OLEH
ANITA DAMAYANTI LUBIS 1920332043
PUTRI GUNAWAN 1920332050
USNAL AINI 1920332048
DOSEN PEMBIMBING
Rafika Oktova, S.ST, M.Keb
November, 2021
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 6
1.3 Tujuan................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak..................................................... 7
2.2 Prinsip dan Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak......................... 7
2.3 Undang Undang Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak.................................. 9
2.4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024......... 13
2.5 Pelayanan kesehatan ibu dan anak saat pandemi.................................. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Strategi Pembangunan Kesehatan menuju indonesia sehat 2010
mengisyaratkan bahwa pembangunan kesehatan ditujukan pada upaya
menyehatkan bangsa. Indikator keberhasilannya antara lain ditentukan oleh
angka mortalitas dan morbiditas, angka kematian ibu dan angka kematian
bayi. Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi
neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan
kejadian sakit di kalangan ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Anak (AKB) masih tinggi yaitu, 307 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB 35/1000 kh. Target yang ditetapkan untuk
dicapai pada RPJM tahun 2009 untuk AKI adalah 226 per 100.000 kh dan
AKB 26/1000 kh. Dengan demikian target tersebut merupakan tantangan yang
cukup berat bagi program KIA. Sebagaian besar penyebab kematian ibu secara
tidak langsung (menurut survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 sebesar 90%)
adalah komplikasi yang terjadi pada saat persalinan dan segera setelah
bersalin. Penyebab tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu Pendarahan
(28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak
langsungnya antara lain adalah ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis
(KEK) 37%, anemia (HB kurang dari 11 gr%) 40%. Kejadian anemia pada ibu
hamil ini akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan
dengan ibu yang tidak anemia.
Beberapa kegiatan dalam meningkatkan upaya percepatan penurunan AKI
telah diupayakan antara lain melalui peningkatan kualitas pelayanan dengan
melakukan pelatihan klinis bagi pemberi pelayanan kebidanan di lapangan.
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui bagaimana Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak
b. Untuk mengetahui bagaimana Prinsip dan Tujuan Program Kesehatan Ibu
dan Anak
c. Untuk mengetahui apa-apa saja Undang Undang Kesehatan Ibu, Bayi dan
Anak
d. Untuk mengetahui bagaimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2020-2024
e. Untuk mengetahui bagaimana Pelayanan kesehatan ibu dan anak saat
pandemi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pasal 126
(1) Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu
(2) Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
(3) Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat dan obat dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu, dan
terjangkau.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 127
(1) Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh
pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;
b. dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu
c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai persyaratan kehamilan di luar cara alamiah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 128
(1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.
(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.
Pasal 129
(1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka
menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif.
(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 130
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.
Pasal 131
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.
(2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18
(delapan belas) tahun
(3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban
bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, dan Pemerintah, dan
pemerintah daerah.
Pasal 132
(1) Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung
jawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara
sehat dan optimal.
(2) Ketentuan mengenai anak yang dilahirkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan
yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari
melalui imunisasi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis-jenis imunisasi dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan
Menteri
Pasal 133
(1) Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk
diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu
kesehatannya.
(2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban untuk
menjamin terselenggaranya perlindungan bayi dan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan menyediakan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
Pasal 134
(1) Pemerintah berkewajiban menetapkan standar dan/atau kriteria
terhadap kesehatan bayi dan anak serta menjamin pelaksanaannya dan
memudahkan setiap penyelenggaraan terhadap standar dan kriteria
tersebut.
(2) Standar dan/atau kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diselenggarakan sesuai dengan pertimbangan moral, nilai agama, dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 135
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat wajib menyediakan
tempat dan sarana lain yang diperlukan untuk bermain anak yang
memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara optimal serta
mampu bersosialisasi secara sehat.
(2) Tempat bermain dan sarana lain yang diperlukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib dilengkapi sarana perlindungan terhadap
risiko kesehatan agar tidak membahayakan kesehatan anak
Bagian Kedua
Kesehatan Remaja
Pasal 136
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk
mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif, baik
sosial maupun ekonomi.
(2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas
dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat
kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat.
(3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
Pasal 137
(1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh
edukasi, informasi, dan layanan mengenai kesehatan remaja agar
mampu hidup sehat dan bertanggung jawab.
(2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar
remaja memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Kesehatan Lanjut Usia
dan Penyandang Cacat
Pasal 138
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun
ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. (2) Pemerintah wajib
menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi
kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif
secara sosial dan ekonomis. Pasal 139
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan
untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial,
ekonomis, dan bermartabat.
(2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan memfasilitasi penyandang cacat untuk dapat tetap hidup mandiri
dan produktif secara sosial dan ekonomis.
Pasal 140
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia dan penyandang cacat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138 dan Pasal 139 dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Ibu tetap bersalin di Fasyankes. Segera ke Fasyankes jika sudah ada tanda-
tanda bersalin. Rujukan persalinan terencana untuk ibu hamil beresiko. Saat
merujuk pasien, sesuai prosedur pencegahan COVID-19. Ibu dengan status
ODP, PDP, atau terkonfirmasi COVID-19 bersalin di RS rujukan COVID-19.
Ibu lainnya bersalin di fasyankes sesuai kondisi kebidanan (FKTP/FKRTL)
KB pasca salin sesuai prosedur, diutamakan menggunakan MKJP
- IBU NIFAS & BAYI BARU LAHIR : Perawatan bayi baru lahir termasuk
imunisasi tetap diberikan sesuai rekomendasi PP IDAI*). • Melaksanakan
SHK (Skrining Hipotiroid Kongenital) • Kunjungan nifas & kunjungan bayi
baru lahir dilakukan oleh Nakes • Segera ke fasyankes bila ada tanda bahaya
pada ibu nifas dan bayi baru lahir (Baca di Buku KIA**)
Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat
Buku KIA**) Jika ada resiko / tanda bahaya, periksakan ke tenaga kesehatan
KF 1 dilakukan di Fasyankes KF 2, 3, 4 dilakukan dengan metode kunjungan
rumah atau pemantauan dengan media online Pelayanan KB tetap sesuai
jadwal dengan membuat perjanjian dengan petugas, diutamakan MKJP
Bayi dari ibu yang BUKAN ODP, PDP, atau terkonfirmasi COVID-19 tetap
mendapat Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir Bayi dari ibu ODP, PDP,
atau terkonfirmasi COVID-19 tidak dilakukan IMD, pelayanan neonatal
esensial lainnya tetap diberikan Bayi dari ibu HbsAg reaktif dan
terkonfirmasi COVID-19 dan bayi klinis sakit : pemberian vaksin Hepatitis B
ditunda sampai klinis bayi baik Pengambilan sampel SHK dilakukan setelah
24 jam sebelum ibu dan bayi pulang dari fasyankes (idealnya pada 48-72 jam
setelah lahir) KN 1 dilakukan di Fasyankes, KN 2 dan 3 dilakukan dengan
metode kunjungan rumah atau pemantauan dengan media online Segera ke
fasyankes bila ada tanda bahaya pada bayi baru lahir (Baca di Buku KIA**)
Rekomendasi utama untuk tenaga kesehatan yang menangani ibu hamil, bersalin,
nifas dengan covid-19
✓ Tetap melakukan pencegahan penularan COVID-19 ✓ Jaga jarak minimal 1
meter jika tidak perlu tindakan ✓ Gunakan level APD yang sesuai ✓ Jika ada
tindakan membuka mulut atau yang menimbulkan aerosol, gunakan masker N95
✓ Tempatkan pasien dengan COVID-19 atau PDP dalam ruangan khusus ✓ Bayi
yang lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-19 dianggap sebagai PDP dan
ditempatkan di ruangan isolasi ✓ Siapkan fasilitas perawatan terpisah pada ibu
terkonfirmasi COVID-19 atau PDP dengan bayinya untuk mengurangi transmisi
✓ Pemulangan pasien post partum sesuai rekomendasi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Prinsip pengelolaan
Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan serta mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Tujuan program Kesehatan Ibu dan
anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan
derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
Sistem kesiagaan di bidang kesehatan ibu dan anak, terdiri atas 5,
yaitu : sistem pencatatan-pemantauan, sistem transportasi-komunikasi, sistem
pendanaan, sistem pendonor darah, sistem informasi KB. Manajemen
kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah setempat-KIA
(PWS-KIA). Peran dan tugas tenaga kesehatan masyarakat, antara lain
mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi
permasalahan, serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan masyarakat, merencanakan, melaksanakan,
mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan Puskesmas,
menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan, serta petunjuk
teknis sesuai bidang tugasnya, melaksanakan upaya kesehatan masyarakat,
melaksanakan upaya kesehatan perorangan, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2019. Pedoman Program
Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi Dengan Stiker:
Dalam Rangka Mempercepat Penurunan AKI. Jakarta: Kementerian
Kesehatan
Rencana Strategis Kementrian Kesehsatan 2020-2024
Rencana Pembangunan Janngka Menengah Nasional 2020-2024