“Model-model Pembelajaran”
Disusun oleh : Kelompok 2
Dosen Pengampu :
Yuli Amaliyah, M.Pd.
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayahNya. Shalawat beserta salam tak lupa kami ucapkan kepada Baginda Rasulullah
Muhammad SAW yang telah memberi suri teladan, tak lupa juga kepada keluarganya,
sahabat dan para pengikutnya sampai akhir jaman. Karena atas seizinnya penulis dapat
Dalam hal ini kami berharap semoga makalah yang dibuat dapat menambah wawasan
pembaca. Tentunya kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Strategi Pembelajaran Yuli Amaliyah, M.Pd., tentunya masih banyak terdapat kesalahan baik
dalam penggunaan kata maupun penyusunannya, maka dari itu kami menerima jika terdapat
kritik dan saran dalam makalah ini. Semoga apa yang ada dalam laporan ini dan bermanfaat
dimasa mendatang.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa
melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan
di mana dalam merancang kegiatan pembelajaran ini, seorang guru semestinya
memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai atau
kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disajikan, cara yang
digunakan, bagaimana mengemas penyajian materi serta penggunaan bentuk dan jenis
penilaian yang akan dipilih untuk melakukan pengukuran terhadap ketercapaian
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki siswa. Keberhasilan proses
pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model
pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara
efektif di dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir.
Menurut Octavia, S. A. (2020), Model pembelajaran adalah rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya
bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
belajar secara aktif dan menyenangkan. Sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan
prestasi yang optimal.
Setiap model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok
dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Model pembelajaran tidak ada yang paling baik, atau model
pembelajaran yang satu lebih baik dari yang lainnya. Baik atau tidaknya suatu model
pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran akan tergantung pada tujuan
pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang akan disampaikan, perkembangan
siswa dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua
sumber belajar yang ada sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis membahas mengenai berbagai rumpun
1
model-model pembelajaran yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
mahasiswa sebagai calon guru.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Model-Model Belajar
Sebagai guru Anda dapat merencanakan berbagai program pembelajaran, seperti
program individual di dalam kelas, agar setiap anak belajar sendiri-sendiri dalam jangka
waktu tertentu. Namun, Anda juga dapat merencanakan pengalaman belajar dengan kelas
yang bersaing sehingga anak-anak membentuk diri seolah-olah berlomba mengendarai
mobil, yang akhirnya menjadi pemenang. Atau Anda juga dapat merencanakan program
kerja sama (kooperatif) yang mengharapkan siswa bekerja bersama, dan keberhasilannya
tergantung pada anggota tim. Berikut akan dibahas 4 model belajar yang dapat
membantu Anda dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran, yaitu belajar kolaboratif, belajar kuantum, dan belajar
kooperatif serta belajar tematik.
1. BELAJAR KOLABORATIF (COLLABORATIVE LEARNING)
a. Hakikat Belajar Kolaboratif
Belajar kolaboratif bukan sekedar bekerja sama antarsiswa dalam suatu
kelompok biasa, tetapi suatu kegiatan belajar dikatakan kolaboratif apabila dua
orang atau lebih bekerja bersama, memecahkan masalah bersama untuk mencapai
tujuan tertentu. Dua unsur yang penting dalam belajar kolaboratif adalah (1)
adanya tujuan yang sama, dan (2) ketergantungan yang positif.
Pertama, dalam mencapai tujuan tertentu, siswa bekerja sama dengan teman
untuk menentukan strategi pemecahan masalah yang ditugaskan oleh guru. Dua
orang siswa atau sekelompok kecil siswa berdiskusi untuk mencari jalan ke luar,
menetapkan keputusan bersama. Diskusi para pebelajar menimbulkan perasaan
bahwa persoalan yang sedang didiskusikan bersama adalah milik bersama. Setiap
orang mengemukakan ide dan saling menanggapi, yang pada akhirnya dapat
mengembangkan pengetahuan bersama maupun pengetahuan masing-masing
inpositif.
Kedua, ketergantungan yang positif, maksudnya adalah setiap anggota
kelompok hanya dapat berhasil mencapai tujuan apabila seluruh anggota bekerja
sama. Dengan demikian, dalam belajar kolaboratif, ketergantungan individu
sangat tinggi. Ketergantungan individu dapat dibantu dengan sejumlah cara,
antara lain:
1). Beri peran khusus setiap anggota kelompok untuk memainkan peran sebagai
pengamat, pengklarifikasi, perekam, dan pendorong. Dengan cara ini, setiap
3
individu mempunyai tugas khusus untuk melakukan sesuatu dan kontribusi tiap
orang yang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas.
2). Bagilah tugas menjadi sub-subtugas yang diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas. Setiap anggota diberi suatu subtugas. Hasilnya, kemudian
diputuskan bersama oleh semua anggota kelompok.
Dalam menerapkan belajar kolaboratif ini, Anda harus memperhatikan
prinsip-prinsip belajar sebagai berikut.
1) Mengajarkan keterampilan kerja sama, mempraktikkan, dan balikan diberikan
dalam hal seberapa baik keterampilan-keterampilan digunakan.
2) Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yang kohesif.
3) Individu-individu diberi tanggung jawab untuk kegiatan belajar dan perilaku
masing-masing.
Strategi-strategi yang berkaitan dengan ketiga prinsip tersebut tidak
eksklusif, namun dilaksanakan dengan cara siklus, misalnya menunjukkan
keterampilan kooperatif sekaligus melaksanakan kekohesifan dan tanggung
jawab.
b. Manfaat Belajar Kolaboratif
Menurut Anita, dkk (2011), Manfaat dari belajar kolaboratif, yaitu:
1) Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena interaksi dalam
kelompok merupakan faktor berpengaruh terhadap penguasaan konsep.
2) Pebelajar belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok.
3) Memupuk rasa kebersamaan antarsiswa, setiap individu tidak dapat lepas dari
kelompoknya, mereka perlu mengenali sifat, pendapat yang berbeda dan
mampu mengelolanya. Selain itu hakikat manusia sebagai makhluk sosial
mereka tidak dapat menyendiri melainkan memerlukan orang lain dalam
hidupnya.
4) Meningkatkan keberanian memunculkan ide atau pendapat untuk pemecahan
masalah bagi setiap individu yang diarahkan untuk mengajarkan atau
memberi tahu kepada teman kelompoknya jika mengetahui dan menguasai
permasalahan.
5) Memupuk rasa tanggung jawab individu dalam mencapai suatu tujuan
bersama dalam bekerja agar tidak terjadi tumpang tindih atau perbedaan
pendapat yang prinsip.
4
6) Setiap anggota melihat dirinya sebagai milik kelompok yang merasa memiliki
tanggung jawab karena kebersamaan dalam belajar menyebabkan mereka juga
sangat memperhatikan kelompok.
5
2) Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai
tujuan, yaitu para siswa mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran.
3) Berangkat dari pengalaman, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum memperoleh label untuk sesuatu yang
dipelajari.
4) Hargai setiap usaha, belajar mengandung risiko, belajar berarti melangkah
ke luar dari kenyamanan, saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut
mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan dirinya. Pemberian
pengakuan tersebut harus kuat dan konkret. Seperti kata “bagus, baik, hebat,
dan memuaskan” sudah lazim digunakan oleh guru, tetapi kurang jelas
apanya yang bagus, baik atau memuaskan, akan lebih konkret apabila
disebutkan bagian mana yang bagus, misalnya paragraf yang kamu tulis
bagus sekali, jawabanmu tepat sekali, gambarmu sesuai dengan kenyataan,
dan excellent. Dengan demikian, anak menjadi tahu bagian mana yang
mendapat penghargaan.
5) Rayakan setiap keberhasilan; perayaan memberikan umpan balik tentang
kemajuan belajar dan meningkatkan asosiasi emosi yang positif. Sebagai
guru, kita layak menanamkan bibit kesuksesan dan selalu menghubungkan
belajar dengan perayaan karena perayaan membangun keinginan untuk
sukses. Bentuk perayaan dapat berupa: tepuk tangan, berteriak hore 3 kali,
jentikkan jari, poster umum, catatan pribadi, persekongkolan, kejutan,
pengakuan kekuatan pujian kepada teman sebangku.
3) Manfaat Belajar Kuantum
Manfaat dari belajar kuantum, yaitu:
1) Suasana kelas menyenangkan sehingga siswa bergairah belajar.
2) Siswa dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya sebagai
pendorong belajar.
3) Siswa belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
4) Apa pun yang dilakukan oleh siswa sepatutnya dihargai.
6
bekerja bersama untuk menyelesaikan suatu tujuan. Dalam kegiatan
Kooperatif, seseorang mencari hasil yang menguntungkan bagi dirinya dan
menguntungkan pula bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif
adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa
bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga
anggota yang lain. Idenya sangat sederhana, anggota kelas diorganisasikan
ke dalam kelompok-kelompok kecil setelah menerima pembelajaran dari
guru. Kemudian, para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua anggota
kelompok berhasil memahaminya.
Usaha-usaha kooperatif menghasilkan participant yang berusaha saling
menguntungkan. Jadi, semua anggota kelompok tambahan dari usaha-usaha
satu sama lain (Anda berhasil menguntungkan saya dan keberhasilan saya
menguntungkan Anda), pengakuan bahwa semua anggota kelompok berbagi
nasib bersama, pengenalan bahwa kinerja seseorang selain disebabkan oleh
dirinya sendiri, juga saling membantu dengan teman-temannya.
Kata kooperatif digunakan pada anak-anak yang bersikap manis,
bersedia berbagi bahan-bahan yang dimiliki. Ini merupakan perilaku sosial
yang tepat dalam suatu lingkungan tertentu, tetapi tidak berarti bahwa anak-
anak perlu ambil bagian dalam kegiatan belajar kooperatif. Belajar
kooperatif bukan harmonisasi, dan sering melibatkan konflik intelektual.
Kegiatan kooperatif dapat dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih
bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama.
2) Prinsip Utama Belajar Kooperatif
Prinsip utama dari belajar kooperatif, yaitu:
1) Kesamaan tujuan
Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok membuat
kegiatan belajar lebih kooperatif. Pada suatu saat anak-anak mungkin
tampak bekerja kooperatif apabila bertanya tentang ejaan suatu kata atau
berbagi pensil saat menggambar. Mungkin anak-anak tersebut memiliki
tujuan sendiri yang terpisah dalam kasus ini.
Jika suatu kelas bekerja sama dalam suatu permainan, tujuan
kelompok adalah menghasilkan suatu permainan yang menyebabkan
anak-anak lain senang atau mengapresiasi kelompok itu. Namun, tujuan
tiap anak mungkin tidak sama. Seorang anak mungkin ingin
7
menyenangkan gurunya, yang lain ingin menarik perhatian kelas lain,
yang lain betul-betul menganggap sebagai suatu kesempatan untuk
mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Namun, makin sama tujuan makin
kooperatif.
2) Ketergantungan positif
Prinsip kedua dari belajar kooperatif adalah ketergantungan
positif. Beberapa orang direkrut sebagai anggota kelompok karena
kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja sama.
Ketergantungan antara individu-individu dapat dilakukan dengan
berbagai cara, sebagai berikut:
a) Beri anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk pengamat,
peningkat, penjelas atau perekam. Dengan cara ini, tiap individu
memiliki tugas khusus dan kontribusi tiap orang diperlukan untuk
melengkapi keberhasilan tugas.
b) Bagilah tugas menjadi sub-subtugas yang diperlukan untuk
melengkapi keberhasilan tugas. Setiap anggota kelompok diberi
subtugas. Input diperlukan oleh seluruh anggota kelompok.
c) Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-
individu. Anak-anak dapat bekerja berpasangan dengan penilaian
tiap pasangan dengan penilaian tiap pasangan.
d) Struktur tujuan kooperatif dan kompetitif dapat dikoordinasikan
dengan menggunakan kelompok belajar kooperatif, menghindari
pertentangan satu sama lain.
e) Ciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerja bersama
untuk membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang
ditetapkan oleh situasi. Misalnya, “kamu di suatu pulau dan harus
menciptakan rumah, petani, dan masyarakat yang mencukupi diri
sendiri”.
Perbedaan antara belajar kooperatif dengan belajar kelompok
dapat dilihat pada tabel berikut.
8
Memiliki struktur, jumlah,, dan teknik Memiliki satu cara, yaitu menyelesaikan
tertentu tugas tertentu bersama-sama
9
5) Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai
teknik pelaksanaan belajar kooperatif.
4. BELAJAR TEMATIK
a. Hakikat Belajar Tematik
Belajar tematik didefinisikan sebagai suatu kegiatan belajar yang -
dirancang sekitar ide pokok (tema), dan melibatkan beberapa bidang studi
(mata pelajaran) yang berkaitan dengan tema. Pendekatan ini dilakukan oleh
guru dalam usahanya untuk menciptakan konteks dalam berbagai jenis
pengembangan yang terjadi sehingga apa yang dipelajari atau dibahas
disajikan secara utuh dan menyeluruh, bukan bagian-bagian dari satu konsep
yang utuh. Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran yang menggabungkan
suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan
siswa akan belajar lebih baik dan bermakna. (Majid 2014 : 87). Pernyataan
tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Sholehah (2017) yang
menyatakan bahwa pembelajaran tematik dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata
pelajaran menjadi satu tema atau topik pembahasan tertentu.
b. Prinsip Belajar Tematik
Belajar tematik menggunakan tema sentral dalam kegiatan belajar yang
berlangsung. Semua kegiatan belajar dipusatkan sekitar tema tersebut.
Menurut Hafidho, N. (2021) pembelajaran tematik memiliki prinsip-prinsip
sebagai berikut :
a. Pembelajaan memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan peserta
didik dan ada dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pembelajaran perlu memilih materi beberapa mata pelajaran
yang mungkin salin terkait. Materi yang dipilih dapat
menggungkapkan tema secara bermakna.
c. Materi pelajaran dipadukan tidak terlalu dipaksa.
d. Peserta didik mencari tahu, bukan diberi tahu.
e. Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu nampak.
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan kompetensi
melalui tema-tema yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik.
10
f. Terdapat tema yang menjadi pemersatu sejumlah kompetensi dasar
yang berkaitan dengan berbagai konsep, keterampilan dan sikap.
Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji
harus memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar
selanjutnya. Tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan
psikologis anak. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi
sebagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitar.
Tema yang dipilih mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik
yang terjadi di dalam rentang waktu belajar. Tema yang dipilih
mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan
masyarakat. Tema yang dipilih hendaknya
mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
g. Sumber belajar tidak terbatas pada buku. Dengan menggunakan
berbagai media pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar dapat
menstimuluasi perkembangan peserta didik. Selain itu, peserta didik
dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitar.
h. Peserta didik dapat bekerja secara mandiri maupun berkelompok
sesuai dengan karakteristik kegiatan yang dilakukan .
i. Guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar
dapat mengakomodasi peserta didik yang memiliki perbedaan
tingkat kecerdasan, pengalaman, dan ketertarikan terhadap suatu topik.
j. Kompetensi Dasar mata pelajaran yang tidak dapat dipadukan
dapat diajarkan tersendiri.
c. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang khas dengan
pembelajaran lainnya. Kegiatan belajarnya lebih banyak dilakukan melalui
langsung atau hands on experiences. Secara terperinci Barbara pengalaman lar
Rohde dan Ketenaga dalam Anita, dkk (2011) mengemukakan perinci Barbara
pembelajaran tersebut sebagai berikut.
1) Memberikan pengalaman langsung dengan objek-objek yang nyata bagi
pebelajar untuk menilai dan memanipulasinya.
2) Menciptakan kegiatan di mana anak menggunakan semua pemikirannya.
3) Membangun kegiatan sekitar minat-minat umum pebelajar.
11
4) Membantu pebelajar mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru
yang didasarkan pada apa yang telah mereka ketahui dan kerjakan.
5) Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang menghubungkan semua aspek
perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan fisik.
6) Mengakomodasi kebutuhan pebelajar untuk bergerak dan melakukan
kegiatan fisik, interaksi sosial, kemandirian, dan harga diri yang positif.
7) Memberikan kesempatan bermain untuk menerjemahkan pengalaman ke
dalam pengertian.
8) Menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya, dan pengalaman di
keluarga yang dibawa pebelajar ke kelasnya.
9) Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga pebelajar.
d. Perlunya Pembelajaran Tematik, Khususnya di SD
1) Pada dasarnya siswa SD kelas awal memahami suatu konsep secara utuh,
global/tematis, makin meningkat kecerdasannya, dan makin terperinci serta
spesifik pemahamannya terhadap konsep tertentu.
2) Siswa SD kelas awal mengembangkan kecerdasannya secara
komprehensif, semua unsur kecerdasan ingin dikembangkannya sehingga
muncul konsep pentingnya multiple intelligent untuk dikembangkan.
3) Kenyataan hidup sehari-hari menampilkan fakta yang utuh dan tematis.
4) Ada konteksnya.
5) Guru SD adalah guru kelas, akan lebih mudah mengajar satu konsep secara
utuh, akan sulit mengajar sub-subkonsep secara terpisah-pisah.
e. Manfaat Belajar Tematik
Dalam belajar tematik, ada perubahan peranan guru dari seorang
pemimpin dan penyedia kebijakan serta pengetahuan fasilitator, pembimbing,
penantang, pemberi saran, dan organisator. Pembelajaran tematik
menghadapkan pebelajar pada arena yang realistik, mendorong pebelajar
memanfaatkan suatu konteks dan literatur yang luas. Pembelajaran ini juga
membantu pebelajar melihat hubungan antara ide-ide dan konsep-konsep.
Dengan demikian, akan meningkatkan pemahaman pebelajar terhadap apa
yang dipelajari. Di samping itu, belajar tematik juga memberi kesempatan
yang nyata kepada pebelajar untuk membentuk latar belakang informasi
sendiri dalam rangka membangun pengetahuan baru. Pembelajaran tematik
selain memperhatikan kompetensi dan bahan ajar juga perlu memperhatikan
12
logika, estetika, etika, dan kinestetika serta life skills (Personal Skill, Social
Skill, Academic Skill, Thinking Skill, Vocational Skill).
13
Dengan bermain peran, guru mengajak pebelajar untuk memahami
pengertian perilaku sosial, peranannya dalam interaksi sosial, dan cara-cara
memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara-cara yang lebih efektif.
Secara khusus, bermain peran membantu pebelajar mengumpulkan dan
mengorganisasikan informasi tentang isu-isu sosial, mengembangkan empati
terhadap orang lain dan berusaha untuk meningkatkan keterampilan sosial
pebelajar.
d. Inkuiri Yurisprudensi
Dengan model ini pebelajar belajar berpikir tentang kebijakan-
kebijakan sosial. Studi tentang isu-isu sosial di masyarakat suatu negara, di
tingkat nasional maupun internasional dapat dipersiapkan bagi para pebelajar.
Model yurisprudensi dirancang untuk tujuan tersebut. Pebelajar mempelajari
kasus- kasus yang melibatkan masalah-masalah sosial dalam suatu wilayah
yang dikaitkan dengan kebijakan publik. Pebelajar diajak mengidentifikasi
masalah-masalah kebijakan publik, juga disediakan pilihan-pilihan untuk
pemecahannya.
e. Kepribadian dan Gaya Belajar
Dalam model ini dikemukakan adanya gaya belajar pebelajar dan guru
yakin bahwa semua itu dapat berkembang. Perkembangan dapat terjadi secara
optimal, apabila lingkungan menyediakan cara kerja konseptual yang
diperlukan untuk kebutuhan konseptual seseorang. Apabila kondisi lingkungan
tidak optimal maka beberapa bentuk pemahaman pertumbuhan diasumsikan
terjadi. Dengan kata lain, individu itu lebih kompleks maka lingkungan perlu
disesuaikan dengan pebelajar, agar dapat tumbuh secara konseptual.
f. Inkuiri Sosial
Model ini dirancang dengan maksud khusus, yaitu mengajarkan
informasi, konsep-konsep, cara berpikir, dan studi tentang nilai-nilai sosial
dengan memberi tugas-tugas yang menggabungkan aspek kognitif dan sosial.
Pengetahuan ini dapat digunakan guru sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pebelajar dengan cara mengajarkan cara belajar kooperatif.
14
mengorganisasikan data, memahami masalah dan mencari pemecahannya, serta
mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menyampaikannya. Beberapa
model memberikan informasi konsep-konsep kepada pebelajar, di antaranya
menekankan pada bentuk-bentuk konsep dan pengujian hipotesis, sedangkan yang
lain membangkitkan cara berpikir kreatif. Hanya sedikit yang dirancang untuk
meningkatkan kemampuan intelektual umum. Banyak model pemrosesan
informasi yang berguna untuk mempelajari kemampuan diri maupun masyarakat
untuk menilai tujuan pendidikan pribadi maupun sosial.
a. Berpikir Induktif
Model ini memaparkan cara belajar pebelajar untuk mendapatkan dan
mengorganisasikan informasi, serta menciptakan dan menguji hipotesis yang
mendeskripsikan hubungan di antara serangkaian data. Model ini dapat
digunakan untuk berbagai jenis kurikulum secara luas dan dengan pebelajar
semua umur, misalnya studi tentang masyarakat, bangsa, dan sejarah yang
memerlukan belajar konsep. Pengorganisasian informasi sangat penting
dalam kurikulum, yang mengajarkan berpikir induktif dan merupakan model
yang sangat penting untuk belajar dan mengajarkan berbagai bidang studi.
b. Pencapaian Konsep
Model ini memberikan cara yang efektif untuk penyajian informasi
yang terorganisasi dan topik-topik yang berskala luas kepada pebelajar pada
setiap tahap perkembangan. Model ini ditempatkan di sini karena memberikan
cara penyajian dan klarifikasi konsep-konsep serta pebelajar terlatih agar
menjadi lebih efektif dalam pengembangan konsep.
c. Inkuiri Ilmiah
Pebelajar dibawa ke proses ilmiah dan dibantu mengumpulkan dan
menganalisis data, mengecek hipotesis dan teori, serta mencerminkan hakikat
pembentukan pengetahuan.
d. Latihan Inkuiri
Model ini memberikan rancangan untuk mengajar pebelajar
menghubungkan alasan sebab akibat dan menjadi lebih baik serta tepat dalam
mengajukan pertanyaan, membentuk konsep, dan hipotesis serta mengujinya.
e. Mnemonic
Mnemonic merupakan suatu strategi untuk mengingat dan
mengasimilasi informasi. Guru dapat menggunakan mnemonic untuk
15
membimbing penyajian materi. Di sini guru mengajar dengan suatu cara
sehingga pebelajar dapat dengan mudah menyerap informasi. Guru dapat
menyajikan alat-alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan belajar
individual maupun kooperatif tentang informasi dan konsep-konsep. Model
ini juga dapat diterapkan untuk berbagai bidang studi dalam kurikulum, dan
karakteristik pebelajar dari berbagai umur.
f. Sinektik
Model ini dirancang untuk membantu pebelajar memecahkan masalah
dan menulis kegiatan-kegiatan, serta menambahkan pandangan-pandangan
baru pada topik-topik dari suatu bidang ilmu yang luas. Di dalam kelas,
model ini diperkenalkan kepada pebelajar dengan serangkaian workshop
sampai pebelajar dapat menerapkan prosedur-prosedur secara individual
maupun kelompok. Meskipun dirancang sebagai stimulus langsung untuk
berpikir kreatif, model sinektik memiliki dampak pengiring untuk
menampilkan kerja kolaboratif dan belajar keterampilan.
g. Pengorganisasi Awal (Advance Organizer)
Model ini dirancang untuk memberikan struktur kognitif kepada pebelajar
untuk memahami materi melalui kuliah, membaca, dan media yang lain.
Model ini dapat diterapkan hampir di semua materi dan untuk pebelajar
berbagai umur. Model ini juga dapat dengan mudah dikombinasikan dengan
model-model yang lain. Misalnya, ketika penyajian dikombinasikan dengan
kegiatan induktif.
h. Penyesuaian dengan Pebelajar
Model ini bertolak dari studi Kohlberg yang digunakan untuk
membantu kita menyesuaikan pembelajaran pada suatu tahap kematangan
pebelajar secara individual dan merancang cara meningkatkan perkembangan
pebelajar. Model ini dikembangkan dengan asumsi bahwa pebelajar yang
belajar dengan strategi intelektual yang lebih kompleks akan meningkatkan
kemampuan mencapai informasi dan konsep. Dengan menyajikan suatu
program “keterampilan berpikir”, membantu pebelajar mempelajari informasi
dan konsep-konsep, kemampuan untuk menganalisis informasi dan hipotesis,
kemampuan mensintesis ide-ide baru, dan memecahkan masalah-masalah.
16
Model belajar personal dimulai dari pandangan tentang harga diri individu.
Seseorang berusaha memperoleh pendidikan sehingga berusaha memahami diri
sendiri dengan lebih baik, bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri, dan
belajar mencapai pengembangan yang baru dengan lebih kuat, lebih sensitif, dan
lebih kreatif dalam meraih kehidupan yang berkualitas tinggi.
a. Pengajaran Nondirektif
Dikembangkan dari teori konseling, model ini menekankan kerja sama
antara pebelajar dengan guru. Guru berusaha membantu pebelajar memahami
bagaimana memainkan peran utama dalam pencapaian pendidikannya.
Contohnya, “dalam rangka menjelaskan tujuan dan berpartisipasi dalam
pengembangan”. Pada kesempatan untuk mencapai tujuan tersebut, guru
menyediakan informasi tentang seberapa jauh kemajuan yang dicapai dan
membantu pebelajar memecahkan masalah. Guru nondirektif secara aktif
membangun kerja sama dengan menyediakan bantuan yang diperlukan oleh
pebelajar untuk mencari jalan ke luar dari permasalahan yang dihadapi.
Model ini digunakan dengan beberapa cara. Pertama, digunakan
sebagai model dasar untuk melaksanakan seluruh program pendidikan.
Kedua, dikombinasikan dengan model lain untuk meyakinkan bahwa kontak
dilakukan dengan pebelajar, Ketiga, digunakan ketika pebelajar
merencanakan proyek belajar mandiri maupun kooperatif Keempat,
digunakan secara periodik ketika memberikan konseling kepada pebelajar
menemukan jalan ke luar tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan pebelajar
untuk dipahaminya.
b. Peningkatan Harga Diri
Karya Abraham Maslow digunakan untuk membimbing suatu program
dalam hal rasa harga diri dan kemampuan aktualisasi diri. Guru menggali
prinsip-prinsip yang dapat membimbing kegiatan-kegiatan kerja sama dengan
pebelajar untuk meyakinkan dan memberikan gambaran tentang pribadi si
pebelajar sebaik mungkin.
Dasar teoretik model ini sering disebut teori belajar sosial, modifikasi
perilaku, terapi perilaku, dan cybernetic. Manusia memiliki sistem komunikasi
koreksi diri yang memodifikasi perilaku dalam merespons informasi tentang
17
seberapa jauh keberhasilan tugas-tugas yang dikehendaki. Contohnya, bayangkan
manusia yang memanjat suatu tangga rumah yang belum dikenal dan dalam
suasana gelap. Langkah pertama sementara adalah melangkahkan tapak kaki. Jika
langkah terlampau cepat, kemungkinan terpeleset di tempat kosong, dan jatuh.
Jika terlampau lambat, kaki terantuk anak tangga. Secara bertahap, perilaku
disesuaikan dengan balikan sampai ada kemajuan dalam meniti anak tangga
dengan aman.
a. Belajar Tuntas dan Pembelajaran Terprogram
Aplikasi teori sistem perilaku untuk tujuan akademik tampak dalam
bentuk yang disebut belajar tuntas (mastery learning). Pertama, materi yang
dipelajari dipecah menjadi, unit-unit dari yang sederhana sampai ke
kompleks. Materi-materi yang disajikan kepada pebelajar umumnya
dikerjakan secara individual, melalui media yang sesuai (bacaan, tape,
kegiatan-kegiatan). Pebelajar mengerjakan bagian demi bagian dengan cara
maju berkelanjutan. Setelah suatu unit selesai dipelajari, pebelajar diberi tes
untuk mengetahui keberhasilan belajar. Jika tidak dapat menyelesaikan unit
tersebut, pebelajar dapat mengulanginya atau mempelajari unit yang setara
sampai keberhasilannya tercapai.
b. Pembelajaran Langsung
Dari studi tentang perbedaan antara guru mengajar yang lebih efektif
dan yang kurang efektif, serta dari teori belajar sosial, suatu paradigma untuk
pembelajaran secara langsung disusun. Pernyataan tujuan pembelajaran
disampaikan secara langsung kepada siswa, serangkaian kegiatan yang jelas
berkaitan dengan tujuan, monitoring yang cermat dari kemajuan-kemajuan
belajar, balikan tentang hasil belajar, serta taktik-taktik untuk penilaian yang
lebih efektif dikaitkan dengan serangkaian panduan untuk memperoleh
kegiatan belajar.
c. Belajar melalui Simulasi: Latihan dan Latihan Mandiri
Dua jenis latihan pendekatan dikembangkan dari teori perilaku
kelompok cybernetic. Salah satu di antaranya adalah model teori-ke-praktik
dan yang lain adalah simulasi. Pendekatan yang pertama, menggabungkan
informasi tentang keterampilan dengan demonstrasi, praktik, balikan, dan
latihan sampai suatu keterampilan dicapai. Contohnya, apabila tujuan
keterampilan menghitung maka dijelaskan dan didemonstrasikan, praktik
18
diberikan dengan balikan korektif, dan pebelajar diminta untuk
menerapkannya dengan pelatihan dari teman sebaya atau instruktur. Simulasi
dibentuk dari deskripsi situasi riil kehidupan lingkungan yang lebih kecil
diciptakan untuk situasi pembelajaran. Terkadang cara membawakan
dielaborasi. Contohnya, simulasi hubungan internasional. Pebelajar ikut
dalam suatu kegiatan untuk menilai hasil akhir suatu simulasi.
19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran ada 4 yaitu :
Belajar Kolaboratif
Belajar kolaboratif bukan sekedar bekerja sama antarsiswa dalam suatu kelompok
biasa, tetapi suatu kegiatan belajar dikatakan kolaboratif apabila dua orang atau
lebih bekerja bersama, memecahkan masalah bersama untuk mencapai tujuan
tertentu.
Belajar Kuantum
Model belajar ini muncul untuk menanggulangi masalah yang paling sukar di
sekolah, yaitu “kebosanan”. Istilah Kuantum secara harfiah berarti “kualitas
sesuatu”, mekanis (yang berkenaan dengan gerak).
Belajar Kooperatif
Apabila Anda telah memahami belajar kolaboratif maka di sini Anda akan
melihat perbedaannya dengan belajar kooperatif. Kooperasi berarti bekerja
bersama untuk menyelesaikan suatu tujuan.
Belajar Tematik
Belajar tematik didefinisikan sebagai suatu kegiatan belajar yang dirancang
sekitar ide pokok (tema), dan melibatkan beberapa bidang studi (mata pelajaran)
yang berkaitan dengan tema.
selain itu rumpun model mengajar terdiri dari :
Rumpun model sosial
Model mengajar sosial diciptakan untuk membentuk masyarakat belajar.
Rumpun model pemrosesan informasi
Model pemrosesan informasi menekankan pada cara meningkatkan pembawaan
seseorang memahami dunia dengan memperoleh dan mengorganisasikan data,
memahami masalah dan mencari pemecahannya, serta mengembangkan konsep-
konsep dan bahasa untuk menyampaikannya.
Rumpun model personal
Model belajar personal dimulai dari pandangan tentang harga diri individu.
Rumpun model sistem perilaku
Manusia memiliki sistem komunikasi koreksi diri yang memodifikasi perilaku
dalam merespons informasi tentang seberapa jauh keberhasilan tugas-tugas yang
dikehendaki.
20
B. Saran
Dengan adanya berbagai teori yang telah diuraikan diharapkan lebih
meningkatkan model pembelajaran yang lebih baik dari waktu ke waktu.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anitah w., sri dkk. 2011. Materi pokok strategi pembelajaran SD. Jakarta:universitas terbuka.
Majid, Asifa, and Niclas Burenhult. "Odors are expressible in language, as long as you
speak the right language." Cognition 130.2 (2014): 266-270.
Pranata, J., Aprianto, F. R., Ruswandi, A., & Pangestu, L. (2016). “Penerapan model
pembelajaran quantum berbasis media interaktif pada matapelajaran IPA
Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal IPA, 1(2), 534-539.
22