PENDAHULUAN
seluruh struktur lapisan, mulai dari lapisan kulit kepala atau tingkat yang
jaringan otaknya sendiri; baik berupa luka yang tertutup, maupun trauma
tembus.
terutama nilai respon motorik dan reaksi cahaya pupil, adanya cedera
1
Pada penderita harus diperhatikan pernafasan, peredaran darah
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
fungsi fisik.1
Commotio cerebri
Contusion cerebri
Laceratio cerebri
3
Pada penderita harus diperhatikan pernafasan, peredaran darah
2.2 Etiologi
a. Trauma tajam
b. Trauma tumpul
sifatnya.
c. Cedera akselerasi
Peristiwa gonjatan yang hebat pada kepala baik disebabkan oleh pukulan
f. Jatuh
4
g. Kecelakaan industri
i. Perkelahian.
2.3 Patofisiologi
merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda
tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang
5
Coup dan contercoup
proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak
Fraktur cranii
Fraktur cranii dapat terjadi pada kalvaria atau basis. Pada fraktur
depressed atau non depressed. Fraktur basal cranii sulit tampak pada foto
perbaikan segera.7
6
Frekuensi fraktura tengkorak bervariasi, lebih banyak fraktura
hematoma intrakranial sebesar 400 kali pada pasien yang sadar dan 20
pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak sadar. Untuk
pasien tersebut.8
Lesi Intrakranial
perubahan sensorium atau bahkan koma dalam. Basis selular cedera otak
Hematoma Epidural
7
Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di
hematoma epidural relatif tidak terlalu sering (0.5% dari keseluruhan atau
koma, 9% pada pasien obtundan, dan 20% pada pasien koma dalam. 5,7
Hematoma Subdural
EDH, ditemukan
sekitar 30% penderita dengan cedera kepala berat. Terjadi paling sering
akibat robeknya vena bridging antara korteks serebral dan sinus draining.
8
otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih
terbesar kontusi terjadi dilobus frontal dan temporal, walau dapat terjadi
yang ada di dalam jaringan otak tersebut. Lokasi yang paling sering
sisi benturan (coup) atau pada sisi lainnya (countrecoup). Defisit neurologi
yang didapatkan sangat bervariasi dan tergantung pada lokasi dan luas
perdarahan.14
2.4 Klasifikasi
9
1. Simple Head Injury
Tidak pingsan
2. Commotio Cerebri
pucat.
10
observasi kemungkinan terjadinya komplikasi dan mobilisasi
bertahap.
3. Contusio Cerebri
11
autoregulasi pembuluh darah cerebral terganggu, sehingga terjadi
4. Laceratio Cerebri
12
5. Fractur basis cranii
media dan fossa posterior, dan dapat terbentuk garis atau bintang
Epistaksis
Rhinorrhoe
Komplikasi :
Gangguan pendengaran
13
Fraktur basis kranii bisa disertai commotio ataupun contusio, jadi
6. Lesi Intrakranial
cedera yang secara klinis dibedakan menjadi : cedera otak local dan
cedera otak difus, walaupun kedua jenis lesi sering terjadi bersamaan.
Cedera otak fokal , secara makroskopis terlihat adanya lesi fokal yaitu :
1) Perdarahan Epidural
14
Perdarahan epidural difossa posterior dengan perdarahan
2) Perdarahan Subdural
sebagai berikut :
menurun
15
d) Kelainan neurologis seperti : hemiparesis (kelumpuhan salah satu
3) Perdarahan Intraserebral
sangat sering terjadi di frontal dan lobus temporal, walau terjadi juga pada
setiap bagian otak, termasuk batang otak dan cerebellum. Gejala yang
terlihat adalah :
16
c) Arteriografi karotis dapat memperlihatkan suatu pergeseran dari
4) Cedera Difus
namun karena ringan sering kali tidak diperhatikan, bentuk yang paling
ringan dari kontusio ini adalah keadaan bingung dan disorientasi tanpa
waktu lamanya dan reversible. Penderita akan sadar kembali dalam waktu
kurang dari 6 jam. Banyak penderita dengan komosio cerebri klasik pulih
17
gejala lainnya. Gejala-gejala ini dikenal sebagai sindroma pasca komosio
coma pasca cedera yang berlangsung lama dan tidak diakibatkan oleh
suatu lesi masa atau serangan iskemi. Penderita akan dalam keadaan
koma yang dalam dan tetap koma selama beberapa waktu, penderita
sering tetap dalam keadaan cacat berat, itupun bila bertahan hidup.
hiperhidrosis dan hiperpireksia dan dulu diduga akibat cedera batang otak
primer.
18
2.5 Diagnosis
1. Pemeriksaan kesadaran
Secara spontan 4
Atas perintah 3
Rangsangan nyeri 2
Tidak bereaksi 1
Orientasi baik 5
Jawaban kacau 4
Mengerang 2
Tidak bersuara 1
19
Reaksi setempat 5
Menghindar 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak bereaksi 1
2007).Sejak itu GCS merupakan tolak ukur klinis yang digunakan untuk
20
prediksi GCS.Pada beberapa penderita, skor mata dan skor verbal sulit
Adanya skor motorik yang rendah pada awal cedera dan usia di atas 60
Penentuan skor awal GCS yang dapat dipercaya dan belum diberi
sangat penting.
2.Pemeriksaan Pupil
3. Pemeriksaan Neurologis
21
memar.Kedalaman leaserasi dan ditemukannya benda asing harus
a. X-ray Tengkorak
dasar tengkorak atau rongga tengkorak.CT scan lebih dipilih bila dicurigai
tidak ada.
b. CT-Scan
22
Hal di atas tidaklah berarti bahwa semua penderita dengan CT
scan yang relatif normal akan menjadi lebih baik, selanjutnya mungkin
terjadi peningkatan TIK dan dapat berkembang lesi baru pada 40% dari
batang otak karena kecilnya struktur area yang cedera dan dekatnya
23
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
bahwa penderita dengan lesi yang luas pada hemisfer, atau terdapat lesi
menambah dimensi baru pada MRI dan telah terbukti merupakan metode
24
penderita cedera kepala yang lebih berat, pada pemeriksaan MRS
kepala berat masih harus ditentukan, tetapi hasilnya sampai saat ini dapat
2.6 Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
barbiturat.
25
merubah tonus vaskuler, menahan radikal bebas dari peroksidasi lipid
Setelah target tercapai dilanjutkan dengan NaCl fisiologis sampai 4-5 hari.
b. Terapi Nutrisi
kehilangan kurang lebih 15% berat badan tubuh per minggu. Penurunan
berisi protein > 15% diberikan selama 7 hari. Pilihan enteral feeding dapat
26
pada terapi prevensi kejang adalah kondisi pasien yang hipoglikemi,
• Mobilisasi bertahap
• Terapi simptomatik
jam), mual dan muntah, kejang, perdarahan/keluar cairan dari hidung atau
yang abnormal.
27
1. Risiko ringan : tidak ada gejala nyeri kepala, muntah dan dizziness
trauma
3. Risiko tinggi : nyeri kepala hebat, mual yang menetap dan muntah.
di ICU.
28
2.7 Komplikasi
1. Oedema serebri
juga tidak ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat
meninggi.
TIK meningkat
Cephalgia memberat
Kesadaran menurun
1. Gangguan neurologis
29
3. Kerusakan Saraf Cranial
Bisa karena :
akselerasi
2.8 Pencegahan
bernafas.
30
a) Meningkatkan jalan nafas dan pola nafas yang efektif
31
infus merupakan hal yang penting untuk mencegah terjadinya
e) Nutrisi
analgetik
2.9 Prognosis
yang dialami.Nilai GCS saat pasien pertama kali datang ke rumah sakit
memiliki nilai prognosis yang besar.Nilai GCS antara 3-4 memiliki tingkat
32
diperhatikan seperti mudah letih, sakit kepala berat, tidak mampu
Pengukuran Outcome :
1. Meninggal
2. Status vegetative
33
dari 18 item skala yang digunakan untuk mengevalusi tingkat kemandirian
34
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak
otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-
35
DAFTAR PUSTAKA
19 Juni 2008.
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery.htm
Jakarta; 2012
36
37