu
• pemeriksaan fisik didapatkan pasien kesadaran menurun, frekuensi
jantung 148x/menit, laju pernapasan 42x/menit, suhu aksila 38.8° C
dengan saturasi oksigen terukur 46%, tekanan darah 110/80 mmHg
• Pemeriksaan paru didapatkan suara krepitasi di kedua lapang paru
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  pneumonia

• Pneumonia  infeksi pada parenkim paru yang sering kali disebabkan


oleh bakteri
• Gejala dan tanda  batuk berdahak, demam, menggigil, nyeri dada
saat batuk, peningkatan suhu tubuh, ronki basah di bagian yang
terkena, perkusi redup, fremitus meningkat, dapat ditemukan
leukositosis pada pemeriksaan lab
PNEUMONIA
• Pnemonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi
oleh cairan sehingga terjadi gangguan pernapasan, akibat
kemampuan paru-paru menyerap oksigen berkurang.
• Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus (bronchopneumonia).

• Penyeban  bakteri, virus, jamur


Klasifikasi
• Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
• Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
• Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia).
• Pneumonia aspirasi.
• Pneumonia pada penderita immunocompromised.
• Berdasarkan penyebab  virus, bakteri dan jamur
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas
akut selama beberapa hari.
• Batuk nonproduktif dan produktif
• Sesak nafas
• Retraksi intercosta
• Demam
• Cyanosis
• Nyeri sendi, lelah
• Mual, muntah, nafsu makan turun
• Ronchii
• Leukositosis
• Pada neonatus: takipneu(napas cepat), retraksi dinding dada,
grunting, dan sianosis.
• Pada bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting, tetapi takipneu,
retraksi, sianosis, batuk, panas dan iritasi.
• Pada anak pra sekolah: demam, batuk (non produktif/produktif),
takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada.
• Pada kelompok anak sekolah dan remaja: panas, batuk (non
produktif/produkti), nyeri dada akibat iritasi pleura, nyeri kepala,
dehidrasi, suara nafas menurun dan letargi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Chest X ray  Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar,
bronchial); abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan
infiltrate nodul (lebih sering virus).
• AGD  pO2, pCO2
• Blood test  terdapat peningkatan jumlah leukosit lebih dari
10.000/ul kadang dapat mencapai 30.000/ul.
• Elektrolit  Na dan Cl mungkin rendah
• Aspirasi / biopsi jaringan paru - bronchoscopy
PENATALAKSANAAN
• Ringan  antibiotik per-oral dan rawat jalan
• Berat 
• Rawat inap
• Anti Biotik
• O2
• Nebulizer
• Postural Drainage
• Cairan dan elektrolit
• Hydration/Fever Control/Nutritional Support
• Pada kasus, dari anamnesis dan pemeriksaan  mengarah ke
diagnosis  pneumonia
Jawaban lainnya
• A. laryngitis akut  peradangan pada laring, gejala : serak, nyeri telan
• B. bronchitis kronis  salah satu dari PPOK, peradangan pada
bronkus yang bersifat kronis, tanda khas : gemuk, sianosis, edema
tungkai, RBH di basal paru
• C. asma bronkiale  sesak napas episodic, batuk berdahak yang
memburuk pada malam hari, mengi
• D. syok septik  gangguan sirkulasi perifer (syok), yang sering kali
disebabkan oleh infeksi sistemik, gejala hipotensi, takikardi, akral
dingin
18. Efusi pleura sinistra
• laki-laki 32 tahun  sesak nafas sejak 1 hari yang lalu
• batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu, batuk berdahak warna putih
kental
• Nafsu makan menurun dan sering berkeringat pada malam hari
• pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sesak, tekanan darah
90/60 mmhg, denyut nadi 110 x/menit, frekuensi nafas 32 x/menit
• Pemeriksaan paru menunjukkan trakea deviasi ke kanan, gerak paru kiri
tertinggal dari paru kanan, perkusi paru kiri redup dengan suara
nafas menurun
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  efusi pleura sinistra

• Efusi pleura  terisinya rongga pleura oleh cairan


• Gejala  sesak, nyeri dada, gejala lain sesuai penyebab
Efusi pleura
• Terisinya rongga pleura oleh cairan
• Normalnya hanya 1 ml cairan pleura
• Tipe
• Hidrothorax  isi cairan
• Hemothorax  isi darah
• Empiema  isi pus
• Cylothorax  isi cairan limfe
Klinis
• Keluhan  sesak (jika lebih dari > 500 ml), nyeri dada, gejala lain
sesuai dg penyebab
• Pemeriksaan fisik
• Pengembangan dada asimetris
• Fremitus menurun
• Perkusi redup
• Suara napas menurun
• Egofoni
• Pleural friction rub
• Mediastinal shifting
• Penunjang 
rontgen thorax :
sudut costofrenikus
tumpul
Tata laksana
• Terapi sesuai penyebab
• Pleurosentesis (pengambilan cairan
pleura)
Jawaban lainnya
• A. tumor paru sinistra  riwayat merokok, keluhan batuk, sesak,
hemoptysis, penurunan BB, xray : massa tumor
• C. pneumothorax sinistra  terdapatnya udara bebas di dalam
rongga pleura, klinis : sesak, pengembangan dada tidak simetris,
fremitus turun, perkusi hipersonor, suara napas menurun
• D. atelectasis paru sinistra  kondisi tidak berfungsinya paru-paru
karena halangan pada bronkus (jalur udara menuju paru-paru) atau
pada bronkiolus (jalur udara yang lebih kecil)
• E. pleuritis sinistra  peradangan pada pleura, gejala khas: nyeri dada
saat bernapas
19. Endoskopi
• wanita 32 tahun  nyeri ulu hati terutama setelah makan makanan
pedas
• Nyeri ulu hati disertai keluhan perut kembung, mual, dan muntah
• Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gastritis

• Gastritis  peradangan pada lambung, yang dapat disebabkan salah


satunya oleh infeksi helicobacter pylori
Gastritis
Definisi
• Radang mukosa lambung ok iritasi
• etiologi : OAINS/NSAID,asam lambung,Helikobacter pylori
Gastritis Akut:
• iritasi akut sept alkohol, obat OAINS , makanan,zat korosif dll
Gastritis erosive : krn OAINS, zat2 korosif
• gejala : nyeri epigastrium,nausea, hematemesis-melena
• diagnosis : gastroskopi
• terapi : stop penyebab, antasida, H2 bloker, PPI, sitoprotektif
Gastritis Kronis:
• Auto imun, hipersekretorik, atrofi superfisial, infeksi Helikobacter pylori
Klinis
• Syndrom dispepsia:
• nyeri epigastrium (ulu hati), kembung, begah, mual , muntah, anoreksia,
tambah berat karena stress.
• Kelainan fisik minimal, nyeri tekan di epigastrium
• Pemeriksaan penunjang : endoskopi
• kel : hiperemis, hipersekresi, refluks empedu , erosi, tidak ditemukan ulkus
TERAPI
Diet : diet lambung :
• lunak, tidak merangsang, porsi kecil tapi sering
• STOP/JANGAN: makan/minum asam, pedas, sayur mgd gas, kopi, soft drink, obat
OAINS/kortikosteroid
• Jika ada mematemesis-melena : Puasa
Obat-obatan :
• Penetral asam lambung : antasid
• AH2 bloker : ranitidin, cimetidin
• Sitoprotektif: sukralfat, rebamipide,teprenon
• Proton pump inhibitor (PPI): omeprazol,pantoprazol,rabeprazol,esomeprazol
• Simtomatis : anti mual, anti kembung, anti perdarahan bila hematemesis-melena,
dsb
Obat-obatan :
• Penetral asam lambung : antasid
• AH2 bloker : ranitidin, cimetidin
• Sitoprotektif: sukralfat, rebamipide,teprenon
• Proton pump inhibitor (PPI):
omeprazol,pantoprazol,rabeprazol,esomeprazol
• Simptomatis : anti mual, anti kembung, anti perdarahan bila
hematemesis-melena, dsb
• Untuk penegakan diagnosis pada kasus gastritis  ENDOSKOPI
20. Koledokolithiasis
• wanita 40 tahun  nyeri perut kanan atas menjalar ke bahu kiri
• Nyeri disertai mata kuning, buang air besar warna dempul, urin
warna kuning pekat
• pemeriksaan fisik ditemukan nyeri perut kanan atas, tidak ada
organomegali
• Hasil laboratorium menunjukkan ALT dan AST meningkat, bilirubin
indirect dan total meningkat
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  koledokolithiasis

• Koledokolithiasis  terdapatnya batu pada duktus koledokus, yang


menyebabkan obstruksi shingga menyebabkan ikterik pada pasien
• Faktor resiko  4F (female, fat, fourty, fertile)

• Pemeriksaan penunjang  USG


Jawaban lainnya
• A. kolelithiasis  nyeri kolik, ikterik (-), demam (-)
• B. tumor pancreas  tumor kecil di pankrean (insulinoma), gejala :
pandangan kabur tiba-tiba, kebingunan, pusing, gangguan mood,
lemas, tremor, berkeringat
• D. sistitis  peradangan pada kandung kemih, gejala : urgency,
dysuria, dll
• E. kolesistitis  nyeri kolik, demam, murphy sign (+)
21. Pankreatitis akut
• wanita 35 tahun  nyeri perut, mual, dan muntah sejak 5 hari yang
lalu
• perutnya kembung dan demam sejak 3 hari yang lalu
• TD 120/80, nadi 88 kali permenit, RR 20 kali permenit, suhu 38,5 C
• hasil pemeriksaan didapatkan sclera ikterik, nyeri tekan di
epigastrium, dan Cullen’s sign (+)
• pemeriksaan lab didapatkan amylase dan lipase meningkat 4 kali
lipat
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  pankreatitis akut

• pankreatitis akut  peradangan pada pancreas, paling sering


disebabkan oleh batu empedu, dapat juga oleh alkohol, obat-obatan,
infeksi
• Gejala  nyeri abdomen, mual, muntah, demam, ikterik
Pankreatitis
• reaksi peradangan pankreas (inflamasi pankreas)
• penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat
berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri
hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak
bereaksi terhadap berbagai pengobatan.
PENYEBAB
• Alokohol Penyebab 80%
• Batu Empedu
• Obat2an furosemide
• Gondongan
• Kadar trigliserid
• Ca Pankreas
• Kerusakan Pankreas krn pembedahan
• Tekanan darah rendah aliran darah k pankreas jg rendah
Keadaan Klinis
• nyeri abdomen bagian tengah atas
• mual-muntah,
• demam,
• syok,
• sesak nafas,
• Kehilangan BB
• steatorhea
Pankreatitis akut hemorragic

Pankreatitis akut
Pemeriksaan
• Fisik
• Nyeri tekan epigastrium
• Culens sign
• Turners sign

• Amilase dan lipase meningkat > 3 kali


Tata laksana
• Puasa
• Pasang NGT
• Antibiotik spectrum luas
22. Irritable bowel syndrome
• wanita 25 tahun  nyeri perut yang berulang sejak 4 bulan yang lalu
• Kadang 3-5 kali per bulan
• Pasien mengatakan sering kali konstipasi dan diare bergantian
• Biasanya nyeri perut akan hilang atau merasa lega setelah BAB
• TD 110/70, nadi 78 kali permenit, RR 20 kali permenit, suhu afebris.
Hasil pemeriksaan abdomen dalam batas normal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  irritable bowel syndrome

• irritable bowel syndrome  kelainan fungsional usus kronis berulang


dengan nyeri atau rasa tidak nyaman abdomen yang berkaitan
dengan defekasi atau perubahan kebiasaan buang air besar
setidaknya selama 3 bulan
Irritable bowel syndrome
• kelainan fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau rasa tidak
nyaman abdomen yang berkaitan dengan defekasi atau perubahan
kebiasaan buang air besar setidaknya selama 3 bulan
• Wanita 1,5 – 2 kali > laki laki
• Kelompok umur mayoritas 20-30 tahun, cenderung menurun seiring
bertambahnya usia
Jawaban lainnya
• B. irritable bowel disease  gangguan fungsi gastrointestinal disertai
dengan kelainan organic
• C. crohn disease  termasuk ke dalam irritable bowel disease, dapat
mengenai segmen GIT manapun, diare kronik, nyeri perut, lelah,
penurunan BB, endoskopi : cobblestone app
• D. ulserative colitis  termasuk ke dalam irritable bowel disease,
rekuren, inflamasi pada seluruh mukosa colon dan rectum, diare
dengan lender darah, endoskopi : peningkatan post rectal space
• E. carcinoma colon  keganasan di colon, gejala : diare dengan
lender dan darah, penurunan BB, nyeri perut, dll
23. Metronidazole
• laki-laki 35 tahun  BAB cair sejak 3 hari yang lalu
• BAB seperti ada minyak atau lemaknya
• mengatakan mual dan muntah juga
• TD 110/70, nadi 98 kali permenit, RR 18 kali permenit, suhu afebris
• Pemeriksaan abdomen didapatkan bising usus meningkat, nyeri
tekan pada perut bagian bawah
pemeriksaan feses didapatkan parasite berflagel bentuk seperti
layang-layang
• Terapi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  giardiasis

• Giardiasis  diare cair akut yang disebabkan oleh giardia lamblia


• Gejala  diare dengan tinja berminyak/berlemak (steatorrhea)
Giardiasis
• Penyebab : giardia lamblia
• Klinis :
• Diare berminyak atau berlemak (steatorrhea)
• Mikroskopis  trofozoit dengan 2 nucleus dan 2 aksonema, berflagel
(bentuk seperti layang-layang)

• Terapi  metronidazol
• Terapi pada kasus giardiasis  METRONIDAZOL
24. Glomerulonefritis
• laki-laki 19 tahun  buang air kecil berwarna kemerahan
• nyeri di daerah pingggang
• pemeriksaan tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 90
x/menit, frekuensi napas 16 x/menit, temperatur 37,4°C
• Pemeriksaan fisik diperoleh nyeri ketok ginjal +/+, edem ektremitas
inferior -/-. Hasil urinalisa : protein 2+, eritrosit 12-14 /lp dismorfik,
lekosit 2-3 /lp
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  glomerulonephritis

• Glomerulonephritis  peradangan pada glomerulus


• Gejala : hipertensi, proteinuria, hematuria
GLOMERULONEFRITIS
• Glomerulonephritis adalah salah satu jenis penyakit ginjal berupa
kerusakan yang terjadi pada glomeruli.
• Glomeruli adalah penyaring kecil di dalam ginjal yang berfungsi
membuang cairan berlebih, elektrolit, dan sampah dari aliran darah.
GEJALA GLOMERULONEFRITIS
• Glomerulonefritis jarang menyebabkan gejala yang spesifik. Tetapi jika
bertambah parah, kondisi ini bisa memicu munculnya darah pada
urine. Beberapa indikasi lain yang mungkin menyertai gejala utama
tersebut meliputi:
• Urine yang berbuih.
• Hipertensi.
• Pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, dan perut.
• Kelelahan karena anemia atau gagal ginjal.
PENYEBAB DAN FAKTOR PEMICU
GLOMERULONEFRITIS
• Penyebab di balik glomerulonefritis belum diketahui secara pasti. Namun
para pakar menduga bahwa glomerulonefritis merupakan kondisi
autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan dan
menyerang sel-sel yang sehat. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang
mungkin bisa memicu inflamasi dan kerusakan pada glomeruli.
• Komplikasi dari infeksi-infeksi tertentu, misalnya infeksi tenggorok oleh
bakteri streptokokus, HIV, hepatitis B dan hepatitis C, serta endocarditis
(radang katup jantung).
• Mengidap kondisi autoimun lain yang biasanya diturunkan, contohnya
lupus, vaskulitis (inflamasi pada dinding pembuluh darah), atau nefropati
immunoglobulin A (IgA) yaitu penumpukan jenis immunoglobulin A pada
glomeruli ginjal.
• Mengidap penyakit kronis, seperti hipertensi atau diabetes.
DIAGNOSIS GLOMERULONEFRITIS
• Tes darah untuk memeriksa kadar kreatinin dan ureum dalam darah.
Peningkatan substansi ini akan mengindikasikan kerusakan ginjal serta
glomeruli.
• Tes urine, khususnya untuk mengecek kadar protein, sel darah putih,
dan sel darah merah.
• USG atau CT scan pada ginjal.
• Pengambilan sampel jaringan ginjal melalui prosedur biopsi. Ini
dilakukan jika dokter perlu memastikan Anda mengidap
glomerulonefritis. Biopsi juga akan membantu dokter untuk mencari
penyebab glomerulonefritis yang Anda idap.
PENGOBATAN GLOMERULONEFRITIS
• Mengendalikan hipertensi dan kadar gula darah Anda.
• Menangani penyebab glomerulonefritis yang Anda idap.
• Menggunakan obat-obatan, misalnya imunosupresan atau
kortikosteroid.
• Menerapkan pola hidup sehat, misalnya teratur berolahraga,
mengurangi konsumsi makanan bergaram atau berprotein tinggi,
berhenti merokok, serta meningkatkan konsumsi cairan dan serat.
KOMPLIKASI GLOMERULONEFRITIS
• Hipertensi.
• Sindrom nefrotik.
• Gagal ginjal akut
• Kerusakan pada organ lain seperti gagal jantung dan oedema paru
karena cairan tertahan di dalam tubuh.
Jawaban lainnya
• A. ureterolithiasis  terdapat baru di ureter, gejala : nyeri kolik dari
pinggang, menjalar sampai ke perut bawah
• B. sindrom nefrotik  gangguan ginjal yang menyebabkan tubuh
manusia kehilangan terlalu banyak protein yang dibuang melalui urine
• C. pielonefritis  peradangan pada ginjal, menyebabkan ISK atas,
gejala : demam, nyeri pinggang, dysuria, dll
• E. vesicolithiasis  batu di kandung kemih, gejala : sulit BAK, nyeri
saat BAK, BAK dapat jika berpindah posisi
25. Gout arthritis
• wanita 46 tahun  nyeri pada sendi ibu jari kaki kanan sejak 2 hari yang
lalu
• Ibu jari kaki juga bengkak
• badannya agak panas sejak 2 hari yang lalu
• riwayat hipertensi dan saat berobat terakhir obatnya diganti dengan
furosemide karena kaki bengkak
• Hasil pemeriksaan TD 140/90, nadi 86 kali permenit, RR 20 kali permenit,
suhu 37,8 C
• Status lokasi ibu jari kaki kanan bengkak, kemerahan, tofus (+), podagra
(+). Hasil pemeriksaan lab didapatkan kadar asam urat 8,5 mg/dl
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gout arthritis

• Berdasarkan gejala klinis


• bengkak yang dirasakan mendadak disertai nyeri dan kaku
• pemeriksaan didapatkan bengkak, kemerahan, tofus (+)
• Adanya tofus sering kali menunjukkan gout arthritis
Gout (pirai)
• Radang sendi yang disebabkan oleh deposisi Kristal monosodium urat
• penyakit metabolisme purin yang ditandai oleh peningkatan kadar
asam urat (uric acid) dan deposisi urat (umumnya berbentuk kristal)
di dalam sendi dan jaringan lainnya

• Kondisi hiperurisemia > 7,o mg/dl (laki-laki), perempuan > 6,0 mgdl
Etiologi
• Gout merupakan akibat dari akumulasi yang berlebihan asam urat (monosodium
urate crystals) yang selanjutnya terdeposisi di dalam tubuh.
Gout Attack Locations
Manifestasi Klinik
4 tahapan gout (Kelley):

1. Hiperuricemia asimptomatic
2. Artritis gout akut
3. Gout intercritical
4. Gout tophaceous kronik
Hiperuricemia Asimptomatic
• Kadar asam urat meningkat
• Tetapi tidak terdapat gejala arthritis
• Tidak terdapat tophi
• Tidak terdapat batu (calculi)
•  5% akan menjadi gouty arthritis
• Hiperuricemia: asam urat ≥ 7.0 mg/100 mL (pria); ≥ 6.0 mg/100 mL (wanita)
• Jika ► 7.0 mg/100 mL --resiko bantu ginjal gout attack
• Gout biasanya terjadi setelah 20-30 tahun hiperuricemia terus-menerus.
Artritis Gout Akut (1)
• Nyeri hebat arthritis, biasanya monoartikular, dimulai pada malam
hari.
• Nyeri berat/sangat berat terjadi akibat dari respon inflamasi
• Sendi membengkak, merah dan melunak disekitar sendi
• Klien tidak tahan terhadap penakanan oleh sprei atau bantal
sekalipun
• Dapat disertai demam
Artritis Gout Akut (2)
• Durasi serangan mendadak, singkat
• Gejala dapat hilang sendiri  3-10 hari tanpa pengobatan.
• 90% pd sendi jari tangan (metatarsophalangeal)
• Sendi lain: pergelangan kaki (ankle),tarsal, lutut.
• Serangan akut dapat disebabkan oleh trauma minor, pembedahan
atau konsumsi alkohol.
Gout Intercritical
• Setelah serangan akut gout, 7% klien tidak lagi mengalami episode
kedua.
• Kebanyakan akan terjadi serangan lainnya dalam waktu 1 th/dg
interval  10 th
• Serangan kedua adalah berupa polyarticular dan lebih berat, lebih
lama dan disertai demam.
Gout Tophaceous Kronik (1)
• Jika untreatment dpt berkembang menjadi penyakit polyarticular kronik dan
terbentuk tophi
• Tophi terjadi pada kartilago, membran sinovial, dan jaringan lunak
• Jika tophi ulserasi akan tampak isinya berupa kapur yang berwarna putih yang
merupakan kristal asam urat
• Manifestasi lain:
• Disfungsi renal (90%)
• Albuminuria (permulaan)
• Batu ginjal (10-15%)
• Peningkatan kadar trigliserida
• Hipertensi
Gout Tophaceous Kronik (2)
• Pada permulaan tidak ada ketidaknormalan pada pemeriksaan rontgen, tetapi
pada keadaan lanjut terjadi erosi tulang. Ini dapat membantu membedakan gout
dari rheumatoid arthritis.
• Diagnosis mikroskop:visualisasi kristal asam urat yang teradapat di dalam cairan
sinovial dari sendi yang infalamasi
• Sangat penting kultur cairan sinovial untuk mengetahui adanya infeksi.
Obat Antigout
1. Colchicin (colsalide) :
 0.5-1 mg setiap hari selama serangan akut
 Dilanjutkan pemberiannya 1 mg per jam sampai pasien mengalami mual,
muntah atau diare (stop pemberiannya sebab kadar terapeutik di dalam
darah telah dicapai pemberian maksimum adalah 8-10 tablet)
2. Probenecid (benemid) :
 0.5 gr per hari, dengan perlahan ditingkatkan sampai mencapai dosis
total 2-3 gr per hari.
NSAIDs
1. Indomethacin (indocin) :
• dosis bervariasi, maksimum 200 mg per hari.
2. Phenylbutazone (butazolidin) :
• 400-600 mg per hari diberikan dalam dosis terbagi untuk beberapa hari
selama serangan akut
• Kemudian scr bertahap dosis diturunkan setelah 6-8 hari.
3. Allopurinol (zyloprim) :
• 50-100 mg per hari, menurunkan kadar asam urat serum dengan cara
menurunkan pembentukan asam urat;
• Dosis secara bertahap ditingkatkan dengan kenaikan 100 mg setiap 2-4
minggu sampai total dosis sehari 300-600 mg dan asam urat serum berada
pada level normal.
Analgesic & Antipiretik
• Aspirin 600-1000 mg setiap 4 jam.
Jawaban lainnya
• A. rheumatoid arthritis  peradangan pada sendi, biasanya simetris,
> 6 minggu, pada sendi kecil, poli arthritis
• B. osteoarthritis  peradangan pada sendi, biasanya pada sendi-
sendi besar, mono arthritis
• C. osteomyelitis  peradangan pada tulang, terjadi karena adanya
infeksi paling sering bakteri, bisa terjadi di tulang mana saja, gejala:
nyeri, bisa sampai keluar nanah
• E. pseudogout  seperti gout, hanya saja penyebabnya bukan Kristal
asam urat
26. Celecoxib
• wanita 78 tahun  nyeri pada kedua lutut sejak 3 bulan yang lalu
• Lutut dirasakan sangat nyeri saat digerakaan, apalagi untuk berjalan jauh
atau naik tangga
• lutut akan menjadi kaku pada pagi hari kurang lebih 20 menit
• TD 140/90, nadi 78 kali permenit, RR 18 kali permenit, suhu afebris
• Status lokalis pada kedua lutut didapatkan ROM berkurang dan krepitasi
(+)
• rontgen lutut didapatkan adanya osteofit dan penyempitan celah sendi
• Pasien memiliki riwayat maag yang sering kambuh
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  osteoarthritis

• Osteoarthritis  Penyakit sendi yang ditandai dengan degenerative


tulang rawan, hipertrofi tepi tulang dan perubahan membrane
synovial
Osteoartritis
• Penyakit sendi yang ditandai dengan degenerative tulang rawan,
hipertrofi tepi tulang dan perubahan membrane synovial
DIAGNOSIS OSTEOARTRITIS
• KLINIS
• Nyeri pada saat sendi digerakkan
• Kaku dipagi hari < 30 menit
• Nyeri sendi berkurang saat isitirahat
• Krepitasi
• ROM terbatas
• Lokasi tersering  Lutut, HIP, MCP 1, MTP 1, Vertebra
DIAGNOSIS OA
OA vs RA
Tatalaksana Osteoartritis
• Medikamentosa
• Simptomatik  1st Paracetamol 3x 1000 mg
• Non Medikamentosa
• Rehab medik / fisioterapi
• Modifikasi Gaya Hidup dan Perlindungan Sendi
• Menurunkan BB
• Koreksi postur tubuh
• Menghindari aktivitas berlebih pada sendi yang sakit
• Operasi Sendi/Joint replacement
• Bila nyeri menetap dan terjadi kelemahan fungsi
• Pada kasus osteoarthritis, untuk mengurangi nyeri perlu diberikan
NSAID
• Pada kasus, pasien juga memiliki maag  pilih yang selektif cox 2
CELEXOCIB
27. Anemia hemolitik
• laki-laki 18 tahun  badan lemas sejak 2 minggu yang lalu
• demam sumer-sumer, mual, dan terkadang muntah berisi cairan
berwarna kuning disertai sisa makanan
• tampak pucat dan ikterik
• TD 90/60 mmHg, nadi 120x/menit, frekuensi napas 24x/menit, dan Tax
37,80C
• Konjungtiva pasien anemis, sclera ikterik dan didapatkan pembesaran lien
• Hb 3 gr/dL, HCt 9%, trombosit 154.000/μl, dan leukosit 8500/μl
• apusan darah tepi menunjukkan gambaran anisositosis, polikromasi, dan
normoblas (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  anemia hemolitik

• Anemia hemolitik  klinis anemia, kuning, splenomegali


• Lab  retikulosit meningkat, bilirubin indirek meningkat
Anemia hemolitik
• klinis  anemia, kuning, splenomegali
• Lab  retikulosit meningkat, bilirubin indirek meningkat
Jawaban lainnya
• B. anemia megaloblastik  MDT : makrositik normokromik
• C. anemia penyakit kronis  riwayat penyakit kronis, MDT :
normositik normokromik s.d mikro-hipo
• D. anemia defisiensi besi  MDT : mikrositik – hipokromik
• E. anemia aplastic  pansitopenia
28. Anemia megaloblastik
• pria 53 tahun  mudah lelah
• TD 120/80 mmHg, nadi 92x/menit, frekuensi napas 20x/menit, dan
Tax 36,90C, konjungtiva anemis (+), sclera ikterik (-), hepar dan spleen
tidak teraba
• pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7 gr/dL, leukosit 5000/μL,
trombosit 248.000/ μL, eritrosit 2,3 juta/μL, MCV 123 fL, dan MCHC
32 fL
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  anemia megaloblastik

• Anemia megaloblastik  anemia yang disebabkan oleh kelainan


proses pembentukan DNA sel darah merah. Penyebab utama anemia
megaloblastik adalah kekurangan (defisiensi) vitamin B12 dan asam
folat
Jawaban lainnya
• A. anemia aplastic  pansitopenia, normo-normo
• B. Anemia defisiensi besi  mikro-hipo
• C. Anemia hemolitik  normo-normo
• D. Thalassemia  mikro-hipo
29. Polisitemia vera
• pria 45 tahun  kepala pusing berputar, mual, dan muka
kemerahan sejak 1 tahun yang lalu
• pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/90 mmHg, nadi 90x/menit,
frekuensi napas 22x/menit, dan Tax 37,50C
• Pada kulit dan wajah didapatkan kulit yang kering, kasar, dan
kemerahan
• pemeriksaan laboratorium: Hb 19,7 gr/dL, leukosit 20.000/μL, dan
trombosit 495.000/μL
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  polisitemia vera

• Polisitemia vera  peningkatan jumlah eritrosit dan kadar


hemoglobin
• Primer (polisitemia vera)
• Diakibatkan keganasan yang menyebabkan peningkatan jumlah eritrosit
• Eritropoetin normal atau menurun
• Peningkatan AE, AT, dan AL
• splenomegali
• Sekunder
• Diakibatkan peningkatan stimuli oleh eritropoetin yang disebabkan oleh
hipoksia atau keganasan pada ginjal
Jawaban lainnya
• B. leukemoid reaction  Leukositosis reaktif yang bukan proses
keganasan (Benigna) dengan sel-sel leukosit belum matang dan
matang yang memasuki sirkulasi dalam jumlah berlebihan
• C. elevated trombosit  hanya angka trombosit yang naik
• D. anemia hemolitik  hemoglobin kurang dari normal
• E. leukemia akut  angka leukosit naik karena proses keganasan
30. Immune thrombocytophenic purpura
• wanita 35 tahun  bercak-bercak merah di tangan dan kakinya sejak 4
bulan yang lalu
• Bercak dirasakan semakin banyak
• Sebelum muncul bercak pasien sempat terkena flu
• TD 120/80, nadi 80 kali permenit, RR 20 kali permenit, suhu 37,4 C
• pemeriksaan fisik didapatkan adanya petekie, purpura, dan ekimosis di
tangan dan kaki, hilang dengan penekanan, tidak didapatkan adanya
organomegali
• Hasil pemeriksaan lab didapatkan AT 20000, lain-lain dalam batas normal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  Immune
thrombocytophenic purpura

• Immune thrombocytophenic purpura  purpura yang disebabkan


oleh trombositopenia karena aanya antibody anti platelet
ITP
• Akut  < 3 bulan, biasanya pada anak, berhubungan dg infeksi virus
• Kronik  > 3 bulan, pada dewasa

• Klinis
• Petekie, purpura, ekimosis
• Biasanya didahului infeksi 1-2 minggu sebelumnya
• Tidak ada organomegali
Tata laksana
• Steroid (metilprednisolon, prednisone) jika AT < 30000 atau AT <
50000 dengan resiko perdarahan
• IVIG jika mengancam jiwa, atau anak dengan AT < 20000 disertai
perdarahan
Jawaban lainnya
• A. disseminated intravascular coagulation  adanya aktivasi sistem
koagulasi sistemik, dimana terjadi penumpukan fibrin dan
menimbulkan thrombus-thrombus mikrovaskuler yang menyebabkan
iskemia dan gangguan organ, akibat aktivasi massif, terjadi
kekurangan faktor koagulasi dan platelet yang menyebabkan
perdarahan
• C. demam berdarah dengue  infeksi dengue, demam 1-7 hari,
perdarahan spontan
• D. fixed drug eruption  alergi obat, bercak di kulit, yang selalu
muncul di tempat yang sama setiap terkena paparan
• E. leukemia akut  keganasan darah, AL tinggi
31. E2V2M3
• laki-laki 25 tahun  penurunan kesadaran post KLL 1 jam yang lalu
• luka di kepala sebelah kanan dan kaki kanan
• Saat diperiksa kesadaran, pasien membuka mata, mengerang, dan
fleksi kedua tangannya saat dirangsang dengan nyeri
• TD 120/80, nadi 110 kali permenit, RR 22 kali permenit, suhu afebris
• pemeriksaan didapatkan luka robek dan hematom di regio
temporoparietal kanan dan luka robek di cruris kanan
• CT Scan didapatkan hiperdens di capsula interna dextra
• GCS?
• membuka mata, mengerang, dan fleksi kedua tangannya saat
dirangsang dengan nyeri  2-2-3
32. Intracerebral hematoma
• laki-laki 25 tahun  penurunan kesadaran post KLL 1 jam yang lalu
• luka di kepala sebelah kanan dan kaki kanan
• Saat diperiksa kesadaran, pasien membuka mata, mengerang, dan
fleksi kedua tangannya saat dirangsang dengan nyeri
• TD 120/80, nadi 110 kali permenit, RR 22 kali permenit, suhu afebris
• pemeriksaan didapatkan luka robek dan hematom di regio
temporoparietal kanan dan luka robek di cruris kanan
• CT Scan didapatkan hiperdens di capsula interna dextra
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  perdarahan intraserebral

• Perdarahan intraserebral  perdarahan yang terjadi di dalam


parenkim otak, pembuluh darah yang pecah tergantung lokasi
perdarahan tersebut
• Gejala : nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran, dll
Intracerebral hematoma
• Onset perdarahan bersifat mendadak
• Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai
hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
• Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi
dan kompresi batang otak
• Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK)
• CT scan: hiperdens di capsula interna dextra  INTRACEREBRAL
HEMATOMA
33. Hematothorax
• wanita 25 tahun  post KLL 1 jam yang lalu
• pemeriksaan pasien tampak sesak napas
• Pasien memiliki riwayat trauma pada dada kanan
• pemeriksaan ditemukan gerakan dada kanan tertinggal, perkusi
redup, fremitus menurun, suara nafas kanan melemah
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hematothorax

• Hematothorax  terisinya darah di cavum pleura


• Gejala : sesak napas, perkusi redup, suara napas menurun
Hematothorax
• Akumulasi darah di cavum pleura
• Masif bila lebih dari 1,5 liter atau 200 cc per jam saat drainase

• Etiologi : rupture arteri thoracica interna, arteri intercostalis, arteri


bronkialis
Klinis
• Gejala : sesak napas

• I : jejas (+), ketertinggalan gerak (+)


• P : fremitus taktil menurun
• P : redup (+)
• A : vesikuler turun, suara jantung normal
Tata laksana
• Chest tube/WSD
Jawaban lainnya
• A. pneumothorax  akumulasi udara di cavum pleura, beda dengan
hematothorax: perkusi nya hipersonor
• B. tension pneumothorax  akumulasi udara di cavum pleura, beda
dengan hematothorax: perkusi nya hipersonor, suara napas
menghilang, mediastinum shifting
• D. hematopneumothorax  akumulasi darah dan udara di cavum
pleura
• E. tamponade jantung  trias BECK : hipotensi, JVP meningkat, suara
jantung menjauh
34. Pemasangan WSD
• wanita 25 tahun  post KLL 1 jam yang lalu
• pemeriksaan pasien tampak sesak napas
• Pasien memiliki riwayat trauma pada dada kanan
• pemeriksaan ditemukan gerakan dada kanan tertinggal, perkusi
redup, fremitus menurun, suara nafas kanan melemah
• Tata laksana ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hematothorax

• Hematothorax  terisinya darah di cavum pleura


• Gejala : sesak napas, perkusi redup, suara napas menurun
Hematothorax
• Akumulasi darah di cavum pleura
• Masif bila lebih dari 1,5 liter atau 200 cc per jam saat drainase

• Etiologi : rupture arteri thoracica interna, arteri intercostalis, arteri


bronkialis
Klinis
• Gejala : sesak napas

• I : jejas (+), ketertinggalan gerak (+)


• P : fremitus taktil menurun
• P : redup (+)
• A : vesikuler turun, suara jantung normal
Tata laksana
• Chest tube/WSD
Jawaban lainnya
• A. needle thoracostomy  pada kasus tension pneumothorax
• B. pericardiosentesis  pada kasusu tamponade jantung
• C. pleurocentesis  pada kasus efusi pleura
• E. pemasangan plester pada bagian jejas  pada kasus flail chest
35. Hemoroid interna grade 2
• laki-laki 40 tahun  BAB bercampur darah sejak 7 hari yang lalu
• Darah keluar saat mengejan dan di akhir BAB
• Selain itu dikeluhkan adanya benjolan yang keluar dari anus dan
dapat masuk sendiri
• pemeriksaan fisik didapatkan KU agak lemah, konjungtiva pucat, TTV,
pemeriksaan thorax, dan pemeriksaan abdomen dalam batas normal
• Pemeriksaan RT teraba massa di rectum kenyal dan darah pada
handscoon
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hemoroid interna grade 2

• Hemoroid  Penebalan bantalan jaringan submukosa (anal cushion)


yang terdiri dari venula, arteriole, dan jaringan otot polos yang
terletak di kanalis analis
Hemoroid
• Penebalan bantalan jaringan submukosa (anal
cushion) yang terdiri dari venula, arteriole, dan
jaringan otot polos yang terletak di kanalis analis

• Interna  pelebaran plexus hemoroidalis interna


(dibentuk oleh vena rectalis superior et media)
• Eksterna  pelebaran plexus hemoroidalis
eksterna (dibentuk oleh vena rectalis inferior)
Derajat Hemmoroid Interna
Manifestasi Klinik
• Perdarahan yang keluar dari anus berwarna merah segar
• Anemia
• Pada awalnya penonjolan hemmoroid saat defekasi dan reduksi
spontan setelah defekasi
• Pada stadium lanjut, penonjolan perlu didorong kembali atau tidak
dapat didorong kembali
• Iritasi kulit perianal
• Nyeri pada hemmoroid eksterna
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
• Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup
mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk
mengejan.
• Rectal Toucher
• Dapat diraba bila sudah ada trombus atau sudah ada fibrosis
Pemeriksaan lainnya
• Anoskopi
• Proktosigmoidoskopi
• Pemeriksaan feses
Penatalaksanaan

Non Bedah
• Diet tinggi serat • Koagulasi infra merah
• Preparat anti hemmoroid • Diaterapi bipolar
suppositoria • Krioterapi
• Salep anus • Rubber band ligation
• Skleroterapi • Hemorrhoidectomy
• Ligasi
Terapi non operatif
Stadium 1 dan 2 :
• Diit tinggi serat
• Membuat gumpalan isi usus besar, lunak, mempermudah pengeluaran
feces (defekasi) dan mengurangi mengedan.
Stadium 3
• Prolaps hemoroid dimasukkan
• Rendam duduk dengan cairan P.K.

• Lanjut…….
Skleroterapi
• Dengan larutan fenol 5 % dalam minyak nabati disuntikkan
submukosa.
• Tujuan penyuntikkan/skleroterapi untuk membuat jaringan fibrosis.

Ligasi dengan gelang karet (baron)


• Pada hemoroid yang prolaps
• Membuat nekrosis karena iskheima
Terapi Operatif
• Pada stadium 3 & 4
• Cara langenback
• Cara whitehead
• Cara Mukosektomi dengan stapler, Mucosal anal lift
• Benjolan anus dan dapat masuk sendiri  hemoroid interna grade 2
36. Appendicitis akut
• anak laki-laki 7 tahun  nyeri perut kanan bawah sejak 1 minggu
yang lalu
• Nyeri perut dirasakan semakin memberat setiap harinya
• Awalnya nyeri perut di bagian ulu hati lalu berpindah ke kanan
bawah
• mual dan muntah
• Nadi 110 kali permenit, RR 24 kali permenit, suhu 38,6 C.
Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada region
mcburney, rovsing sign (+), obturator sign (+).
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  appendicitis

• Appendicitis  peradangan pada usus buntu


• Gejala : nyeri ulu hati yang beralih ke kanan bawah, mual, muntah,
mcburney sign (+)
Appendisitis

• Peradangan yang terjadi pada apendiks


vermiformis
Definisi • Merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering

• peradangan dari appendiks vermiformis


dan merupakan kegawatdaruratan
Epidemiologi bedah abdomen yang paling sering
• Lebih sering pada usia 10-19 tahun
Gejala klinis
• nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu
kemudian menjalar ke perut kanan bawah
• Muntah dan mual
• Suhu tubuh meningkat
• Rasa sakit hilang timbul
• Diare atau konstipasi
• Tungkai kanan tidak dapat atau terasa sakit jika diluruskan
• Perut kembung
• Badan lemah
• Napsu makan menurun
Diagnosis
• Anamnesis: nyeri perut kanan bawah, anorexia, mual, muntah, obstipasi
• Pemeriksaan fisik
• Status generalis:
• I : tampak kesakitan, membungkuk, memegang perut kanan bawah
• P : Status lokalis: abdomen kuadran kanan bawah: Mc.Burney nyeri tekan, lepas,
ketok (+) —> rangsangan peritoneum
• defans muskuler (+)
• rovsing sign (+)
• psoas sign (+)
• obturator sign (+)
• Per: nyeri (+), timpani
• Aus: BU (+)
• Letak titik McBurney adalah 1/3 lateral garis imajiner yang menghubungkan Spina Iliaka Anterior
Superior (SIAS) dan umbilikus
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium : darah dan urin
• Radiologi
• Usg abdomen penebalan dinding appendiks
• Appendicogram  non filling appendiks
Tatalaksana
• Sebelum operasi
• Observasi
• Antibiotik
• Operasi apendiktomi
Jawaban lainnya
• A. ulkus gaster gejala nyeri ulu hati memberat setelah makan
• B. ulkus duodenum  nyeri ulu hati membaik setelah makan
• C. colitis  peradangan pada usus besar, gejala: BAB berdarah, nyeri
perut difus
• E. hernia inkarserata  gangguan pasase usus, gejala ileus
37. Hernia inguinalis lateral reponibilis
• laki-laki 60 tahun  benjolan di lipat paha kanan
• Benjolan dikatakan keluar saat pasien mengedan atau batuk
• Saat ini benjolan masih dapat keluar masuk
• TD 130/90, nadi 80 kali permenit, RR 17 kali permenit, suhu afebris
• Pemeriksaan fisik didapatkan bising usus normal, supel, thumb test
(+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hernia inguinalis lateral
reponibel

• Hernia  penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian


lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
• Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi dari hernia tersebut
Klasifikasi
• Berdasarkan terjadinya:
• Kongenital  bawaan yg terjadi saat bayi berada dalam kandungan
dan menetap sampai bayi lahir.
• Akuisita  dapatan, karena peningkatan intra abdomen
• Berdasarkan letaknya :
• Diafragma
• Inguinalis
• Umbilikalis
• Femoralis
Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya:

Friday, January 11, 2013 5


DIAGNOSA
• Benjolan yang dapat keluar masuk dengan sendirinya (reponibel) atau
tida dapat masuk kembali (irreponibel)
• Dapat disertai dg ileus obstruktif hernia inkarserata

• Pemeriksaan : finger test, thumb test


Membedakan
HIL dan HIM
TERAPI
• Hanya operasi  herniorepair (-tomi/-plasti)
• Waktu  setelah terdiagnosa

• Cito jika  inkarserata (sewatu-waktu)


Jawaban lainnya
• A. hernia inguinalis medial reponibel  isi kantung hernia masih
dapat keluar masih di dalam rongga, thumb test (-)
• B. hernia inguinalis medial ireponibel  isi kantung hernia sudah
tidak dapat masuk ke dalam rongga, thumb test (-)
• D. hernia inguinalis lateral ireponibilis  isi kantung hernia sudah
tidak dapat masuk ke dalam rongga, thumb test (+)
• E. hernia inguinalis lateral inkarserata ada gangguan pasase usus,
tidak dapat keluar masuk
38. Hiperplsia prostat jinak
• pria 70 tahun  buang air kecil yang tidak tuntas
• merasa tidak puas saat buang air kecil dan sering terbangun malam
hari untuk BAK
• pemeriksaan colok dubur ditemukan massa dengan permukaan licin,
bagian atas tidak teraba, tidak terdapat nyeri tekan
• Diagnosis?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hyperplasia prostat (BPH)

• BPH  pembesaran kelenjar prostat yang bukan merupakan


keganasan dan dapat mengurangi aliran urin dari vesika
urinaria
• Gejala : obstuktif dan iritatif
Definisi
• pembesaran kelenjar prostat yang bukan merupakan keganasan dan
dapat mengurangi aliran urin dari vesika urinaria.
• merupakan proses proliferasi seluler kelenjar prostat yang
berhubungan dengan proliferasi berlebihan epithelial dan stromal,
ketidakseimbangan kematian alami dari sel tersebut (apoptosis) atau
keduanya
diagnosis

warna kuning: dilakukan


oleh tenaga kesehatan
umum dan spesialis
urologi,

warna merah: dilakukan


oleh spesialis urologi
diagnosis
anamnesis

Pemeriksaan fisik
KELUHAN + SUDAH Inspeksi, palpasi, urinalisis
BERAPA LAMA perkusi PSA

Pemeriksaan penunjang
RPD pada Colok dubur : ukuran, Test Faal ginjal
sal.urogenitalia konsistensi , IPSS
simetris, nodul
Riwayat kesehatan Catatan harian miksi
umum dan fungsi USG (TURS)
seksual
Uroflometri
Obat-obatan
Volume residual urin
Tingkat kebugaran
Colok dubur

• Konsistensi kenyal
• Lobus kanan dan kiri
simetris
• Tidak ada nodul
Rectal Grading
• Stage 0 : prostat teraba < 1cm, berat < 10 gram
• Stage 1 : prostat teraba 1 – 2 cm, berat 10 -25 gram
• Stage 2 : prostat teraba 2 -3 cm, berat 25- 60 gram
• Stage 3 : prostat teraba 3- 4 cm, berat 60 – 100 gram
• Stage 4 : prostat teraba >4 cm, berat >100 gram
Derajat berat hipertropi prostat brdasarkan
gambaran klinis
International
Prostate
Symptom
Score (IPSS)
penatalaksanaan

observasi medikamentosa pembedahan Invasi minimal

Watchful waiting Antagonis adrenergik Prostatektomi TUMT (Transurethral


α terbuka microwave
Inhibitor reduktase-5α ENDOUROLOGI : thermotherapy )
Fitoterapi TURP, TUIP HIFU ( High-Intensity
(Transurethral Focused Ultrasound)
incision of the Stent uretra
prostate), TULP TUNA (Transurethral
(transurethral needle ablation)
ultrasound- guided
ILC (Interstitial
laser-induced
Laser Coagulation)
prostatectomy),
Elektrovaporasi
Jawaban lainnya
• A. ca prostat  gejala mirip dengan BPH, penurunan BB, RT : massa
prostat bernodul
• B. ca recti  BAB berdarah, nyeri perut, penurunan BB, RT : massa
berdungkul di rectum
• D. tumor buli  kanker kandung kemih, gejala : BAK berdarah, nyeri
suprapubik, pada RT bisa teraba massa
• E. prostatis  peradangan pada prostat, nyeri tekan dan hangat saat
di RT
39. Sirkumsisi
• anak 8 tahun  sering mempermainkan penisnya
• Suatu hari frenulum tertarik kebelakang dan tidak dapat kembali
lagi
• Penis kemerahan dan edema
• Tindakan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  parafimosis

• Para fimosis  preputium penis teretraksi di belakang glans penis


dan tidak dapat dikembalikan ke posisi normalnya
Parafimosis
• preputium penis teretraksi di belakang glans penis dan tidak dapat
dikembalikan ke posisi normalnya  cincin konstriksi  iskemia
• Kegawatan urologi

• Klinis
• Bengkak dan nyeri pada penis
Tata laksana
• Tindakan yang dilakukan pada kasus parafimosis  SIRKUMSISI
40. Bakterial vaginosis
• wanita 27 tahun  keputihan sejak 1 bulan yang lalu
• Keputihan berwarna abu-abu disertai dengan bau amis
• pemeriksaan penunjang didapatkan adanya clue cell
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  bacterial vaginosis

• Bacterial vaginosis  salah satu jenis keputihan yang disebabkan oleh


Gardnerella vaginalis
• gejala klinis : warna putih keabuan, tidak terlalu banyak, bau amis (+),
tanda radang (-)
Bakterial Vaginosis
• Penyebab  gardnerella vaginalis (tersering)
• Inkubasi  hari – 4 minggu
• Gejala dan tanda
• Sekret homogen, putih keabuan, tidak terlalu
banyak, melekat pada dinding vagina, bau amis
• Tanda radang (-)
• pH >4,5
• Clue cells (+)  bakteri menempel pada tepi sel
• Whiff/amine test (+)  bau amis bila secret
ditetesi KOH
Trikomoniasis
• Penyebab  trichomonas vaginalis
• Inkubasi  hari – 4 minggu
• Gejala dan tanda
• Seret homogen, banyak, purulent, berbusa, warna
kuning hijau, bau busuk
• Radang dan nyeri pada vulva dan vagina (+)
• pH>4,5
• Cervix  STRAWBERRY TONGUE
• Preparat basah (NaCL)  trichomonas motil
Candidiasis vaginitis
• Penyebab  candida albicans
• Gejala dan tanda
• Sekret putih bergumpal, kadang kental kekuningan
• GATAL
• Tidak bau/masam
• pH<4,5
• Vulva dan vagina  GATAL, radang (+), disertai edema
atau fisura
• Mikroskopik dg KOH 10%  pseudohifa, ragi, blastropora
Jawaban lainnya
• B. trikomoniasis  disebabkan trichomonas vaginalis, secret
homogeny, kuning kehijauan, berbusa/buih, kadang gatal
• C. karsinoma cerviks  keputihan, nyeri saat berhubungan, berdarah
saat berhubungan seksual, IVA test (+)
• D. kandidiasis  infeksi pada vulva yang disebabkan oleh candida
albican atau ragi lainnya, gatal pada vulva, disertai edema dan fisura
• E. infeksi clamidia trachomatis  keputihan, demam ringan, bengkak
di vagina, nyeri perut bawah, dyspareunia
41. Abostus kompletus
• wanita 25 tahun  saat berhubungan suami istri keluar darah dan
gumpalan daging
• Saat ini perdarahan sudah berhenti
• pemeriksaan dalam didapatkan serviks menutup, test kehamilan (+)
• Pasien mengaku sudah tidak haid selama 1,5 bulan
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  abortus komplit

• Abortus  Perdarahan dari uterus yang disertai dengan keluarnya


sebagian atau seluruh hasil konsepsi sebelum pada usia kehamilan <
20-24 minggu dan atau Berat < 500gr
Abortus
• Perdarahan dari uterus yang disertai dengan keluarnya sebagian atau
seluruh hasil konsepsi sebelum pada usia kehamilan < 20-24 minggu
dan atau Berat < 500gr

• Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis +


nekrosis jaringan sekitarnya  hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya (benda asing dalam uterus)  uterus berkontraksi untuk
mengeluarkannya.
Diagnosa dan Penanganan
• Perdarahan pervaginam, setelah mengalami terlambat haid pada
wanita usia reproduksi.
• Tes kehamilan positif

Prinsip Penatalaksanaan perdarahan per vaginam pada usia


kehamilan muda :
1. JANGAN LANGSUNG LAKUKAN KURETASE !!!
2. Tentukan keadaan janin, mati atau hidup. Bila memungkinkan
periksa dengan USG.
3. Beta HCG masih dapat positif walaupun janin sudah mati
Jenis dan Derajat Abortus Spontan
• Abortus Iminens
• Abortus Insipiens
• Abortus Inkomplit
• Abortus Komplit
• Retensi Embrio (Missed Abortion)
Abortus Imminens
• Peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan < 20 minggu, hasil
konsepsi masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.
• Gejala
• perdarahan dari OUE, mules sedikit/(-), besar uterus = usia gestasi, OUI
tertutup, tes kehamilan positif.
• Penanganan
• Bedrest
• USG  janin hidup / mati
• Progesteron
Abortus Insipien
• Peristiwa perdarahan utereus pada kehamilan < 20 minggu, dengan
dilatasi serviks uteri yang meningkat, hasil konsepsi masih dalam
uterus.
• Gejala
• Mules sering & kuat, perdarahan bertambah banyak.
• Penanganan
• pengeluaran hasil konsepsi bisa dengan kuret vakum atau cunam ovum,
disusul dengan kerokan.
• Pada kehamilan > 12 MG, perdarahan tridak banyak, bahaya perforasi > besar  Infus
oksitosin.
• Bila janin sudah keluar, plasenta tertinggal  pengeluaran plasenta secara digital 
kerokan.
Abortus Inkompletus
• Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan < 20 minggu,
dengan sisa yang tertinggal dalam uterus.
• Diagnosis
• Kanalis servikalis terbuka, teraba, jaringan dapat teraba dalam kavum uteri/
menonjol dari OUE, perdarahan bisa banyak sekali, tak akan berhenti sebelum
sisa konsepsi dikeluarkan  syok.
• Terapi
• Penanganan syok  infus NaCl/RLtransfusi kerokan ergometrin im
Abortus Kompletus
• Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
• Gejala
• Perdarahan sedikit, ostium uteri eksternum terutup, uterus mengecil.
• Penanganan
• Bila anemis  Sulfas Ferrosus.
Missed Abortion
• Kematian janin < 20 Mg, tapi tidak dikeluarkan selama  8 Mg.
• Gejala
• Diawali dengan abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau
setelah terapi.
• Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae mengendor, uterus
mengecil, tes kehamilan (-). Sering disertai gangguan pembekuan darah
karena hipofibrinogenemia.
• Terapi
• Tergantung KU & kadar fibrinogen serta psikis os. Jika < 12 Mg  DC, jika > 12
Mg  infus oksitosin 10 IU/D5 500 cc atau Prostagalndin E
Abortus Habitualis
• Abortus spontan yang terjadi  3x berturut-turut (0,41%, Bishop)
• Penanganan
• Anamnesa lengkap, pemeriksaan golongan darah suami & istri,
inkompatibilitas darah, pemeriksaan VDRL, TTGO, pemeriksaan Kromosom &
mikoplasma.
• Pada Trimester 2  inkompeten serviks  cerclage
• Tatalaksana tergantung etiologi
Abortus Infeksiosus / Abortus Septik
• Abortus infeksiosus : abortus yang disertai infeksi traktus Genitalia.
• Abortus septik : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman
atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
• Gejala :
• Terjadi abortus disertai tanda infeksi : demam, takikardi, perdarahan
pervaginam berbau, uterus membesar, lembek, nyeri tekan, lekositosis. Bila
sepsis  demam , menggigil, Tekanan Darah .
• Penanganan ; infus  transfusi, Antibiotik. Kuretase dilakukan dalam
6 jam
Jawaban lainnya
• B. abortus inkomplit  keluar darah dan gumpalan, nyeri (+), OUE
masih membuka
• C. abortus insipient  keluar darah, gumpalan (-), nyeri (+), OUE
membuka
• D. abortus iminen  keluar darah biasanya sedikit, OUE menutup
• E. mola hidatidosa  kehamilan lebih besar dari ukuran normal, mual
muntah berlebihan
42. Eklampsia
• wanita 27 tahun G2P1A0, hamil 37 minggu  kejang selama 15
menit sebelum masuk rumah sakit dan saat ini pasien dalam kondisi
tidak sadar
• TD 180/100, RR 26x/menit, HR 102x/menit, suhu 36.7◦c. Protein uria
(+2)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  eklampsia

• Eklampsia  preeclampsia berat dengan gejala kejang


Klasifikasi berdasarkan NHBPEP
• Hipertensi kronik  hipertensi sebelum kehamilan, dibawah 20
minggu usia kehamilan, dan hipertensi tidak menghilang 12 minggu
pasca persalinan.
• Preeklamsia – eklamsia  hipertensi dan proteinuria yang didapatkan
setelah usia kehamilan 20 minggu.
• Hipertensi kronik (superimposed preeklamsia)
• Hipertensi gestasional  hipertensi pada kehamilan yang tidak
disertai proteinuria hingga 12 minggu pasca persalinan.
Gejala

EDEMA
ANASARCA

TRIAS GEJALA PROTEINURIA

HIPERTENSI
Pengelolaan preeklamsia
• Preeklamsia ringan, dengan kriteria diagnosis :

TD =140 / 90 Mm
Proteinuria  300
Hg Setelah 20
Mg / 24 Jam
Minggu Kehamilan

 1 + Dipstick Edema
Pengelolaan Preeklamsia Ringan dibagi
menjadi :
Rawat jalan:
• tirah baring
• diet reguler
• vitamin prenatal
• ANC setiap minggu

Indikasi rawat inap :


• HT dan atau proteinuria menetap 2 minggu
• lab yang abnormal
• tanda 1 atau lebih preeklamsia berat
Indikasi Terminasi Kehamilan pada
preeklamsia ringan :
• UK <37 minggu  gejala tidak memburuk, dipertahankan hingga
aterm
• UK >37 minggu  kehamilan dipertahankan hingga onset partus,
induksi persalinan bila serviks matang.
Preeklamsia Berat
T D  160/ 110 Mm Hg
• Proteinnuria 2 Gr/ 24 Jam Trombosit < 100.000 /
Atau  2 +
Mm3
• Serum Creatinin > 1,2
Mg/Dl

Mikroangipatic Pusing Dan Gangguan


Hemolisis Visual, Epigastric Pain
Terminasi kehamilan
Ekspektatif Konservatif

Kehamilan Bila UK<37 Minggu, Tanpa Tanda


Impending Eclamsia

Kehamilan Dipertahankan Selama Mungkin


Sambil Memberikan Terapi Medikamentosa

Terapi Medikamentosa Untuk Konservatif  Lama Perawatan 23 Hari, Pemberian Mgso4 Loading
Dose, Pemberian Maturasi Paru 32-34 Minggu Selama 48 Jam, Perawatan Di RS,
Terminasi kehamilan
• Cara persalinan bila tidak inpartu  dipertahankan sampai aterm,
bila inpartu diikuti dgn kurva friedmann.
• Jika kala 2 diusahakan pervaginam, kecuali ada indikasi obstetri untuk
SC.
• Aktif, agresif  bila UK >37 minggu, kehamilan diakhiri setelah
mendapat medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
Terapi Medikamentosa Yang Diberikan
• MRS, tirah baring ke kiri secara intermitten
• infus RL/Ringer dextrose
• pemberian anti kejang MgSO4
• pemberian antihipertensi.
• Syarat: tensi >180/110 atau MAP >126.
• jenis obat : nifedipine 10-20 mg oral diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam.
• Nicardipine : 10 mg dalam 100 cc atau 250 cc RL diberikan secara IV selama 5 menit
 bila gagal diulangi dengan dosis 12,5 mg selama 5 menit  bila masih gagal dalam
1 jam, diulangi sekali lagi dengan dosis 15 mg selama 5 menit.
• diuretik bila diperlukan, misalnya pada edema paru, edema anasarca
• diet
Eclamsia
• Definisi  PEB yang disertai kejang tonik klonik yang diikuti dgn
koma.

• Dasar pengelolaan eklamsia yakni:


• terapi suportif untuk stabilisasi pad aibu
• penatalaksanaan sesuai A B C
• mengatasi dan mencegah kejang
• koreksi hipoksemia dan asidemia
• mencegah dan mengatasi penyulit,khususnya hipertensi krisis.
• melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat.
Pengelolaan Eklamsi
• 1. sikap dasar yakni terminasi kehamilan, terminasi secara aktif.
• 2. saat pengakhiran kehamilan yakni saat stabilisasi/pemulihan
hemodinamika dan metabolisme ibu,
• 3. stabilisasi selambat lambatnya 4-8 jam kemudian diakhri dengan
terminasi kehamilan.
Hipertensi Kronis
• Definisi  hipertensi yg terjadi sebelum kehamilan 20 minggu dan
tdk menghilang 20 minggu pasca persalinan.
• Dibagi 2 yakni  primer (90%), sekunder (10% berhub dgn DM, ginjal,
hipertensi dan vaskular).
DIAGNOSIS berdasarkan resiko

Resiko Tinggi = Hipertensi


Berat Dan Hipertensi Ringan
Resiko Rendah = Dgn Kerusakan Organ
Hipertensi
Ringan Tanpa
Kerusakan
Organ Patologis.
Pengobatan medikamentosa :

PILIHAN 2 :
NIFEDIPINE
PILIHAN 1 :
METILDOPA
• Kejang pada kehamilan disertai dengan hipertensi dan proteinuria 
EKLAMPSIA
43. Robekan perineum grade III c
• wanita 25 tahun  perdarahan dari jalan lahir sejak 3 hari yang lalu
• Tiga hari sebelumnya pasien baru saja melahirkan dengan bantuan
bidan di rumah
• pemeriksaan fisik didapatkan kontraksi uterus baik, terdapat
robekan pada sfingter ani interna
• Diagnosis ?
44. Hipertensi gestasional
• wanita 22 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 23 minggu  untuk kontrol
kehamilan
• hasil pemeriksaan TD 140/90
• Pemeriksaan sebelumnya TD dalam batas normal
• Riwayat hipertensi sebelum hamil tidak ada. Hasil pemeriksaan lab
proteinuria (-)
• Diagnosis ?
• Saat ini pasien mengalami  hipertensi gestasional

• Hipertensi gestasional  hipertensi yang didiagnosa setelah usia


kehamilan 20 minggu dan tanpa proteinuria
Terapi
• Rawat jalan
• Pantau kondisi setiap minggu
• Jika TD meningkat, tangani sebagai preeclampsia
• Bila kondisi janin memburuk, pertumbuhan janin terhambat  rawat
dan pertimbangankan terminasi
Jawaban lainnya
• B. preeclampsia ringan  tekanan darah > 140/90, proteinuria > 0,3
g/24 jam atau +1
• C. hipertensi kronis  hipertensi yang didiagnosa sebelum kehamilan
(riwayat hipertensi sebelumnya) atau sebelum usia gestasi kurang dari
20 minggu
• D. superimposed preeclampsia  hipertensi kronik disertai
proteinuria
• E. eklampsia  preeclampsia disertai kejang
45. Preeklampsia
• wanita 26 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 21 minggu  kontrol
kehamilan
• hasil pemeriksaan TD 140/90
• Pemeriksaan sebelumnya saat uk 18 minggu, TD dalam batas normal
• Riwayat hipertensi sebelum hamil tidak ada
• Hasil pemeriksaan lab proteinuria (+1)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  preeclampsia

• Preeklampsia  hipertensi dan proteinuria yang didapatkan setelah


usia kehamilan 20 minggu
Klasifikasi berdasarkan NHBPEP
• Hipertensi kronik  hipertensi sebelum kehamilan, dibawah 20
minggu usia kehamilan, dan hipertensi tidak menghilang 12 minggu
pasca persalinan.
• Preeklamsia – eklamsia  hipertensi dan proteinuria yang didapatkan
setelah usia kehamilan 20 minggu.
• Hipertensi kronik (superimposed preeklamsia)
• Hipertensi gestasional  hipertensi pada kehamilan yang tidak
disertai proteinuria hingga 12 minggu pasca persalinan.
Gejala
EDEMA
ANASARCA

TRIAS GEJALA PROTEINURIA

HIPERTENSI
Pengelolaan preeklamsia
• Preeklamsia ringan, dengan kriteria diagnosis :

TD =140 / 90 Mm
Proteinuria  300
Hg Setelah 20
Mg / 24 Jam
Minggu Kehamilan

 1 + Dipstick Edema
Pengelolaan Preeklamsia Ringan dibagi
menjadi :
Rawat jalan:
• tirah baring
• diet reguler
• vitamin prenatal
• ANC setiap minggu

Indikasi rawat inap :


• HT dan atau proteinuria menetap 2 minggu
• lab yang abnormal
• tanda 1 atau lebih preeklamsia berat
Indikasi Terminasi Kehamilan pada
preeklamsia ringan :
• UK <37 minggu  gejala tidak memburuk, dipertahankan hingga
aterm
• UK >37 minggu  kehamilan dipertahankan hingga onset partus,
induksi persalinan bila serviks matang.
Preeklamsia Berat
T D  160/ 110 Mm Hg
• Proteinnuria 2 Gr/ 24 Jam Trombosit < 100.000 /
Atau  2 +
Mm3
• Serum Creatinin > 1,2
Mg/Dl

Mikroangipatic Pusing Dan Gangguan


Hemolisis Visual, Epigastric Pain
Terminasi kehamilan
Ekspektatif Konservatif

Kehamilan Bila UK<37 Minggu, Tanpa Tanda


Impending Eclamsia

Kehamilan Dipertahankan Selama Mungkin


Sambil Memberikan Terapi Medikamentosa

Terapi Medikamentosa Untuk Konservatif  Lama Perawatan 23 Hari, Pemberian Mgso4 Loading
Dose, Pemberian Maturasi Paru 32-34 Minggu Selama 48 Jam, Perawatan Di RS,
Terminasi kehamilan
• Cara persalinan bila tidak inpartu  dipertahankan sampai aterm,
bila inpartu diikuti dgn kurva friedmann.
• Jika kala 2 diusahakan pervaginam, kecuali ada indikasi obstetri untuk
SC.
• Aktif, agresif  bila UK >37 minggu, kehamilan diakhiri setelah
mendapat medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
Terapi Medikamentosa Yang Diberikan
• MRS, tirah baring ke kiri secara intermitten
• infus RL/Ringer dextrose
• pemberian anti kejang MgSO4
• pemberian antihipertensi.
• Syarat: tensi >180/110 atau MAP >126.
• jenis obat : nifedipine 10-20 mg oral diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam.
• Nicardipine : 10 mg dalam 100 cc atau 250 cc RL diberikan secara IV selama 5 menit
 bila gagal diulangi dengan dosis 12,5 mg selama 5 menit  bila masih gagal dalam
1 jam, diulangi sekali lagi dengan dosis 15 mg selama 5 menit.
• diuretik bila diperlukan, misalnya pada edema paru, edema anasarca
• diet
Eclamsia
• Definisi  PEB yang disertai kejang tonik klonik yang diikuti dgn
koma.

• Dasar pengelolaan eklamsia yakni:


• terapi suportif untuk stabilisasi pad aibu
• penatalaksanaan sesuai A B C
• mengatasi dan mencegah kejang
• koreksi hipoksemia dan asidemia
• mencegah dan mengatasi penyulit,khususnya hipertensi krisis.
• melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat.
Pengelolaan Eklamsi
• 1. sikap dasar yakni terminasi kehamilan, terminasi secara aktif.
• 2. saat pengakhiran kehamilan yakni saat stabilisasi/pemulihan
hemodinamika dan metabolisme ibu,
• 3. stabilisasi selambat lambatnya 4-8 jam kemudian diakhri dengan
terminasi kehamilan.
Hipertensi Kronis
• Definisi  hipertensi yg terjadi sebelum kehamilan 20 minggu dan
tdk menghilang 20 minggu pasca persalinan.
• Dibagi 2 yakni  primer (90%), sekunder (10% berhub dgn DM, ginjal,
hipertensi dan vaskular).
DIAGNOSIS berdasarkan resiko

Resiko Tinggi = Hipertensi


Berat Dan Hipertensi Ringan
Resiko Rendah = Dgn Kerusakan Organ
Hipertensi
Ringan Tanpa
Kerusakan
Organ Patologis.
Pengobatan medikamentosa :

PILIHAN 2 :
NIFEDIPINE
PILIHAN 1 :
METILDOPA
Jawaban lainnya
• A. hipertensi gestasional  hipertensi yang didiagnosa setelah usia
kehamilan 20 minggu, dan tanpa proteinuria
• C. hipertensi kronis   hipertensi yang didiagnosa sebelum
kehamilan (riwayat hipertensi sebelumnya) atau sebelum usia gestasi
kurang dari 20 minggu
• D. superimposed preeclampsia  hipertensi kronik disertai
proteinuria
• E. eklampsia  preeclampsia disertai kejang
46. Bronkiolitis
• anak laki-laki 8 bulan  batuk sejak 2 hari yang lalu
• Hasil pemeriksaan fisik RR 50x/mnt, HR 128 x/mnt, T 38,5 C
• Kedua hemithorax simetris, retraksi subkostal (+), perkusi
hipersonor, auskultasi vesikular dengan wheezing pada kedua paru,
terdapat ronki halus pada kedua paru
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  bronkiolitis

• Bronkiolitis  infeksi pada bronkiolus


Bronkiolitis
• Bronkiolitis  infeksi pada bronkiolus
• Disebabkan  respiratory syncytial
virus (95%)
• Penyebab lain  adenovirus,
influenza, para influenza, bakteri

• Tersering pada bari 2-24 bulan


• 95% kurang dari 2 tahun
• Penyakit cenderung lebih berat pada pasien
• Bayi muda
• Masa gestasi < 34 mg
• Usia < 3 bulan
• Sianosis
• Saturasi oksigen < 90%
• Laju napas > 70 kali permenit
• Ada ronki
Diagnosis
• Anamnesis : • Pemeriksaan Fisik
• Demam, batuk, pilek • Takipnea
• 1-2 hari batuk lalu dilanjutkan • Takikardi
dengan sesak napas • Suhu > 38.5C
• Muntah sesudah batuk • Konjuntivitis ringan, Faringitis
• Sumbatan sal. Napas bawah 
• Rewel nafsu makan menurun ekspirasi memanjang dan
wheezing
• Usaha Napas Meningkat :
• Napas cuping hidung
• Retraksi Interkostal
• Bisa rhonki, sianosis, apnea
DIAGNOSIS
• LAB DAN PENUNJANG LAIN
• Darah rutin
• Elektrolit
• AGD

• Radiologi
• Gambaran hiperinflasi, infiltrate yang hampir sama dengan gambaran
pneumonia viral/atipikal/aspirasi
Jawaban lainnya
• A. bronchitis  peradangan pada bronkus, batuk < 3 minggu
• C. asma bronkial  episode sesak napas, riwayat keluarga (+)
• D. Bronkopneumonia  gambaran ro adanya konsolidasi pada paru
• E. TB paru  skoring TB > 6, batuk lama, keringat malam, status gizi
buruk, riwayat kontak (+)
47. Bronkopneumonia
• bayi 11 bulan  sesak napas sejak 2 hari yang lalu
• Keadaan umum bayi rewel, TD 90/60 mmHg, nadi 130 x/mnt
• pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah pada semua lapang paru,
wheezing (-), ditemukan retraksi pada intercostal, dan napas cuping
hidung
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  bronkopneumonia

• Bronkopneumonia  peradangan pada bronkus dan parenkim paru


• Gejala : batuk, demam, sesak napas
PNEUMONIA
• Pnemonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi
oleh cairan sehingga terjadi gangguan pernapasan, akibat
kemampuan paru-paru menyerap oksigen berkurang.
• Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus (bronchopneumonia).

• Penyeban  bakteri, virus, jamur


Klasifikasi
• Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
• Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
• Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia).
• Pneumonia aspirasi.
• Pneumonia pada penderita immunocompromised.
• Berdasarkan penyebab  virus, bakteri dan jamur
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas
akut selama beberapa hari.
• Batuk nonproduktif dan produktif
• Sesak nafas
• Retraksi intercosta
• Demam
• Cyanosis
• Nyeri sendi, lelah
• Mual, muntah, nafsu makan turun
• Ronchii
• Leukositosis
• Pada neonatus: takipneu(napas cepat), retraksi dinding dada,
grunting, dan sianosis.
• Pada bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting, tetapi takipneu,
retraksi, sianosis, batuk, panas dan iritasi.
• Pada anak pra sekolah: demam, batuk (non produktif/produktif),
takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada.
• Pada kelompok anak sekolah dan remaja: panas, batuk (non
produktif/produkti), nyeri dada akibat iritasi pleura, nyeri kepala,
dehidrasi, suara nafas menurun dan letargi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Chest X ray  Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar,
bronchial); abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan
infiltrate nodul (lebih sering virus).
• AGD  pO2, pCO2
• Blood test  terdapat peningkatan jumlah leukosit lebih dari
10.000/ul kadang dapat mencapai 30.000/ul.
• Elektrolit  Na dan Cl mungkin rendah
• Aspirasi / biopsi jaringan paru - bronchoscopy
PENATALAKSANAAN
• Ringan  antibiotik per-oral dan rawat jalan
• Berat 
• Rawat inap
• Anti Biotik
• O2
• Nebulizer
• Postural Drainage
• Cairan dan elektrolit
• Hydration/Fever Control/Nutritional Support
• Pada kasus bronkopneumonia  infiltrate bilateral (ro)
Jawaban lainnya
• A. pneumonia lobaris  pemeriksaan fisik hanya terdengar ronki di
sisi yang terkena
• B. asma bronkiale  episode sesak napas episodic, riwayat keluarga
(+), batuk yang memberat saat malam hari
• C. bronkiolitis  episode sesak napas pertama pada bayi < 2 tahun,
sesak napas
• E. TB paru anak  skoring Tb > 6, batuk lama, sesak napas, riwayat
kontak, status gizi buruk
48. Takipneu sementara pada neonates
• bayi dilahirkan aterm dengan APGAR score 8/10, BBL normal,
mekonium jernih
• Denyut jantung 120x/mnt, RR 72 x/mnt
• Bayi kemudian sesak, retraksi sub kostal, sianosis (-)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  takipneu sementara pada
neonates

• takipneu sementara pada neonates  kesulitan bernapas pada bayi


dengan rendahnya kadar oksigen di dalam darah, yang bersifat
sementara
Gejala
• Bayi baru lahir dg TTN mengalami kesulitan bernapas segara setelah
lahir, biasanya dalam waktu 1-2 jam
• Pernapasan yang cepat
• Adanya retraksi dinding dada saat menarik napas
• Cuping hidung kembang kempis saat bernapas
• Adanya suara dengkuran saat bayi mengeluarkan napas
• Warna kulit bisa menjadi kebiruan, terutama di sekitar mulut dan hidung
Terapi
• Oksigen
• Bisa pulih sendiri dalam 2-3- hari
Jawaban lainnya
• A. membrane hyaline disease  sesak, terjadi pada bayi dg usia
kehamilan < 34 minggu, karena belum terbentuk surfaktan
• B. pneumonia pada neonates  infeksi pada paru, gejala bisa ringan
maupun berat, sesak napas, batuk, demam
• C. sindrom aspirasi meconium  sesak napas pada bayi yang lahir
post date atau posterm, hal ini dikarena bayi menelan meconium nya
• D. gejala gagal napas tipe 1  kadar oksigen dalam darah rendah,
namun kadar karbondioksida tetap normal atau bahkan rendah
49. 2 RHZ 4RH
• anak laki-laki 9 tahun  batuk sejak 2 bulan
• panas lebih 3 minggu
• Berat badan pasien 20 kg dan dari hasil perhitungan skor diagnosa TB
hasilnya 7
• Pasien belum pernah mendapatkan obat TB sebelumnya
• Pengobatan ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  TB paru

• Tuberculosis  infeksi paru yang disebabkan oleh M. tuberculosis


Tuberkulosis
• TBC, KP, flek, paru basah
• Masalah kesehatan utama dunia
• TB anak = TB dewasa
• TB anak: TB Primer “Reservoir” penyakit masa mendatang

• Gejala TB anak tidak khas

460
Gejala dan tanda umum atau nonspesifik
tuberkulosis anak :
• Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1
bulan dengan penanganan gizi.
• Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat
badan tidak naik dengan adekuat (failure to thrive).
• Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus,
malaria atau ISNA), dapat disertai keringat malam.
• Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang tidak sakit dan biasanya
multipel.
• Batuk lama lebih dari 30 hari.
• Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

461
Gejala dan tanda spesifik sesuai organ yang
terkena :
• TB kulit / skrofuloderma
• TB tulang dan sendi
• Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
• Tulang panggul (koksitis) : pincang
• Tulang lutut : pincang dan / bengkak
• Dengan gejala pembengkakan sendi, gibbus, pincang, sulit membungkuk
• TB otak dan saraf
• Meningitis : iritabel, kaku kuduk, muntah – muntah dan kesadaran menurun.
• TB mata
• Conjunctivitis phlyctenularis
• Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
• TB organ – organ lainnya

462
Tatalaksana
• Medika Mentosa
• Penataan Gizi
• Lingkungan :
• TB anak tidak menular
• TB dewasa ! (sentrifetal – sentrifugal)

• Obat utama (first line) : INH,ripamfisin,PZA,ETB,Strep


• Obat lain (second line) : RAS, viomisin, siklosepin,
etionamid, kanamisin, kapriomisin.
464
Tabel 1.Obat antituberkulosis yang biasa dipakai dan dosisnya
Nama obat Dosis harian Dosis maksimal Efek samping
(mg/Kg BB/hari) (mg per hari)

Isoniazid 5 – 15* 300 Hepatiis, neurit is


perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin** 10 – 20 600 Gastrointestinal,
hepatitis,
peningkatan enzim
hati, cairan tubuh
oranye kemerahan
Pirazinamid 15 – 30 2000 Toksitas hati,
artralgia,
gastrointestinal
Etambutol 15 – 20 1250 Neuritis optik,
ketajaman mata
berkurang, buta
warna merah –
hijau
Streptomisin 15 – 40 1000 Ototoksik,
nefrotoksik
Tabel 2. Dosis kombinasi pada TB anak
Berat badan (kg) 2 bulan 4 bulan

RHZ (75/50/150 RHZ (75/50 mg)


mg)
5–9 1 tablet 1 tablet

10 – 14 2 tablet 2 tablet

15 – 19 3 tablet 3 tablet
Catatan
20• Bila
– 32 4 sesuaikan
BB > 33 Kg, dosis di tablet dengan tabel 1 (perhatikan
4 tabletdosisi maksimal).
• Bila BB < 5 kg sebaiknya dirujuk ke RS.
• Obat Tidak Boleh diberikan setengah dosis tablet.
• Anak dengan BB antara 9 – 10 diberikan 1 tablet. 466
• Pengobatan pada kasus Tb anak  2 RHZ 4 RH
50. Tetralogy of fallot
• bayi 1 bulan  bibir biru sejak lahir, makin biru bila menangis
• Lahir aterm, pervaginam, ditolong bidan langsung menangis tapi
kemudian seluruh badan jadi biru
• Hasil pemeriksaan radiologi didapatkan adanya overriding aorta
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tetralogy of fallot

• Tetralogy of fallot  kumpulan dari beberapa kelainan jantung, VSD,


stenosis pulmonal, overriding aorta, RVH
Penyakit jantung bawaan
Acyanotic (R L) Cyanotic (L R)
Truncus arteriosus ASD
Transposition of great VSD
vessels Patent ductus arteriosus
Tricuspid atresia Coarctatio aorta
Tetralogy of falllot
Total anomalous
pulmonary vascular return
c.a
ToF
• Hipoxemic spell  ciri ciri ToF yang parah
• Muncul usia 4-6 bulan
• Bayi  muncul saat menangis atau menetek
• Anak  muncul saat bermain
• Tanda
• Sianosis / sianosis memburuk; menghilang dg
jongkok/kneechest position atau pemberian oksigen
• Sesak napas
• iritabel/sinkop
• Murmur sistolik berkurang/hilang
• Overriding aorta
Jawaban lainnya
• B. ASD  acyanotic
• C. VSD  acyanotic
• D. PDA  acyanotic
• E. TGA  cyanotic, tapi tidak ada overriding aorta
51. Laringomalasia
• Bayi 2 bulan  sering tersedak, nafas bersuara, berubah sesuai
posisi,
• sudah di alami sejak lahir
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  laringomalasia

• Laringomalasia  kelainan kongenital dimana epiglottis lemah


• Gejela : sumbatan jalan napas, no feeding intolerance
Laringomalasia
• Kelainan kongenital dimana epiglottis lemah

• Gejala :
• Sumbatan jalan napas
• No feeding intolerance
• Remisi pada umur 2 tahun
• Pemeriksaan penunjang
• Laringoskopi  epiglottis berbentuk omega

• Terapi
• Bila ada sumbatan napas  intubasi
Jawaban lainnya
• B. spasme laring  spasme pada laring yang sementara dan
menyebabkan sulit untuk bicara atau bernapas
• C. laringotrakeobronkitis  disebabkan oleh infeksi virus, gejala :
demam, suara serak, batuk seperti menggonggong
• D. laryngitis akut  infeksi pada laring yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau jamur, bisa juga karena vocal abuse, pajanan thd
polutan, GERD, gejala : suara serak atau hilang, nyeri saat menelan
dan berbicara, dll
• E. pneumonia  infeksi pada paru yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau jamur, gejala : demam, batuk berdahak, sesak napas
52. Glaukoma sudut tertutup akut
• laki-laki 40 tahun  nyeri mata kanan
• disertai dengan pandangan mata kabur, melihat hallo disertai
dengan mual dan muntah
• pemeriksaan fisik didapatkan mata kanan hiperemis, edema kornea,
COA dangkal, TIO N+3, visus OD 2/60
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  glaucoma sudut tertutup
akut

• Glaukoma  tekanan bola mata yang tinggi yang akhirnya


menyebabkan rusaknya nervus optikus, lapang pandang menyempit
Glaukoma
• Tekanan bola mata tinggi (TIO > 21)
• Papil nervus optikus rusak / ekskavasi
• Lapang pandang menyempit
• Biasanya bilateral
Pemeriksaan
• Tekanan bola mata
• Lapang pandang
• Funduskopi (CD ratio)
KLASIFIKASI GLAUKOMA
A. Glaukoma Primer
1. Glaukoma sudut terbuka / Glaukoma kronis simplek
2. Glaukoma sudut tertutup / Glaukoma akut kongestif
 berdasarkan Goneoskopi
B. Glaukoma Sekunder
1. Katarak
2. Uveitis
3. Iridio hifema
4. Rubeosis
5. Kortikosteroid
C. Glaukoma Kongenital
D. Glaukoma Absolut  penglihatannya nol / LP –
Glaukoma Primer

Insiden
- usia > 36 tahun + 1.5 %
- orang berkulit hitam 15 x kulit putih
- glaukoma primer sudut terbuka > pada kulit putih
glaukoma primer sudut tertutup > pada orang asia
- Faktor genetik
Glaukoma sudut terbuka
- kronis
- progresif
- bilateral

Gejala :
- mata putih dan kabur
- melihat seperti dalam terowongan/tunnel vision
Tanda – tanda :
- TIO > 22 mmHg
- sudut terbuka
- penyempitan lapang pandang
- pelebaran C/D Ratio (ekskavasio)
Patofisiologi
- Degenerasi trabekel, kanal Schklemm
- Aspek genetik

Pengobatan :
A. Pemberian obat-obatan
- Tetes Pilokarpin 1- 4%  4 – 6 kali/hari
- Tetes Timolol 0.25% - 0.50% ( Beta Adrenaque
Blocking Agent  2 kali/hari )
- Tetes Betaksolol 0.20% - 0.50% ( Selektif
Reseptor B1)  2 kali/hari
- Tablet Aseta Zolamid (Diamox) Anhidrase carbon
inhibitor 125 – 250 mg  4 kali/hari
B. Laser Trabekuloplasti
- Kalau dengan obat-obatan gagal

C. Tindakan bedah
- Kalau dengan obat-obatan dan laser
Trabekuloplasti gagal
- Tersering  Trabekulektomi

Syarat anatomi masih baik


Hipertensi Okuli

- TIO > 22 mmHg


- Sudut bilik mata depan terbuka
- Optik disk normal
- Lapang pandang normal

Prevalensi

- 6% dari TIO tinggi


- 0.5% jadi POAG
Penatalaksanaan :

Resiko tinggi harus diobati


1. IOP > 30 mm Hg
2. Riwayat glaukoma pada keluarga
3. Tinggal satu mata
4. Riwayat kencing manis
5. Riwayat kelainan darah  hipertensi, BRVO, CRVO dll
6. Pendarahan pada papil nervus optikus
7. Miop tinggi
Low Tension Glaukoma
- TIO < 20 mmHg
- Sudut bilik mata depan terbuka
- Ekskavasi nervus optikus
- Penyempitan lapang pandang

Patofisiologi :
- Insufisiensi vaskuler pada nervus optikus

Pengobatan :
- Sama dengan POAG
Glaukoma Primer Sudut Tertutup (PCAG)

Patofisiologi

- Blok pupil
- Tanpa blok pupil / blok silier
 Tersering oleh karena blok pupil
Blok pupil
1. Faktor Predesposisi
- Sudut sempit
- Bilik mata depan dangkal
- Aksial length pendek
- Diameter kornea kecil
- Usia
2. Faktor Pencetus
- Mid midriasis
- Pembengkakan Lensa
- Lensa ke depan
Gejala – gejala :
- Nyeri
- Halo  kabur
- Pusing, mual, muntah

Tanda – tanda :
- TIO
- PCVI + CVI
- Kornea edema  bula keratopati
- Bilik mata depan dangkal
- Flare
- Atropi iris
- Glaukomflecken (katarak oleh karena TIO )
- Mid Midriasis
Terapi definitif :
- Iridektomi / laser iridotomi
- Trabekulektomi

Penatalaksanaan :
- Medikal terapi untuk perorangan terapi definitif
- Terapi definitif
- < 48 – 72 jam  iridektomi / laser iridotomi
- > 48 – 72 jam  trabekulektomi
- Fellow eye  iridektomi / laser iridotomi preventif
Medikal Terapi :

- Glyserin p.o. 1ml/KgBB dalam larutan 50%


dicampur air
- Diamox, initial dose 500mg  4 + 250 mg
- Pilocarpin 2%  4 – 6 x 1 tetes
- Timolol 0.5%  2 x 1 tetes
- Hilangkan nyeri  analgesik
- Manitol IV 1 – 2 g/KgBB
Glaukoma Sudut Tertutup Kronis
( Creeping Angle Closure )

 Faktor terjadinya sama dengan glaukoma sudut


tertutup
 Perlekatan sudut bilik mata depan  bertahap
 Bisa dengan gejala atau tanpa gejala
 Penatalaksanaan : operasi
Glaukoma Sekunder

1. Dislokasi Lensa

2. Katarak  ada 2 patogenesis :


1. Fako morfik
- katarak intumesen
 blok pupil  glaukoma sudut tertutup
2. Fako litik
- katarak hipermatur
 protein lensa keluar  reaksi radang
 glaukoma sudut terbuka
3. Hifema
 partikel pendarahan  sumbat trabekuler meshwork
 glaukoma sudut terbuka

4. Uveitis  ada 2 patogenesis :


1. Seklusi pupil  iris bomban  PAS  glaukoma
sudut tertutup
2. Sel-sel inflamasi  menghambat trabekuler meshwork
 glaukoma sudut terbuka
5. Pemakaian Kortikosteroid
- Kerusakan trabekuler meshwork

6. Rubeosis iridis
- Terjadi fibrovaskuler pada sudut bilik mata depan
Jawaban lainnya
• B. glaucoma sudut terbuka  berjalan kronis, biasanya gejala akut
tidak ada, seperti nyeri mata, edema, mata merah, gejala hanya
lapang panjang yang makin menyempit, dan visus yang menurun
• C. glaucoma sekunder  disebabkan oleh keadaan lain pada mata
sebelumnya, seperti dislokasi lensa, katarak, dll
• D. glaucoma absolut  penglihatan sudah tidak bisa, visus 0, LP tidak
ada
• E. glaucoma  kenaikan tekanan bola mata dan gangguan lapang
pandang yg menyempit
53. Azetazolamid 500 mg per oral
• laki-laki 40 tahun  nyeri mata kanan
disertai dengan pandangan mata kabur, melihat hallo disertai
dengan mual dan muntah
• pemeriksaan fisik didapatkan mata kanan hiperemis, edema kornea,
COA dangkal, TIO N+3, visus OD 2/60
• Penanganan awal ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  glaucoma sudut tertutup
akut

• Glaukoma  tekanan bola mata yang tinggi yang akhirnya


menyebabkan rusaknya nervus optikus, lapang pandang menyempit
Glaukoma
• Tekanan bola mata tinggi (TIO > 21)
• Papil nervus optikus rusak / ekskavasi
• Lapang pandang menyempit
• Biasanya bilateral
Pemeriksaan
• Tekanan bola mata
• Lapang pandang
• Funduskopi (CD ratio)
KLASIFIKASI GLAUKOMA
A. Glaukoma Primer
1. Glaukoma sudut terbuka / Glaukoma kronis simplek
2. Glaukoma sudut tertutup / Glaukoma akut kongestif
 berdasarkan Goneoskopi
B. Glaukoma Sekunder
1. Katarak
2. Uveitis
3. Iridio hifema
4. Rubeosis
5. Kortikosteroid
C. Glaukoma Kongenital
D. Glaukoma Absolut  penglihatannya nol / LP –
Glaukoma Primer

Insiden
- usia > 36 tahun + 1.5 %
- orang berkulit hitam 15 x kulit putih
- glaukoma primer sudut terbuka > pada kulit putih
glaukoma primer sudut tertutup > pada orang asia
- Faktor genetik
Glaukoma sudut terbuka
- kronis
- progresif
- bilateral

Gejala :
- mata putih dan kabur
- melihat seperti dalam terowongan/tunnel vision
Tanda – tanda :
- TIO > 22 mmHg
- sudut terbuka
- penyempitan lapang pandang
- pelebaran C/D Ratio (ekskavasio)
Patofisiologi
- Degenerasi trabekel, kanal Schklemm
- Aspek genetik

Pengobatan :
A. Pemberian obat-obatan
- Tetes Pilokarpin 1- 4%  4 – 6 kali/hari
- Tetes Timolol 0.25% - 0.50% ( Beta Adrenaque
Blocking Agent  2 kali/hari )
- Tetes Betaksolol 0.20% - 0.50% ( Selektif
Reseptor B1)  2 kali/hari
- Tablet Aseta Zolamid (Diamox) Anhidrase carbon
inhibitor 125 – 250 mg  4 kali/hari
B. Laser Trabekuloplasti
- Kalau dengan obat-obatan gagal

C. Tindakan bedah
- Kalau dengan obat-obatan dan laser
Trabekuloplasti gagal
- Tersering  Trabekulektomi

Syarat anatomi masih baik


Hipertensi Okuli

- TIO > 22 mmHg


- Sudut bilik mata depan terbuka
- Optik disk normal
- Lapang pandang normal

Prevalensi

- 6% dari TIO tinggi


- 0.5% jadi POAG
Penatalaksanaan :

Resiko tinggi harus diobati


1. IOP > 30 mm Hg
2. Riwayat glaukoma pada keluarga
3. Tinggal satu mata
4. Riwayat kencing manis
5. Riwayat kelainan darah  hipertensi, BRVO, CRVO dll
6. Pendarahan pada papil nervus optikus
7. Miop tinggi
Low Tension Glaukoma
- TIO < 20 mmHg
- Sudut bilik mata depan terbuka
- Ekskavasi nervus optikus
- Penyempitan lapang pandang

Patofisiologi :
- Insufisiensi vaskuler pada nervus optikus

Pengobatan :
- Sama dengan POAG
Glaukoma Primer Sudut Tertutup (PCAG)

Patofisiologi

- Blok pupil
- Tanpa blok pupil / blok silier
 Tersering oleh karena blok pupil
Blok pupil
1. Faktor Predesposisi
- Sudut sempit
- Bilik mata depan dangkal
- Aksial length pendek
- Diameter kornea kecil
- Usia
2. Faktor Pencetus
- Mid midriasis
- Pembengkakan Lensa
- Lensa ke depan
Gejala – gejala :
- Nyeri
- Halo  kabur
- Pusing, mual, muntah

Tanda – tanda :
- TIO
- PCVI + CVI
- Kornea edema  bula keratopati
- Bilik mata depan dangkal
- Flare
- Atropi iris
- Glaukomflecken (katarak oleh karena TIO )
- Mid Midriasis
Terapi definitif :
- Iridektomi / laser iridotomi
- Trabekulektomi
Penatalaksanaan :
- Medikal terapi untuk perorangan terapi definitif
- Terapi definitif
- < 48 – 72 jam  iridektomi / laser iridotomi
- > 48 – 72 jam  trabekulektomi
- Fellow eye  iridektomi / laser iridotomi preventif
Medikal Terapi :

- Glyserin p.o. 1ml/KgBB dalam larutan 50%


dicampur air
- Diamox, initial dose 500mg  4 + 250 mg
- Pilocarpin 2%  4 – 6 x 1 tetes
- Timolol 0.5%  2 x 1 tetes
- Hilangkan nyeri  analgesik
- Manitol IV 1 – 2 g/KgBB
Glaukoma Sudut Tertutup Kronis
( Creeping Angle Closure )

 Faktor terjadinya sama dengan glaukoma sudut


tertutup
 Perlekatan sudut bilik mata depan  bertahap
 Bisa dengan gejala atau tanpa gejala
 Penatalaksanaan : operasi
Glaukoma Sekunder

1. Dislokasi Lensa

2. Katarak  ada 2 patogenesis :


1. Fako morfik
- katarak intumesen
 blok pupil  glaukoma sudut tertutup
2. Fako litik
- katarak hipermatur
 protein lensa keluar  reaksi radang
 glaukoma sudut terbuka
3. Hifema
 partikel pendarahan  sumbat trabekuler meshwork
 glaukoma sudut terbuka

4. Uveitis  ada 2 patogenesis :


1. Seklusi pupil  iris bomban  PAS  glaukoma
sudut tertutup
2. Sel-sel inflamasi  menghambat trabekuler meshwork
 glaukoma sudut terbuka
5. Pemakaian Kortikosteroid
- Kerusakan trabekuler meshwork

6. Rubeosis iridis
- Terjadi fibrovaskuler pada sudut bilik mata depan
Jawaban lainnya
• A. pilokarpin tetes 2 %  bukan pengobatan awal pada kasus
glaucoma
• B. timolol tetes  bukan pengobatan awal pada kasus glaucoma
• D. steroid  bukan tata laksana glaucoma, justru dapat menyebabkan
glaucoma
• E. dekongestan  bukan tata laksana glaucoma
54. Konjungtivitis viral
• laki-laki 25 tahun  mata merah sejak 2 hari yang lalu
• rasa gatal seperti ada pasir, rasa panas, gatal, dan demam
• sudah memakai obat tetes mata yang dibeli dari warung namun
keadaan pasien tidak membaik
• Teman sekantor pasien mengalami keluhan yang serupa
• suhu 37,5°C, pembesaran kelenjar retroaurikuler dekstra, visus ODS
6/6. Folikel + di konjungtiva tarsalis superior, sekret + serosa, kornea
jernih
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  konjungtivitis viral

• Konjungtivitis  peradangan pada konjungtiva


• Gejala dan tanda  mata merah, visus tidak turun, lakrimasi, secret,
gatal, berat ringan gejala tergantung penyebab
Konjungtivitis
• Peradangan pada konjungtiva, dapat terjadi pada konjungtiva
palpebral, fornix, ataupun bulbi

• Penyebab  infeksi, alergi, iritasi, trauma, idiopatik


Jawaban lainnya
• A. keratitis bakteri  peradangan kornea yang disebabkan oleh
bakteri, gejala : infiltrate di kornea, edema, hipopion bisa ada
• B. keratitis viral  peradangan kornea yang disebabkan oleh virus,
gejala : lesi dendritic (+)
• D. konjungtivitis jamur  peradangan pada konjungtiva yg
disebabkan oleh jamur, gejala : mata merah, injeksi konjungtiva, visus
tidak turun
• E. konjungtivitis alergi peradangan pada konjungtiva yg disebabkan
oleh allergen, gejala : gatal yang prominen, riwayat atopi, secret cair,
papilla (+)
55. Konjungtivitis vernal
• anak perempuan 10 tahun  gatal pada mata kanan
• mata merah dan gatal
• sudah memberi antibiotik tetes mata namun tidak ada perubahan
• Keluhan sudah sering kali timbul terutama saat kena angin dan debu
• pemeriksaan fisik di dapatkan injeksi siliar, coble stone, rantas dot,
visus dalam batas normal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  konjungtivitis vernal

• Konjungtivitis  peradangan pada konjungtiva


• Gejala dan tanda  mata merah, visus tidak turun, lakrimasi, secret,
gatal, berat ringan gejala tergantung penyebab
Konjungtivitis
• Peradangan pada konjungtiva, dapat terjadi pada konjungtiva
palpebral, fornix, ataupun bulbi

• Penyebab  infeksi, alergi, iritasi, trauma, idiopatik


Jawaban lainnya
• A. konjungtivitis bakteri  secret mukopurulen, kelopak mata
bengkak, papila (+), dapat disertai membrane atau pseudomembran
• B. konjungtivitis virus  secret biasanya jernih, tidak sampai
membuat keropeng di mata
• D. konjungtivitis purulent  = bakteri
• E. konjungtivitis alergi  peradangan pada konjungtiva yg disebabkan
oleh allergen, gejala : gatal yang prominen, riwayat atopi, secret cair,
papilla (+)
56. Oklusi arteri retina
• wanita 53 tahun  buta mendadak ketika bangun pagi hari
• memiliki penyakit diabetes tidak terkontrol
• pemeriksaan funduskopi didapatkan cherry red spot (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  oklusi arteri retina

• oklusi arteri retina  sumbatan pada arteri retina yang menyebabkan


kebutaan mendadak, dapat disebabkan oleh penyakit DM yang tidak
terkontrol
Jawaban lainnya
• B. retinopati diabetic  mata tenang, visus turun perlahan, floater
(+), riwayat DM (+), funduskopi : mikroaneurisma, dot and blot
hemorrhage, dll
• C. avlasio retina  terpisahnya lapisan sel batang dan sel kerucut dari
lapisan sel epitel pigmen, gejala : penurunan lapang pandang,
pandangan seperti tertutup tirai hitam
• D. perdarahan vitreous  penurunan visus perlahan, seperti melihat
titik-titik hitam berterbangan
• E. katarak traumatic  gambaran stelata (+), opasitas pada lensa
berbentuk bintang
57. Hordeolum
• laki-laki 25 tahun  nyeri pada mata sebelah kiri
• bengkak dikelopak mata kiri
• pemeriksaan oftalmologis didapatkan benjolan sebesar kacang hijau,
edem, dan nyeri
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hordeolum

• Hordeolum  peradangan pada kelenjar sebasea mata (internum :


kelenjar zeis atau moll, eksternum : kelenjar meibom)
• Gejala : benjolan di kelopak mata luar atau dalam, nyeri, hangat,
bengkak
Hordeolum
• Peradangan pada kelenjar sebasea mata
• Internum  kelenjar meibom
• Eksternum  kelenjar zeis atau moll

• Etiologi  stafilokokus
• Klinis
• Nodul di kelopak mata dapat di luar atau di dalam
• Nyeri
• Hangat
• Bengkak
Tata laksana
• Kompres hangat 4x10 menit
• Antibiotik topical  salep eritromisin/bacitracin)
• Antibiotik sistemik bila perlu  doksisiklin 2x100 mg
• Bila tidak membaik atau memburuk  pembedahan (insisi dan
drainase )
Jawaban lainnya
• B. blefaritis superfisialis  peradangan pada tepi kelopak mata yang
superficial, gejala : skuama atau krusta pada tepi kelopak, bulu mata
rontok, bengkak dan merah pada kelopak mata
• C. blefaritis anterior  mengenai kelopak mata bagian luar depan
(tempat mekatnya bulu mata); ada sebotoik dan stafilokokal
• D. blefaritis angulasi  infeksi stafilokokus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus, menyebabkan gangguan pada fungsi punctum
lakrimal
• E. meibomitis  infeksi pada kelenjar meibom yg mengakibatkan
tanda peradangan local pd kelenjar tsb
58. Otitis media akut stadium oklusi tuba
• wanita 35 tahun  nyeri pada telinga sebelah kanan sejak 4 hari
yang lalu
• demam dan batuk pilek
• pemeriksaan telinga didapatkan membrana timpani retraksi dan
keruh
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  otitis media akut stadium
oklusi

• Otitis media akut  peradangan pada telinga tengah, disebabkan


karena infeksi yang menjalar melalui tuba eustachius
• Gejala : nyeri telinga, bisa sampai keluar cairan dari telinga yg terkena
Otiti media akut
• Infeksi telinga tengah yang
disebabkan oleh streptococcus
pneumonia

• Akut  < 3 minggu


• Sub akut  3 minggu – 2 bulan
• Kronis  > 2 bulan
Jawaban lainnya
• B. otitis media akut stadium hiperemis  nyeri telinga, penurunan
pendengaran, demam tinggi, membrane timpani tampak hiperemis
dan kongesti
• C. otitis media akut stadium supurasi  nyeri telinga semakin berat,
membrane timpani tampak menonjol/bulding dan hiperemis
• D. otitis media akut perforasi  nyeri telinga berkurang, demam
berkurang, keluar cairan dari telinga, membrane timpani tampak
perforasi, tampak discharge
• E. otitis media akut stadium resolusi cairan dr telinga bekurang,
penurunan pendengaran, edema mukosa berkurang, perforasi
semakin menutup
59. Tarsal tunnel syndrome
• wanita 32 tahun  nyeri pada pergelangan kaki kanan sejak 3 hari
yang lalu
• Nyeri terasa menjalar di sepanjang tumit dan ibu jari kaki kanan
• Nyeri memberat saat malam hari
• Pasien sibuk bekerja di kantor dan selalu memakai high heels
setinggi 10 cm
• Pemeriksaan dorso flexi in eversion tes (+/-), tinnel test (+/-)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tarsal tunnel syndrome

• Tarsal tunnel syndrome  Kompresi neuropati dan konsidi kaki yang


menjadi nyeri akibat terjadinya penekanan pada nervus tibia yang
melewati tarsal tunnel
Tarsal tunnel syndrome
• Kompresi neuropati dan konsidi kaki yang menjadi nyeri akibat
terjadinya penekanan pada nervus tibia yang melewati tarsal tunnel

• Tarsal tunnel  arteri tibia posterior, nerus tibia, tendon tibia


posterior, fleksor longus digitorum, fleksor longus halluces

• TTS  mati rasa pada kaki, nyeri, rasa terbakar, rasa tersengat listrik,
dan kesemutan pada telapak kaki dan tumit
etiologi
Gambaran klinis
• Kesemutan dan atau mati rasa di sekitar pergelangan kaki dan pada
permukaan punggung kaki hingga ke arah jari-jari kaki
• Nyeri dapat terasa seperti terbakar atau nyeri tumpul, tetapi
diekspresikan sebagai kram
• Nyeri dirasakan memberat ketika sedang beraktivitas dan berdiri
• Nyeri akan hilang ketika beristirahat
• Gejala terkadang muncul akibat trauma langsung atau berhubungan
dengan tergelincirnya inervasi pada pergelangan kaki (kesleo)
• Lebih sering akibat overuse ex: terlalu lama berdiri, berjalan, olahraga
• Gejala jarang menyebar
• 43% kasus nyeri memberat pada malam hari
• Pada kasus berat  kelemahan pada otot plantar yang menyebabkan
susah untuk jari kaki terbuka
Pemeriksaan fisik

• Tinel sign  perkusi nervus tibia posterior yang


terletak di pergelangan kaki bagian medial dan kaki
dalam posisi dorsofleksi; (+) jila terdapat nyeri atau
rasa kesemutan pada telapak kaki dalam watu 5-10
detik
• Dorsofleksi-eversion test  kaki berada pada posisi
dorsofleksi dan eversi sehingga terjadi pemanjanngan
pada sendi MTP, (+) apabila terasa nyeri pada bagian
tumit
• Pemeriksaan sensoris  hipestesia pada area nervus
plantar medial
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan EMG dan NCS


• Menunjukkan fungsi dari saraf tibialis posterior
bagian distal sampai ke otot abductor hallicus
Radiologi (plain x-rays, MRI)
• Untuk menilai abnormalitas dari tulang pada tarsal
tunnel
Tata laksana
• Konservatif  injeksi steroid ke dalam tarsal tunnel untuk
mengurangi nyeri; terapi fisik (mengurangi edema local)
• Operatif  dekompresi
Jawaban lainnya
• A. neuropati diabetic  merupakan komplikasi mikrovaskuler dari DM,
gejala: mononeuropati, neuropati otonom, femoral neuropati, neuropati
perifer
• B. posterior tibialis dysfunction  bengkak pergelangan kaki medial,
ketidakmampuan untuk bangkit pada jari kaki, nyeri buruk dg aktivitas,
nyeri pergelangan kaki medial, dll
• C. neuropati perifer  kerusakan sistem saraf perifer, terutama tungkai
dan kaki, gejala : kesemutan pada kaki bagian bawah, panas, kram, reflex
berkurang, dll
• D. plantar fasciitis  peradangan pada jaringan yang menghubungkan
tumit dan jari kaki, gejala : nyeri tumit atau di bagian tengah kaki, seperti
tertusuk/rerbakar yang menjalar
60. Tes tensilon
• wanita 37 tahun  sesak nafas sejak 1 hari yang lalu
• Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengalami kelemahan pada kedua
tungkai dan kedua kelopak mata jatuh
• pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/100 mmHg
• Tes untuk menegakkan diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  miastenia gravis

• Miastenia gravis  suatu penyakit autoimun dimana persambungan


otot dan saraf (neuromuscular junction) berfungsi secara tidak normal
dan menyebabkan kelemahan otot menahun
Miastenia gravis
• suatu penyakit autoimun dimana persambungan otot dan saraf
(neuromuscular junction) berfungsi secara tidak normal dan
menyebabkan kelemahan otot menahun
• Lebih sering terjadi pada wanita ( F:M = 6 : 4 ) dan biasanya timbul
pada usia 20-40 tahun
• Prevalensi di dunia 1 : 10.000
etiologi
• Etiologi  penyakit autoimun dimana terdapat antibody yang
memblok reseptor asetilkolin di presinaps

• Idiopathic
• Penicillamine
• Antibodi Ach-R ditemukan 90% pada pasien dengan MG sekunder
terhadap paparan penicillamine
Drugs
• Obat :
• Antibiotics
(Aminoglycosides, • Procainamide
ciprofloxacin, ampicillin, • Verapamil
erythromycin) • Quinidine
• B-blocker (propranolol) • Chloroquine
• Lithium • Prednisone
• Magnesium • Timolol
• Anticholinergics
patofisiologi
• Sistem kekebalan yang membentuk Antibodi tubuh (Ig G)

• menyerang reseptor Ach yang terdapat pada sisi otot dari neuromuscular junction

• akibatnya terjadi kekurangan relatif dari Ach di presinaps motoris dari otot lurik


• Kelemahan otot
Gambaran klinis
• Kelemahan pada otot wajah
• Kelemahan pada kelopak mata
• Kelemahan pada otot mata, sehingga terjadi penglihatan ganda
• Kelemahan pada lengan dan tungkai
• Kelelahan otot yang berlebihan setelah melakukan olahraga
• Bisa terjadi kesulitan dalam berbicara dan menelan

Sekitar 10% penderita mengalami kelemahan otot yang diperlukan


untuk pernafasan
• Biasanya mengenai otot yang spesifik dibanding umum
• Ptosis (tersering), pasien tidak bisa mempertahankan membuka mata
• Gejala semakin sore semakin memburuk
diagnosis
• Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala, yaitu jika seseorang mengalami kelemahan umum
• Tes edrofonium/tensilon/penghambat kolinesterase (pharmacological testing)
• Elektromiogram
• Tes darah untuk mengetahui adanya antibodi dalam terhadap asetilkolin
• CT scan dada untuk menemukan adanya timoma
Workup Pharmacological testing/tensilon
• Apabila tidak ada efek
samping sesudah tes 1-2 mg
intravena, maka disuntikkan
lagi 5-8 mg tensilon.
• Reaksi dianggap positif
apabila ada perbaikan
kekuatan otot yang jelas
(misalnya dalam waktu 1
menit), menghilangnya ptosis,
lengan dapat dipertahankan
dalam posisi abduksi lebih
lama, dan meningkatnya
kapasitas vital.
Before After
• Reaksi ini tidak akan
berlangsung lebih lama dari 5
menit.
Tata laksana
• AChE inhibitor
• Pyridostigmine bromide (Mestinon)
• Mulai kerja dalam 30-60 menit dan bertahan sampai 3-6 jam
• Dosis dewasa :
• 60-960mg/d PO
• 2mg IV/IM q2-3h
• Yang lain: Neostigmine Bromide
• Terapi imunomodulasi
• Prednison
• Paling sering dipakai di US
• Perbaikan signifikan  penurunan titer antibody biasanya 1-4 bulan
• Mulai dengan dosis rendahn dan dinaikan bertahap sampai dosis efektif
• Pasien dengan obat diuretic harus dimonitor terkait dengan hypokalemia
komplikasi
• Gagal napas
• Disfagia
• Komplikasi penggunaan obat
• Steroid jangka lama
• Osteoporosis, katarak, hyperglycemia
• Gastritis, ulkus peptikus
• Pneumocystis carinii
• Tes untuk menegakkan diagnose miastenia gravis  TES TENSILON
61. Ergotamine
• wanita 27 tahun  nyeri kepala sebelah kanan yang berdenyut
• mual, muntah, dan fotofobia
• Nyeri berlangsung selama 2 jam
• Pemeriksaan neurologis normal
• Terapi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  migraine

• Migrain  Nyeri kepala primer dengan kualitas vascular (berdenyut),


diawali unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia, fonofobia,
gangguan tidur, dan depresi
Migrain
• Nyeri kepala primer dengan kualitas vascular (berdenyut), diawali
unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia, fonofobia, gangguan tidur,
dan depresi
• Serangan seringkali berulang dan cenderung tidak akan bertambah
parah setelah bertahun-tahun
• Jika tidak diterapi akan berlangusng antara 4-72 jam
• Klasik  4 fase (prodromal 25%, aura 15%, nyeri kepala, postdormal
• Wanita : pria  2:1
Diagnosis
• IHS (International Headache Society)
• tanpa aura
• Setidaknya terdapat 5 kali serangan yang memenuhi kriteria B-D.
• Serangan sakit kepala berlangsung 4-72 jam jika tidak diobati atau diobati namun tidak
membaik.
• Sakit kepala setidaknya memiliki 2 dari 4 karakteristik di bawah ini.
• Lokasinya unilateral.
• Sifatnya berdenyut.
• Intensitasnya ringan sampai berat.
• Memberat dengan naik tangga atau aktivitas rutin sejenisnya.
• Selama terjadinya sakit kepala, setidaknya terdapat satu dari hal-hal di bawah ini:
• Mual dan atau muntah.
• Fotofobia dan fonofobia.
• Dengan aura
• Setidaknya terdapat 2 serangan yang memenuhi kriteria B.
• Setidaknya terdapat 3 dari 4 karakteristik berikut ini:
• Satu atau lebih gejala aura yang reversibel yang menandakan adanya disfungsi korteks
serebral fokal dan atau batang otak.
• Setidaknya terdapat satu gejala aura yang terjadi bertahap dalam 4 menit, atau 2 atau lebih
gejala yang terjadi berurutan.
• Tidak terdapat gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit. Jika terdapat lebih dari satu
gejala, durasi terjadinya aura akan meningkat secara proporsional.
• Sakit kepala yang terjadi setelah gejala aura dengan interval bebas sakit kepala kurang dari 60
menit (sakit kepala dapat terjadi sebelum atau bersamaan dengan munculnya aura).
Stadium Diagnosis Terapi

Migren ringan Sakit kepala berdenyut kadang- NSAID


kadang.
Tidak ada gangguan fungsi berat. Kombinasi analgetik.

Agonis 5HT 1 oral

Migren moderat Sakit kepala moderat sampai berat. Agonis 5 HT 1 oral, nasal, atau
subkutan.
Mual (umum terjadi) Antagonis dopamin oral.

Terdapat beberapa gangguan fungsi.

Migren berat Sakit kepala berat. 3 kali per bulan. Agonis 5 HT1 SC, IM, atau IV.

Terdapat gangguan fungsi yang Antagonis dopamin IM atau IV.


signifikan.
Mual dan muntah. Medikasi profilaksis.
Penatalaksanaan
• Tidur atau istirahat sejenak pada waktu serangan merupakan
tindakan yang cukup ampuh untuk menghentikan serangan migren.
Sebaiknya istirahat atau tidur di tempat yang tenang dan agak gelap
karena penderita migren pada waktu serangan mengalami fotofobia
dan fonofobia.
• Menghindari pemicu
• Olahraga teratur (aerobik)
• Berhenti merokok
• Headache diary
• Terapi abortif  kausatif
• NSAID, opioid  non spesifik
• NSAID  asam asetilsalisilat 1000 mg (PO/IV), diclofenac 50-100 mg,
paracetamol 1000 mg (PO/supp), ibuprofen 200-800 mg
• Ergot alkaloids, triptans  spesifik
• Ergot alkaloid  ergotamine tartrat 2 mg (PO/supp)
• Triptans  sumatriptan 25, 50, 100 mg (PO), 25 mg (supp), 10 , 20 mg (nasal
spray), 6 mg (SC), zolmitriptan, naratriptan, riza triptan

• Migren menstrual diberikan NSAID sebelum menstruasi sampai menstruasi


berhenti, misalnya natrium naproksen, asam mefenamat atau ketoprofen
Pencegahan
• Non medikamentosa
• Tata cara hidup. Siklus kehidupan yang terlalu ketat, kurang istirahat,
terlambat makan, kurang rekreasi dsb dapat merupakan pencetus serangan
migren. Pembagian waktu kerja, istirahat, rekreasi, olah raga perlu diatur
dengan baik. Sebaliknya juga dapat dijumpai “weekend migraine” karena
penderita migren terlalu banyak tidur pada akhir minggu.
• Faktor makanan. Apabila ada jenis makanan tertentu yang dapat
mencetuskan serangan migren, maka jenis makanan ini perlu dihindari
• Faktor obat. Pasien juga perlu mengenali obat-obat yang bisa menjadi
pencetus serangan migren, seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual,
tetrasiklin dsb, sehingga perlu dihindari.
• Terapi profilaksis  preventif
• Beta blockers (propranolol, atenolol, bisoprolol, metoprolol)
• Tricyclic antidepressants (amitriptilin)
• Calcium channel blockers (flunarizin, diltiazem)
• Anticonvulsant (valproic acid, topiramate)
• 5-HT2 antagonism (methysergide)
• Bisa dimulai jika pasien memiliki
1 atau kombinasi di bawah ini :
• Frekuensi serangan >= 2 per bulan
• Medikasi abortif tidak efektif
• Memiliki disabilitas
• Auro yang terjadi sering, lama, dan
tidak nyaman
Jawaban lainnya
• A. klorpromazine  antipsikotik
• C. metampiron  analgesic, diberikan pada kasus migraine ringan
• D. tramadol  jarang diberikan pada kasus migraine
• E. asetosal  analgesic, diberikan pada kasus migraine ringan
62. Dix hallpike maneuver
• wanita 38 tahun  pusing berputar hilang timbul sejak pagi,
• keluhan bertambah saat menoleh ke kiri,
• mual muntah,
• pusing terasa saat bangun tidur dan mau tidur
• Keluhan yang serupa terjadi 1 tahun lalu dan hilang 1 minggu
kemudian
• Jenis tes untuk menentukan lokasi kelainan?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  BPPV

• BPPV  gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik


serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan
dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian
memutar kepala
bening paroxismal positional vertigo (BPPV)
• gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik serangan
vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan
perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian
memutar kepala
• penyebab vertigo dg prevalensi 2,4%
• wanita>laki-laki

• etiologi : kanalith di dalam kanalis semisirkularis


gambaran klinis
• timbul mendadak pada perubahan posisi (miring ke satu sisi,
berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk, menegakkan kembali
badan, menunduk, menengadah)
• serangan berlangsung dalam waktu singkat (kurang dari 10-30 detik)
• dirasakan berputar
• bisa disertai mual, kadang muntah
• setelah rasa berputar menghilang, ps bisa merasa melayang dan
diikuti disekulibrium (ketidakseimbangan) selama beberapa hari -
minggu
• dapat muncul kembali
pemeriksaan

• manuver
• dix-hallpike
terapi
• komunikasi dan informasi
• penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yg berbahaya dan
prognosisnya baik serta hilang spontan

• obat antivertigo seringkali tidak diperlukan, namun apabila terjadi


disekulibrium pasca BPPV, pemberian betahistine akan berguna u/
mempercepat kompensasi
• untuk BPPV kanal posterior
• manuver epley
• prosedur semont
• metode brand daroff
• Pada kasus BPPV, tes yang digunakan untuk menentukan lokasi
kelainan  DIX HALLPIKE MANUVER
63. Selulitis
• laki-laki 57 tahun  kaki kanannya bengkak, memerah, dan nyeri.
Keluhan disertai demam
• Pasien memiliki riwayat DM sejak 4 tahun yang lalu
• pemeriksaan fisik didapatkan regio cruris dekstra tampak edema,
eritema difus, teraba hangat, batas lesi tidak tegas, nyeri tekan (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  selulitis

• Selulitis  salah satu jenis pioderma


• Infeksi kulit yang dalam (subkutan)

• Gejala : bercak merah, batas tidak tegas


Selulitis
• Salah satu jenis pioderma
• Infeksi kulit dalam (subkutan)
• Disebabkan oleh S. aureus, GABHS

• Gejala
• Infiltrat eritamatosa difus
• Batas tidak tegas
• Letak lebih dalam dari erysipelas
• Biasanya di tungkai
Tata laksana
• Cold compress
• Elevation and rest
Jawaban lainnya
• A. erysipelas  infeksi kulit, disebabkan oleh GABHS, gejala : bercak
merah cerah, batas tegas, edema
• C. arthritis  peradangan pada sendi, gejala : nyeri pada sendi saat
aktivitas, kaku, hangat, merah, teraba krepitasi
• D. abses  akumulasi pus di daerah tertentu, gejala : merah, hangat,
bengkak, fluktuasi (+)
• E. gangrene  nekrose suatu jaringan, gejala : berwarna hitam, nyeri
minimal, bisa ada pus
64. Miliaria rubra
• anak perempuan 2 tahun  bintik merah dan gatal di punggung
sejak 5 hari yang lalu dan sering berulang
• Pasien adalah anak yang aktif bermain di luar rumah
• Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal
• pemeriksaan fisik didapatkan lesi berupa papula dengan puncaknya
berupa vesikel yang dikelilingi eritema
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  miliaria rubra

• Miliaria  retensi keringat akibat gangguan integritas kelenjar ekrin


Klasifikasi
Miliaria kristalina Miliaria rubra Miliaria profunda Miliaria pustulosa

• Letak sumbatan  • Letak sumbatan  • Letak sumbatan  • Berasal dari


subkorneal stratum spinosum dermis atas miliaria rubra,
• Vesikel milier, • Jenis tersering, • Kelanjutan miliaria dimana vesikel
subkorneal tanpa vesikel milier atau rubra, bentuk berubah menjadi
tanda inflamasi, papulo vesikel di papul putih keras, pustule
mudah pecah, atas dasar berukuran 1-3 mm
dengan garukan eritematosa
dan deskuamasi sekitar lubang
dalam beberapa keringat, tersebar
hari diskret
• Predileksi pada
bagian badan yang
tertutup pakaian
Tata laksana
Modifikasi gaya hidup
• Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat
• Menghindari panas dan kelembapan yang berlebihan
• Menjaga kebersihan kulit
• Usahakan ventilasi yang baik

Farmakoterapi
• Topikal : bedak kocok yang mengandung kalamin dan antipruritus lain
seperti mentol dan kamfora, 2x sehari, bedak salisil 2%
• Sistemik : antihistamin, cetirizine 1x10 mg
Jawaban lainnya
• A. folikulitis  infeksi primer dari foliker rambut karena infeksi, oklusi,
atau trauma
• B. dermatitis  reaksi peradangan kulit, oleh berbagai penyebab
• C. gigitan serangga  proses inflamasi di kulit yang didahului oleh
gigitan serangga, gejala : papul, di tengahnya terdapat punctum
• E. varicella  infeksi dari virus varicella zoster, gejala : papul, vesikel,
pustule, yang tersebar di seluruh tubuh, didahului demam
65. Tinea kruris
• laki-laki 18 tahun  gatal di daerah selangkangan sejak 5 hari yang
lalu
• warna kemerahan didaerah yang gatal
• Bila berkeringat dirasakan makin gatal
• pemeriksaan fisik didapatkan makula eritematosa dengan sentral
healing di daerah inguinal dan gluteal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tinea cruris

• Tinea cruris  infeksi jamur dermatofita (Tricophyton,


epidermophyton, microsporum yang terletak di cruris
• Gejala : bercak merah, central healing
DERMATOFITOSIS
• Dermatofitosis  infeksi jamur dermatofita (Tricophyton,
epidermophyton, microsporum)

• Sifat  mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat


tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan
kuku.

• Penularan  kontak langsung dengan agen penyebab


KLASIFIKASI DERMATOFITOSIS
• Tinea kapitis  kulit dan rambut kepala
• Tinea barbae  dagu dan jenggot
• Tinea krueis  genitokrural, sekitar anus, bokong, perut
bagian bawah
• Tinea pedis et manum  kaki dan tangan
• Tinea korporis  bagian lain yg tidak termasuk kelima
tinea diatas
• Tinea imbrikata  seluruh tubuh
FAKTOR RISIKO
• Lingkungan yang lembab dan panas
• Immunodefisiensi
• Obesitas
• DM
• Tinea pedis  Sering memakai sepatu tertutup
• Para pekerja dengan kaki yang sering basah (contoh : tukang cuci)
PEMERIKSAAN
• Anamnesis :
• bercak merah bersisik,
• gatal (+),
• riwayat kontak

• Px Fisik :
• Lesi berbentuk infiltrat, eritematosa, berbatas tegas, dengan tepi lebih aktif dari bagian
tengah , central healing, konfigurasi polisiklik

• Px Penunjang :
• KOH  Hifa panjang bersekat dan artospora

• Komplikasi : Jarang, infeksi bakter sekunder


TATALAKSANA
1. Jaga kebersihan, hindari penggunaan handuk/pakaian bersama

2. Lesi terbatas, dapat diberi obat topikal :


Krim klotrimazol
Krim mikonazol
Krim Terbinafin

3. Lesi luas, dapat diberi terapi sistemik :


Griseofulvin  Dewasa : 0,5-1 gr/hari
 Anak- anak : 0,25-0,5 gr/hari terbagi dalam 2 dosis
Golongan azol  Ketokonazol 200 mg/hari
 Itrakonazol 100 mg/hari
 Terbinafin 250 mg/hari
Tx selama 14 hari pada pagi hari setelah makan
Jawaban lainnya
• A. kandidiasis  infeksi kulit karena jamur, gejala, bercak merah,
gatal, bersisik, basah
• C. psoriasis  penyakit peradangan kulit kronik residif yang ditandai
dengan plak eritem yang diatasnya tdp skuama tebal berlapis-lapis
transparan spt mika
• D. scabies  infestasi sarcoptes scabei, gejala : papul vesikel eritema
multiple, di sela jari kaki dan tangan
• E. dermatitis seboroik  skuama kekuningan berminyak, di scalp,
belakang telinga, nasolabial, leher
66. Trycophyton rubrum
• laki-laki 18 tahun  gatal di daerah selangkangan sejak 5 hari yang
lalu
• warna kemerahan didaerah yang gatal
• Bila berkeringat dirasakan makin gatal
• pemeriksaan fisik didapatkan makula eritematosa dengan sentral
healing di daerah inguinal dan gluteal
• Penyebab ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tinea cruris

• Tinea cruris  infeksi jamur dermatofita (Tricophyton,


epidermophyton, microsporum yang terletak di cruris
• Gejala : bercak merah, central healing
DERMATOFITOSIS
• Dermatofitosis  infeksi jamur dermatofita (Tricophyton,
epidermophyton, microsporum)

• Sifat  mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat


tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan
kuku.

• Penularan  kontak langsung dengan agen penyebab


KLASIFIKASI DERMATOFITOSIS
• Tinea kapitis  kulit dan rambut kepala
• Tinea barbae  dagu dan jenggot
• Tinea krueis  genitokrural, sekitar anus, bokong, perut
bagian bawah
• Tinea pedis et manum  kaki dan tangan
• Tinea korporis  bagian lain yg tidak termasuk kelima
tinea diatas
• Tinea imbrikata  seluruh tubuh
FAKTOR RISIKO
• Lingkungan yang lembab dan panas
• Immunodefisiensi
• Obesitas
• DM
• Tinea pedis  Sering memakai sepatu tertutup
• Para pekerja dengan kaki yang sering basah (contoh : tukang cuci)
PEMERIKSAAN
• Anamnesis :
• bercak merah bersisik,
• gatal (+),
• riwayat kontak

• Px Fisik :
• Lesi berbentuk infiltrat, eritematosa, berbatas tegas, dengan tepi lebih aktif dari bagian
tengah , central healing, konfigurasi polisiklik

• Px Penunjang :
• KOH  Hifa panjang bersekat dan artospora

• Komplikasi : Jarang, infeksi bakter sekunder


TATALAKSANA
1. Jaga kebersihan, hindari penggunaan handuk/pakaian bersama

2. Lesi terbatas, dapat diberi obat topikal :


Krim klotrimazol
Krim mikonazol
Krim Terbinafin

3. Lesi luas, dapat diberi terapi sistemik :


Griseofulvin  Dewasa : 0,5-1 gr/hari
 Anak- anak : 0,25-0,5 gr/hari terbagi dalam 2 dosis
Golongan azol  Ketokonazol 200 mg/hari
 Itrakonazol 100 mg/hari
 Terbinafin 250 mg/hari
Tx selama 14 hari pada pagi hari setelah makan
• Penyebab tinea  dermatofit , salah satunya  Trycophyton rubrum
67. Ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal
+doksisiklin 2x 100 mg 7 hari
• laki-laki 41 tahun  nyeri ketika BAK dan ereksi
• Dari kemaluannya keluar nanah berwarna putih kekuningan
• Riwayat berhubungan seksual dengan PSK 5 hari yang lalu
• pemeriksaan fisik ditemukan OUE memerah dengan ektropion (+)
dan duh tubuh mukopurulen
• pembesaran kelenjar inguinal
• pengecatan gram didapatkan diplococcus gram negatif intra dan
ekstra seluler
• Terapi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  urethritis GO

• Urethritis  peradangan pada uretra, karena infeksi bakter atau


lainnya, dikelompokkan menjadi dua (gonorrhea dan non gonorrhea)
• Gejala : dysuria, kencing bernanah
Jawaban lainnya
• A. ciprofloxacin 2 gram PO dosis tunggal  tidak ada dalam regimen
pengobatan untuk GO
• B. doksisiklin 1 gram PO dosis tunggal  tidak ada dalam regimen
pengobatan untuk GO
• C. cefixime 400 mg PO dosis tunggal + ciprofloxacin 2x400 mg 7 hari
 tidak ada dalam regimen pengobatan untuk GO
• E. doksisiklin 2x100 mg 7 hari  hanya untuk urethritis non GO
68. Pox virus
• laki-laki 35 tahun  benjolan di lutut
• pemeriksaan ditemukan papul multipel bagian tengah terdapat
lekukan, ketika ditekan, keluar masa keputihan seperti nasi
• Penyebab ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  moluscum contagiosum

• moluscum contagiosum  infeksi kulit yang disebabkan pox virus,


gejala : papul, ditengahnya terdapat delle (+)
Molluscum Contagiosum
(Condyloma subcutaneum)
Kausa: Molluscum contagiosum virus (Pox virus)
Badan Moluskum atau Henderson-Paterson bodies
• Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang juga orang dewasa. Pada orang
dewasa biasanya tergolong dari penyakit akibat hubungan seksual

• Transmisi  melalui kontak kulit langsung dan otoinokulasi

• Manifestasi : papul multiple berwarna putih berbentuk kubah, ditengahnya


berlekuk (delle), bila dipijat keluar massa putih seperti nasi

• Tatalaksana : Bedah beku / kuretase / Enukleasi


• Pada kasus moluskum contagiosum, penyebabnya  POX VIRUS
69. Pediculus
• anak perempuan 12 tahun  gatal pada kulit belakang telinga dan
kepala
• Didapatkan telur abu-abu berkilat yang menempel pada rambut
• Penyebab ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  pediculosis

• Pediculosis  infeksi dan infestasi kulit dan rambut kepala manusia


Pedikulosis Kapitis
• Merupakan infeksi dan infestasi kulit dan rambut kepala
manusia  Pedilculus humanus var capitis

• Penularan, secara kontak langsung


• Kontak fisik erat dengan penderita, contoh : tidur
bersama
• Kontak melalui fomite terinfestasi, contoh : penggunaan
bersama aksesori rambut, sisir, bantal
FAKTOR RISIKO

1. Status sosioekonomi rendah


2. Higiene buruk
3. Prevalensi wanita >> pria, terutama pada anak sekolah
GEJALA DAN TANDA

• Gatal di kepala akibat hipersensitivitas terhadap saliva


maupun feses kutu
• Terdapat lesi kulit akibat bekas garukan : ekskoriasidan erosi
• Jika terdapat infeksi sekunder : pus dan krusta, diserta
pembesaran KGB
• Ditemukan telur dan kutu hidup di kulit kepala
TATALAKSANA
• Penyebab pediculosis  PEDICULUS HUMANUS CAPITIS or
CORPORIS
70. Valacyclovir 3x1000 mg
• laki-laki 39 tahun  demam dan muncul vesikel kecil berisi cairan
yang nyeri pada daerah pipi dan mata yang menjalar sesuai
dermatom
• Terapi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  herpes zoster

• Herpes zoster  infeksi yang disebabkan oleh varicella zoster virus


yang dorman dan mengalami reaktivasi
• Gejala : vesikel berkelompok dengan dasar eritem yang lokasinya
mengikuti dermatom, nyeri dominan, lokasi unilateral
HERPES ZOSTER
• Herpes Zoster  infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus Varisela-
zoster.

• Merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.

• Jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, kecuali pada pasien muda
dengan AIDS, limfoma, keganasan, penyakit imunodefisiensi dan pada pasien
yang menerima transplantasi sumsum tulang atau ginjal.
Keluhan
• Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi

• Dapat disertai  demam, pusing, dan malaise

• Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi
vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan edema.

Faktor Risiko
1. Umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama orang tua.
2. Imunodefisiensi
MANIFESTASI
Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi saraf
spinal atau kranial.
Lesi bilateral jarang ditemui, namun seringkali, erupsi juga terjadi pada dermatom di
dekatnya
TERAPI
Jawaban lainnya
• A. asiklovir 4x200 mg  dosis yang tepat untuk asiklovir 5x500 mg
selama 7-10 hari
• B. asiklovir 5x200 mg  dosis yang tepat untuk asiklovir 5x500 mg
selama 7-10 hari
• C. asiklovir 4x400 mg  dosis yang tepat untuk asiklovir 5x500 mg
selama 7-10 hari
• E. valasiklovir 5x400  dosis yang tepat 3x1000 mg selama 7-10 hari
71. DKI
• wanita 25 tahun  gatal pada tangan setelah mengganti merk
detergen
• pemeriksaan fisik didapatkan ruam merah, berbatas tegas pada
daerah yang terkena detergen
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  dermatitis kontak iritan

• DKI  reaksi peradangan kulit non imunologik, terjadi karena proses


pajanan yang kronis
Tata laksana
• Kortikosteroid topical sedang – kuat
• Clobetasol
• Triamcinolon
Jawaban lainnya
• A. dermatitis atopi  inflamasi kulit kronik dan residif, gatal, lesi
berbentuk poli morfik, umumnya eriema dengan skuama, bisa
terdapat papul, vesikel, krusta, likenifikasi
• B. DKA  reaksi imunologik karena hipersensitivitas, didahului oleh
proses sensitisasi
• D. neurodermatitis  peradangan kulit kronik, sangat gatal, disertai
penebalan kulit akibat garukan dan gosokan berulang
• E. dermatitis numularis  lesi papulovesikel berbentuk bulat sebesar
mata uang logam, biasanya mudah pecah sehingga basah, sering
kambuh
72. Morbus Hansen
• laki-laki 35 tahun  timbul bercak di seluruh tubuh
• Awalnya di punggung, kemudian menyebar ke seluruh tubuh
• Bercak tidak terasa gatal
• kedua kaki terasa tebal dan kesemutan
• Pemeriksaan dermatologis didapatkan makula eritematous,
menyebar di seluruh tubuh, berukuran dari numularis hingga plakat,
ada yang berbatas tegas maupun tidak
• kaki pasien terasa baal
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  morbus Hansen

• Morbus Hansen  disebabkan oleh m. leprae


LEPRA
• Disebabkan oleh Mycobacterium leprae

• Tanda Kardinal :
• Bercak kulit yang mati rasa
• Penebalan syaraf tepi dengan/tanpa gangguan subjektif : n. Ulnaris, n.
Aurikularis magnus, n. Peroneus
• Gangguan subjektif dapat berupa gangguan sensoris, motoris
maupun otonom
PEMERIKSAAN MYCOBACTERIUM
• Aerob, non-motil, tahan asam
• Metode pewarnaan : Fite faraco stain, Ziehl-neelsen stain, Kinyoun gabbet
stain
• Hasil : Bakteri tahan asam warna merah/magenta dengan latar warna biru
TERAPI
TERAPI LEPRA PADA KEHAMILAN DAN
MENYUSUI
• MDT aman untuk ibu hamil dan menyusui, tetap lakukan seperti pada
pasien tidak hamil
• Sejumlah obat akan diekskresikan melalui ASI, tidak ada efek samping
kecuali mild skin discolouration karena clofazimin
• Apabila pasien hanya memiliki 1 lesi (PB)  Tunda terapi sampai
melahirkan
LEPROSY REACTION
• Inflamasi akut pada lesi pasien lepra
• Klasifikasi  Tipe 1 (Reversal reaction), Tipe 2 ( Eritema nodusum leprosum), Lucio
phenomena
Jawaban lainnya
• B. pityriasis rosea  erupsi kulit akut dan self limiting ditandai
dengan gambaran khas helard patch dan gambaran pohon cemara
• C. kandidiasis kutis  infeksi oleh candida, klinis : biasanya di daerah
lipatan, lesi tampak patch/plak eritematosa, berbatas tegas, basah,
bersisik, dikelilingi lesi satelit
• D. tinea korporis  plak eritem berbatas tegas berskuama dg tepi
aktif (central healing), lokasi di selain kepala, selakangan, tangan dan
kaki
• E. psoriasis vulgaris  penyakit peradangan kulit kronik residif yang
ditandai dengan plak eritamatosa yang diatasnya terdapat skuama
tebal berlapis-lapis transparan seperti mika
73. Voyuerisme
• laki-laki 25 tahun  suka mengintip tetangganya dan kemudian
melakukan masturbasi di kamarnya sendiri
• sering melakukan hal ini sampai tetangga memergokinya
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  voyuerisme

• Voyuerisme  fantasi, nafsu, atau kepuasan seksual yang didapatkan


dengan mengamati/mengintip secara diam diam orang lain sedang
telanjang atau melakukan aktivitas seksual
Diagnosis Karakteristik
Fetishisme Fantasi, nafsu, atau kepuasan seksual yang didapatkan dengan
melibatkan benda-benda tak hidup (misal: celana dalam wanita)
Frotteurisme Fantasi, nafsu, atau kepuasan seksual yang didapatkan apabila
bersentuhan atau bergesekan terhadap orang yang sedang dalam
kondisi tidak sadar
Masokisme Fantasi, nafsu, atau kepuasan seksual yang didapatkan apabila dirinya
(secara nyata, bukan pura-pura) dilecehkan, dipukuli, diikat, atau
mendapat tindakan lain yang menyakiti atau mempermalukan dirinya
Sadisme Fantasi, nafsu, atau kepuasan seksual yang didapatkan apabila dirinya
(secara nyata, bukan pura-pura) melecehkan, memukuli, mengikat,
atau melakukan tindakan lain yang menyakiti atau mempermalukan
pasangan seksualnya
Voyeourisme Fantasi, nafsu, atau kepuasan seksual yang didapatkan dengan
mengamati/ mengintip secara diam-diam orang lain yang sedang
telanjang atau melakukan aktivitas seksual
Diagnosis Karakteristik
Troilisme Fantasi, nafsu, atau kepuasan seksual yang didapatkan apabila
melihat pasangan seksualnya beraktivitas seksual dengan
orang lain (=triolisme/ threesome)
Necrofilia Obsesi untuk melakukan aktivitas/ hubungan seksual dengan
jenazah
Transvestisme Kenikmatan seksual yang berasal dari berdandan atau
menyamar dalam pakaian lawan jenis, dengan keinginan kuat
untuk tampil sebagai anggota lawan jenis.
Pedofilia Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya pra pubertas
atau awal masa pubertas baik laki-laki maupun perempuan.
Erotomania suatu delusi dimana penderita percaya bahwa orang lain (yang
status sosialnya lebih tinggi) jatuh cinta pada penderita
Nymphomania dorongan untuk selalu mendapatkan kepuasan seksual
(wanita)
Setiriasis dorongan untuk selalu mendapatkan kepuasan seksual (pria)
Jawaban lainnya
• B. eksibionisme  fantasi, nafsu, atau kepuasaan seksual yang didapatkan
dengan menunjukkan diri ketika sedang melakukan rangsangan untuk diri
sendiri
• C. fetihisme  fantasi, nafsu, atau kepuasaan seksual yang didapatkan
dengan melibatkan benda-benda tak hidup (missal: celana dalam wanita)
• D. masokisme  fantasi, nafsu, atau kepuasaan seksual yang didapatkan
apabila dirinya (secara nyata, bukan pura-pura), dilecehkan, dipukuli, diikat,
atau mendapat tindakan lain yang menyakiti atau mempermalukan dirinya
• E. trolisme  fantasi, nafsu, atau kepuasaan seksual yang didapatkan
apabila melihat pasangan seksualnya beraktivitas seksual dengan orang lain
74. Skizoid
• laki-laki 26 tahun  tidak mau berinteraksi dengan orang lain
• tidak suka menceritakan masalahnya kepada orang lain
• Keluarga pasien merasa terganggu dengan pasien
• Tipe kepribadian?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gangguan kepribadian
schizoid

• Skizoid  menghindari menjalin hubungan, tidak menunjukkan


banyak emosi, lebih suka menyendiri dan tidak diam-diam
menginginkan popularitas
Kepribadian Ciri

Paranoid Ketidakpercayaan terhadap orang lain dan kecurigaan yang terus


menerus bahwa orang di sekitar memiliki motif jahat
Schizoid Menghindari menjalin hubungan, tidak menunjukkan banyak
emosi, lebih suka menyendiri dan tidak diam-diam menginginkan
popularitas
Schizotypal Cara berpikir dan memahami yang aneh, percaya bahwa dirinya
memiliki kemampuan indra keenam atau terhubung melalui cara-
cara tertentu dengan berbagai kejadian yang sebenarnya
tidak berhubungan sama sekali dengan dirinya, umumnya
berperilaku eksentrik
Antisosial Kurangnya hati nurani, rentan terhadap perilaku kriminal, percaya
bahwa korban-korban mereka lemah dan pantas dimanfaatkan,
cenderung untuk berbohong dan mencuri, sering agresi dan jauh
lebih peduli dengan kebutuhan diri sendiri daripada kebutuhan
orang lain
Borderline ketidakstabilan suasana hati dan perasaan rendah diri, rentan
terhadap perubahan mood yang terus menerus dan kemunculan
rasa marah
Histirionik Pencari perhatian konstan, theatrical
Kepribadian Ciri
Narsistik Mencari perhatian dan pujian, membesar-besarkan prestasi dirinya,
mengharapkan orang lain untuk menganggap dirinya superior
Avoidan Merasa tidak memadai, menghindari situasi sosial, takut ditolak dan
takut memperlakukan dirinya di depan orang lain, merindukan
hubungan sosial, namun merasa dirinya tidak dapat
memperolehnya
Dependen Kebutuhan untuk dijaga, cenderung melekat pada orang lain dan
takut kehilangan, akan melakukan aksi bunuh diri saat terancam
putus dengan orang yang digantunginya, cenderung untuk
membiarkan orang lain membuat keputusan penting bagi dirinya
Anankastik Perfeksionis, kaku, memaksa orang lain
Jawaban lainnya
• A. anti sosial  kurangnya hati nurani, rentan terhadap perilaku
criminal, percaya bahwa korban-korban mereka lemah dan pantas
dimanfaatkan, dll
• C. narsistik  mencari perhatian dan pujian, membesar-besarkan
prestasi dirinya, mengharapkan orang lain untuk menganggap dirinya
superior
• D. dependen  mendorong atau membiarkan orang lain mengambil
keputusan penting untuk dirinya
• E. cemas  pemalu, merasa tidak mampu, preokupasi berlebihan
terhadap kritik dan penolakan, menghindari aktivitas sosial karena
takut dikritik
75. Gangguan somatisasi
• laki-laki 25 tahun  nyeri ulu hati sejak 2 tahun lalu, nyeri disertai
sakit kepala, dan pegal-pegal
• sudah memeriksakan diri ke dokter sebelumnya dan hasil
pemeriksaan dalam batas normal
• Tetapi pasien tersebut tidak puas dengan hasil pemeriksaan
tersebut sehingga dia kembali memeriksakan diri ke dokter lainnya
• Pemeriksaan di dokter lainnya juga dalam batas normal, tetapi
pasien tetap merasa sakit
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gangguan somatisasi

• Gangguan somatisasi  Merupakan gangguan yang melibatkan


berbagai keluhan yang muncul berulang-ulang yang tidak dapat
dijelaskan oleh penyebab fisik apapun
Gangguan somatoform
• Keluhan gejala-gejala fisik yang berulang-ulang, disertai dengan
permintaan pemeriksaan medic  tidak ditemukan kelainan
• Menyangkal adanya konflik
• Tidak mau mendengarkan penjelasan dokter
Macam-macam Gangguan Somatoform

Gangguan Nyeri
Gangguan Gangguan Disfungsi
Somatoform somatofom
Somatisasi Hipokondrik otonomik
tak terinci menetap
Gangguan somatisasi
• Merupakan gangguan yang melibatkan berbagai keluhan yang muncul
berulang-ulang yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik
apapun
• Biasanya bermula sebelum usia 30 tahun, biasanya pada saat remaja
Kriteria diagnosis
Gangguan hipokondrik
• Ciri utamanya adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang
dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang
mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung (preokupasi)
• Rasa takut akan tetap ada walau telah diyakinkan secara medis bahwa
ketakutannya itu tidak berdasar
Kriteria diagnosis
Pain disorders
• Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya nyeri pada satu atau
lebih tempat yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis
atau neurologis non psikiatrik (focus pada nyeri)
• Jenis nyeri yang dialami sangat heterogen, misalnya nyeri punggung,
kepala, pelvis (panggul)
Kriteria diagnosis
• Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran
klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.
• Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
• Faktor psikologis dianggap penting dalam onset, eksaserbasi (membuat
lebih buruk/bertambah parahnya suatu penyakit), keparahan, atau
bertahannya nyeri.
• Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
• Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan,
atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriterira dispareunia
(gangguan nyeri seksual)
Gangguan Dismorfik Tubuh
• Penderita terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau
dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka (preokupasi
kekurangan penampilan)
• Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan
diri di depan cermin dan mengambil tindakan yang ekstrem untuk
mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan.
• Bisa sampai melakukan operasi plastik yang tidak dibutuhkan.
• Mereka percaya orang lain memandang diri mereka jelek dan
memiliki penampilan fisik yang tidak menarik.
Kriteria diagnosis
• Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika
ditemukan sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut
adalah berlebihan dengan nyata.
• Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting
lainnya.
• Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
lain (misalnya ketidakpuasan dengan bentuk tubuh dan ukuran tubuh
pada anoreksia nervosa)
Tata laksana
• Kasus somatoform jarang berdiri sendiri sehingga perlu dicari
komorbid psikitri yang lain
• Komorbid yang sering menyertai  gangguan depresi, cemas, dan
gangguan kepribadian  modalitas terapi disesuaikan dg
komorbidnya
• Cognitive behavior therapy (CBT)  efektif dalam menangani kelainan
somatoform
• Farmakoterapi  golongan antidepresan
Jawaban lainnya
• B. hipokondrik  Ciri utamanya adalah fokus atau ketakutan bahwa
simtom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu
penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah
jantung (preokupasi)
• C. gangguan somatoform  gangguan secara umum
• D. gangguan psikosomatik  suatu kondisi atau gangguan ketika
pikiran mempengaruhi tubuh, hingga memicu keluhan fisik
• E. malingering  penyimpangan perilaku yang menyebabkan
pelakunya mengaku sakit meski ia sebenarnya dalam keadaan sehat,
dengan tujuan mendapat keuntungan pribadi
76. Hipokondriasis
• laki-laki 40 tahun  nyeri dada dan merasa yakin menderita
penyakit jantung yang parah
• Pasien takut dan merasa yakin karna ayahnya dulu juga mengidap
penyakit tersebut
• Pasien telah menjalani pemeriksaan fisik, EKG serta pemeriksaan
penunjang lainnya tetapi tidak ditemukan kelainan
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gangguan hipokondrik

• Gangguan hipokondrik  Ciri utamanya adalah fokus atau ketakutan


bahwa simtom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari
suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau
masalah jantung (preokupasi)
Gangguan somatoform
• Keluhan gejala-gejala fisik yang berulang-ulang, disertai dengan
permintaan pemeriksaan medic  tidak ditemukan kelainan
• Menyangkal adanya konflik
• Tidak mau mendengarkan penjelasan dokter
Macam-macam Gangguan Somatoform

Gangguan Nyeri
Gangguan Gangguan Disfungsi
Somatoform somatofom
Somatisasi Hipokondrik otonomik
tak terinci menetap
Gangguan somatisasi
• Merupakan gangguan yang melibatkan berbagai keluhan yang muncul
berulang-ulang yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik
apapun
• Biasanya bermula sebelum usia 30 tahun, biasanya pada saat remaja
Kriteria diagnosis
Gangguan hipokondrik
• Ciri utamanya adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang
dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang
mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung (preokupasi)
• Rasa takut akan tetap ada walau telah diyakinkan secara medis bahwa
ketakutannya itu tidak berdasar
Kriteria diagnosis
Pain disorders
• Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya nyeri pada satu atau
lebih tempat yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis
atau neurologis non psikiatrik (focus pada nyeri)
• Jenis nyeri yang dialami sangat heterogen, misalnya nyeri punggung,
kepala, pelvis (panggul)
Kriteria diagnosis
• Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran
klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.
• Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
• Faktor psikologis dianggap penting dalam onset, eksaserbasi (membuat
lebih buruk/bertambah parahnya suatu penyakit), keparahan, atau
bertahannya nyeri.
• Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
• Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan,
atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriterira dispareunia
(gangguan nyeri seksual)
Gangguan Dismorfik Tubuh
• Penderita terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau
dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka (preokupasi
kekurangan penampilan)
• Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan
diri di depan cermin dan mengambil tindakan yang ekstrem untuk
mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan.
• Bisa sampai melakukan operasi plastik yang tidak dibutuhkan.
• Mereka percaya orang lain memandang diri mereka jelek dan
memiliki penampilan fisik yang tidak menarik.
Kriteria diagnosis
• Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika
ditemukan sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut
adalah berlebihan dengan nyata.
• Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting
lainnya.
• Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
lain (misalnya ketidakpuasan dengan bentuk tubuh dan ukuran tubuh
pada anoreksia nervosa)
Tata laksana
• Kasus somatoform jarang berdiri sendiri sehingga perlu dicari
komorbid psikitri yang lain
• Komorbid yang sering menyertai  gangguan depresi, cemas, dan
gangguan kepribadian  modalitas terapi disesuaikan dg
komorbidnya
• Cognitive behavior therapy (CBT)  efektif dalam menangani kelainan
somatoform
• Farmakoterapi  golongan antidepresan
Jawaban lainnya
• A. malingering  penyimpangan perilaku yang menyebabkan
pelakunya mengaku sakit meski ia sebenarnya dalam keadaan sehat,
dengan tujuan mendapat keuntungan pribadi
• B. somatisasi  gangguan yang melibatkan berbagai keluhan yang
muncul berulang-ulang yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab
fisik apapun
• D. gangguan cemas  anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
tertentu saja (sifatnya free floating/mengambang)
• E. gangguan panic  berlangsung kira-kira satu bulan, pada keadaan
dimana sebenarnya secara obsjektif tidak ada bahaya
77. Retardasi mental
• anak 10 tahun  kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah
• Nilainya selalu buruk dan hal itu membuat ibunya khawatir
• Pasien memiliki kemampuan di bidang seni yang baik tetapi untuk
pelajaran di sekolah nilainya selalu buruk, kecuali pelajaran seni
• pemeriksaan IQ didapatkan 50
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  retardasi mental

• Retardasi mental  Retardasi mental ialah keadaan dengan


inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir atau sejak masa anak
DEFINSI

• Retardasi mental ialah keadaan dengan inteligensi yang kurang


(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
anak.
• Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala utamanya adalah inteligensi yang
terbelakang.
• Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang, fren: jiwa)
atau tuna mental.
FAKTOR PENYEBAB
• Akibat infeksi dan atau intokninasi
• Akibat rudapaksa dan atau sebab fisik lain
• Akibat metabolisme, pertumbuhan, dan gizi yang kurang
• Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal)
• Akibat penyakit / pengaruh pranatal yang tidak jelas
• Akibat kelainan kromosom
• Akibat prematuritas
KLASIFIKASi
• Dalam DSM (diagnostic and Statistic Manual)-IV-TR terdapat 4 level
retardasi mental yang masing-masing berhubungan dengan satu
rentangan tertentu di bagian kiri kurva distribusi normal yang terukur
• IQ bukan satu-satunya kriteria untuk menetapkan retardasi mental.
Pada kenyataannya IQ dipakai sebagai acun setelah kelemahan dalam
perilaku adaptif teridentifikasi.
Retardasi Mental
Ringan Sedang Berat Sangat Berat
• Tes IQ 50-69 • Tes IQ 35-49 • Tes IQ 20-34 • Tes IQ < 20
• Pemahaman dan • Tingkat perkembangan • Mirip dengan retardasi • Pemahaman bahasa sangat
penggunaan bahasa bahasa bervariasi : ada yang mental sedang dalam hal: terbatas, hanya dapat
cenderung terlambat pada dapat mengikuti • Gambaran klinis mengerti perintah dasar dan
berbagai tingkat dan percakapan sederhana • Terdapatnya etiologi mengajukan permohonan
menetap sampai dewasa. sampai hanya dapat organik sederhana
• Dapat mencapai berkomunikasi seadanya • Kondisi yang menyertainya • Etiologi organik dapat
kemampuan berbicara untuk kebutuhan dasar didentifikasi pada sebagian
• Tingkat prestasi yang
untuk keperluan sehari-hari mereka besar kasus
rendah
• Dapat mandiri penuh dalam • Etiologi organik dapat • Terdapat disabilitas
• Kebanyakan menderita
merawat diri dan mencapai didentifikasi pada neurologik dan fisik lain
gangguan motorik yang yang berat yang
keterampilan praktis dan kebanyakan retardasi
mencolok atau defisit lain mempengaruhi mobilitas
keterampilan rumah tangga mental sedang
yang menyertainya seperti epilepsi dan hendaya
• Etiologi organik hanya pada • Autisme masa kanan atau
• Menunjukkan adanya daya lihat dan daya dengar
sebagian kecil penderita gangguan perkembangan
kerusakan atau • Sering ada gangguan
• Kesulitan utama biasanya pervasif lainnya terdapat
penyimpangan perkembangan pervasif
tampak dalam pekerjaan pada sebagian kecil kasus seperti autisme tidak khas
perkembangan yang
sekolah yang bersifat bermakna secara klinis dari yang sangat berat
akademik dan dalam hal susunan saraf pusat
baca tulis
PENCEGAHAN

1. Pencegahan primer, dapat dilakukan dengan:


a. pendidikan kesehatan pada masyarakat;
b. konseling genetik;
c. tindakan kedokteran;
d. pertolongan persalinan yang baik;
e. mencegah kehamilan pada usia terlalu muda dan terlalu
tua.
2. Pencegahan sekunder, berupa: diagnosis dan pengobatan dini
peradangan otak.
PENANGANAN
• Penanganan terhadap penderita retardasi mental harus melibatkan
orang tua.
• Orang tua penderita retardasi mental hendaknya mendapatkan
layanan konseling, informasi dan petunjuk yang praktis mengenai
cara-cara menangani anak mereka.
• Latihan untuk penderita retardasi mental dilakukan pada SLB. Tujuan
diberikannya latihan agar mereka bisa mengurangi
ketergantungannya pada orang lain
• Pemeriksaan IQ  50  retardasi mental
78. Skizofrenia paranoid
• laki-laki 28 tahun  sering mengamuk, berbicara sendiri, dan mood
tidak stabil sejak 6 bulan yang lalu
• Pasien merasa dirinya dikejar-kejar
• pemeriksaan didapatkan halusinasi auditorik
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  skizofrenia paranoid

• Skizofrenia paranoid  halusinasi, waham yang mengancam pasien


(dikejar, dibicarakan, dikendalikan)
skizofrenia
• Dalam bahasa Inggris: Schizophrenia
• Asalnya dari bahasa Yunani: ”schizein” (terpisah/pecah) dan ”phrenia” (jiwa)
• Menunjukkan adanya ketidakselarasan antara kognisi (pikiran), emosi
(perasaan) dan perilaku
• Oleh karenanya sering disalahartikan sebagai kepribadian ganda
• Merupakan gangguan jiwa berat, dengan ciri utama kegagalan dalam
reality testing
• Akibat peningkatan aktivitas dopamin
• Eugene Bleuler: schizophrenia (menunjukkan terpisahnya pikiran,
emosi dan perilaku) dengan ciri 4A:
• Asosiasi
• Afek
• Autisme
• Ambivalensi
• Ditambah dengan halusinasi dan delusi
• Seringkali diawali dengan fase prodromal; yaitu periode dimana mulai
terjadinya penurunan fungsi dalam kehidupan. Ditandai dengan:
• Hilangnya minat terhadap aktivitas sosial
• Meningkatnya kesulitan dalam memenuhi tanggung jawab/tuntutan hidup sehari-hari
• Kemunculan biasanya secara gradual, jarang disadari oleh orang lain
hingga masuk fase akut
Kriteria diagnosis

• Durasi gejala
 >= 1 bulan
Gambaran klinis

• Tidak memiliki simtom


esensial: manifestasi
gangguan dapat berbeda dari
orang ke orang
• Tidak memiliki gejala yang
“patognomonik” (gejala khas
yang membedakan dengan
gangguan lain)
Misalnya : halusinasi, salah
satu simptom utama
skizofrenia, mungkin saja
dialami seseorang yang
mengalami demam tinggi
atau pasien demensia
-gejala positif-
Tanda-tanda yang berkelebihan, yang biasanya tidak ada pada kebanyakan orang:

Delusi (Waham) Halusinasi

• Pengertian: keyakinan salah yang dipegang • Pengertian: pengalaman sensoris yang


teguh, tidak sesuai dengan kenyataan, dan dialami tanpa adanya stimulasi sensoris;
tidak dapat diubah (resisten) meskipun bedakan dengan ilusi
diberikan bukti-bukti yang menunjukkan • Bentuk yang umum: halusinasi visual,
kebalikannya halusinasi auditorik: mendengar suara,
• Bentuk yang umum: persecutory (misal: percakapan-saling bersahutan, suara yang
dikejar-kejar intel/Densus 88), thought mengomentari perilaku
insertion, thought broadcasting, waham • Ditemukan peningkatan aktivitas di daerah
kebesaran (grandiose), ideas of reference Broca di otak, ketika halusinasi terjadi
-gejala negative-
Simptom yang defisit; perilaku yang seharusnya dimiliki orang normal, tapi
tak dimiliki pasien:
• avolition/apathy (hilang minat/tidak mampu melaksanakan aktivitas rutin)
• alogia (miskin kuantitas dan/atau isi pembicaraan)
• anhedonia (tidak mampu menikmati kesenangan)
• abulia (kehilangan kehendak)
• asosialitas (gangguan/buruk dalam hubungan sosial)
• afek datar
Semakin banyak simptom negatif yang muncul, merepresentasikan prognosis
yang semakin buruk terkait kualitas hidup setelah perawatan rumah sakit
-gejala disorganisasi-
• Disorganisasi bicara (gangguan pemikiran formal) :
• Inkoherensi
• Ketidakmampuan untuk mengorganisir ide-ide
• Asosiasi longgar (derailment)
• Rambles, Kesulitan untuk mempertahankan suatu topik pembicaraan
• Disorganisasi perilaku
• Perilaku yang “aneh”
• Agitasi, “silliness”, memakai pakaian yang tidak umum
• Misalnya memakai pakaian berlapis-lapis dan tebal pada cuaca panas
-gejala lainnya-
• Katatonia
• Abnormalitas motorik
• Gerakan-gerakan yang repetitif dan kompleks
• Biasanya pada tangan dan jari-jari tangan
• Kegembiraan berlebih, sambil “mengepak-kepakkan” tangan secara berlebihan
• Imobilitas katatonik
• Mempertahankan postur tubuh yang tidak biasa dalam jangka waktu yang cukup panjang
• Misalnya berdiri di atas satu kaki
• Waxy flexibility
• Lengan dapat dimanipulasi dan “dibentuk” oleh orang lain
• Afek yang tidak sesuai
• Respons emosional tidak sesuai dengan situasi
• Misalnya tertawa keras dan terbahak-bahak ketika menceritakan tentang kematian keluarga
Skizofrenia katatonik
• Satu atau
lebih dari
perilaku
berikut ini
harus
mendomi
nasi
gambaran
klinis
Jawaban lainnya
• B. skizotipal  penampilan dan perilaku aneh, eksentrik, kepercayaan
mistik
• C. skozofrenia hebrefenik  gangguan perilaku (tidak bertanggung
jawab, tak dapat diramalkan, menyendiri, mannerisme, hampa
perasaan), afek dangkal dan innapropiatte
• D. gangguan psikotik  halusinasi, waham, gejala < 2 minggu
• E. gangguan bipolar dengan gejala psikotik  setidaknya ada satu
episode mania dan episode depresi, dg gejala psikotik
79. Ketoasidosis diabetic
• laki-laki 55 tahun  penurunan kesadaran sejak 1 jam lalu
• memiliki riwayat diabetes melitus sejak 7 tahun lalu dan mendapat terapi
insulin
• Namun karena 3 hari terakhir pasien tidak memiliki nafsu makan maka
pasien memutuskan untuk tidak menyuntikkan insulin seperti biasa
• pemeriksaan fisik diketahui tekanan darah 70 per palpasi, frekuensi napas
42x/menit, cepat dan dalam, nafas bau keton
• Pemeriksaan GDS diketahui 400 mg/dl, kadar keton darah 4 mmol/L, pH
6,8, K 3,3; Na 130mEq/l
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  ketoasidosis diabetic

• KAD  termasuk ke dalam krisis hiperglikemia, kegawatan pada kasus


DM
• Gejala : hiperglikemia, asidosis, ketosis
Jawaban lainnya
• A. asidosis respiratorik  pada kasus DM, jarang terjasi asidosis
respiratorik, dan harus dibuktikan dengan pemeriksaan BGA
• C. syok hipoglikemik  GDS < 80
• D. syok hiperglikemik  ada 2, KAD atau HHS
• E. HHS  hiperglikemia, hyperosmolar, dehidrasi, gangguan
kesadaran, ketoasidosis (-)
80. hemoglobin, hematocrit, trombosit
• laki-laki 20 tahun  bintik-bintik perdarahan dan BAB warna hitam
sejak 6 jam SMRS
• demam sejak 4 hari disertai sakit kepala, nyeri sendi, mual, dan
muntah
• pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/60, RR 29x/menit, nadi teraba
kecil dan cepat, akral teraba dingin
• pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 9.9 g/dL, Hct : 40%,
trombosit : 20.000, dan leukosit : 4.000
• Yang perlu di evaluasi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  dengue shock syndrome
(DSS)

• Dengue fever/hemorrhagic  infeksi yang disebabkan oleh virus


dengue
The first two clinical
criteria, plus
thrombocytopenia
and
haemoconcentration
or a rising
haematocrit, are
sufficient to establish
a clinical diagnosis of
DHF.
• Pada kasus DHF/DSS yang perlu di evaluasi  Hb, Hct, dan AT
81. Asma episodic jarang
• anak perempuan 3 tahun  sesak napas
• sesak napas sejak 4 bulan yang lalu dan terjadi kira-kira 3-4 x/ minggu
terutama saat malam hari, disertai dengan batuk berdahak seperti air
ludah
• sering gatal-gatal jika makan kacang
• Riwayat keluarga didapati ayah pasien alergi ikan laut
• denyut nadi 132x/menit, frekuensi nafas 52x/menit, dan temperatur
36,8˚C
• Pemeriksaan fisik dada didapati retraksi interkostal dan wheezing saat
ekspirasi
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  asma bronkiale

• Asma bronkiale  kondisi medis yang menyebabkan jalan napas


paru-paru membengkak dan menyempit. Karena pembengkakan ini,
jalur udara menghasilkan lendir yang berlebihan sehingga sulit untuk
bernapas, yang menyebabkan batuk, napas pendek, dan mengi
Search for associated factors such as :
a. Atopy – allergic rhinitis, conjuctivitis, eczema
b. Family history of asthma or other allergic dissorders
c. Onset of, or presence of, symptoms during Childhood
d. Identifiable triggers for symptoms and relieving factors such as improvement with a
bronchodilator or deterioration with exercise
e. Exposure to known asthma sensitizers in the workplace
f. Reversibility shown on lung function tests
g. Optional tests include:
- Full blood count to check the eosinophil count
- Total serum IgE
- Skin prick tests or RAST in blood to look for evidence of atopy
- Methacholine or histamine or exercise challenge tests
REVERSIBILITY BASED ON SPIROMETRY
• Pada kasus, klasifikasi asma  episodic jarang
82. TB paru
• laki-laki 44 tahun  batuk sejak 2 bulan yang lalu
• disertai dahak kental berwarna kuning, tidak enak badan, sering
berkeringat saat malam, penurunan nafsu makan, dan kehilangan berat
badan 4 kg sejak sakit
• riwayat lingkungan didapati tetangga pasien sedang menjalani
pengobatan lama karena batuk
• temperatur 37,9˚C
• fisik dada didapati pada supraklavikular pulmo sinister palpasi taktil
fremitus meningkat, perkusi pekak, dan auskultasi suara nafas bronkhial
serta rhonchi
• Diagnosis?
• Saat ini pasien kemungkinan mengalami  TB paru

• TB paru  penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh


basil Mycobacterium tuberculosis
Klasifikasi TB
TB PARU PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI
Obat antituberkulosis harus tetap diberikan kecuali streptomisin, karena
efek samping streptomisin pada gangguan pendengaran janin

Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat diberikan, walaupun
beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI, akan tetetapi konsentrasinya kecil
dan tidak menyebabkan toksik pada bayi
Pada perempuan usia produktif yang mendapat pengobatan TB dengan
rifampisin, dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena
dapat terjadi interaksi obat yang menyebabkan efektiviti obat kontrasepsi
hormonal berkurang.
Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan
Jawaban lainnya
• A. kanker paru  riwayat merokok, batuk, sesak, hemoptysis,
penurunan BB
• B. bronkiektasis  infeksi paru, batuk berdahak hamper setiap hari
selama lebih dari satu bulan, hemoptysis, sesak napasm wheezing,
sputum spt karat atau 3 lapis
• C. bronchitis kronis  batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun, sekurangnya 2 th berturut-turut
• D. pneumonia  infeksi paru, demam, menggigil, batuk dg dahak
purulent, sesak, nyeri dada
83. Ziehl neelsen
• batuk berdahak selama 1 bulan
• Dahak sedikit-sedikit berwarna putih encer
• disertai dengan penurunan nafsu makan, penurunan berat badan,
dan berkeringat pada malam hari
• pemeriksaan fisik toraks didapatkan ronki basah pada kedua apeks
paru
• Pewarnaan yang digunakan pada sputum?
• Saat ini pasien kemungkinan mengalami  TB paru

• TB paru  penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh


basil Mycobacterium tuberculosis
Klasifikasi TB
TB PARU PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI
Obat antituberkulosis harus tetap diberikan kecuali streptomisin, karena
efek samping streptomisin pada gangguan pendengaran janin

Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat diberikan, walaupun
beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI, akan tetetapi konsentrasinya kecil
dan tidak menyebabkan toksik pada bayi
Pada perempuan usia produktif yang mendapat pengobatan TB dengan
rifampisin, dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena
dapat terjadi interaksi obat yang menyebabkan efektiviti obat kontrasepsi
hormonal berkurang.
Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan
• Pewarnaan yang digunakan untuk sputum pada kasus TB paru 
ziehl nelsen
84. Emfisema
• laki-laki 55 tahun  batuk tak berdahak sejak 3 bulan yang lalu
disertai dengan sesak nafas
• riwayat asma sejak kecil
• TD 120/80, nadi 120 x/menit, RR 30x/menit, dan suhu 36,8 C
• Pemeriksaan fisik didapatkan barrel chest (+), perkusi hipersonor
+/+, auskultasi SDV +/+ berkurang, ronki +/+, wheezing +/+
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  PPOK (penyakit paru
obstruktif kronis)

• PPOK  penyakit peradangan paru yang berkembang dalam jangka


waktu panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari paru-paru
karena terhalang pembengkakan dan lendir atau dahak, sehingga
penderitanya sulit bernapas
Alur diagnosis PPOK

Gejala:
Sesak napas, batuk kronis atau produksi
sputum, dan/atau riwayat pajanan akan
faktor resiko

Spirometri:
Pasca bronkodilator
VEP1/KVP < 0.70
Klasifikasi derajat keparahan keterbatasan aliran udara
pasien PPOK (VEP1 pasca-bronkodilator)

Pada pasien dengan VEP1/KVP <0.70:

GOLD 1 ringan VEP1 ≥ 80% nilai prediksi

GOLD 2 sedang 50% ≤ VEP1 < 80% nilai prediksi

GOLD 3 berat 30% ≤ VEP1 < 50% nilai prediksi

GOLD 4 Sangat berat VEP1 < 30% nilai prediksi


Emfisema
• Hiperinflasi
• Hiperlusen
• Ruang retrosternal melebar
• Diafragma mendatar
• Jantung menggantung
Bronkitis kronik
• Normal/
• Corakan bronovaskural
bertambah pada 21% kasus
Jawaban lainnya
• B. empyema  efusi pleura isi pus
• C. pneumothorax  udara bebas di cavum pleura, sesak,
pengembangan dada tidak simetris, suara napas menurun
• D. hidropneumothorax  udara dan air bebas di cavum pleura, sesak,
pengembangan dada tidak simetris, suara napas menurun
• E. efusi pleura  terisinya rongga pleura oleh cairan, sesak,
pengembangan dada asimetris, fremitus turun, perkusi redup, suara
napas turun
85. OAT kategori II
• laki-laki 70 tahun  batuk sejak 1 bulan yang lalu
• pasien pernah menjalani pengobatan selama 6bulan dan dinyatakan
sembuh
• Pemeriksaan fisik ditemukan rhonki (+) wheezing (-)
• Pemeriksaan sputum didapatkan hasil sputum BTA +++
• Pengobatan?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  TB pulmo kasus kambuh

• TB paru  penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh


basil Mycobacterium tuberculosis
Klasifikasi TB
TB PARU PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI
Obat antituberkulosis harus tetap diberikan kecuali streptomisin, karena
efek samping streptomisin pada gangguan pendengaran janin

Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat diberikan, walaupun
beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI, akan tetetapi konsentrasinya kecil
dan tidak menyebabkan toksik pada bayi
Pada perempuan usia produktif yang mendapat pengobatan TB dengan
rifampisin, dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena
dapat terjadi interaksi obat yang menyebabkan efektiviti obat kontrasepsi
hormonal berkurang.
Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan
• Kasus di atas adalah TB paru kasus kambuh  OAT kategori II
86. Pneumonia
• laki – laki 45 tahun  sesak napas sejak 2 hari yang lalu
• Sesak disertai dengan batuk berdahak kental berwarna hijau dan
panas pada badan
• pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80, nadi 100 x/menit, RR 34
x/menit, dan suhu 38,5°C
• pemeriksaan paru kanan didapatkan adanya ronchi
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  pneumonia

• Pneumonia  infeksi pada parenkim paru yang sering kali disebabkan


oleh bakteri
• Gejala dan tanda  batuk berdahak, demam, menggigil, nyeri dada
saat batuk, peningkatan suhu tubuh, ronki basah di bagian yang
terkena, perkusi redup, fremitus meningkat, dapat ditemukan
leukositosis pada pemeriksaan lab
PNEUMONIA
• Pnemonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi
oleh cairan sehingga terjadi gangguan pernapasan, akibat
kemampuan paru-paru menyerap oksigen berkurang.
• Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus (bronchopneumonia).

• Penyeban  bakteri, virus, jamur


Klasifikasi
• Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
• Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
• Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia).
• Pneumonia aspirasi.
• Pneumonia pada penderita immunocompromised.
• Berdasarkan penyebab  virus, bakteri dan jamur
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas
akut selama beberapa hari.
• Batuk nonproduktif dan produktif
• Sesak nafas
• Retraksi intercosta
• Demam
• Cyanosis
• Nyeri sendi, lelah
• Mual, muntah, nafsu makan turun
• Ronchii
• Leukositosis
• Pada neonatus: takipneu(napas cepat), retraksi dinding dada,
grunting, dan sianosis.
• Pada bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting, tetapi takipneu,
retraksi, sianosis, batuk, panas dan iritasi.
• Pada anak pra sekolah: demam, batuk (non produktif/produktif),
takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada.
• Pada kelompok anak sekolah dan remaja: panas, batuk (non
produktif/produkti), nyeri dada akibat iritasi pleura, nyeri kepala,
dehidrasi, suara nafas menurun dan letargi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Chest X ray  Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar,
bronchial); abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan
infiltrate nodul (lebih sering virus).
• AGD  pO2, pCO2
• Blood test  terdapat peningkatan jumlah leukosit lebih dari
10.000/ul kadang dapat mencapai 30.000/ul.
• Elektrolit  Na dan Cl mungkin rendah
• Aspirasi / biopsi jaringan paru - bronchoscopy
PENATALAKSANAAN
• Ringan  antibiotik per-oral dan rawat jalan
• Berat 
• Rawat inap
• Anti Biotik
• O2
• Nebulizer
• Postural Drainage
• Cairan dan elektrolit
• Hydration/Fever Control/Nutritional Support
Jawaban lainnya
• B. atelectasis  suatu kondisi ketika sebagian atau satu lobus
(segmen) paru-paru pada seseorang tidak berfungsi. Pada atelektasis,
kantung-kantung udara (alveoli) pada paru-paru mengempis sehingga
mengganggu fungsi pernapasan
• C. edema paru  akumulasi cairan di paru, gejala : sesak napas,
saturasi oksigen menurun
• D. tumor paru  gejela demam (-), riwayat merokok (+)
• E. TB paru   gejala batuk lama > 3 minggu, keringat malam,
penurunan BB, ronki kasar (+)
87. Beta agonis inhalasi
• anak perempuan 3 tahun  sesak napas
• sesak napas sejak 4 bulan yang lalu dan terjadi kira-kira 3-4 x/ minggu
terutama saat malam hari, disertai dengan batuk berdahak seperti air
ludah
• sering gatal-gatal jika makan kacang
• Riwayat keluarga didapati ayah pasien alergi ikan laut
• denyut nadi 132x/menit, frekuensi nafas 52x/menit, dan temperatur
36,8˚C
• Pemeriksaan fisik dada didapati retraksi interkostal dan wheezing saat
ekspirasi
• Teapi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  asma bronkiale

• Asma bronkiale  kondisi medis yang menyebabkan jalan napas


paru-paru membengkak dan menyempit. Karena pembengkakan ini,
jalur udara menghasilkan lendir yang berlebihan sehingga sulit untuk
bernapas, yang menyebabkan batuk, napas pendek, dan mengi
Search for associated factors such as :
a. Atopy – allergic rhinitis, conjuctivitis, eczema
b. Family history of asthma or other allergic dissorders
c. Onset of, or presence of, symptoms during Childhood
d. Identifiable triggers for symptoms and relieving factors such as improvement with a
bronchodilator or deterioration with exercise
e. Exposure to known asthma sensitizers in the workplace
f. Reversibility shown on lung function tests
g. Optional tests include:
- Full blood count to check the eosinophil count
- Total serum IgE
- Skin prick tests or RAST in blood to look for evidence of atopy
- Methacholine or histamine or exercise challenge tests
REVERSIBILITY BASED ON SPIROMETRY
• Terapi awal yang dapat diberikan  beta agonis inhalasi
88. Helicobacter sp
• perut kembung sejak 2 hari yang lalu
• disertai dengan perut terasa perih, mual, kadang disertai muntah,
dan sering bersendawa
• memberat dengan pemberian makanan
• telah terjadi berulang-ulang sejak 6 bulan yang lalu
• nyeri tekan epigastrium
• identifikasi kuman pada muntahannya didapatkan mikroorganisme
berbentuk spiral gram negatif, berflagel, urease (+), oksidase (+),
katalase (+)
• Penyebab ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  gastritis oleh karena h.
pylori

• Gastritis  peradangan pada lambung, yang dapat disebabkan oleh


infeksi helicobacter pylori
Diagnosis
-note-
• Metronidazole bisa menggantikan amoksisilin, jika alergi terhadap
penisilin
• Penyebab pada kasus di atas  helicobacter sp
89. Amoeba
• diare sejak 2 hari terakhir
• Frekuensi buang air besar 10 x/hari, volume tinja sedikit disertai
lendir dan darah
• rasa mulas terutama jika akan buang air besar
• Etiologi ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  disentri amebiasis

• disentri amebiasis  salah satu jenis diare yang disebabkan oleh


entamoeba hystolitica
Etiologi
• Different form of E. histolytica;

• 1- trophozoite

• 2- precyst

• 3- cyst(1, 2, 4 nuclei)
• Penyebab pada kasus di atas  amoeba (entamoeba hystolitica)
90. Kolesistitis
• Wanita 44 tahun  nyeri perut kanan sejak 3 hari yang lalu
• Nyeri dirasakan menjalar hingga ke punggung bagian belakang, mual
• TD 120/70, nadi 88 kali per menit, RR 20 kali permenit, dan suhu 38 C
• pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen, murphy sign (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  kolesistitis

• Kolesistitis  peradangan pada kandung empedu oleh karena infeksi


ataupun batu
Gejala dan tanda
Penegakan diagnosis
• USG
• CT scan
• Hepatobiliary scintigraphy
• Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
Terapi
• Tirah baring
• Puasa
• Pemasangan infus
• Pemberian anti nyeri
• Anti mual
• Antibiotik
• Surgical
• Laparoscopic cholecystectomy, ERCP
Jawaban lainnya
• A. kolelithiasis  batu empedu, nyeri kolik, murphy sign (-)
• C. koledokolithiasis  batu di duktus koledokus, nyeri kolik, ikterik (+)
• D. kolangitis  peradangan pada duktus koledokus, gejala : nyeri
perut kanan atas kolik, demam tinggi, icterus, murphy sign (+)
• E. pancreatitis  peradangan pada pancreas, gejala : nyeri perut
bagian atas, lab : amylase dan lipase meningkat
91. GERD
• laki-laki 20 tahun  dada terasa panas seperti terbakar sejak 1 hari
yang lalu
• mual dan muntah
• sebelumnya sering mengalami keluhan seperti ini
• Satu hari yang lalu pasien makan pedas
• pemeriksaan tanda vital TD 110/70, nadi 78 kali permenit, RR 18 kali
permenit, suhu afebris
• Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada ulu hati
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  GERD

• Berdasarkan gejala klinis


• nyeri dada seperti terbakar (heartburn)
• mual, muntah
• keluhan memberat setelah makan
• Berdasarkan pemeriksaan fisik  nyeri ulu hati
• Diagnosis  GERD
GERD (gastroesophageal reflex disease)
• GER ( refluks gastroesofageal ) adalah fenomena yang dapat timbul
sewaktu-waktu pada populasi umum , terutama sehabis makan dan
kemudian kembali seperti normal  refluks fisiologis.
• Dikatakan patologis (GERD) bila terjadi refluks berulang dalam waktu
lama sehingga menimbulkan keluhan/kerusakan mukosa esofagus
• Peningkatan tekanan abdomen 
GERD

• Kebiasaan berbaring setelah


maan  salah satu yang
menyebabkan GERD
ALGORITME TATA LAKSANA GERD PADA
PELAYANAN KESEHATAN LINI PERTAMA

GEJALA KHAS GERD

Gejala alarm
Umur > 40 th Tanpa gejala alarm

Terapi empirik
Tes PPI

Respon menetap Respon baik


Endoskopi
Terapi min-4 minggu
kambuh
On demand therapy
Penatalaksanaan GERD
TERDUGA KASUS Gejala Alarm/
REFLUKS
Usia > 40 tahun

Keluhan
UNINVESTIGATED INVESTIGATED
berulang

PENGOBATAN EMPIRIK 2
TERAPI
minggu ( PPI test ? )
AWAL / INITIAL

PPI test : 1- Esofagitis sedang &


2 minggu Dosis Esofagitis ringan berat Gejala
ganda berulang
(Sensitivitas NERD
68-80%)

TERAPI TERAPI
“BILA PERLU” PEMELIHARAAN
ALGORITME TATA LAKSANA GERD PADA
PELAYANAN KESEHATAN LINI PERTAMA
Gejala khas GERD
•Heartburn
•Regurgitasi

Gejala Alarm/ Tanpa gejala Alarm


Umur > 40 tahun

Respon menetap Respon baik

Endoskopi GERD+ Terapi minimal 4 minggu

kekambuhan On demand therapy


Algorithm Pengobatan Yang
dianjurkan untuk Pasien GERD
PPI
Pengobatan awal Severe EE , Serangan
Uninvestigated, Yang sering
4-8 minggu
Mild EE Atau Respons PPI
lambat
Atau NERD

PPI PPI
On-Demand Maintenance
Pertimbangan terapi GERD
PPI :  Cepat dalam menghilangkan keseluruhan gejala
 Cepat dalam penyembuhan
 Pendekatan Step-down
 Yang dipilih :
Cepat dalam penghambatan asam
Konsisten mengontrol asam pada pH>4
Sedikit interaksi dengan obat lain
Sedikit efek pada cytochrome P450
 Omeprazole ? Rabeprazole ?
Lanzoprazole ? Esomeprazole ?
Pantoprazole ?
Jawaban lainnya
• A. gastritis  peradangan pada lambung karena naiknya asam
lambung, nyeri ulu hati, mual, muntah, kembung, memberat setelah
makan
• B. Ulkus gaster  khas : pain-food-pain
• D. Ulkus duodenum  khas: pain-food-relieve
• E. angina pectoris stabil  nyeri dada khas kardial, hilang dg istirahat
atau nitrogliserin, pemeriksaan EKG dalam batas normal
92. Endoskopi
• laki-laki 20 tahun  dada terasa panas seperti terbakar sejak 1 hari
yang lalu
• mual dan muntah
• sebelumnya sering mengalami keluhan seperti ini
• Satu hari yang lalu pasien makan pedas
• pemeriksaan tanda vital TD 110/70, nadi 78 kali permenit, RR 18 kali
permenit, suhu afebris
• Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada ulu hati
• Pemeriksaan gold standar ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  GERD

• Berdasarkan gejala klinis


• nyeri dada seperti terbakar (heartburn)
• mual, muntah
• keluhan memberat setelah makan
• Berdasarkan pemeriksaan fisik  nyeri ulu hati
• Diagnosis  GERD
GERD (gastroesophageal reflex disease)
• GER ( refluks gastroesofageal ) adalah fenomena yang dapat timbul
sewaktu-waktu pada populasi umum , terutama sehabis makan dan
kemudian kembali seperti normal  refluks fisiologis.
• Dikatakan patologis (GERD) bila terjadi refluks berulang dalam waktu
lama sehingga menimbulkan keluhan/kerusakan mukosa esofagus
• Peningkatan tekanan abdomen 
GERD

• Kebiasaan berbaring setelah


maan  salah satu yang
menyebabkan GERD
ALGORITME TATA LAKSANA GERD PADA
PELAYANAN KESEHATAN LINI PERTAMA

GEJALA KHAS GERD

Gejala alarm
Umur > 40 th Tanpa gejala alarm

Terapi empirik
Tes PPI

Respon menetap Respon baik


Endoskopi
Terapi min-4 minggu
kambuh
On demand therapy
Penatalaksanaan GERD
TERDUGA KASUS Gejala Alarm/
REFLUKS
Usia > 40 tahun

Keluhan
UNINVESTIGATED INVESTIGATED
berulang

PENGOBATAN EMPIRIK 2
TERAPI
minggu ( PPI test ? )
AWAL / INITIAL

PPI test : 1- Esofagitis sedang &


2 minggu Dosis Esofagitis ringan berat Gejala
ganda berulang
(Sensitivitas NERD
68-80%)

TERAPI TERAPI
“BILA PERLU” PEMELIHARAAN
ALGORITME TATA LAKSANA GERD PADA
PELAYANAN KESEHATAN LINI PERTAMA
Gejala khas GERD
•Heartburn
•Regurgitasi

Gejala Alarm/ Tanpa gejala Alarm


Umur > 40 tahun

Respon menetap Respon baik

Endoskopi GERD+ Terapi minimal 4 minggu

kekambuhan On demand therapy


Algorithm Pengobatan Yang
dianjurkan untuk Pasien GERD
PPI
Pengobatan awal Severe EE , Serangan
Uninvestigated, Yang sering
4-8 minggu
Mild EE Atau Respons PPI
lambat
Atau NERD

PPI PPI
On-Demand Maintenance
Pertimbangan terapi GERD
PPI :  Cepat dalam menghilangkan keseluruhan gejala
 Cepat dalam penyembuhan
 Pendekatan Step-down
 Yang dipilih :
Cepat dalam penghambatan asam
Konsisten mengontrol asam pada pH>4
Sedikit interaksi dengan obat lain
Sedikit efek pada cytochrome P450
 Omeprazole ? Rabeprazole ?
Lanzoprazole ? Esomeprazole ?
Pantoprazole ?
• Pemeriksaan gold standar untuk GERD  endoskopi
93. IgM HAV (+)
• wanita 25 tahun  nyeri pada perut kanan sejak 2 hari yang lalu
• demam, mual, dan muntah
• sering beli makan di luar
• TD 120/80, nadi 80 kali permenit, RR 18 kali permenit, suhu 38,5 C
• Pemeriksaan abdomen didapatkan hepatosplenomegali dan nyeri
tekan pada kuadran kanan atas
• Hasil yang mungkin dari lab?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  hepatitis A

• Berdasarkan gejala klinis


• demam
• badan lesu, dan lemas.
• Diagnosis  hepatitis A
Sifat virus hepatitis
Hepatitis A
Terapi
• Suportif
• Simptomatik
• Pada kasus hepatitis A, hasil lab yang mungkin muncul  IgM HAV (+)
94. Sindrom nefrotik
• laki-laki 28 tahun  seluruh badannya bengkak sejak 4 hari yang lalu
• memiliki riwayat minum kortikosteroid dan keluhan membaik
• tanda vital dalam batas normal
• laboratorium didapatkan kolesterol total 270, GDS 126, albumin
rendah, protein urin (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  sindrom nefrotik

• Sindrom nefrotik  sindrom klinis dengan gejala proteinuria massif


(>40 mg/m2/jam), hipoalbunemia, edema, dan hiperkolesterolemia,
kadang disertai hematuria, hipertensi, penurunan fungsi ginjal
Sindrom nefrotik
Kriteria diagnostic SN primer pada anak
• Edema
• Proteinuria massif (++ atau dengan pemeriksaan protein kuantitatif
>40 mgm2/jam) atau 1 gr/L dalam 24 jam (esbach)
• Hipoproteinemia (<2,5 mg/dl)
• Hiperkolesterolemia (>250 mg/dl)
• C3 normal
Pengobatan
• Kortikosteroid
• Prednison 60 mg/hari atau 2 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis setiap hari
• Intemitten : 40 mg/hari atau 2/3 dosis awal dibagi dalam 3 dosis tiga hari berturut-
turut dalam 7 hari atau dengan dosis alternate (selang sehari) dosis tunggal pagi hari
• Diuretika
• Imunosupresif
• Siklofosfamid 2-3 mgkg/hari selama tidak lebih dari 6 minggu sampai 8 minggu
• Klorambusil : 0,1 -0,2 mg/kg/hari dalam dosis terbagi dg kortikosteroid selang sehari
Jawaban lainnya
• B. sindrom nefritik  hematuria, proteinuria, hipertensi, penurunan
fungsi ginjal, ASTO (+)
• C. gagal ginjal akut  perburukan fungsi ginjal yang cepat dan tiba-
tiba ditandai dengan oliguria (urine output < 0,5 cc/kgbb/jam) atau
anuria, dan peningkatan kreatinin
• D. gagal ginjal kronis  keadaan klinis yang ditandai penurunan
fungsi ginjal secara irreversible, TRIAS : hipertensi, anemia, edema
• E. gagal jantung  kumpulan gejala klinis, sesak napas, edema
tungkai, gangguan fungsi jantung atau stuktur jantung
95. Infeksi saluran kemih bawah
• wanita 18 tahun  nyeri saat buang air kecil sejak 2 hari yang lalu
• tidak bisa menahan kencing dan terasa panas saat BAK
• TD 120/80, nadi 80 kali permenit, RR 17 kali permenit, dan suhu 37 C
• lab didapatkan leukosit dan eritrosit urin meningkat, bakteri (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  ISK bawah

• ISK  infeksi saluran kemih  suatu oenyakit yang ditandai dengan ada
atau ditemukannya mikroorganisme di dalam urine
• Paling sering adalah adanya bakteri dalam urin

• Kondisi ISK dapat diketahui dengan adanya mikroorganisme di dalam urine,


yang paling sering adalah ditemukannya bakteri dalam urine. Adanya
bakteriuria bermakna (significant bacteriuria) adalah ditemukannya
pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 105 colony forming units/
milliliter (cfu/ml) pada biakan urine
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
• Terdapatnya mikro organisme patogen dalam saluran kemih, dg CFU
(Colony Forming Unit) > 105/cc urin, atau lekosituri > 10 /LPB
• Bakteriuria + reaksi radang dr host, dg atau tanpa gejala klinis
Klasifikasi
• ISK sederhana (uncomplicated UTI)  ISK tanpa kelainan anatomi dan
fungsi ginjal
• ISK tidak sederhana (complicated UTI)  ISK dengan kelainan
anatomi dan fungsi saluran kemih
• ISK berulang (rekuren UTI)  reinfeksi saluran kemih oleh bakteri
yang berbeda
• ISK resistensi / relaps  reinfeksi saluran emih oleh bakteri yangsama
• Urosepsis  sepsis yg disebabkan bakteri saluran kemih
GEJALA
• Disuria – Nyeri – Panas – tdk enak waktu kencing
• Polakisuria – dg volume urin sedikit
• Urgency - rasa terdesak kencing
• Nokturia
• Supra pubic pain
• Feeling of fullnes of the rectum (men)
• L.B.P
• Nyeri perut bag bawah
• Hematuria
Pada yg berat / ISK tdk sederhana
• Nyeri C.V.A
• Nyeri perut yg hebat
• Demam, keringat, gigil
• Mual, muntah, diare
• Anoreksia
• Urosepsis

• Gejala klinis tdk selalu lengkap, bahkan ada yg tanpa gejala (BTG =
Bakteriuria tanpa gejala)
LABORATORIUM
• Darah  lekositosis
• Urin
• Proteinuria
• piuria (penting)
• lekosituria > 10 / mm3 urin 24 jam
• lekosituria > 5 / LBB
• Biakan / Uji kepekaan
Jawaban lainnya
• A. pielonefritis  radang pada ginjal, ISK atas, gejala : nyeri pinggang
kanan atau kiri, kolik, gangguan berkemih, demam
• B. urethritis  duh uretra, dysuria
• C. nephrolithiasis  salah satu jenis BSK, lokasi di proyeksi ginjal,
gejala: nyeri kolik d pinggang, hasil BNO atau USG : batu di ginjal
• D. ureterolithiasis  batu ureter, lokasi di proyeksi ureter, gejala :
nyeri pinggang kolik yg menjalar ke kemaluan
96. Cotrimoxazole
• wanita 18 tahun  nyeri saat buang air kecil sejak 2 hari yang lalu
• tidak bisa menahan kencing dan terasa panas saat BAK
• TD 120/80, nadi 80 kali permenit, RR 17 kali permenit, dan suhu 37 C
• lab didapatkan leukosit dan eritrosit urin meningkat, bakteri (+)
• Terapi lini pertama ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  ISK bawah

• ISK  infeksi saluran kemih  suatu oenyakit yang ditandai dengan ada
atau ditemukannya mikroorganisme di dalam urine
• Paling sering adalah adanya bakteri dalam urin

• Kondisi ISK dapat diketahui dengan adanya mikroorganisme di dalam urine,


yang paling sering adalah ditemukannya bakteri dalam urine. Adanya
bakteriuria bermakna (significant bacteriuria) adalah ditemukannya
pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 105 colony forming units/
milliliter (cfu/ml) pada biakan urine
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
• Terdapatnya mikro organisme patogen dalam saluran kemih, dg CFU
(Colony Forming Unit) > 105/cc urin, atau lekosituri > 10 /LPB
• Bakteriuria + reaksi radang dr host, dg atau tanpa gejala klinis
Klasifikasi
• ISK sederhana (uncomplicated UTI)  ISK tanpa kelainan anatomi dan
fungsi ginjal
• ISK tidak sederhana (complicated UTI)  ISK dengan kelainan
anatomi dan fungsi saluran kemih
• ISK berulang (rekuren UTI)  reinfeksi saluran kemih oleh bakteri
yang berbeda
• ISK resistensi / relaps  reinfeksi saluran emih oleh bakteri yangsama
• Urosepsis  sepsis yg disebabkan bakteri saluran kemih
GEJALA
• Disuria – Nyeri – Panas – tdk enak waktu kencing
• Polakisuria – dg volume urin sedikit
• Urgency - rasa terdesak kencing
• Nokturia
• Supra pubic pain
• Feeling of fullnes of the rectum (men)
• L.B.P
• Nyeri perut bag bawah
• Hematuria
Pada yg berat / ISK tdk sederhana
• Nyeri C.V.A
• Nyeri perut yg hebat
• Demam, keringat, gigil
• Mual, muntah, diare
• Anoreksia
• Urosepsis

• Gejala klinis tdk selalu lengkap, bahkan ada yg tanpa gejala (BTG =
Bakteriuria tanpa gejala)
LABORATORIUM
• Darah  lekositosis
• Urin
• Proteinuria
• piuria (penting)
• lekosituria > 10 / mm3 urin 24 jam
• lekosituria > 5 / LBB
• Biakan / Uji kepekaan
• Pada kasus ISK bawah, lini pertama  cotrimoxazole
97. Rheumatoid arthritis
• wanita 54 tahun  kaku pada jari-jari tangan pada pagi hari yang
hilang dengan aktivitas
• Kaku dirasakan lebih dari satu jam yang dirasakan 8 minggu terakhir
• pemeriksaan didapatkan bengkak pada jari-jari dan nyeri dengan
penekanan
• rontgen didapatkan adanya ruang sendi yang menyempit
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  rheumatoid arthritis

• Berdasarkan gejala klinis


• kaku sendi selama lebih kurang 1 jam
• Lebih dari 8 minggu
Rheumatoid Arthritis
• Inflamasi jaringan synovial
yang bersifat : Destruktif,
kronik, progesif dan sistemik

• Inflamasi sendi kronis yang


belum diketahui penyebab
pastinya
Pemeriksaan Laboratorium
• Rheumatoid factor  N : < 1 : 80
• Antinuclear Antibody ANA  N : < 1 : 120
• Serum Complement
• Serum Protein Electrophoresis
• Immunoglobulin
Pemriksaan Radiologi
• X – Ray

• CT Scan
Tata laksana
Tujuan
• Meminimalisir nyeri sendi dan bengkak
• Mencegah deformitas (seperti deviasi ulnar) dan kerusakan radiologis (erosi)
• Menjaga kualitas hidup (personal dan kerja)
• Mengontrol manifestasi ekstra sendi

Terapi
• Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs) --> potensial mengurangi atau mencegah
kerusakan sendi dan menjara fungsi sendi
• NSAIDs dan kortikosteroid (oral, IM, intra articular)  mengontrol nyeri dan inflamasi  terapi
sementara
• DMARDs  methotrexate, leflumide, hydroxychloroquine, sulfasalazine, cyslophosphamide,
cyclosporin
Jawaban lainnya
• A. osteoporosis  penyakit tulang sistemik dimana terjadi penurunan
massa tulang dan perubahan microarchitectural tulang yang
menyebabkan tulang menjadi rapuh
• B. osteoarthritis  peradangan pada sendi, biasanya pada sendi-
sendi besar, mono arthritis
• D. osteopenia  BMD antara -0,1 sd -2,5 (sebelum menjadi
osteoporosis)
• E. gout arthritis  peradangan pada sendi karena deposit ristal asam
urat pada sendi, tofus (+)
98. OA derajat 4
• wanita 56 tahun  nyeri di sendi lutut kanannya, terutama saat
dibuat berjalan
• pasien seringkali naik turun tangga
• TD 100/60 mmHg, nadi 65x/menit, frekuensi napas 20x/menit, Tax
36,70C, TB 150 cm, dan BB 65 kg
• Pemeriksaan lokalis didapatkan lutut kanan pasien bengkak,
kemerahan, deformitas (+), dan nyeri (+)
• Pemeriksaan radiologi rontgen genu dekstra menunjukkan
penyempitan celah sendi (+), sclerosis (+), dan osteofit (+)
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  osteoarthritis

• Osteoarthritis  Penyakit sendi yang ditandai dengan degenerative


tulang rawan, hipertrofi tepi tulang dan perubahan membrane
synovial
Osteoartritis
• Penyakit sendi yang ditandai dengan degenerative tulang rawan,
hipertrofi tepi tulang dan perubahan membrane synovial
DIAGNOSIS OSTEOARTRITIS
• KLINIS
• Nyeri pada saat sendi digerakkan
• Kaku dipagi hari < 30 menit
• Nyeri sendi berkurang saat isitirahat
• Krepitasi
• ROM terbatas
• Lokasi tersering  Lutut, HIP, MCP 1, MTP 1, Vertebra
DIAGNOSIS OA
OA vs RA
Tatalaksana Osteoartritis
• Medikamentosa
• Simptomatik  1st Paracetamol 3x 1000 mg
• Non Medikamentosa
• Rehab medik / fisioterapi
• Modifikasi Gaya Hidup dan Perlindungan Sendi
• Menurunkan BB
• Koreksi postur tubuh
• Menghindari aktivitas berlebih pada sendi yang sakit
• Operasi Sendi/Joint replacement
• Bila nyeri menetap dan terjadi kelemahan fungsi
• Pada kasus  OA grade 4
99. Tension pneumothorax
• laki-laki 35 tahun  sesak napas tiba-tiba sejak 3 jam yang lalu
• sesak napas dirasakan makin memberat dan disertai dengan nyeri
dada di sebelah kiri
• pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, TD 80/50
mmHg, RR 32 kali permenit, nadi 117 kali permenit, suhu afebris
• rontgen thorax tampak lusensi di lapang paru kiri
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkina pasien mengalami tension pneumothorax

• Tension pneumothorax  adanya akumulasi gas udara di cavum


pleura yang bersifat menekan dan sangat bahaya bila tidak segera
ditangani

• Kasus  tension pneumothorax karena gerakan napas asimetris,


hipersono pd perkusi, auskultasi TIDAK ADA SUARA VESIKULER
PNEUMOTHORAX
• Adanya akumulasi gas udara di cavitas pleura
KLASIFIKASI
PEMERIKSAAN FISIK
• SIGN : DYSPNEU, EMFISEMA SUBKUTIS

•I : Jejas, ketertinggalan gerak


•P : Fremitus taktil menurun
•P : Hipersonor
•A : Vesikuler menurun/hilang
Open Pneumothorax
• Etiologi : Penetraring Trauma  lubang dinding dada (ukuran
mendekati diameter trakea (> 2/3 diametes trakea)
• “Mediastinal Flutter”
• “Sucking Chest Wound”
Closed Pneumothorax
• Etiology : trauma tumpul, rupture
spontan pleura  kebocoran udara ke
cavitas pleura
• Dapat berkembang menjadi tension
pneumothorax
• Tx : Chest Tube
Tension
Pneumothorax
• Clinical Sign :
• Himpitan vena cava
• Shock
• JVP meningkat
• Himpitan paru kontra lateral
• Distress nafas
• Deviasi trakhea
• Tx :
• Needle Trhoracostomy 
decompresiion
• Chest tube
Jawaban lainnya
• B. emfisema sinistra  kelainan anatomis berupa pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli,
batuk berulang dg atau tanoa dahak, sesak dengan atau tanpa mengi
• C. hematothorax sinistra  terisinya darah di cavum pleura, sesak
napas, perkusi redup, suara napas berkurang
• D. hematopneumothorax sinistra  terisinya darah dan udara di
cavum pleura, sesak napas, perkusi redup dan hipersonor, suara
napas berkurang
• E. efusi pleura sinistra  terisinya cairan di cavum pleura, sesak
napas, perkusi redup, suara napas berkurang, friction rub (+)
100. Tamponade jantung
• laki-laki 25 tahun  sesak napas sejak 1 jam yang lalu
• Sebelumnya pasien mengalami kecelakaan
• Saat ini keluhan semakin memberat dan disertai dengan nyeri dada
saat bernapas
• TD 80/50, RR 34 kali permenit, nadi 115 kali permenit, suhu afebris
• Pemeriksaan fisik didapatkan suara jantung menjauh, dan terdapat
peningkatan tekanan JVP
• Diagnosis ?
• Saat ini kemungkinan pasien mengalami  tamponade jantung

• Tamponade jantung  terdapatnya cairan atau darah di cavum


pericardium, gejala khas : JVP meningkat, suara jantung menjauh,
hipotensi
Tamponade jantung
• Gejala klinis karena akumulasi cairan di rongga
perikardium, mengakibatkan pengurangan
pengisian ventrikel dan penurunan
hemodinamik secara keseluruhan
Gambaran Klinis
• Nyeri dada
• Nafas dangkal dan cepat diakibatkan nyeri ketika menarik nafas atau
pengurangan aliran darah yang berakibat penurunan suplai oksigen
• Gelisah, berkeringat dingin, sianosis dan kelelahan
• Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan Beck’s Triad : hipotensi,
peningkatan tekanan vena jugular yang ditandai pembesaran vena
jugular di leher dan suara jantung yang menghilang.
• Takipneu, takikardia, aritmia, Pericardial rub, Pulsus paradoxus,
hepatomegali, ascites, dan edema pada ekstremitas
Gambaran Klinis
Beck’s Triad atau Trias Kompresi Akut
• Peningkatan vena jugular, hipotensi dan hilangnya suara jantung. Hal
tersebut diakibatkan dari pengumpulan yang cepat cairan di rongga
perikardium.
Pulsus Paradoksus
• Kelebihan 12 mmHg atau9% dari penurunan tekanan inspirasi normal
pada tekanan sistemik pembuluh darah.
Gambaran Klinis
Tanda Kussmaul
• Tanda ini ditemukan oleh Adolph Kussmaul sebagai tanda
paradoksisme yang terjadi antara peningkatan distensi vena dengan
tekanan selama inspirasi.
Tanda Ewart
• Juga disebut sebagai Pins sign yang diobservasi pada pasien dengan
perikardial efusi yang banyak. Tanda Ewart berupa munculnya suara
bronkhial dan bronkofoni dibawah sudut dari tulang skapula kiri
Pemeriksaan Radiologis
Foto Thorak
• Siluet kardiomegali, bentukan water bottle-
shaped heart, kalsifikasi perikardial atau
adanya trauma pada dada.
• Gambaran pembesaran jantung bila lebih
dari 200 ml
Pemeriksaan Radiologis
• Echocardiography early diatole

systole

late
diastole
Penatalaksanaan
• Pericardiocentesis
Jawaban lainnya
• A. tension pneumothorax  terisinya udara di cavum pleura, sesak
napas, perkusi hipersonor, suara napas menghilang, mediastinum
shifting
• B. emfisema  kelainan anatomis berupa pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli, batuk
berulang dg atau tanoa dahak, sesak dengan atau tanpa mengi
• D. hematopneumothorax  terisinya darah dan udara di cavum
pleura, sesak napas, perkusi redup dan hipersonor, suara napas
berkurang
• E. efusi pleura  terisinya cairan di cavum pleura, sesak napas,
perkusi redup, suara napas berkurang, friction rub (+)

Anda mungkin juga menyukai