Anda di halaman 1dari 7

BAGIAN PSIKIATRI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Oleh:
Andi Chaerunnisa
111 2018 2025

Pembimbing
dr. Nurindah Kadir , M.Kes, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini, saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Andi Chaerunnisa
Stambuk : 111 2018 2025
Judul : Gangguan Afektif Bipolar

Telah menyelesaikan dan mempresentasikan tugas Referat dalam rangka tugas


kepaniteraan klinik pada Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas
Muslim Indonesia.

Makassar, 11 Maret 2019


Pembimbing,

(dr. Nurindah Kadir , M.Kes, Sp.KJ )


BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan suasana perasaan (gangguan afektif atau mood)

merupakan sekelompok gambaran klinis yang ditandai dengan berkurang

atau hilangnya kontrol emosi dan pengendalian diri. Perubahan afek ini

biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat

aktivitas kehidupan dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder

terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan

perubahan tersebut.1

Gangguan afektif dapat berupa depresi, manik atau campuran

keduanya (bipolar). Sebelumnya, gangguan bipolar disebut dengan

manik-depresif, gangguan afektif bipolar, atau gangguan spectrum bipolar.

Gangguan bipolar merupakan gangguan psikiatri yang paling sering

mengalami misdiagnosis.2

Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang daripada

gangguan depresif berat, dengan prevalensi seumur hidup 2%, sama

dengan angka untuk skizofrenia. Gangguan bipolar lebih sering pada

orang yang bercerai dan hidup sendirian daripada orang yang menikah . 3

Rasio jenis kelamin sama. Prevalensi titik gangguan bipolar di

negara-negara barat (terutama didasarkan pada studi di Amerika Serikat)

adalah antara 0,4 dan 1% pada populasi umum. Risiko seumur hidup

pada populasi umum di negara-negara barat adalah 0,6-1,1%. Usia awitan

rerata adalah sekitar pertengahan 20 tahunan. Namun, sebaiknya diingat


bahwa gangguan ini dapat mulai terjadi pertama kali pada usia tua. Bila

terjadi pada masa remaja, gangguan dapat dikira skizofrenia (meskipun

penelitian terkini memperlihatkan bahwa keakuratan diagnosis episode

pertama pada masa remaja sebaik masa dewasa). Gangguan bipolar


4
diketahui lebih sering terjadi pada golongan sosial atas.

Gangguan afektif bipolar merupakan peringkat kedua terbanyak

sebagai penyebab disabilitas. Sebanyak 4% dari populasi menderita

gangguan bipolar. Bahaya kematian bisa terjadi pada penderita bipolar.

Salah satu penyebab kematian pada penderita bipolar mengakhiri

hidupnya dengan bunuh diri. Populasi diperkirakan antara 10-15 per

100000 di antara manusia. Prevalensi serupa pada pria dan wanita pada

semua kelompok budaya dan etnis. Gangguan ini dimulai sejak awal

masa dewasa, tetapi pada kasus gangguan bipolar lainnya sudah terjadi

pada masa remaja maupun pada masa kanak-kanak. 5

Gangguan afektif pada anak-anak dan remaja telah dikenali dan

diperhatikan selama beberapa decade terakhir .Selama banyak generasi,

kesedihan dan keputusasaan telah diketahui terjadi pada anak-anak dan

remaja, tetapi konsep tentang gangguan afektif memerlukan waktu yang

cukup lama untuk diterima secara umum. Suatu kriteria gangguan afektif

pada masa anak-anak dan remaja adalah suatu kekacauan mood, seperti

depresi dan elasi. Disamping itu iritabilitas dapat merupakan tanda suatu

gangguan afektif pada anak-anak atau remaja. 6


Prevalensi selama hidup dari gangguan bipolar I sekitar 1%,

dengan lanjutan sebanyak 2% mengalami gangguan bipolar II dan 2%

siklotimik selama hidupnya. Perbandingan antara wanita dan pria sekitar

1,5:1,0; lebih banyaknya penderita wanita dibandingkan pria lebih jelas

terlihat pada grup bipolar II. Usia puncak dari onset adalah pada awal 20-

an. Beberapa peenelitian telah menunjukkan angka prevalensi yang lebih

besar pada kelas sosial yang lebih tinggi, mungkin menggambarkan

perbedaan akses terhadap diagnosis.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman


penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III.1996.

2. Syafwan, Aisyah Fithri., Sedjahtera, Kurniawan. Gambaran


Peningkatan Angka Kejadian Gangguan Afektif dengan Gejala
Psikotik pada Pasien Rawat Inap di RSJ Prof. Dr. HB. Sa’anin
Padang pada Tahun 2010 – 2011. Jurnal Kesehatan Andalas.
2014; 3 (2).

3. Wiguna IM. Sinopsis psikiatri jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara


Publisher; 2010.

4. Puri,BasantK.,Laking,PaulJ.,Treasaden,IanH. 2011. Buku Ajar


Psikiatri Edisi 2. Jakarta: EGC.

5. Elvira, Sylvia D dan Gitayani Hadisukanto. 2010. Buku Ajar


Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai