Anda di halaman 1dari 31

Anatomi kepala

• Tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk


mandibula. Kranium mempunyai dua bagian besar, yakni kalvaria
(atap tengkorak) yang sering disebut neurokranium dan selaput
otak

Tengkorak atau
Meningen
kalvaria

Kranium Otak
Tengkorak atau Kalvaria

• Kalvaria terbentuk dari bagian-bagian superior os frontal, parietal


dan oksipital
• Tulang-tulang kalvaria terdiri atas lempeng tulang kortika dan
diploe

Lempeng-lempeng tulang kortika memberi kekuatan pada lengkung atap kranium,


sementara diploe berperan untuk meringankan berat kranium dan memberi tempat
untuk memproduksi sumsum darah.
Kranium

• Kranium terdiri dari :


os frontal yang membentuk dahi, langit-langit rongga nasal dan langit-langit
rongga orbita

os parietal yang membentuk sisi dan langit-langit kranium

os temporal yang membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium

os etmoid yang merupakan struktur penyangga penting dari rongga nasal dan
berperan dalam pembentukan orbita mata

os sfenoid yang membentuk dasar anterior cranium


Meningen

• Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak, terdiri dari


tiga lapisan yaitu :

Duramater

Arachnoid

Piamater
Otak

• Otak manusia terdiri dari serebrum,serebelum dan batang otak


• Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh
falks serebri (lipatan duramater yang berada di inferior sinus
sagitalis superior)
Trauma kepala

Definisi

Trauma kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala


baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan
fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun
permanen.
Epidemiologi

Di Amerika setiap tahunnya kejadian cedera kepala diperkirakan mencapai 500.000 kasus.
10 % dari penderita cedera kepala meninggal sebelum datang ke Rumah sakit

Kontribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda motor,
dan sebagian besar diantaranya tidak menggunakan helm atau menggunakan helm yang
tidak memadai

Lebih dari 100.000 penderita menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala
Etiologi

• Sebagian besar penderita cedera kepala disebabkan oleh


kecelakaan lalu-lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil,
sepeda dan penyebrang jalan yang ditabrak
• Sisanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda
(misalnya ranting pohon, kayu, dsb), olahraga, korban kekerasan
baik benda tumpul maupun tajam (misalnya golok, parang, batang
kayu, palu, dsb), kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga,
kecelakaan olahraga, trauma tembak, dan lain-lain
Patofisiologi

• Trauma pada kepala dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan


otak langsung (primer) yang disebabkan oleh efek mekanik dari
luar.
• Perluasan kerusakan dari jaringan otak (sekunder) disebabkan oleh
berbagai faktor seperti:

Kerusakan sawar Gangguan aliran Gangguan


darah otak darah otak metabolisme otak

Gangguan Radikal bebas


Reaksi inflamasi
hormonal
Pukulan yang lebih kuat akan
menyebabkan terjadinya
Kulit kepala dan tengkorak Bila terjadi benturan, sebagian Bila lekukan melebihi batas
deformitas tengkorak dengan
merupakan unsur pelindung bagi tenaga benturan akan diserap toleransi jaringan tengkorak,
lekukan yang sesuai dengan arah
jaringan otak terhadap benturan atau dikurangi oleh unsur tengkorak akan mengalami
datangnya benturan dimana
pada kepala pelindung tersebut fraktur.
besarnya lekukan sesuai dengan
sudut datangnya arah benturan

Fraktur tengkorak dapat berbentuk sebagai garis lurus, impresi / depresi, diastase sutura atau fraktur
multiple disertai fraktur dasar tengkorak
Klasifikasi

• Cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara


praktis dikenal 3 deskripsi kalsifikasi yaitu berdasarkan
mekanisme, beratnya cedera kepala, dan morfologinya.

Berdasarkan Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan


mekanisme
dengan kecelakaan mobil atau motor,
jatuh atau terkena pukulan benda tumpul

Cedera kepala tembus disebabkan oleh


peluru atau tusukan
Berdas Nilai GCS sama atau kurang
arkan dari 8 didefenisikan sebagai
beratn cedera kepala berat.
ya
cedera Cedera kepala sedang
memiliki nilai GCS 9-13

Cedera kepala ringan dengan


nilai GCS 14-15
Berdasarkan morfologi cedera

• Secara morfologis cedera kepala dapat dibagi atas fraktur cranium


dan lesiintrakranial.
Fraktur Fraktur kranium terbuka atau komplikata mengakibatkan
kranium adanya hubungan antara laserasi kulit kepala dan permukaan
otak karena robeknya selaput duramater
Fracture dasar tengkorak biasanya memerlukan pemeriksaan
CT Scan dengan dengan teknik bone window untuk
memperjelas garis frakturnya
Adanya fraktur tengkorak merupakan petunjuk bahwa
benturan yang terjadi cukup berat sehingga mengakibatkan
retaknya tulang tengkorak
Lesi Intrakranial

• Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa,


walau kedua bentuk cedera ini sering terjadi bersamaan
• Lesi fokal termasuk hematoma epidural, hematoma subdural, dan kontusi
(atau hematoma intraserebral)
• Kelompok cedera otak difusa, secara umum, menunjukkan CT scan normal
namun menunjukkan perubahan sensorium atau bahkan koma dalam
keadaan klinis
Hematoma epidural

Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara tabula
interna dan duramater dengan ciri berbentuk bikonvek atau menyerupai lensa cembung

Penderita dengan pendarahan epidural dapat menunjukan adanya “lucid interval” yang
klasik dimana penderita yang semula mampu bicara lalu tiba-tiba kehilangan kesadaran

Dengan pemeriksaan CT Scan akan tampak area hiperdens yang tidak selalu homogeny,
bentuknya biconvex sampai planoconvex, melekat pada tabula interna dan mendesak
ventrikel ke sisi kontralateral
Hematom subdural

Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan yang terjadi di


antara duramater dan arakhnoid

Terjadi paling sering akibat robeknya vena bridging antara korteks


serebral dan sinus draining.

Pada CT Scan terlihat adanya komplek perlekatan,


Pada CT Scan tampak gambaran hyperdens
transudasi, kalsifikasi yang disebabkan oleh bermacam-
sickle ( seperti bulan sabit ) dekat tabula
macam perubahan, oleh karenanya tidak ada pola tertentu.
interna, terkadang sulit dibedakan dengan
Pada CT Scan akan tampak area hipodens, isodens, atau
epidural hematom. Batas medial hematom
sedikit hiperdens, berbentuk bikonveks, berbatas tegas
seperti bergerigi
melekat pada tabula

SDH akut SDH kronis


Cedera aksonal difus

Keadaan dimana pendeerita mengalami koma pasca cedera yang berlangsung


lama ddan tidak diakibatkan oleh suatu lesi masa atau serangan iskemik

Penderita sering menuunjukan gejala dekortikasi atau deserebrasi dan bila


pulih sering tetap dalam keadaan cacat berat, itupun bila bertahan hidup

Penderita sering menunjukan gejala disfungsi otonom seperti hipotensi,


hiperhidrosis dan hiperpireksia dan dulu diduga akibat cedera aksonal difus dan
cedeera otak kerena hiipoksia
Peran pencitraan pada trauma kepala

• Indikasi foto polos kepala

Foto polos kepala hanya menunjukkan ada tidaknya patah tulang, dan tidak mampu
menghasilkan visibilitas yang baik pada otak atau adanya darah untuk menunjukkan cedera
intracranial
Pemeriksaan foto polos kepala untuk melihat pergeseran (displacement) fraktur tulang
tengkorak

Foto polos kepala sangat


membantu pada pasien yang
dicurigai tidak cedera akibat
kecelakaan, patah tulang
tengkorak depresi, cedera
Gambar 1. Garis fraktur pada tengkorak
kepala akibat penetrasi oleh
benda asing, atau trauma
kepala pada anak-anak
kurang dari 2 tahun,walaupun
tanpa gejala neurologis
Indikasi untuk CT scan kepala

• CT scan kepala nonkontras merupakan pemeriksaan standar untuk


menangani cedera kepala sedang dan berat. CT scan kepala
nonkontran mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk
perdarahan intracranial, edema, bengkak, midline shift, herniasi,
dan fraktur
• Ketersediaan CT scan cukup banyak dan jarang terdapat
kontraindikasi dalam penatalaksanaan cedera kepala

Ketika dihadapkan dengan pasien anak, risiko dan keuntungan harus diperhitungkan
karena paparan radiasi
Protokol CT scan kepala

CT scan pada trauma kepala dijalankan dengan 120 kVp, 200mAs dengan
rotasi singkat yaitu 0.5 detik

Protokol utama untuk deteksi fraktur, pada kalvaria atau tulang belakang
memerlukan potongan tipis aksial dengan menggunakan sharp kennel

Dapat juga dilakukan pencitraan koronal, sagittal, multiplayer oblique, atau


tiga dimensi utnuk membantu visualisasi
• Fraktur pada dasar tengkorak (gambar 2) seringkali sukar dilihat.
Fraktur dasar tengkorak (basis kranii) biasanya memerlukan
pemeriksaan CT Scan dengan teknik (bone window) untuk
mengidentifikasi garis frakturnya
• Fraktur dasar tengkorak yang melintang kanalis karotikus dapat
mencederai arteri karotis (diseksi, pseuoaneurisma ataupun
trombosis) perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan
angiography cerebral
Gambar 2.1 Fraktur depresi pada CT scan kepala

Gambar 2. CT scan potongan aksial menunjukkan fraktur


tulang frontal dan open comminuted dengan perdarahan Gambar 2.2 Fraktur bola ping pong
menggumpal pada fisura interhemisfer

Gambar 2.3 Fraktur Stiletto heel


Skema penanganan terhadap fraktur kepala dapat
dilihat pada tabel 1.
Epidural hematoma

• Hematoma epidural biasanya dapat


dibedakan dari hematoma subdural
dengan bentuk bikonveks
dibandingkan dengan crescent-
shape dari hematoma subdural
• Dengan bentuk bikonveks yang
khas,elips, gambaran CT scan pada
hematoma epidural tergantung pada
sumber perdarahan, waktu berlalu
sejak cedera, dan tingkat
keparahan perdarahan
Gambar 3. CT scan kepada dengan epidural hematoma
Subdural hematom

• Temuan CT scan dalam hematoma


subdural tergantung pada lamanya
perdarahan
• Pada fase akut, hematoma subdural
muncul berbentuk bulan sabit,
ketika cukup besar, hematoma
subdural menyebabkan pergeseran
garis tengah
• Pada fase kronis akan tampak area
hipodens, isodens, atau sedikit
hiperdens, berbentuk bikonveks,
berbatas tegas melekat pada tabula Gambar 4. CT scan pada pasien dengan subdural hematoma
kronis
Perdarahan subarakhnoid

• Pada CT scan, perdarahan subaraknoid (SAH) (gambar 5) terlihat


mengisi ruangan subaraknoid yang biasanya terlihat gelap dan
terisi CSF di sekitar otak. Rongga subaraknoid yang biasanya hitam
mungkin tampak putih di perdarahan akut.

Gambar 5. CT scan pada otak menunjukkan perdarahan


subaraknoid yang ditunjukkan area putih pada tengah
Perdarahan intraserebral

• Perdarahan intraserebral biasanya


disebabkan oleh trauma terhadap
pembuluh darah, timbul hematoma
intraparenkim dalam waktu ½-6 jam
setelah terjadinya trauma (gambar 6).
Hematoma ini bisa timbul pada area
kontralateral trauma. Pada CT scan
sesudah beberapa jam akan tampak
daerah hematoma (hiperdens), dengan
tepi yang tidak rata.
Gambar 6. Gambaran perdarahan intraserebral pada CT
scan kepala
Perdarahan intraventrikular

• Perdarahan intraventrikular merupakan


penumpukan darah pada ventrikel otak.
Perdarahan intraventrikular selalu
timbul apabila terjadi perdarahan
intraserebral
• Pada perdarahan intraventrikular akan
terlihat peningkatan densitas atau
ventrikulomegali dari gambaran CT scan
kepala

Gambar 7. CT scan kepala pada perdarahan


intraventrikular
Indikasi MRI untuk trauma kepala

Terdapat beberapa penelitian yang menjelaskan tentang


penggunaan MRI pada cedera kepala, namun MRI bukan
merupakan pencitraan utama untuk investigasi trauma kepala

Namun sampai saat ini tidak terdapat penelitian yang


mengkonfirmasi penggunaan MRI dalam situasi emergensi

MRI juga dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi Gambar 8. Susceptibility weighted image
perdarahan intracranial dan untuk deteksi kontusio, DAI,
perdarahan minimal, edema, dan cedera batang otak (SWI) dari diffuse axona injury pada
trauma dengan 1.5 tesla (kanan)
Protokol untuk menjalankan MRI

• Protokol MRI untuk evaluasi cedera kepala mencakup T1W, T2W,


T2W fluid-attenuated inversion recovery (FLAIR), T2*gradient
recalled echo (GRE), dan diffusion weighted imaging (DW1). SW1
atau susceptibility weighted images juga dapat digunakan pada
perdarahan mikro. Namun secara umum, tidak diperlukan
pemberian kontras intravena untuk evaluasi cedera kepala.
Kesimpulan

Trauma kepala adalah suatu trauma yang menimpa struktur kepala sehingga dapat
menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak

Trauma kepala dapat menimbulkan perdarahan intrakranial berupa fraktur yulang


kepala, perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan subarakhnoid,
perdarahan intraventrikular, dan perdarahan intraserebral

Pemeriksaan tomografi komputer(CT Scan) kepala sangat berguna pada trauma kepala
karena isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kepala, fraktur,
perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya.

Anda mungkin juga menyukai