Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI

KEHILANGAN, MENGHADAPI KEMATIAN DAN


SETELAH KEMATIAN

ASRIANI TAHIR
Kehilangan

Suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami


individu ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian maupun
keseluruhan.
Jenis-jenis kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal (misalnya kehilangan karena
kecurian atau kehancuran akibat bencana alam)
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya kehilangan
karena perpindahan rumah, dirawat di rumah sakit atau
berpindah pekerjaan)
3. Kehilangan sesuatu atau individu yang berarti (misalnya
kehilangan pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau
teman dekat, kehilangan orang yang dipercaya atau
kehilangan binatang peliharaan
4. Kehilangan suatu aspek diri (misalnya kehilangan anggota
tubuh dan fungsi psikologis atau fisik
5. Kehilangan hidup (misalnya kehilangan karena kematian
anggota keluarga, teman dekat atau diri sendiri)
Dampak Kehilangan

1. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam


kemampuan untuk berkembang, kadang-kadang akan timbul
regresi, serta merasa takut saat akan ditinggalkan atau dibiarkan
kesepian
2. Pada masa remaja, kehilangan dapat menimbulkan disinregresi
dalam keluarga
3. Pada masa dewasa, kehilangan khususnya karena kematian
pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan
menghilangkan semangat hidup individu yang ditinggalkan
Berduka (Grieving)

Istilah kehilangan ada 2 yaitu berduka (grieving) dan


berkabung (mourning)Reaksi emosional terhadap
kehilangan.

Berduka adalah reaksi


emosional terhadap
kehilangan
Jenis-jenis berduka
1. Berduka normal terdiri atas perasaan, perilaku dan reaksi normal terhadap
kehilangan. Misalnya kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan
menarik diri dari aktivitas untuk sementara
2. Berduka antisipatif yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum
kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika
menerima diagnosis terminal, individu akan memulai proses perpisahan
dan menyelesaikan berbagai urusan di dunia sebelum ajalnya tiba
3. Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah
tidak kunjung berakhir sehingga dapt mengancam hubungan individu yang
bersangkutan dengan individu lain
4. Berduka tertutup yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak dapat
diakui secara terbuks. Misalnya kehilangan pasangan karena AIDS, anak
mengalami kematian orang tua dan ibu yang kehilangan anaknya di
kandungan atau ketika bersalin.
Respon berduka
1. Tahap pengingkaran
2. Tahap kemarahan
3. Tahap tawar menawar
4. Tahap depresi
5. Tahap penerimaan
Tindakan Pada Pasien yang Kehilangan
dan Berduka
Tindakan pada pasien dengan tahap pengingkaran

1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan


perasaannya:
a. mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya
b. meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang
kenyataan dan kehilangan apabila sudah siap secara emosional
2. Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas kemudian
mendorong pasien untuk berbagi rasa dengan cara:
a. mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai apa yang
dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi
b. menjelaskan kepada pasien bahwa sikapnya dapat timbul pada
siapapun yang mengalami kesulitan
3. Memberikan jawaban yang jujur terhadap
pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan
dan kematian dengan cara:
a. menjawab pertanyaan pasien dengan
bahasa yang mudah dimengerti, jelas dan
tidak berbelit-belit
b. mengamati dengan cermat respons pasien
selama bicara
c. meningkatkan kesadaran secara bertahap
Tindakan pada pasien dengan tahap kemarahan

1. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa sebenarnya


kemarahan pasien tidak ditujukan kepada mereka
2. Mengizinkan pasien untuk menangis
3. Mendorong pasien untuk membicarakan rasa marahnya
4. Membantu pasien dalam menggunakan sistem
pendukungnya dan orang lain
Tindakan pada pasien dengan tahap tawar-
menawar
Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan
takut dengan cara:
1. Mendengarkan ungkapan yang dinyatakan pasien dengan
penuh perhatian
2. Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau
rasa bersalahnya
3. Bila pasien selalu mengungkapkan kata “kalau…” atau
“seandainya…” beritahu pasien bahwa petugas kesehatan
hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata
4. Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa
bersalah atau rasa takutnya
Tindakan pada pasien dengan tahap depresi
1. Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa
takut dengan cara:
a. mengamati perilaku pasien dan dengan pasien membhasa
apa yang dirasakannya
b. mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai
dengan derajat resikonya
2. Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara:
a. menghargai perasaan pasien
b. membantu pasien menemukan dukungan yang positif
dengan mengaitkannya dengan kenyataan
c. memberikan kesempatan pada pasien untuk menangis dan
mengungkapkan perasaannya
d. bersama pasien membahas pikiran yang selalu timbul
Sekarat (dying)
dan
Kematian
(death)
Suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu.

Dying
DEATH
Secara klinis merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
ditandai dengan aktivitas otak terhenti. Dengan kata lain terhentinya
fungsi jantung, paru-paru, dan kerja otak secara menetap.
Perubahan tubuh setelah kematian
Perubahan tubuh setelah kematian diantaranya rigor mortis
(kaku) yang dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor
mortis (dingin) yaitu turunnya suhu tubuh secara prlahan-lahan
serta post mortem decomposition yaitu terjadi livor mortis pada
daerah yang tertekan dan melunaknya jaringan yang dapat
menimbulkan banyak bakteri.
Perawatan Jenazah
1. Pengertian
Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah
meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk
diperlihatkan pada keluarga, transportasi kamar jenazah dan
melakukan disposisi (penyerahan) barang-barang milik klien.
2. Indikasi
Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan
kematian pasien. Jika pasien meninggal karena kekerasan atau
dicurigai akibat kriminalitas, perawatan jenazah dilakukan
jenazah setelah pemeriksaan medis lengkap melalui autopsi.
Click icon to add picture
4. Sasaran
Pasien yang sudah
meninggal

3. Tujuan
a. Penghormatan terhadap jenazah
b. Menjalankan kewajiban hukum
fardlu ‘ain. (muslim)
c. Jenazah dalam keadaan bersih
5. Kelengkapan sarana
a. Sarana medis
1) Kasa/verban
secukupnya
2) Sarung tangan bersih
3) Pads
4) Kapas secukupnya
5) Plastik jenazah
6) Plester penahan untuk
menutup luka (bila ada
luka)
7) Bengkok 1 buah
8) troli
b. Sarana non medis
1) pengganjal dagu 8) kain kafan
2) label identifikasi 9) daftar barang berharga
3) tas plastik untuk barang- 10) Peniti
barang klien 11) Sisir
4) air dalam baskom 12) baju bersih
5) sabun 13) peralatan ganti balut (jika
6) handuk diperlukan)
7) selimut
6. Prosedur tetap pelayanan
a. Mempersiapkan alat dan bahan
b. Menyisingkan lengan baju seragam yang panjang diatas
siku
c. Melepas cincin, jam tangan dan gelang
d. Memakai sarung tangan
e. Perawatan jenazah
7. Prosedur pelaksanaan
a. Mempersiapkan alat dan bahan
Memeriksa kembali kasa/perban, sarung tangan bersih,
pads, kapas secukupnya, plastik jenazah/pembungkus
jenazah, plester penahan untuk menutup luka (bila ada
luka), bengkok 1 buah, diatas troli bagian atas
b. Bila menggunakan baju lengan panjang, maka lengan baju
dilipat sampai diatas siku.
Menyisingkan lengan baju yang panjang sampai atas mata
siku lengan
c. Melepaskan cincin, jam tangan dan gelang
Jika menggunakan cincin, jam tangan masukkan dalam saku
d. Memakai sarung tangan
1) Meletakkan sarung tangan steril pada posisi sedikit lebih tinggi
dari tangan ±15 cm dari ujung jari tangan jika tangan lurus di
samping badan
2) Membuka bungkus sarung tangan dengan hati-hati dan jaga
agar tidak terkontaminasi
3) Mengatur agar posisi jari sarung tangan mengarah ke depan
pembungkus.
4) Mengidentifikasi sarung tangan kanan dan kiri
5) Mengambil sarung tangan dominan dengan tangan nondominan
6) Pegang pada bagian dalam pergelangan sarung tangan yang
terlipat
7) Memasangkan sarung tangan pada tangan dominan, pastikan
sarung tangan tidak menyentuh bagian yang tidak steril
8) dengan menggunakan tangan yang sudah menggunakan
sarung tangan mengambil sarung tangan berikutnya dengan
memasukkkan empat jari kedalam lipatan sarung tangan
yang terlipat pada bagian pergelangan
9) memasang sarung tangan pada tangan non dominan
dengan hati-hati dengan tidak menyentuh bagian yang tidak
steril
10) menarik sarung tangan kedua pada tangan non dominan.
jangan biarkan jari-jari tangan dominan menyentuh bagian
tangan yang non dominan yang masih terbuka
11) menyesuaikan sarung tangan yang telah terpasang dengan
merekatkan kedua tangan
12) Melepas sarung tangan setelah selesai melakukan tindakan
keperawatan dengan tangan dominan sehingga bagian
dalam sarung tangan berada diluar.
13) meletakkan sarung tangan yang telah digunakan ke
bengkok
14) mencuci tangan seperti yang dilakukan diawal
tindakan
Perawatan jenazah yang Perawatan terhadap keluarga
akan diautopsi

1. Ikuti prosedur rumah sakit 1. Dengarkan ekspresi keluraga


dan jangan lepas alat 2. Beri kesempatan bagi
kesehatan keluarga untuk bersama
2. Beri label pada dengan jenazah beberapa
pembungkus jenazah saat
3. Beri label pada alat 3. Siapkan ruangan khusus
protesis yang digunakan untuk berduka
4. Tempatkan jenazah pada 4. Bantu keluarga untuk
lemari pendingin membuat keputusan dan
perencanaan pada jenazah
5. Beri dukungan kepada
keluarga
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai