Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun oleh:
Vicko Pratama
Penguji:
Dr. dr. Agnes Tineke Waney R., Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


UNIVERSITAS PELITA HARAPAN – SANATORIUM
DHARMAWANGSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 2 JULI 2018 – 4 AGUSTUS 2018
STATUS PASIEN

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 01 Oktober 2010


Riwayat Perawatan : Kedua di Sanatorium Dharmawangsa
No. Rekam Medis : 112-13-85

I. Identitas Pasien
Nama : Tn.J
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : 19 Juni 1967
Usia : 51 tahun
Alamat : Jl. H. Moch Bafadal Cempaka Putih, Jambi
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Buddha
Status Pernikahan : Duda

II. Anamnesis
Anamnesis diperoleh dari:
1. Autoanamnesis pada tanggal 9 Juli - 3 agustus 2018 di bangsal
rawat inap Sanatorium Dharmawangsa
2. Alloanamnesis dengan perawat sanatorium dharmawangsa
3. Rekam medis

A. Keluhan Utama
Pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa karena pasien sering
mendengar suara-suara yang mengomentari, menghina dan
memerintah dirinya. Menurut Tn. J keluarga tidak ada yang bisa
mengurus dirinya.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Tn. J mendapatkan perawatan ke-2 di RS. Dhamawangsa
saat ini. Tn. J dibawa ke RS. Dharmawangsa pada tahun 2010 atas
permintaan keluarga dan dijemput oleh seorang perawat
dikarenakan Tn. J sering kabur dari rumahnya untuk mencari mantan
istrinya sehingga keluarga kewalahan untuk merawat Tn.J. Menurut
Tn.J, ia masih menjadi suami dari mantan istrinya namun
sebenarnya mereka telah bercerai. Secara autoanamnesis Tn. J
mengatakan bahwa dirinya di bawa ke RS. Dharmawangsa akibat
tidak ada yang mengurusnya di rumah.
Tn. J mengatakan suara yang beliau dengar muncul pertama
kali saat ia masih kecil yaitu saat Tn.J berumur 4-5 tahun. Pada saat
itu, suara yang muncul adalah suara anak kecil yang menyerupai
suaranya sendiri. Saat itu suara tersebut terdengar saat Tn.J sedang
main ayunan. Suara tersebut terdengar seperti Tn,J yang menangis.
Namun pada saat dewasa sekitar 25 tahun suara-suara yang dia
dengar seperti seorang lelaki paru baya.
Pada saat wawancara 17 juli Tn. J bercerita tentang adanya
suara yang sering dia dengar. Suara-suara yang sering di dengar oleh
Tn. J adalah suara-suara yang mengomentarinya seperti, “Kamu
tidak akan sembuh,”, “sudah 10 tahun kamu berobat tapi belum
sembuh juga” dan “kamu lemah”. Terkadang juga muncul suara-
suara yang memerintah Tn. J agar ia tidak makan ataupun meminum
obat. Suara ini suka datang dan mencari Tn. J untuk membunuhnya.
Tn. J mengatakan takut untuk membicarakan tentang suara ini
dikarenakan Tn. J percaya bahwa suara ini berada di RS
dharmawangsa dan bisa mendengarkan pembicaraan ini. suara ini
berwujud hitam dan berada diatas atap, tetapi sulit untuk dilihat.
Terkadang Tn. J suka melawan suara ini dengan bertanya kembali
“Apa yang sebenarnya kamu inginkan dari saya? Saya akan
memberikannya kepadamu.” . Tn. J juga percaya bahwa kami
“koas” dapat membaca pikirannya.
Pada saat di wawancara tanggal 20 Juli, Tn. J mengaku suara
yang ia dengar ada dua, satu suara yang baik dan satu suara yang
jahat. Suara yang baik di dengar sejak Tn. J SMA dan sering
menyuruh Tn. J untuk mengikuti lomba pidato. Sedangkan suara
jahat dikatakan berasal dari 1 orang diantara 20 orang temannya
yang Tn. J juga tidak tahu siapa. Suara jahat in sering berbicara “say
good bye” dan menyuruh untuk melakukan tindakan bunuh diri,
sehingga Tn. J pernah beberapa kali melakukan percobaan bunuh
diri seperti meminum baygon, minyak tanah, air sabun dan
menyayat tangannya sendiri sebanyak 3x.
Tn. J juga mengakui sering medengar suara istri dan
anaknya. Istri dan anaknya selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada Tn. J dengan harapan Tn. J dapat lekas sembuh.
Istrinya berkata, “jaga Clara” dan suara anaknya yang berkata,
“Clara sayang papa”, “papa dimana?” Tn. J selalu merespon dan
membalas dengan,” Clara dimana, papa lagi berobat”. Terkadang ia
mendengar suara Clara mengatakan, “papa ga sayang Clara, papa
sayang teman papa”, dan Tn. J membalas,” tidak Clara, papa sayang
sama Clara”. Selain suara istri dan anaknya, Tn.J juga merasakan
dapat melihat dan bertemu dengan istri dan anaknya, bahkan
memeluk mereka. Tn. J sering juga mendengar suara ibunya, ia
mendengar ibunya berkata “ibu sedang sakit” dan melihat ibunya
sedang mendoakan ayahnya yang telah meninggal dunia. Menurut
Tn. J, ayahnya meninggal karena komplikasi gagal ginjal.
Tn. J menyangkal adanya hal yang mencetuskan suara-suara
ini. Suara ini timbul pada saat yang tidak tentu. Ketika suara-suara
ini datang, Tn. J merasa sangat terganggu dan tidak dapat melakukan
aktivitas seperti biasanya. Tn. J mencoba mengatasinya dengan
berdiam diri, mendengarkan musik, dan menutup mata hingga suara
itu hilang. Berdasarkan alloanamnesis dari Bp. P dan pengamatan
langsung terhadap Tn. J, ia terlihat lebih suka menyendiri saat suara-
suara yang mengganggunya itu muncul.
Ketika suara-suara tersebut muncul, Tn. J merasakan sakit
seluruh badannya, Tn. J merasakan dadanya terasa panas, yang
disertai rasa tercekik dan sesak nafas, ia juga mengeluh kakinya
terasa sakit. Ia kemudian mengakui telapak kaki kirinya tertusuk
duri. Duri yang menusuk ke kakinya dapat dilepas namun muncul
lagi berulang-ulang. Namun jika diobservasi, tidak ditemukan duri
ataupun bekas luka pada kakinya. Pada saat kejadian ini, ia merasa
tidak berdaya dan tidak dapat melawan sakit tersebut. Sesekali, Tn.
J merasa mencium bau aneh seperti bunga kematian.
Tn. J mengatakan bahwa dirinya adalah anak Dewi Kwan
Im. Beliau mengaku pernah melihat Dewi Kwan Im di awan saat ia
sedang berada di dalam pesawat dari Jambi ke Jakarta. Disaat itu
juga, Tn.J mengaku ia mendengar Dewi Kwan Im mengatakan
“kamu harus jadi anakku.”sehingga Tn. J mengaku menjadi anak
dari Dewi Kwan Im, dan merasa di lindungi oleh Dewi Kwan Im. Ia
yakin melihat dengan matanya sendiri bahwa Dewi Kwan Im sedang
berbicara padanya. Tn. J mengatakan dewi kuan im menungganggi
harimau dan berparas cantik serta suara sangat lembut seperti pada
film usn go kong. Tn. J mengatakan Dewi Kwan Im sering
menyuruhnya berdoa Kwan Im Pho Sat.
Ketika ditanyakan alasan dibawa ke RS. Dhamawangsa, Tn.
J menyebutkan bahwa ia dijemput oleh perawat yang diminta oleh
keluarga untuk menjalani pengobatan. Tn.J juga mengatakan bahwa
tidak ada yang bisa mengurus dan memberikan obat kepada dirinya
saat dirumah. Pasien tingga bersama orang tuanya saat di jambi dan
pernah tinggal di jakarta bersama istrinya di rumah mertuanya. Saat
ini Tn. J mengetahui keberadaanya di RS. Dharmawangsa dan
mengetahui bahwa rumah sakit tersebut adalah rumah sakit jiwa.
Tetapi ketika ditanyakan tentang penyakit jiwanya, Tn. J
mengatakan bahwa ia dirawat karena sakit gigi, sakit mata, dan
demam. Tn. J juga mengatakan bahwa ia mungkin sakit jiwa. Ketika
ditanyakan tentang penyakit jiwanya, pasien mengatakan ia sakit
jiwa karena keluarganya mengatakan seperti itu. Ketika ditanyakan
kira-kira penyebabnya Tn. J mengatakan akibat turunan keluarga
dan efek dari guna-guna. Untuk saat ini, Tn. J masih sangat patuh
untuk minum obat, walaupun terkadang saat serangan masih harus
dipaksa oleh perawat untuk minum obat.
Berdasarkan alloanamnesis dari Bp. P, kondisi Tn. J saat ini
sudah jauh lebih baik walaupun masih sering terjadi serangan. Saat
terjadi serangan, Tn. J biasanya hanya diam, bahkan tidak mau
bersosialisasi dan makan. Tn. J selalu mengkonsumsi obatnya secara
teratur. Dalam kesehariannya, pasien sudah berada dalam keadaan
yang cukup stabil dan dapat melakukan kegiatan dan kewajibannya
dengan baik. Pasien juga sering membantu perawat untuk merapikan
meja dan kursi. Bp. P juga mengatakan bahwa pasien masih sering
dikunjungi oleh keluarganya yaitu ibu dan adiknya, Tn. JN.
Berdasarkan pengamatan, pasien cukup akrab dengan
teman-temannya di Sanatorium Dharmawangsa. Pasien sering
berbagi makanan atau kopi dengan teman-temannya tersebut.
Keluhan seperti kejang, lemas badan sebelah, pandangan
ganda, sulit untuk bergerak, badan menjadi kaku disangkal olehnya.
Tn. J mengakui bahwa ia memiliki hobi berolahraga dan bermain
musik seperti karoke dan harmonika. Tn.J tidak pernah hilang minat
terhadap hal tersebut dan ia sangat menyukai makan kacang-
kacangan.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
§ Tn. J mengatakan bahwa pertama kali ia mendengar suara-
suara tersebut saat taman kanak-kanak hingga sekarang.
Pada saat itu, suara yang muncul adalah suara anak kecil
menangis dan merintih. Namun suara yang didengar pada
saat dewasa berubah.
§ Pada tahun 1990an, Tn. J dirawat di Rumah Sakit Jiwa di
Jambi, tetapi pasien sering kabur dari rumah sakit tersebut
karena tidak betah.
§ Pada tahun 2001, Tn. J dirawat di Sanatorium
Dharmawangsa selama 1 minggu karena pasien mendengar
suara-suara sampai pasien tidak berdaya dan mengganggu
pekerjaannya. Pada saat itu, pasien sempat mencoba kabur
dengan memanjat atap tetapi berhasil digagalkan oleh
satpam.
§ Tn. J pada tahun 2001-2010 di rawat di yayasan dharma
medika dan yayasan di jambi.
§ Pada tahun 2010 Tn. J pasien kembali dirawat di sanatorium
Dharmawangsa hingga saat ini, Tn. J sudah melakukan
pemeriksaan CT-scan, tetapi tidak didapai adanya kelainan
pada otak pasien.
§ Dari aloanamnesis dengan Bpk. P (perawat), Tn. J tidak
patuh minum obat ketika sedang di Jambi, sering kabur dari
rumah dan halusinasi yang dialaminya cukup sering
muncul. Tn.J juga seringkali kabur keluar rumah sehingga
membuat keluarganya kewalahan untuk mengurusi Tn.J.
§ Tn. J juga mengatakan suara yang didengarnya dulu lebih
jahat dan sering memerintahkan pasien untuk tidak minum
obat dan tidak makan bahkan menyuruh Tn.J menyakiti diri
dan mengakhiri hidupnya. Tn.J pernah mencoba menyayat
tangannya sekitar 3 sayatan, makan serangga, minum
minyak tanah bahkan minum baygon beberapa kali namun
hal tersebut tidak pernah terjadi lagi. Saat ditanya mengapa
ia melakukannya, ia mengatakan bahwa jika tidak
melakukannya, suara itu mengatakan tidak dapat
melindungi dirinya.

2. Riwayat Gangguan Medis


§ Tn. J menyangkal adanya riwayat penyakit kronis seperti
hipertensi, gula darah tinggi, asma dan alergi.
§ Tn. J memiliki kadar kolesterol yang tinggi saat pertama
kali dirawat di RS Darmawangsa dan sejak 3 tahun lalu
sudah terkontrol.
§ Tn. J mengakui pernah mengalami kelumpuhan akibat jatuh
saat main bola basket dan dikatakan adanya permasalahan
saraf di punggung
§ Tn. J pernah dirawat di rumah sakit tahun 1986-an akibat
hernia/’turun bero’
§ Tn. J juga pernah mengalami banyak kecelakan lalu lintas.
Kejadian pertama tahun 1986 saat berada di bangku SMA 3
kecelakaan mobil dan jatuh ke jurang, dirawat dirumah
sakit dan mengalami pingsan selama 1 hari. 1 dari temannya
meninggal dalam kecelakaan ini. Yang kedua kali, sekitar
tahun 1993/1994 jatuh dari motor dan sempat pingsan
selama 1 hari.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)


§ Riwayat mengkonsumsi valium sebanyak 7 butir dalam 1
kali konsumsi, pasien mengaku tertidur selama 2 hari dan
saat tertidur merasa didatangi oleh hantu wanita berambut
panjang yang menutupi wajahnya. Wanita itu mengaku
sebagai orang yang dulu pernah tinggal di kosan pasien dan
meninggal bunuh diri.
§ Sering mengonsumsi alkohol namun berhenti ketika
menikah
§ Rokok kurang lebih 9 batang/hari sejak tahun 1986-sekarang
§ Pasien mengaku pernah menggunakan ganja 1x

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Riwayat prenatal dan perinatal pasien tidak dapat diingat namun
terkesan normal.
2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Pada masa kanak-kanak seringkali terluka akibat jatuh.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien mengatakan pernah mendengar suara anak kecil
menangis ketika ingin bermain ayunan. Pasien mengatakan ia
bandel pada saat sekitar umur 10 tahun.
4. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja
Pasien mengakui bahwa dulu dirinya nakal dan pernah memakai
obat-obatan terlarang.
5. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Lama
Pendidikan Nama Sekolah Hasil
(Tahun)
SD Xavier 6 Lulus
SMP Xavier 3 Lulus
SMA Xavier 3 Lulus
Universitas Trisakti Tidak
2
(Jurusan Arsitektur) lulus
KULIAH Universitas Binus
Tidak
(Jurusan Ilmu 1
lulus
Komputer)
Tn. J mengatakan tidak lulus kuliah diakibatkan rasa malas
dan tidak menyukai jurusan yang dipilih, sehingga pasien
pindah kuliah tetapi hanya bertahan selama 2 semester.

b. Riwayat Pekerjaan
Bekerja sebagai mekanik di bengkel milik keluarga. Pasien
mengaku tidak mempunyai masalah dengan pekerjaan
tersebut.
c. Riwayat Kehidupan Beragama
Pada saat masih di Jambi, Tn. J mengaku sering ke Vihara,
hampir setiap hari karena dekat rumah. Sekarang Tn.J
mengatakan bahwa ia masih patuh dalam berdoa namun
tidak pernah ke Vihara lagi.
d. Riwayat Kehidupan Sosial/Aktivitas
Pasien mengakui aktif dan dapat berinteraksi bersama
teman-temannya. Beliau mengatakan memiliki banyak
teman saat masa SMA sampai sekarang. Beliau juga
mengatakan bahwa beberapa temannya terkadang
menjenguknya di RSJ Darmawangsa. Sehari-hari, Tn. J
merokok sebanyak 9 batang dan memiliki hobi bermain
bola pingpong, karaoke, membaca buku, menonton televisi
dan berinteraksi dengan orang disekitarnya. Namun Tn.J
menjadi diam, lebih banyak beristirahat dan merasa tidak
dapat beraktivitas jika suara-suara tersebut muncul.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Tn. J pernah dipenajra sebanyak 2 kali. Kejadian pertama
selama 13 hari dikarenakan mencuri motor. Kejadian kedua
pasien mencuri mobil dan di penjara selama 1 hari.
f. Riwayat Seksual (Psikoseksual/Pernikahan):
Sebelum menikah, Tn. J berpacaran terlebih dahulu dengan
istrinya, Ny. S selama tiga bulan dan istrinya adalah pilihan
dari Tn. J sendiri. Mereka menikah pada tahun 1997 dan
mempunyai seorang anak perempuan Nn. C pada tahun
1998 yang saat ini berusia 19 tahun. Dari alloanamnesis
yang didapatkan bahwa Tn. J sudah bercerai dengan
istrinya, tetapi Tn. J tidak mengakui akan perceraiannya.

E. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketujuh dari sepuluh besaudara. Ayah pasien
telah meninggal saat berusia 60 tahun akibat komplikasi penyakit
ginjalnya. Pasien dekat dengan saudara-saudaranya, tetapi paling
dekat dengan ibu. Tn. J mengaku bahwa kakaknya Tn. JH serta
pamannya menderita penyakit yang serupa dengan dirinya. Ini
terbukti dari alloanamnesis dengan perawat yaitu Bpk. R.

Alm. Tn. Ny. R


S

Ny. MANy. MI Ny. MM Tn. JH Tn. JR Ny. MT Tn. J Ny. S Tn. JN Tn. JK Ny. M

Nn. C

No. Nama Agama Pendidikan Status Pekerjaan Tempat


Tinggal

1 Alm. Tn. S Budha - Menikah Wiraswasta Jambi


2 Ny. R Budha - Menikah IRT Jambi

3 Ny. MA Budha SMA Menikah IRT Jambi

4 Ny. MI Budha SMA Menikah IRT Jambi

5 Ny. MM Budha SMA Menikah Hairdresser Jambi

6 Tn. JH Budha SMA Cerai - Sanatori


um
Dharma
wangsa

7 Tn. JR Budha SMA Menikah Mekanik Jambi

8 Ny. MT Budha SMA Menikah Programme Jakarta


r

9 Tn. JN Budha SMA Menikah Mekanik Jambi

10 Tn. JK Budha SMA Menikah Mekanik Jambi

11 Ny. M Budha SMA Menikah Hairdresser Jambi

12 Ny. S Islam SMA Menikah Wiraswasta Jakarta

13 Nn. C Islam SMA Blm. Tidak Jakarta


Menikah Bekerja

F. Riwayat Sosial dan Ekonomi Sekarang


Menurut pengakuan Tn. J, keluarganya memiliki usaha bengkel
mobil dan motor menjual sparepart, memiliki rumah sendiri dengan
kondisi ekonomis yang relatif tidak ada masalah. Menurut
Aloanamnesis dengan Bpk.R, keluarga Tn. J berasal dari keluarga
yang memiliki kondisi ekonomis yang cukup.
Riwayat perjalanan
peyakit

1971 an 1990-1995 2001 2010 2018

usia 4-5 tahun usia 24 tahun usia 34 tahun usia 43 tahun usia 51 tahun

mendengar suara anak halusinasi diperintah tidak mau minum obat (


kecil bunuh diri dirawat 1 minggu dan 1 bulan)
berusaha kabur 1x pasien suka mendengar
suara temannya yang
datang dan mencari dia
untuk membunuh dia
melakukan upaya bunuh
diri dengan menyayat pasien dijemput di
tangan. rumah oleh RS
dharmawangsa
Tilikan 1

pasien terkadang
berobat di rumah sakit
teringat masa lalu dan
jiwa Jambi
membuatnya sedih
Halusinasi semakin
halusinasi perintah meningkat intensitasnya
bunuh diri dan bisa 4 kali dalam
mencelakai orang lain seminggu pada malam
oleh sebuah suara hari

III. Status Mental


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Tn. J, laki-laki berusia 51 tahun tampak bersih dan
berpenampilan sesuai dengan usianya, rambut tersisir rapih
dengan pakaian kaos dan celana pendek serta memakai sandal
jepit dengan postur tubuh yang tegap.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a) Sebelum wawancara:
Pasien sering terlihat sedang tiduran di kamar. Pasien
terlihat sangat ramah dan baik kepada semua orang.
Sesekali, pasien tampak merokok di halaman sanatorium.
Namun kuantitas pasien merokok jauh lebih sedikit
dibandingkan pasien lainnya. Pasien tmpak ceria ketika
pemeriksan datang untuk mengobrol
b) Selama wawancara:
Pasien tampak tenang dan koorperatif saat diajak
wawancara. Pasien cukup responsif ketika ditanyakan
beberapa pertanyaan seputar dirinya. Saat diajak berbicara,
pasien dapat melakukan kontak mata dengan baik. Namun
pasien tampak murung saat membicarakan masa lalunya.
c) Setelah wawancara:
Pasien kembali beraktivitas dengan temannya, terkadang
pasien kembali tidur.

3. Sikap Terhadap Pemeriksa


Sikapnya baik dan kooperatif ketika di ajak berbicara.

B. Pembicaraan
• Kuantitas pembicaraan: kata-kata yang diucapkan pasien
cukup banyak.
• Kualitas pembicaraan: pasien dapat berbicara spontan,
jelas, lancar, tidak terlalu cepat atau lambat, ide cerita
cukup, dapat menjawab sesuai pertanyaan, serta terdapat
intonasi suara yang bervariasi ketika berbicara.

C. Mood dan Afek


1. Mood : Euthym
2. Afek : luas
3. Keserasian : mood dan afek serasi

D. Proses Pikir
1. Arus Pikir:
a. Produktivitas : ide cukup
b. Kontinuitas : Baik, koheren
c. Hendaya Berbahasa : Tidak terganggu
2. Isi Pikir:
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham : ada
§ Waham Kejar/presekutorik: pasien merasa ada
seseorang yang ingin membunuh dirinya
§ Waham Bizzare: pasien yakin melihat dewi kwan
im mendatangi dirinya dengan menunggangi
harimau dan adanya duri-duri yang menusuk
kakinya.
§ Waham Kebesaran: pasien merasa bahwa pasien
merupakan anak dari Dewi Kwan Im, merasa
dilindungi.
§ Waham somatik : pasien merasakan rasa panas,
disertai rasa tercekik, sesak nafas, tenggorokan
kering. Serta rasa sakit pada kakinya.
§ Delusion of passivity, tidak dapat berbuat apa apa
ketika kekambuhan menyerang
§ Thought of broadcasting : pasien mersasa
pikirannya dapat dibaca oleh lawan bicaranya

E. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Ada
a. Tipe Auditorik : commenting, commanding,
insulting. Suara yang menyuruh pasien bunuh diri dan
mengatakan “kamu bodoh”
b. Tipe Visual : Melihat bayangan istri dan anaknya
yang datang berkunjung. Terkadang melihat bayangan
hitam yang memiliki tangan berduri. Melihat dewi kwan
im.
c. Tipe Olfaktori : Pasien seringkali mencium bau aneh
yang menyerupai bunga-bunga kematian.
d. Tipe Taktil : Pasien mengatakan bahwa kedua
kakinya tertusuk duri.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

F. Sensorium dan Kognisi


1. Kesadaran:
a. Kesadaran neurologic : Compos mentis (GCS E4M6V5)
b. Kesadaran psikiatrik : Terganggu
2. Intelegensia:
Inteligensi pasien sesuai dengan tingkat pendidikan pasien.
Taraf pengetahuan cukup baik seperti taraf kecerdasan rata-
rata.
3. Orientasi:
a. Waktu : Tidak terganggu
b. Tempat : Tidak terganggu
c. Orang : Tidak terganggu

4. Memori:
a. Jangka panjang : Tidak terganggu.
Pasien masih dapat mengingat beberapa kejadian masa
kecilnya.
b. Jangka menengah : Tidak terganggu
Pasien masih dapat mengingat nama pemeriksa yang
berkenalan dengan pasien minggu lalu.
c. Jangka pendek : Tidak terganggu.
Pasien dapat menceritakan apa yang dilakukan pasien tadi
malam dan makanan apa yang ia makan saat sarapan.
d. Jangka segera : Tidak terganggu
Pasien dapat mengulangi 3 kata yang diucapkan oleh
pemeriksa.
5. Konsentrasi dan Perhatian: Tidak terganggu.
Pasien dapat mengeja mundur kata “WAHYU” dan
menghitung mundur mulai dari 100 dengan selisih 7 sebanyak
5 kali hitungan (hingga 72).
6. Kemampuan Membaca dan Menulis: Tidak terganggu.
Pasien dapat membaca koran dan menulis kalimat dengan baik.
7. Kemampuan Visuospasial: Tidak terganggu.
Pasien dapat menggambar 2 buah pentagon yang tumpang
tindih pada 2 sisi. Pasien juga dapat menggambar jam dengan
tepat.
8. Pikiran Abstrak: Tidak terganggu.
Pasien dapat mengartikan berbagai peribahasa seperti “lebih
besar pasak dari pada tiang” dan “ada udang di balik batu” serta
kata-kata kiasan seperti “buah tangan”,”ringan
tangan”,”panjang tangan”.
9. Kemampuan Menolong Diri Sendiri: Baik
Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti
makan, minum, mandi dan tidur tanpa bantuan orang lain.

G. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu

H. Judgment dan Tilikan


1. Judgment :
a. Daya nilai sosial : Tidak terganggu
b. Uji daya nilai : Tidak terganggu
c. Reality Testing Ability : Terganggu, pasien memiliki
waham dan halusinasi

2. Tilikan : Terganggu, Derajat 2. mengakui dan menyangkal


bahwa dirinya sakit pada saat yang bersamaan. Pasien
menyadari bahwa ia memiliki gangguan jiwa karena keluarga
pasien berkata demikian. Tetapi ketika ditanya mengapa pasien
dirawat di RS. Dharmawangsa, pasien mengatakan bahwa ia
sakit gigi, sakit mata, dan demam. Pasien juga mengatakan
bahwa tidak ada yang mengurusnya dirumah.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya

IV. Pemeriksaan Fisik


A. Status Internus:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 109 x/menit
Frekuensi Napas : 17 x/menit
Berat Badan : 160cm
Tinggi Badan : 52Kg
Bentuk Badan : Habitus atletikus

Sistem Kardiovaskular : Dalam batas normal


Sistem Respiratorius : Dalam batas normal
Sistem Gastrointestinal : Dalam batas normal
Sistem Muskuloskletal : Dalam batas normal
Sistem Urogenital : Dalam batas normal
Sistem Dermatologi : Dalam batas normal
B. Status Neurologik
Saraf Kranialis (I-XII) : Tidak dilakukan
Rangsang Meningeal : Tidak dilakukan
Gejala Peningkatan TIK : Tidak ditemukan
Mata : Dalam batas normal
Pupil : Isokor 3mm/3mm
Motorik : Tonus otot normal, tidak ada tremor dan
fasikulasi, kekuatan motorik ekstremitas atas
dan bawah 5
Sensibilitas : Tidak dilakukan
Reflek Fisiologis : Dalam batas normal
Reflek Patologis : Tidak ditemukan
Gangguan khusus lainnya : Tidak ditemukan

V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lab dilakukan pada Januari 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 15 13-16g/dL
Jumlah Leukosit 6,5 5-10 ribu/𝜇L
Basofil 0 <1%
Eosinofil 2 1-3%
Batang 1 2-6%
Segmen 57 50-70%
Limfosit 36 20-40%
Monosit 4 2-8%
Laju Endap Darah 19 <15mm/jam
Jumlah Eritrosit 4,4 4.5- 5.5juta/ 𝜇L
Jumlah Hematokrit 43 40-48%
Jumlah trombosit 275 150-400 ribu/𝜇L
MCV 98 80-96fl
MCH 34 27-31pg
MCHC 35 32-36 g/dL
SGOT 22 <37 U/L
SGPT 23 <40 U/L
Gamma GT (GGT) 22 11-49 U/L
Trigliserida 231 <200 mg/dL
Kolesterol total 153 <200 mg/dL
HDL Kolesterol 39 35-55 mg/dL
LDL Kolesterol 68 <130 mg/dL
Gula Darah Sewaktu 102 70-110 mg/dL
Ureum 29 10-50 mg/dL
BUN 14 7-22 mg/dL
Kreatinin 1,26 0.5-1.4 mg/dL
Asam Urat 5,2 3.4-7 mg/dL

• MMSE (Mini Mental State Examination)


Hasil pemeriksaan MMSE yang dilakukan pada tanggal 20 Juli
2018 adalah 28.

VI. Ikhtiasar dan Penemuan Bermakna:


1. Halusinasi auditorik:
a. Commenting à pasien mengaku mendengar suara yang
mengatakan “kamu tidak akan sembuh” dan “sudah 10 tahun
kamu beobat tapi belum sembuh juga”.
b. Commanding à pasien mengaku suara- suara tersebut memaksa
dia untuk menyakiti dan mengakhiri hidupnya
c. Insulting à pasien mendengar suara yang mengatakan “ kamu
lemah”
2. Halusinasi Visual: Melihat bayangan istri dan anaknya yang datang
berkunjung, terkadang melihat bayangan hitam dan Dewi Kuan In.
3. Halusinasi Olfaktori: Pasien seringkali mencium bau aneh yang
menyerupai bunga-bunga kematian.
4. Halusinasi Taktil: Pasien mengatakan bahwa kedua kakinya sakit
karena tertusuk duri, mersakan dadanya sakit, tercekit dan sesak
napas saat munculnya suara- suara tersbut.
5. Waham Kejar/presekutorik: pasien merasa ada seseorang dengan
wujud berwarna hitam ingin membunuhnya.
6. Waham Bizzare: pasien merasa melihat dewi Kwan Im
menunggangi harimau.
7. Waham Kebesaran: pasien merasa bahwa pasien merupakan anak
dari Dewi Kwan Im, merasa dilindungi.
8. Waham Somatik: pasien merasakan sakit dada seperti rasa panas,
disertai rasa tercekik dan sesak nafas, tenggorokan kering. Pasien
juga sering merasakan kesemutan pada kakinya.
9. Delusion of passivity: tidak dapat berbuat apa apa ketika
kekambuhan menyerang
10. Thought broadcasting : merasa piikrannya bisa dibaca orang lain

VII. Formulasi Diagnostik:


Aksis I : Berdasarkan Ikhtisar Penemuan Bermakna, kasus ini
menurut PPDGJ-III/ DSM-IV digolongkan kedalam gangguan jiwa
F20.0 Schizophrenia Paranoid karena adanya gejala kejiwaan berupa
halusinasi auditorik yang bersifat commanding, commenting, insulting.
Adapun halusinasi visual, olfaktori dan taktil namun halusinasi
auditorik yang paling menonjol. Disertai juga waham kejar , bizzare,
grandiosity, somatic, delusion of passivity dan mengisolasikan diri
ketika sedang mengalami halusinasi. Semua gejala ini telah berlangsung
lebih dari satu bulan. Dan adanya perubahan bermakna dalam mutu
keseluruhan yang tidak disebabkan oleh obat- obatan atau dikarenakan
pennyakit lainnya.

Pada pasien ini terdapat diagnosis banding, yaitu :


F20.1 Skizofrenia herbefrenik.

Aksis II : Tidak ada diagnosis


Aksis III : Pasien mengalami kondisi medis umum berupa
dislipidemia (E78.5). Hal ini berdasarkan hasil laboratorium
pada bulan Januari 2018 yang menunjukkan terdapat
peningkatan trigliserida.
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan pada kasus ini berupa:
• Hukuman penjara dan penahanan lainnya (Z65.1). Hal ini berdasarkan
pengakuan pasien bahwa ia pernah mencuri mobil dan motor sehingga
menyebabkan pasien dipenjara.
• Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa dan perilaku lainnya (Z81.8).
Hal ini berdasarkan pengakuan pasien bahwa paman dan kakaknya,
Tn. JH, mengalami penyakit serupa dengannya.

Aksis V : Berdasarkan Skala Global Assesment of Functioning(GAF)


- GAF Current: 61-70
Penilaian ini dikarenakan pada saat ini pasien memiliki
gejala yang ringan dan menetap dan walaupun pasien
pada umumnya dapat melakukan aktivitas ringan
dengan normal (seperti makan mandi sehingga secara
umum dapat dikatakan masih baik), terdapat disabilitas
ringan dalam fungsi pekerjaan, yakni terkadang pasien
mengisolasikan dirinya.

VIII. Evaluasi Multiaksial


Aksis I : F20.0 Schizophrenia Paranoid
Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis
Aksis III : E78.5 dislipidemia
Aksis IV :Z65.1 Hukuman penjara dan penahanan lainnya
Z81.8 Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa dan
perilaku lainnya
Aksis V : GAF = 61-70

IX. Daftar Masalah


1. Organobiologi : trigliserida tinggi
2. Psikologis :
a. Halusinasi auditorik (commenting, commanding, insulting),
visual, olfaktori dan taktil
b. Waham kejar, bizzare, kebesaran, somatik
c. Delusion of pasivity
d. Thought broadcasting

3. Sosial/ Keluarga/ Budaya :


a. Cerai dengan istrinya, tetapi tidak menyadari
b. Dirawat atas permintaan keluarga. Terkadang di jenguk oleh
ibu, adik dan beberapa temannya.
c. Kakak pasien juga dirawat di Sanatorium Dharmawangsa
d. Interaksi antar keluarga dan teman-teman serta perawat di
Dharmawangsa baik

X. Prognosis
• Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:
o Tidak memiliki gangguan mental organik
o Kooperatif dengan pemeriksa
o Mau mengonsumsi obat secara teratur
o Dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri
o Keluarga pasien mendukung
o Mood dan afek yang serasi
o Gejala pasien sudah membaik
o Memiliki keinginan untuk sembuh

• Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk:


o Memiliki faktor genetik yang terbukti dari keluarganya yang
terkena gangguan seperti Tn. J
o Tilikan derajat 2
o Terkadang masih ada mendapat serangan walaupun sudah
diberikan obat

• Kesimpulan:
o Ad vitam : Dubia ad bonam
o Ad functionam : Dubia
o Ad sanationam : Dubia

XI. Terapi
a. Psikofarmaka (Sesuai Medical Record)
§ Antipsikotik Tipikal:
o Lodomer (Haloperidol)5 mg tablet 3x1
§ Antipsikotik Atipikal:
o Clorilex (Clozapine) 100 mg 2x1 tab (siang dan malam)
o Abilify Discmelt (Aripiprazole) 15 mg tablet 1x1 (Pagi)
o Remital (Olanzapine) 10 mg tablet 1x1 (Malam)
§ Anti-parkinsonisme:
o Brain Act (Citicoline) 500 mg tablet 1x1 (Pagi)
o Hexymer (trihexyphenidyl) 2 mg, 3x1 tab
§ Antidepresan: Elizac (Fluoxetine) 20 mg capsule 1x1 (Siang)
§ Rendapid (Simvastatin) 10 mg tablet 1x1 (Malam)

b. Non-Farmakoterapi (suportif untuk jangka panjang)


§ Family Oriented Therapies : Digunakan untuk menstabilkan
keadaan penderita, dimana keluarganya akan di edukasi
mengenai gejala-gelanya dan dapat menerima dan membantu
pemulihan
§ Cognitive Behavioral Therapy : Digunakan untuk mengatasi
gangguan depresi, dan cemas. Dengan cara mengubah pola pikir
penderita dari negatif menjadi lebih positif, sehingga dengan
demikian diharapkan perilakunya juga ikut berubah seperti
contoh mendengarkan musik, melakukan aktivitas yang
membutuhkan perhatian, berbincang dengan orang lain serta
pasien dapat mencoba untuk melawan suara tersebut atau bahkan
mengabaikan suara tersebut. Edukasi pentingnya meminum obat
karena pengobatan lini utama pada skizofrenia adalah
psikofarmaka serta menjelaskan tentang gangguan yang dialami
pasien itu sendiri bahwa gejala-gejala yang dialaminya memang
ciri khas dari gangguan tersebut sehingga ia mampu menerima
gejala tersebut dan berusaha untuk menghiraukannya atau
melawan nya

XII. Diskusi Kasus


Skizofrenia, merupakan sekelompok ganguan psikotik dengan ganguan
dasar pada kepribadian, distorsi proses pikir, waham yang aneh,
ganguan persepsi, afek yang abnormal. Meskipun demikian, kesadaran
pasien tetap jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu.
Pasien mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan,
sosial & waktu senggang). Gejala skizofrenia biasanya muncul antara
usia 15-25 tahun pada laki-laki, dan 25-35 tahun pada perempuan.

• Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ-III


Harus sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejalanya itu kurang tajam atau kurang
jelas).
1. Thought - Echo: Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang
atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan
isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda;
- Insertion/ withdrawal: isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertiom) atau
isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal); dan
- Broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
2. Delusion - Control : waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- Influence: waham tentang dirinya dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- Passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dan luar;
- Perception: pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi diirnya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
3. Halusinasi - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
auditorik menerus terhadap perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara)
atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah
satu bagian tubuh.
4. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan suatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misal mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
5. Waham yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila diserai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai
oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan
yang tidak relevan, atau neologisme;
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativism, mutisme, dan stupor;
8. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan panrikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut djatas berlangsung lebih dari satu


bulan dan harus ada suatu perubahan yang bermakna dari bebrapa
aspek perilaku pribadi, yang bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, larut dalam diri sendiri, dan
penarikan diri dari sosial.

• F20.0 Skizofrenia Paranoid, mempunyai pedoman diagnosis sebagai


berikut menurut PPDGJ-III
1. Memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia.
2. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
- Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit (whistling) mendengung (humming), atau
bunyi tawa (laughing);
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.
- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan, waham dipengaruhi, delusion of passivity, dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah
yang paling khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relative tidak nyata/ tidak menonjol.

Dari kasus ini, Skizofrenia Paranoid (F20.0) dapat ditegakkan


melalui kriteria diagnostik PPDGJ-III, Tn. J telah memenuhi kriteria
Skizofrenia secara umum dengan adanya gangguan psikotik yang khas
dan menonjol pada subtipe Paranoid seperti adanya waham terutama
waham kejar serta halusinasi auditorik yang bersifat mengancam dan
memberi perintah dengan adanya gejala negatif seperti menarik diri,
tidak bisa bekerja ketika gejala tersebut kambuh.
Untuk diagnosa banding, dipilih skizofrenia hebefrenik karena
didapatkan perilaku bizzare seperti melihat dewi kwan im menunggangi
harimau. Selain diagnosa skizofrenia hebefrenik yang dipilih sebagai
diagnosis banding, dipilih juga gangguan waham yang didasari karena
pasien memiliki banyak sekali waham. Namun diagnosis ini dapat
disingkirkan karena tidak terdapat gangguan pada proses pikir serta
perilaku aneh seperti mennyeringai sendiri ataupun melakukan gerakan
yang berulang. Selain itu pada pasien juga tidak ditemukan asosiasi
longgar, pengucapan kalimat berulang, neologisme, ataupun afek yang
tidak sesuai.

Tatalaksana
Skizofrenia diobati dengan obat golongan antipsikotik. Obat ini
dibagi menjadi dua kelompok yaitu dopamine receptor antagonist
(DRA) atau antipsikotik generasi I (APG-I) dan serotonin-dopamine
receptor antagonist (SDRA) atau antipsikotik generasi II (APG-II).
Obat APG-I disebut juga antipsikotik tipikal, berfungsi terutama untuk
mengontrol gejala-gejala positif dan hampir tidak bermanfaat untuk
gejala negatif. Sedangkan obat APG-II disebut sebagai antipsikotik
atipikal, berfungsi untuk gejala positif dan negatif. Gold standard
pengobatan skizofrenia adalah APG-II, karena efektif dan efek samping
lebih ringan.
Pada kasus ini terapi diberikan kombinasi antipsikotik tipikal dan
atipikal yaitu Haloperidol, Clozapine, Olanzapine dan Aripiprazole
yaitu obat anti-psikosik atau dopamine receptor agonis (DRA), dengan
cara kerja memblok reseptor dopamine di jaras dopamine (mesolimbic,
mesokorteks, nigrastriatal, tuberofendibular). Karena schizophrenia
disebabkan karena dopamine yang berlebihan, sehingga diharapkan jika
diberikan obat anti-psikosis gejala positif akan berkurang.
Tipikal anti-psikosis (APG-1) mempunyai efek samping akut berupa
EPS (Ekstrapiramidal symptoms), yaitu dystonia akut, akathisia, dan
sindrom Parkinson (tremor, bradikinesia, rigiditas). Tidak ditemukan
adanya gejala EPS pada pasien ini. pada penggunaan jangka panjang
oobat-obatan ini dapat menimbulkan efek samping kronik berupa
tradive diskinesia.
Atipikal antipsikotik (APG-II) (Clozapine, Aripiprazole dan
Olanzapine) merupakan antipsikotik yang baru dengan efikasi yang
lebih baik dan efek samping minimal. APG-II bekerja dengan
menghambat reseptor dopamin D2 secara lambat dan serotonin (5-
HT2A/5 hidroksitriptamin tipe 2) dengan lebih paten. Antipsikotik
atipikal juga memiliki efek samping yang lebih sedikit, efek samping
yang dapat terjadi adalah agranulositosis sehingga diperlukan
pemeriksaan laboratorium rutin serta bisa menyebabkan dislipidemia.
Berdasarkan algoritma dari Internasional Psychopharmacology
Algorithm Project (IPAP), pengobatan awal pasien dengan skizofrenia
adalah dengan pemberian monoterapi antipsikotik atipikal selama 4-6
minggu. Jika gejala psikosis tetap ada walaupun sudah diberikan obat
antipsikotik sesuai dosis dan waktu, diberikan monoterapi kedua
menggunakan antipsikotik atipikal yang berbeda dari yang pertama kali
digunakan selama 4-6 minggu. Apabila gejala psikosis masih ada, maka
diberikan Clozapine dengan dosis mencapai 900 mg/hari. Kemudian
apabila gejala psikosis masih menetap, Clozapine dioptimalkan dengan
menambah antipsikotik lainnya atau electroconvulsive therapy.
Pada pasien ini diberikan obat berupa kombinasi antipsikotik tipikal
(haloperidol) dan antipsikotik atipikal (clozapine, aripiprazole, dan
olanzapine). Pasien diberikan Haloperidol 5 mg 3 kali sehari, Clozapine 100
mg sekali sehari, Aripiprazole 15 mg sehari sekali, dan Olanzapine 10 mg
sehari sekali. Pasien sudah dirawat di Sanatorium Dharmawangsa selama 8
tahun, tetapi terkadang pasien masih mengalami serangan walaupun
intensitasnya sudah berkurang dibandingkan dahulu. Hal ini sudah sesuai
dengan algoritma dari IPAP karena pasien masih mengalami serangan
walaupun telah rutin minum obat, sehingga obat pilihan untuk pasien adalah
Clozapine dengan penambahan antipsikotik lainnya seperti Haloperidol,
Aripiprazole, dan Olanzapine untuk mengoptimalkan Clozapine.
Pada pasien, selain diberikan obat anti psikotik. Pasien juga di
berikan Trihexyphenidyl 2 mg 3 kali sehari, Fluoxetin 20 mg sehari sekali,
dan Simvastatin 10 mg sehari sekali. Pemberian trihexyphenidyl berfungsi
untuk mencegah efek samping ekstrapiramidal akibat pemberian
haloperidol. Fluoxetin merupakan antidepresen, diberikan karena adanya
kecendurangan pasien mengisolasikan dirinya ketika terjadi serangan.
Dikarenakan adanya peningkatan trigliserid maka pasien juga diberikan
simvastatin.
Selain itu juga, pasien ini harus diberikan psikoterapi seperti
cognitive behavioral theraphy, group therapy, dan family oriented therapy
serta edukasi kepada pasien mengenai gangguan yang dialaminya serta
pentingnya minum obat.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pemeriksaan MMSE pada Pasien
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh


Jaya; 2013.
2. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik: Edisi Ketiga.2007.
3. Sadock B, Sadock V, Ruiz P. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry.
11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2015
4. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2013. Buku Ajar Psikiatri
Edisi Kedua. Badan Penerbit FK UI. Jakarta.
5. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III.2003.

Anda mungkin juga menyukai