Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
i
3.2 Saran ................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. iii
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan
makalah diskusi “Imunisasi Anjuran (Rotavirus, Typhus dan Hepatitis A)” ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Penyusun berterima
kasih kepada Ibu Mega Ulfah, SST, M.Keb selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan kepada penyusun.
Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembacanya. Penyusun
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
penyusun buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penyusun maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
penyusun memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal
ini dibuktikan dengan salah satu indikator ketiga dari 17 indikator dalam
Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pada tahun 2030, angka
kematian neonatal sedikitnya 12 per 1000 kelahiran hidup dan angka
kematian anak dibawah usia 5 tahun sedikitnya 25 per 1000 kelahiran hidup
(United Nations, 2015). Di Indonesia, lebih dari 1,4 juta anak tiap tahun
meninggal dunia karena berbagai penyakit seperti difteri, tetanus, hepatitis
B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis dan polio. Penyakit -
penyakit tersebut sering disebut dengan istilah PD3I atau penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Melalui
program imunisasi diharapkan anak terlindungi dan terbebas dari penularan
atau serangan penyakit yang menimbulkan kecacatan atau kematian (IDAI,
2014).
Imunisasi sendiri merupakan salah satu upaya prioritas Kementerian
Kesehatan dalam mencegah terjadinya penyakit menular yang dilakukan
sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk menurunkan
angka kematian pada anak (Permenkes, 2009). Imunisasi merupakan suatu
program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang
antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.
Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan
vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu
pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen
yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin
yang pernah dihadapi sebelumnya (Atikah,2010).
Di Indonesia sendiri berdasarkan jenis penyelenggaraannya, imunisasi
dibagi menjadi 2 yaitu imunisasi wajib dan imunisasi anjuran. Tujuan
imunisasi anjuran sama dengan tujuan imunisasi pada umumnya yaitu untuk
1
melindungi dan mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah
melalui imunisasi yang diwajibkan ada 6 macam penyakit yaitu tuberkolosis
(TBC), difteri, pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari), tetanus,
poliomyelitis dan campak. Sedangkan imunisasi yang dianjurkan pada bayi
seperti Hib (Hemophilus Influenzae tipe B), Pneumokokus, tifoid dan
hepatitis A ( Aminah MS, 2009).
Kebanyakan dari orang tua hanya berfokus pada pemenuhan
imunisasi dasar saja. Di Indonesia sendiri orang tua yang memiliki
pengetahuan dan melaksanakan imunisasi anjuran masih sangat sedikit.
Menurut WHO (2012), setiap tahun diperkirakan ada sekitar 1,4 juta kasus
hepatitis A di seluruh dunia. Angka kejadian demam tifoid di dunia
diperkirakan sebanyak 21 juta kasus dan sekitar 220.000 orang meninggal
setiap tahun (WHO, 2014). Pada dasarnya semua penyakit-penyakit tersebut
dapat dicegah dengan imunisasi anjuran. Orang tua perlu memiliki wawasan
mengenai imunisasi-imunisasi apa saja yang dapat diberikan pada anak
sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dari latar
belakang tersebut penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul
“Imunisasi Anjuran (Rotavirus, Typhus dan Hepatitis A)”.
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi, dosis dan jadwal pemberian, indikasi,
kontraindikasi dan efek samping dari imunisasi rotavirus
2. Memahami definisi, dosis dan jadwal pemberian, indikasi,
kontraindikasi dan efek samping dari imunisasi typhus
2
3. Memahami definisi, dosis dan jadwal pemberian, indikasi,
kontraindikasi dan efek samping dari imunisasi hepatitis A
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Vaksin rotavirus adalah vaksin yang melindungi terhadap penyakit
diare dan muntah yang disebabkan oleh bakteri rotavirus. Sebelum tersedia
vaksin rotavirus, penyakit ini sering dan merupakan masalah kesehatan
pada anak. Hampir sebagian besar anak di Indonesia pernah terinfeksi
rotavirus sebelum usia 5 tahun. Akan tetapi, vaksin rotavirus ini tidak
melindungi bayi dari penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri lain
(IDAI, 2017) .
4
2.1.2 Dosis dan Jadwal Pemberian
Terdapat dua jenis Vaksin Rotavirus (RV) yang telah ada di pasaran yaitu
vaksin monovalent dan pentavalent. Vaksin monovalent oral berasal dari
human RV vaccine RIX 4414, dengan sifat berikut:
2.1.3 Indikasi
Pencegahan gastro-enteritis yang disebabkan Rotavirus serotipe G1 dan
non-G1 (seperti G2, G3, G4, G9) (PIO Nas, 2017).
2.1.4 Kontraindikasi
Beberapa bayi yang tidak boleh divaksinasi rotavirus antara lain:
5
Bayi yang pernah mengalami kelainan usus yang disebut
intususepsi
Bayi yang sedang mengalami penyakit berat sebaiknya ditunda
sampai bayi sehat
Pada keadaan respons imun tubuh lemah, vaksin ini tidak
boleh diberikan,misalnya pada HIV/AIDS atau penyakit lain
yang menyebabkan penurunan sistem imun, pengobatan
steroid jangka lama, penyakit kanker dalam pengobatan.
(IDAI,2014)
6
juga dapat terjadi, tetapi sangat jarang. Sebagian besar bayi yang
mendapatkan vaksinasi dengan rotavirus tidak menimbulkan masalah.
Sebagian kecil mungkin timbul efek samping seperti gelisah, diare, dan
muntah (IDAI, 2014).
Menurut PIO Nas (2017) efek samping yang ditimbulkan dari
imunisasi rotavirus meliputi iritabilitas, kehilangan nafsu makan, diare,
muntah, kembung, nyeri perut, regurgitasi makanan (naiknya makanan
dari kerongkongan atau lambung tanpa disertai rasa mual), demam,
rewel, menangis, gangguan tidur, kelelahan, konstipasi.
2.2.1 Definisi
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Salmonella typhi, yang sampai saat ini menjadi masalah kesahatan yang
masih perlu mendapatkan perhatian. Di Indonesia, demam tifoid
merupakan penyakit endemic (penyakit yang selalu ada di masyarakat
sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian yang kecil) dan
termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang Nomr
6, tahun 1962, tentang wabah. Tifoid dapat menyebabkan gejala demam,
lelah, nyeri perut, sakit kepala, tidak ada nafsu makan dan biasanya
disertai dengan ruam. Pencegahan harus dimulai dari hygiene perorangan
dan lingkungan, misalnya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
sesudah buang air, tidak buang air besar ataupun kecil sembarangan,
membuang sampah pada tempatnya, menutup hidangan makanan
sehingga terhindar dari lalat, mencuci lalapan atau buah-buahan segar
secara bersih. Selain itu pemberian vaksin juga perlu diberikan karena hal
tersebut merupakan alternatif untuk menurunkan kejadian demam tifoid
mengingat semakin meningkatnya kuman tifoid yang kebal terhadap
antibiotika (Suhardjo, 2010).
7
Menurut IDAI (2014), vaksin tifoid dibagi menjadi 2 jenis yaitu
Selain itu IDAI (2014) juga menjelaskan terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pemberian vaksin tifoid yaitu:
8
2. Apabila sedang sakit berat vaksinasi harus ditunda pemberiannya
sampai sembuh misalnya sedang demam, penyakit akut maupun
kronik progresif.
3. Dampak yang dapat terlihat setelah pemberian vaksin adalah berupa
demam, sakit kepala kemerahan, bengkak pada tempat suntikan, nyeri
perut, muntah dan ruam (jarang). Jika terjadi reaksi alergi yang berat
maka dapat menyebabkan urtikaria, oedema, nadi meningkat serta
terasa sesak nafas. Gejala ini timbul segera beberapa menit sampai 2
jam setelah vaksinasi
4. Penyimpanan pada suhu 2 – 80 C, tidak dibekukan
3. Kadaluwarsa dalam 3 tahun
4. Tidak boleh diberikan jika ada alergi terhadap bahan-bahan dalam
vaksin
Menurut Permenkes (2017) dosis dan jadwaldalam pemberian
imunisasi tifoid adalah sebagai berikut:
a. Vaksin tifoid oral
-Satu kapsul vaksin dimakan tiap hari, satu jam sebelum makan
dengan minuman yang tidak lebih dari 370C, pada hari ke 1, 3 dan 5.
-Kapsul ke 4 diberikan pada hari ke 7 terutama bagi turis.
-Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh dibuka karena kuman
dapat mati oleh asam lambung.
-Imunisasi ulangan diberikan tiap 5 tahun. Namun pada individu yang
terus terekspose dengan infeksi Salmonella sebaiknya diberikan 3–4
kapsul tiap beberapa tahun.
-Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun telah
mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk memilih makanan
dan minuman yang higienis.
b. Vaksin tifoid polisakarida parenteral
-Dosis 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau subkutan pada
daerah deltoid atau paha.
-Imunisasi ulangan tiap 3 tahun.
9
-Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun telah
mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk memilih makanan dan
minuman yang higienis.
2.2.3 Indikasi
Menurut IDAI (2014), vaksinasi tifoid ini dianjurkan pada beberapa
kondisi, diantaranya pada:
1. Wisatawan yang akan pergi ke negara yang endemik tifoid (Catatan:
vaksin ini tidak akan melindungi seseorang dari penyakit tifoid 100%
jika seseorang tidak memperhatikan asupan makanan yang baik)
2. Mereka yang kontak dekat dengan carrier tifoid
5. Laboran yang bekerja dengan kuman Salmonella typhi.
6. Untuk wisatawan satu kali suntikan sudah cukup, diberikan 2 minggu
sebelum berangkat.
7. Dosis booster (penguat) diperlukan untuk mereka yang mempunyai
risiko setiap 3 tahun.
Rekomendasi pemberian imunisasi tifoid menurut Permenkes (2017)
adalah:
a. Vaksin tifoid oral diberikan untuk anak usia ≥ 6 tahun.
b. Vaksin Polisakarida Parenteral diberikan untuk anak usia ≥ 2
tahun.
2.2.4 Kontraindikasi
Menurut Permenkes (2017) kontraindikasi dalam pemberian vaksin tifoid
adalah sebagai berikut:
10
- Alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin.
- Pada saat demam, penyakit akut maupun penyakit kronik progresif.
2.3.1 Definisi
Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. Vaksin hepatitis A dibuat dari
virus yang dimatikan (inactivated vaccine) (Hidayat, 2008).
Dosis vaksin hepatitis A adalah 720 UI yang diberikan dua kali melalui
intramuskular di daerah deltoid. Vaksin ini diberikan kepada anak yang
berusia 2 tahun atau lebih. Suntikan ke-2 atau booster diberikan 6-12
bulan setelah dosis pertama. Diperkirakan anti-HAV protektif menetap
selama 20 tahun atau lebih. Pemberian vaksin hepatitis A bersamaan
11
dengan vaksin lain (vaksin hepatitis B atau vaksin tifoid) tidak
mengganggu respons imun masing-masing vaksin dan tidak
meningkatkan frekuensi efek samping. Kombinasi Hepatitis B / Hepatitis
A (Berisi HepB 10 µgr dan HepA 720 ELISA units) ada dalam kemasan
prefilled syring 0,5 ml intramuskular. Vaksin kombinasi ini tidak diberikan
kepada anak yang berusia kurang dari 12 bulan, tetapi diberikan kepada
anak yang berusia lebih dari 12 bulan untuk mengejar imunisasi hepatitis
B yang belum lengkap/belum pernah (Naomy, 2016).
12
2.3.3 Indikasi
Menurut Permenkes RI (2017), pemberian imunisasi hepatitis A dapat
dilakukan pada:
2.3.4 Kontraindikasi
Vaksin hepatitis A tidak boleh diberikan kepada individu yang
mengalami reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama (Permenkes,
2017). Hipersensitivitas terhadap seluruh komponen vaksin, imunisasi
harus ditunda jika demam atau adanya penyakit akut/kronis.
13
2.3.5 Efek Samping
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunisasi merupakan suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Imunisasi sendiri
menjadi salah satu upaya prioritas Kementerian Kesehatan dalam
mencegah terjadinya penyakit menular yang dilakukan sebagai salah satu
bentuk nyata komitmen pemerintah untuk menurunkan angka kematian
pada anak. Berdasarkan jenis penyelenggaraannya imunisasi dibagi
menjadi dua yaitu imunisasi wajib dan imunisasi anjuran. Imunasi anjuran
terdiri dari imunisasi rotavirus, typhus/tifoid dan hepatitis A yang
bertujuan untukmeningkatakan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat
mencegah penyakit pada anak.
3.2 Saran
Para orang tua diharapkan dapat memahami pentingnya imunisasi
pada anak serta lebih disarankan untuk dapat memberikan imunisasi
anjuran pada anaknya, mengingat setiap anak sangat beresiko untuk
terpapar penyakit akibat sistem imunnya yang masih belum sempurna.
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan sosialisasi lebih
lanjut mengenai imunisasi anjuran pada setiap orang tua.
15
DAFTAR PUSTAKA
iii