Anda di halaman 1dari 11

PELAYANAN KEBIDANAN MASYARAKAT DENGAN KASUS

STUNTING

DI AJUKAN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN MASYARAKAT
SEMESTER IV

DOSEN PEMBIMBING:
Dr.Fitriah.,S.Kep.,MPd.,Mkep
DI SUSUN OLEH :

1. Destry Haya Sakina (P27824319006)


2. Luut Tasnim (P27824319018)
3. Nabilannur D.P.P (P27824319019)
4. Nur Aini Arofah (P27824319021)
5. Shelvy Rizky (P27824319029)
6. Sofiatul Wahyuni (P27824319030)

PRODI D-III KEBIDANAN BANGKALAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN 202 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bangkalan, 2 Februari 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pendekatan Preventif Untuk Menanggulangi Stunting Di Masa Pandemi............3
B. Pendekatan Kuratif Untuk Menanggulangi Stunting Di Masa Pandemi...............5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................7
B. Saran......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Stunting (pendek) merupakan salah satu masalah gizi yang dihadapi di


dunia khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Stunting menjadi
Permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya
kesakitan, kematian, daya tahan tubuh yang rendah, kurangnya kecerdasan,
produktivitas yang rendah dan perkembangan otak suboptimal sehingga
perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental.
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growthfaltering) akibat
akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan
sampai usia 24 bulan.
Dampak stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya,
tetapi juga berdampak terhadap roda perekonomian dan pembangunan bangsa.
Hal ini karena sumber daya manusia stunting memiliki kualitas lebih rendah
dibandingkan dengan sumber daya manusia normal. Stunting disebabkan oleh
faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang
dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting antara lain faktor
maternal, faktor lingkungan rumah, kualitas makanan yang rendah, pemberian
makan yang kurang, keamanan makanan dan minuman, pemberian ASI (fase
menyusui), infeksi, ekonomi politik, kesehatan danpelayanan kesehatan,
pendidikan, sosial dan budaya, system pertanian dan pangan, air, sanitasi dan
lingkungan. Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak
dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di
Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata.
Data SSGBI 2019 menunjukkan bahwa angkastunting berada pada posisi
27,67%, meski begitu pencegahan stunting masih menjadi fokus Kementerian
Kesehatan karena Harus menunrunkan angka stunting menjadi 19% pada tahun
2024. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa keadaan kurang gizi
pada anak karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Ketidaktahuan

1
tentang cara pemberian makanan pada anak serta adanya kebiasaan yang
merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab
utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada anak usia di
bawah 2 tahun. Maka dari itu, diperlukan upaya-upaya untuk menanggulangi
permasalahan stunting ini, baik upaya preventif maupun kuratif

B. Tujuan

1. Mampu menganalisis kasus mengenai stunting


2. Mampu menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan preventif dan kuratif

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Preventif Untuk Menanggulangi Stunting Di Masa Pandemi


Sering Melakukan pengabdian masyarakat yakni turun langsung untuk
memberikan pelayanan kepada ibu dengan tetap menerapkan protokol
kesehatan untuk
1. Memenuhi Kebutuhan Gizi Sejak Hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada
anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan.Zat besi, asam
folat, dan yodium merupakan nutrisi penting yang wajib dipenuhi ibu
hamil untuk mencegah stunting. Kekurangan zat besi dan asam folat dapat
meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil. Anak yang lahir dari ibu
hamil dengan anemia lebih berisiko mengalami stunting. Tidak hanya
oenyuluhan saja, kita bisa langsung memberikan vitamin, tablet fe, dan
asam folat secara langsung kepada ibu
2. Pemeriksaan Kehamilan Oleh Si Ibu
Rutin melakukan pemeriksaan kandungan adalah hal yang tidak kalah
penting dalam mencegah stunting. Pemeriksaan rutin selama hamil
bermanfaat untuk memastikan nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil cukup
dan mendeteksi jika ada komplikasi pada kehamilan. Semakin cepat
diketahui, komplikasi kehamilan dapat semakin cepat diatasi
3. Menghindari Paparan Asap Rokok
Agar janin yang dikandung dapat tumbuh dengan sehat, ibu hamil
harus berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok. Paparan
asap rokok dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau memiliki
berat badan kurang. Jika ada anggota keluarga yang merokok di rumah,
sebaiknya ibu hamil memintanya untuk tidak merokok di dalam rumah.
Namun, jika ibu hamil sedang berada di luar rumah, paparan asap rokok
dapat dicegah dengan mengenakan masker.

3
4. Memberikan ASI Eksklusif Sampai Bayi Berusia 6 Bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada
anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu
disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan
kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada
susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi
yang terbilang rentan.
5. Memberikan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan.
6. Terus Memantau Tumbuh Kembang Anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka,
terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke
Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah
bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan
penanganannya.Jangan lupa berikan anak imunisasi sebagai upaya
perlindungan terhadap berbagai penyakit infeksi, terutama imunisasi dasar
sesuai anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
7. Selalu Menjaga Kebersihan Lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan
penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula
yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang
dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga
yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu
pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh
manusia.

4
8. Mencuci Tangan Menggunakan Sabun
Mencuci tangan menggunakan sabun setelah nmelakukan BAK
( Buang Air Kecil), BAB (Buang Air Besar) dan sebelum makan, dapat
menurunkan resiko balita terkena stunting sebanyak 14% dan jika mencuci
tangan menggunakan sabun sebelum makan, anak menurunkan resiko
stunting 15%

B. Pendekatan Kuratif Untuk Menanggulangi Stunting Di Masa Pandemi


1. Memberikan PMT Balita Gizi kurang
Pada umumnya penyebab stunting pada anak adalah faktor gizi buruk yang
dialami oleh ibunya ketika hamil maupun pada anak itu sendiri. Pemberian
PMT balita gizi kurang bertujuan untuk meningkatkan status gizi anak
serta untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi
dan kondisi gizi yang baik sesuai dengan umur anak tersebut. Dengan
tercukupinya gizi pada anak maka anak yang terindikasi stunting dapat
mengalami tumbuh kembang yang baik sehingga bisa seperti kondisi
tumbuh kembang anak seusianya
2. Memberikan Taburia Pada Baduta
Taburia merupakan multivitamin multimineral yang diberikan pada balita
gizi kurang, umur 6-24 bulan yang bertujuan untuk membantu balita
tumbuh kembang secara optimal, meningkatkan daya tahan tubuh,
meningkatkan nafsu makan, mencegah anemia dan mencegah kekurangan
zat gizi, dengan begitu tumbuh kembang balita akan menjadi lebih baik
3. Memberikan Obat Cacing
4. Memberikan Suplemen Vitamin A
Pemberian vitamin A pada bayi dan balita dinilai memberikan manfaat
sebagai anti oksidan dan mampu mencegah infeksi pada bayi dan balita.
Bayi yang sering mengalami sakit ataupun infeksi, akan mengalami
gangguan dan hambatan di dalam tumbuh kembangnya, yang pada
akhirnya dinilai sebagai faktor yang dapat memengaruhi kejadian stunting.
Oleh karena itu, pemberian vitamin A dinilai cukup efektif dalam
mengurangi prevalensi stunting

5
5. Melakukan Pemantauan Pertumbuhan Dan Perkembangan
6. Memberikan Tablet Fe Pada Bumil Dan Remaja
Dalam sesi Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan di Dinas
Kesehatan Kabupaten, seorang informan (dengan jabatan pada bagian
kesehatan keluarga dan gizi) mengatakan bahwa salah satu faktor
penyebab stunting adalah ibu hamil yang mengalami anemia. Semua
peserta FGD sepakat dengan pernyataan tersebut. Oleh karena itu,
pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil dinilai efektif dalam
pencegahan stunting. Tablet tambah darah dikonsumsi
minimal 90 tablet selama hamil. Namun demikian, Informan LL
memberikan informasi bahwa secara distribusi, tablet tambah darah sudah
tersalurkan dengan baik kepada sasaran, namun perihal pemanfaatannya,
belum terukur sebab tidak ada pengawasan ataupun pemantauan mengenai
diminum atau tidaknya tablet tambah darah yang telah diberikan kepada
objek sasaran.
7. Memberikan Suplemen Kalsium
8. Memberikan Suplemen Zinc Untuk Diare
Bayi yang mengalami diare beresiko mengalami gangguan tumbuh
kembang apabila sakit yang dialami berlangsung dalam waktu yang cukup
lama dan berulang. Oleh karena itu, pemberian zinc sebagai obat diare
dinilai cukup efektif dan kontributif dalam menurunkan resiko kejadian
stunting.
9. Memberikan Stimulasi Berupa Kegiatan Bermain Untuk Merangsang
Motorik Kasar, Motorik Halus, Kemampuan Anak Bersosialisasi Dan
Kemandirian
10. Komitmen Dan Visi Pimpinan Tetinggi Negara
11. Kampanye Nasional Berfokus Pada Pemahaman,Perubahan
Perilaku,Komitmen Politik Dan Akuntabilitas
12. Konvergensi,Koordinasi,Dan Konsolidasi Program Nasional,Daerah Dan
Msyarakat
13. Mendorong Kebijakan “Nutritional Food Securyty”
14. Pemantauan Dan Evaluasi

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintah perlu melakukan upaya perencanaan, pencegahan,
promosi dan intervensi khususnya dalam penanggulangan stunting, seperti
pendampingan ibu hamil dengan tinggi badan yang rendah dan kehamilan
usia remaja sebagai kelompok risiko tinggi dan pencegahan serta
penatalaksaan pada bayi lahir dengan BBLR untuk mencegah stunting.
Perhatian khusus pada ibu pendidikan rendah melalui peningkatan
pengetahuan dengan mengoptimalkan kelas ibu hamil, pemantauan
kesehatan pada ibu hamil dengan paritas grandemultipara. Meningkatkan
akses pelayanan kesehatan pada balita tinggal dipedesaan sehingga balita
mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan ibu hamil mendapatkan dan
mengkonsumsi tablet Fe dengan jumlah yang cukup.
B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan informasi kepada pembaca tentang pemasaran sosial jasa
asuhan kebidanan.Kelompok mengharapkan kepada pembaca untuk dapat
memberikan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Welasih BD, Wirjatmadi B. Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi
balita stunting. The Indonesian Journal of Public Health 2012;8(3):99-104.

Nasikhah R, Margawati A. Faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-36
bulan di kecamatan semarang timur. Journal of Nutrition College 2012;1(1):176-
184.

MCA. Gambaran Umum Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat


(PKGBM) untuk Mencegah Stunting. 2014. Available from http://www.mca-
indonesia.go.id/id/home. Diakses pada 16 Maret 2017.

https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/6251/3867

Anda mungkin juga menyukai