Oleh:
OLEH :
NERS A
3. Patofisiologis
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan
menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward
congestion). Hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan adanya
gejala backward failure dalam sistim sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi
jantung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk mempertahankan
peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah : dilatasi
ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan
vasikonstriksi perifer, peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan
cairan badan dan peningkatan eksttraksi oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian
kanan dan bagian kiri bersama-ama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran
darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung
pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut Gagal Jantung
Kongestif (CHF).(American Heart Association, 2009 p. 1983)
Sebagai respon terhadap gagal jantung kongestif, ada tiga mekanisme yang
merupakan mekanisme respon primer :
1. Meningkatnya adregenik simpatis
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon
3. Hipertrofi ventrikel
Ketiga respon diatas bertujuan untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat
normal atau hamper normal pada gagal jantung. Namun kelainan pada kerja
ventrikuler dan menurunnya curah jantung tampak pada keadaan beraktivitas.
(AHA, 2009)
trikuspidalis Inflamasi
GAGAL
JANTUNG
Gagal jantung dibagai menjadi 3 yaitu gagal jantung kiri, gagal jantung kanan,dan
Gagal Jantung Kongestif (CHF).(American Heart Association, 2009 p. 1983) Apabila
jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-asma dalam keadaan gagal akibat gangguan
aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung
pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru.
1. Gagal jantung kiri
- Gagal Jantung ventrikel kiri => gangguan pompa ventrikel kiri (pada ventrikel kiri
sudah terdapat akumulasi cairan) => kegagalan Back Failure (aliran darah akan
menuju ke paru) => karena terjadi aliran balik darah ke paru => kongesti paru/
penimbunan cairan dalam paru => tekanan kapiler meningkat => akomodasi cairan
ke interstisial => perembesan cairan ke alveolus => gangguan pertukaran gas CO2
dan O2
- Akomodasi cairan ke interstisial => ronchi => ronchi basah => sekret meningkat
=> refleks batuk
- Gangguan pompa pada ventrikel kiri => Forward failure (kegagalan darah untuk
disuplai ke seluruh tubuh) => aliran darah O2 berkurang => tubuh akan
mengaktifasikan sistem RAAS/ Renin Angiotensin Aldesteron System => yang
bertujuan untuk menormalkan kadar cairan dan elektrolit dalam darah dan
menormalkan tekanan darah => pengaktifasian RAAS akan menimbulkan
pelepasan enzim renin di ginjal => renin akan memecah angiotensinogen di hati
menjadi Angiotensin I => Angiotensin I akan dipecah menjadi Agiotensin II oleh
ACE/ Angiotensin Convertin Enzym => Angiotensin II dapat memberikan efek
yaitu => Vasokontriksi Arteri yang meningkatkan tekanan darah, dan reabsorbsi
Natrium di ginjal => Angiotensin II dapat merangsang pelepasan aldosteron di
kelenjar adrenal => dimana pelepasan aldosteron akan menyebabkan peningkatan
reabsorbsi/ penyerapan kembali natrium dan air di ginjal
- Kurangnya Aliran darah yang mengandung O2 ketubuh => megakibatkan
metabolisme anaerob ( etabolisme tanpa menggunakan oksigen) => karena tanpa
O2 maka otomatis produksi ATP akan menurun => sehingga terjadi kelemahan
- Kurangnya Aliran darah yang mengandung O2 ketubuh juga mengakibatkan =>
suplai O2 kejantung ikut menurun => sehingga terjadi Iskemia/ kurangnya O2 ke
otot-otot jantung => metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat =>
penumpukan asam laktat akan mengakibatkan => Nyeri
- Kurangnya Aliran darah yang mengandung O2 ketubuh juga mengakibatkan => O2
ke jaringan kulit ikut berkurang => darah yang berfungsi mengatur suhu terganggu
=> kulit terasa dingin dan terlihat biru/sianosis
2. Gagal jantung kanan
- Jika gagal jantung kanan terjadi => maka terjadi kegagalan ventrikel kanan
memompa darah ke seluruh tubuh => sehingga terjadi penumpukan cairan dan
terjadi aliran balik yang menyebabkan => ventrikel kanan meningkat => sehingga
terjadi aliran balik ke vena cava => akibatnya akan terjadi bendungan vena
sistemik=> dari vena sisteik ini akan menuju vena-vena di organ => seperti vena
pada hati => dan terjadi kongesti cairan => hepatomegali/pembesaran hati =>
pembesaran ini akan merangsang saraf-saraf yang berfungsi merangsang nyeri =>
sehingga padapasien gagal jantung kanan biasanya merasa nyeri
- Bendungan vena sistemik juga akan mengakibatkan => bendungan cairan di vena
limfe => splenomegali/ pembesaran limfe => karena terletak diatas lambung maka
splenomegali akan mengakibatkan terdesaknya diafragma => sesak
- Bendungan vena sistemik juga mengakibatkan tekanan hidrostatik meningkat =>
terjadi akumulasi cairan ke intrastisial => edema ekstremitas
4. Pathway
Darah kembali ke
Hambatan
Penurunan atrium, ventrikel
pengosongan
COP dan sirkulasi paru
ventrikel
Darah terkumpul
CHF kiri CHF disistem perifer
Retensi
Asidosis Tekanan Na+ H2O
metabolik kapiler paru Oedema paru
meningkat
Hipervolemia
Penimbunan asam Cairan masuk
laktan dan ATP Fatique dalam
menurun alveoli
Intoleransi
aktifitas Gangguan
pertukaran gas
5. Manifestasi Klinis
1. Gagal ventrikel kanan atau gagal ventrikel kiri
a. Gagal Ventrikel Kiri
Menurut Black dan Hawks (2014) gagal ventrikel kiri menyebabkan
kongesti pulmonal dan gangguan mekanisme pengendalian pernapasan.
Masalah ini akhirnya akan menyebabkan distress pernapasan. Derajat distress
bervariasi dengan posisi, aktivitas, dan tingkat stress pasien. Mekanisme
dyspnea dapat berkaitan dengan penurunan volume udara paru (kapasitas
vital) saat udara digantikan oleh darah atau cairan interstitial.
Ortopnea merupakan tahap lanjut dari dyspnea. Ortopnea terjadi karena
posisi telentang (supine) meningkatkan jumlah darah yang kembali ke
jantung dan paru dari ekstremitas inferior (preload). Pasien mengalami
distress pernapasan di malam hari. Paroxysimal Nocturnal Dyspnea (PND)
mencerminkan situasi sensasi kesulitan bernapas yang menakutkan. Pasien
tibatiba bangun dengan perasaan sesak napas yang berat dan mereda dengan
duduk tegak atau membuka jendela untuk mencari udara segar. Pernapasan
dapat bersifat berat disertai mengi (wheezing).
Menurut Mosby (2009) upaya-upaya yang dapat dilakukan pasien CHF
untuk mengurangi sesak akibat PND salah satunya adalah pengaturan posisi
yang baik dan benar.Posisi yang dapat mengurangi PND yaitu dengan
meninggikan bagian kepala menggunakan bantal atau posisi tempat tidur 30°
atau 45. Pernapasan Cheyne Stokes kadang terjadi pada pasien dengan gagal
jantung. Pernapasan cheyne-stokes terjadi akibat waktu sirkulasi yang
memanjang antara sirkulasi pulmonal dan sistem saraf pusat. Batuk
merupakan manifestasi yang sering pada gagal jantung kiri. Pasien batuk
karena sejumlah cairan yang banyak terperangkap dalam saluran pernapasan
dan mengiritasi mukosa paru. Pada auskultasi, dapat terdapat ronkhi bilateral.
Hipoksia serebri dapat terjadi sebagai hasil penurunan keluaran jantung,
yang akan menyebabkan perfusi otak yang tidak adekuat. Curah jantung yang
tidak adekuat akan menyebabkan jaringan yang hipoksia dan memperlambat
pembuangan sampah metabolik yang akhirnya akan menyebabkan pasien
mudah lelah. Komplikasi pada gagal ventrikel kiri yaitu edema paru akut.
Pada pasien dengan dekompensasi jantung berat, tekanan kapiler di dalam
paru menjadi sangat meningkat karena cairan didorong dari darah sirkulasi ke
interstitium dan kemudian ke alveoli, bronkiolus, dan bronkus. Hasil dari
edema paru jika tidak diterapi adalah kematian karena sulit bernapas.
b. Gagal Ventrikel kanan
Jika terjadi penurunan fungsi ventrikel kanan, akan terjadi edema perifer
dan kongesti vena pada organ. Pembesaran hati (hepatomegaly) dan nyeri
abdomen dapat terjadi ketika hati mengalami kongesti/ terbendung cairan
darah vena. Edema bersifat simetris dan terjadi pada bagian tubuh yang
menggantung di mana tekanan vena paling tinggi.
2. Gagal jantung akut atau kronis
Menurut Morton (2012) timbulnya gejala pada gagal jantung akut secara
mendadak, biasanya beberapa hari atau beberapa jam, sedangkan pada gagal
jantung kronis gejalanya selama beberapa 15 bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari
3. Gagal jantung menurut derajat sakitnya
Gagal jantung menurut derajat sakitnya yaitu
(a) derajat 1, bisa melakukan aktifitas fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan
ataupun sesak napas;
(b) derajat 2, aktifitas ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas;
(3) derajat 3, aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas;
(4) tidak dapt melakukan aktifitas fisik sehari-hari bahkan pada saat istirahat
pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas (Nurarif dan
Kusuma, 2015)
6. Komplikasi CHF, (HFSA, 2010)
1) Komplikasi akibat dari gagal jantung sendiri :
1) Aritmia, Dapat terjadi karena respon terhadap peningkatan ketekolamin dan
iskemi miokard
2) Angina dan infark miokard, Terjadi akibat dari peningkatan kerja otot
jantung yang iskemi atau penurunan perfusi arteri koroner.
3) Shock, Terjadi akibat dari penurunan curah jantung
4) Renal failure, Akibat dari penurunan aliran darah ke ginjal
5) Pembentukan emboli, Akibat bendungan dan statis vena
6) Hepatomegali, Akibat dari bendungan vena
2) Komplikasi akibat dari pengobatan :
1) Hypovolemia, Akibat dari pemberian terapi diuretik disertai pengeluaran
cairan dan sodium yang berlebihan
2) Hypokalemia, Akibat dari pengeluaran potasium yang berlebihan akibat
dari terapi diuretik
3) Intoksinasi digitalis, Akibat dari penggunaan digitalis berlebihan,
hypokalemi, gangguan funsi renal
4) Aritmia, Dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan elektrolit maupun
intoksikasi digitalis
5) Infark Miokard, Terjadi akibat dari beban kerja miokard yang meningkat
serta efek dari pemberian inotropik
6) Syok kardiogenik, kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah
jantung, sehingga dapat terjadi penurunan tekanan darah arteri ke organ-
organ vital seperti jantung, otak dan ginjal.
7) Episode tromboembolik, kurangnya mobilitas pasien penyakit jantung dan
adanyagangguan sirkulasi yang menyertai kelainan berperan dalam
pembentukan thrombus intrakardial dan intravaskuler.
8) Efusi pericardial dan tamponade jantung, efusi pericardial terjadi karena
masuknya cairan dalam kantung pericardium, jika terjadi efusi yang cepat
dapat meregangkan perilakrdium dan menyebabkan penurunan curah
jantung serta aliran balik vena ke jantung dan berakhir terjadi tamponade
jantung.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CHF Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah:
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahanbahan
farmakologis.
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik
diet dan istirahat.
a. Terapi Farmakologi
1) Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala
volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal,
menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk
mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga
menurunkan afterload agar tekanan darah menurun.
2) Antagonis aldosteron
Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.
3) Obat inotropik
Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.
4) Glikosida digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan
volume distribusi.
5) Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah
vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan
kapasitas vena.
6) Inhibitor ACE
Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi sekresi
aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium dan air.
Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan tekanan darah yg
menyebabkan peningkatan curah jantung.
b. Terapi non farmakologi
Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan
seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak,
mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur
8. Pemeriksaan penunjang Congestive Heart Failure (HFSA, 2010)
a) EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia
dan kerusakan pola, adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
b) Rontgen dada ; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulnonal.
c) Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung.
d) Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi
serta mengkaji potensi arteri koroner.
e) Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretic.
f) Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.
g) AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
h) Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan
Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Gelisah
Cemas
Objektif
1. Perubahan preload
Murmur jantung
Berat badan
bertambah
Pulmonary artery
wedge pressure
(PAWP) menurun
2. Perubahan afterload
Pulmonary vascular
resistence (PVR)
meningkat/menurun
Systemic vascular
resistence (SVR)
meningkat/menurun
3. Perubahan kontartilitas
Left ventricular
stroke work index
(LVSW) menurun
Stenosis mitral
Regurgitasi mitral
Stenosis aorta
Regurgitasi aorta
Stenosis trikuspidal
Regurgitasi trikuspidal
Stenosis pulmonal
Regurgitasi pulmonal
Aritmia
Penyakit jantung
bawaan
detik terbakar
Indeks ankle-brachial
Kelainan jantung
Manajemen Sensasi Perifer
kongenital
Observasi
Thrombosis arteri Identifikasi penyebab
4. Implementasi
Dilakukan berdasarkan interverensi
5. Evaluasi
a. Evaluasi Formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan
analisis mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
Figueroa M & Peters J. 2006. Congestive Heart Failure: Diagnosis, Pathophysiology,
Therapy, and Implications for Respiratory Care. Available at Journals of
Respiratory Care. http://www.rtjournalonline.com/chf.pdfdiakses tanggal 19
oktober 2020
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Morton. 2012. Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Vol . Jakarta: EGC.
Mosby's Medical dictionary. (2009). Anticipatory Guidance 8th edition. Jakarta: Elseiver.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system
kardiovaskuler dan hematologi, Salemba Medika, Jakarta
Nurarif, A H dan Hardhi K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Smeltzer, Suzanne. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Triswanti N.dkk,2015. hubungan hipertensi dengan kejadian gagal jantung kongestif di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Provinsi Lampung tahun 2015
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medikaDoenges,
E. Maryllin (2010). Nursing Care Plans, Guidelines for Individualizing Client
Care Accros the Life Span. FA Davis Company, Philadelphia.