Anda di halaman 1dari 90

MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KIMIA

“ METODE , PENDEKATAN DAN MEDIA PENDIDIKAN “

OLEH :
Nurma yunita (20170111054018)

Dosen Pengampu :

Drs. Alex A. Lepa, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam jangka waktu yang
telah di tetapkan. Makalah yang penulis susun ini berjudul “Metode, Pendekatan, dan
Media Pembelajaran”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan, arahan
dan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Metode, Pendekatan, dan Media Pembelajaran”.
2. Bapak Drs. Alex A. Lepa, M.Si selaku dosen pengampu pada mata kuliah Strategi Belajar
Mengajar Kimia, yang senantiasa membimbing, dan mengarahkan dalam proses penyelesaian
makalah ini.
3. Keluarga serta sahabat yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi selama penulisan
makalah “Metode, Pendekatan, dan Media Pembelajaran”.
Tujuan penulis menyusun makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Strategi Belajar
Mengajar Kimia dan sebagai sumber referensi. Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini
yaitu untuk dapat membantu mahasiswa/mahasiswi dalam mempelajari materi yang
berhubungan dengan metode, pendekatan dan media pembelajaran sebagai strategi dalam
proses belajar mengajar kimia.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sekalian guna perbaikan pada masa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Jayapura, Juli 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

Judul .......................................................................................................

Kata Pengantar ....................................................................................................... 2

Daftar Isi ....................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan

1. Latar belakang ....................................................................................................... 4


2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
3. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 5
4. Manfaat penulisan ..................................................................................................... 5
5. Metode Penulisan ...................................................................................................... 5

Bab II Pembahasan

1. Pengertian metode, langkah-langkah, kelebihan dan kelemahan .............................. 6-52


2. Pengertian pendekatan, jenis, kelebihan dan kelemahan .......................................... 57-90
3. Pengertian media, jenis, kelebihan dan kelemahan ................................................... 90- 101

Bab III Penutup

1. Kesimpulan................................................................................................................ 102

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 105


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan
bangsa dan Negara. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar
mengajar atau proses pembelajaran. Konteks perencanaan ini guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai
interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif
dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan
kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna
kepentingan pengajaran.

Seseorang tentunya sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang cukup


untuk menghadapi kehidupan. Sehingga, seseorang tersebut haruslah menjadi individu yang
berpengetahuan, berpengalaman, dan memiliki sikap yang baik. Proses tersebut tentunya
melewati waktu yang panjang dan tentunya tak mudah untuk melaluinya. Proses untuk
mencapai kompetensi tersebut biasanya disebut dengan belajar.

Belajar hakikatnya adalah proses terhadap semua individu dan situasi di sekitar
individu. Seorang individu akan di pengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam diri individu
sendiri, ataupun dari luar diri individu tersebut dalam proses pencapaian kompetensi yang
dimaksud. Individu yang memiliki motivasi belajar kecil tentunya akan lebih sulit untuk
mencapai apa yang ingin diketahuinya. Selain hal di atas, dalam proses pembelajaran
tentunya ada pula strategi-strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran agar lebih
memudahkan individu memahami suatu ilmu. Strategi tersebut harus disesuaikan dengan
topik dan keadaan pada saat proses belajar dilakukan. Belajar dapat dilakukan dimana saja
dan dari siapa saja. Belajar dapat dilakukan dari berbagai sumber, misalnya guru, buku, media
massa, dll.

Proses pembelajaran haruslah menarik agar pembelajaran dapat berhasil sesuai dengan
yang di harapkan. Guru harus lebih kreatif dan mampu membuat pembelajaran lebih menarik
dan disukai oleh peserta didik, oleh sebab itu penulis menulis makalah yang berjudul“
Metode, Pendekatan, dan Media Pembelajaran”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan metode, pendekatan dan media pembelajaran ?


2. Apa saja jenis-senis metode, pendekatan dan media pembelajaran ?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam metode pembelajaran ?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam metode pembelajaran ?
5. Apa saja prinsip media pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui pengertian dari metode, pendekatan dan media pembelajaran.


2. Dapat mengetahui jenis-jenis metode, pendekatan dan media pembelajaran.
3. Dapat memahami langkah-langkah dalam metode pembelajaran
4. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari suatu metode pembelajaran.
5. Dapat mengetahui prinsip media pembelajaran.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberi pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca mengenai pengertian dan jenis-jenis metode, pendekatan dan
media, kelebihan dan kekurangan dari setiap metode, langkah-langkah metode pembelajaran
serta prinsip media pembelajaran . Dan dengan pengetahuan yang didapatkan, pembaca
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan mengenai metode, pendekatan dan media
pembelajaran.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kajian pustaka, yaitu
penulis mengumpulkan berbagai sumber referensi yang relevan yang bersumber dari buku
maupun dari media elektronik (internet) dengan materi yang disajikan dan kemudian
dilakukan pengkajian terhadap materi tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. METODE PEMBELAJARAN
Metode dapat dikatakan juga sebagai “cara”, atau Secara umum metode adalah suatu
tindakan dalam menyelesaikan suatu persoalan tertentu. Sedangkan berkaitan dengan
pembelajaran Menurut Warsita (2008:85) pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat
peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Berdasarkan
pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah tindakan
yang dipakai guru dalam meyelesaikan persoalan dalam pembelajaran/kegiatan belajar..
Metode pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran, Untuk itu berikut
ini akan dibahas beberapa metode pembelajaran :

1. Metode Ceramah

Metode Ceramah secara umum adalah penyampaian informasi secara satu arah dari
penyaji atau pembicara kepada pendengar. Sedangkan dalam pembelajaran, metode ceramah
Menurut Wina Sanjaya, adalah penyajian materi pelajaran melalui penuturan secara lisan
atau penjelasan langsung kepada sekelompok peserta didik.

Kelebihan Metode ceramah


 Dapat dilaksanakan didalam maupun diluar ruangan .
 Dapat digunakan untuk jumlah audience atau pendengar yang banyak.
 Dapat melatih kemampuan audience pendengar dalam mendengarkan dan
menyimak dengan baik dan benar.
 Dapat digunakan untuk menjelaskan semua mata pelajaran.
 Dalam waktu singkat, guru dapat menyajikan materi pelajaran yang banyak kepada
sejumlah peserta didik secara serentak.
 Tiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menyimak materi apabila
pendengaran semua siswa baik.
 Materi yang dibahas dapat dikaitkan dengan bidang lain.
 Memungkinkan guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman guru
sendiri atau peserta didik dalam kehidupan nyata. Sehingga peserta didik
memperoleh wawasan yang luas tentang suatu materi pelajaran dan merangsang
tumbuhnya daya imajinasinya.
Kelemahan Metode ceramah:
 Proses pembelajaran didominasi oleh guru, sehingga peserta didik menjadi pasif
 Komunikasi yang terjadi hanya satu arah sehingga cenderung menimbulkan salah
tafsir tentang istilah tertentu (verbalisme)
 Tidak semua guru memiliki keterampilan berbicara dengan gaya bahasa, suara dan
sikap yang baik sehingga dapat menyebabkan peserta didik tidak tertarik untuk
mendengar dan memperhatikan ceramah yang disampaikan.
 Siswa yang pendengarannya kurang baik akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti pelajaran atau ceramah yang disampaikan
 Siswa yang mempunyai perhatian yang rendah atau kurang saat mengikuti ceramah
akan mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan.
 Kepadatan isi materi yang diberikan, dapat berakibat siswa tidak mampu
menguasai materi yang diajarkan, Terutama bagi siswa yang mempunyai
kemampuan rendah dan kurang.
 Pelaksanaan ceramah yang lebih dari 20 menit akan memudarkan perhatian peserta
didik sehingga proses pembelajaran terkesan menjemukan/membosankan.
 Materi pelajaran yang disajikan dengan ceramah hanya mampu diingat oleh peserta
didik dalam jangka waktu yang singkat sehingga tidak membantu peserta didik
mengorganisasikan materi dalam ingatannya untuk jangka waktu yang panjang.
 Guru sukar mengetahui apakah siswa sudah mengerti atau tidak materi yang di
bahas.

Langkah-langkah metode mengajar ceramah:


1. Tahap Persiapan
 Menetapkan kompetensi dasar yang akan dicapai
 Menentukan tujuan pembelajaran
 Mempersiapkan materi ajar dan pokok materi yang akan diceramahkan atau
disampaikan
 Mempersiapkan alat-alat yang mungkin akan digunakan pada saat menerapkan
metode ceramah di kelas, seperti kapur/spidol, penghapus, carta, dll
 Menguasai materi yang akan di ajarkan
2. Tahap Pelaksanaan
 mengucapkan Salam
 Menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran
 Menciptakan hubungan baik dengan peserta didik, misal perkenalan bagi guru baru,
atau dengan cerita hangat (anekdot)
 Menarik perhatian peserta didik, misal meminta peserta didik agar rajin belajar,
menginformasikan bahwa setelah ceramah akan diadakan tes.
 Mengekspos isi materi yang penting, misal ringkasan/resume materi,
mendefinisikan konsep-konsep yang berkaitan dengan materi, menghubungkan
materi ceramah dengan materi yang telah disajikan sebelumnya
3. Penyajian materi
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan ceramah adalah volume
suara, intonasi, artikulasi, pandangan (kontak mata), gerak tubuh, perpindahan
posisi dan lain-lain untuk menghidupkan suasana pembelajaran.
 Agar peserta didik mudah memahami materi, penjelasan hendaknya singkat dan
jelas dengan mengguanakan kata-kata sederhana dan kalimat pendek. Jika memakai
istilah asing hendaknya diberikan terjemahannya.
 Menjelaskan materi secara lisan dapat didukung dengan penggunaan media.
misalnya sebagai visualisasi, bisa mengunakan charta/gambar atau dengan
menggunakan papan tulis untuk mencatat penjelasan yang penting. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik membuat catatan sehingga mengurangi kelupaan.
 Untuk memantapkan pemahaman maka perlu diulang beberapa materi ceramah
yang dianggap penting. Hal ini akan membantu peserta didik yang daya tangkapnya
kurang sekaligus memperjelas bagi peserta lainnya.
 Mengaitkan materi pembelajaran dengan lingkungan luar baik alam maupun sosial
 Untuk memperjelas isi ceramah perlu diberikan ilustrasi atau contoh konkret dari
sekitar kehidupan peserta didik agar peserta didik lebih mudah dalam mengingat
pelajaran yang disampaikan.
 Agar ceramah berhasil, perlu pengaturan alokasi waktunya, yaitu setiap 10/15
menit diselingi dengan cerita menarik, dan lucu, untuk menghilangkan kebosanan
pada peserta didik.
4. Penutup
 Guru merangkum materi yang telah disampaikan
 Mengaitkan materi yang dibahas dengan materi yang akan datang atau materi
selanjutnya.
 Guru memberikan tugas guna mengevaluasi hasil belajar siswa
 Guru menyampaikan ucapan terimakasih dan salam penutup

2. Metode Diskusi

Metode diskusi secara umum adalah pelibatan dua orang atau lebih yang berinteraksi
saling bertukar pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan
bersama. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang
bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251). Dimana, dalam pembelajaran menurut Moh.
Surya, metode pembelajaran diskusi adalah suatu proses dimana murid-murid akan
mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam
memecahkan masalah bersama.

Kelebihan metode pembelajaran diskusi:


 Dapat membuat siswa lebih aktif
 Dapat memperluas wawasan peserta didik.
 Menumbuhkan dan membina sikap berfikir logis, kritis, analitis, dan sistematis.
 Menumbuhkan kemampuan untuk mengemukakan argumentasi/pendapat dengan
menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
 Dapat merangsang kreativitas peserta didik dalam memunculkan ide untuk
memecahkan suatu masalah.
 Dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, serta keberanian
menyampaikan pendapatnya.
 Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah
yang sedang didiskusikan.
 Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

Kekurangan metode diskusi :


 Tidak semua topik dapat menggunakan metode diskusi
 Kemungkinan besar diskusi akan dikuasai oleh peserta didik yang suka berbicara atau
ingin menonjolkan diri.
 Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar bila diskusi yang dipakai adalah
diskusi dalam kelas yang kecil dan dengan siswa yang sedikit
 Memerlukan waktu yang cukup banyak bila diskusi yang dipakai adalah semacam
diskusi terbuka dan dalam kelompok yang besar seperti diskusi dalam sebuah seminar
 Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
 Hasil yang pasti dari diskusi sulit diperkirakan, kendatipun telah diorganisasikan
dengan baik.

Langkah – langkah Metode Mengajar Diskusi :


1. Persiapan
 Guru menentukan pokok bahasan
 Guru merumuskan tujuan pembelajaran
 Guru menetapkan masalah sebagai topik diskusi
 Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
 Guru mempersiapkan berbagai alternatif jawaban
 Guru memperhitungkan waktu yang akan dibutuhkan

2. Pelaksanaan
 Menginformasikan permasalahan/topik, prosedur diskusi, dan mengorganisasikan
peserta didik dalam kelompok serta mengatur formasi kelas
 Guru memberi kesempatan untuk diskusi sesuai dengan aturan.
 Selama diskusi berlangsung, guru perlu mengatur untuk menjaga ketertiban,
memberikan bimbingan apabila diperlukan, meluruskan pembicaraan jika terjadi
penyimpangan, dsb.
 Jika dalam diskusi terjadi hal seperti siswa yang biasa berbicara saja selalu
menyampaikan pendapatnya sebaiknya guru memberikan pengertian kepada siswa
yang sudah biasa berbicara tersebut untuk memberikan kesempatan kepada teman
yang lainnya, atau dengan membantu peserta didik lain yang malu atau pendiam
agar dapat menyampaikan pendapatnya juga.
 Agar menumbuhkan partisipasi setiap anggota dalam mengikuti diskusi sebaiknya
peserta didik ditingkatkan motivasi agar semangat dalam mengikuti diskusiisalnya
dengan memberikan penghargaan atau reward bagi setiap peserta didik yang telah
berpartisipasi atau memberikan pendapat. Penghargaan yang diberikan bisa berupa
nilai dan lain-lain.
 Setelah waktunya habis, masing-masing kelompok ditugaskan untuk membuat
laporan dan menyampaikan secara klasikal agar ditanggapi oleh kelompok lainnya.
Selama diskusi kelas, guru bertindak sebagai pemimpin dan menugaskan kepada
masing-masing kelompok agar mencatat setiap tanggapan yang diberikan kepada
kelompoknya sekaligus memberikan tanggapan balik.
 Setelah proses diskusi berakhir, tugaskan agar setiap kelompok menyempurnakan
hasilnya dengan memperhatikan masukan, kemudian melaporkannya secara
tertulis.
3. Evaluasi
 Membuat kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
 Membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum terpecahkan berikut
penyebabnya
 Me-review jalannya diskusi
 memberikan komentar tentang proses diskusi

3. Metode Resitasi/ Pemberian Tugas

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, metode resitasi atau penugasan adalah penyajian
materi dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, tugas
dapat dikerjakan di rumah, di perpustakaan maupun dimana saja, dan hasilnya dipertanggung
jawabkan.

Kelebihan metode resitasi :


 Siswa lebih mendalami dan mengalami sendiri pengetahuan yang di carinya, sehingga
pengetahuan itu akan tinggal lama dalam ingatannya.
 Melatih peserta didik untuk melaksanakan serangkaian kegiatan agar mereka dapat
menemukan pengalaman belajarnya.
 Dapat menumbuhkan kreatifitas, usaha, tanggung jawab, dan sikap mandiri siswa,
serta memperkaya pengetahuan siswa
 Mendorong peserta didik untuk menilai sendiri seberapa jauh kelebihan dan
kekurangan kemampuannya dalam mengerjakan tugas
 Mendorong perkembangan kemampuan dalam memikirkan dan melakukan sesuatu
tanpa bantuan pihak lain

Kekurangan metode resitasi :


 Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia mengerjakan tugas atau orang lain yang
mengerjakan.
 Terkadang siswa hanya meniru hasil pekerjaan temannya tanpa mau bersusah payah
mengerjakan sendiri.
 Terkadang siswa kurang memahami tugas yang diberikan sehingga siswa tidak mau
berusaha untuk menyelesaikan tugasnya.
 Apabila setiap mata pelajaran memberikan tugas, maka siswa akan kesulitan dalam
membagi waktu sehingga terkadang siswa lupa untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan

Langkah-langkah Metode Resitasi :


1. Persiapan
 Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai dengan penugasan
 Guru merumuskan tujuan pembelajaran
 Guru menentukan pokok materi yang akan ditugaskan
 Menetapkan topik yang diperkirakan dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik di
luar jam tatap muka.
 Menetapkan prosedur dalam menyelesaikan tugas
 Guru menyiapkan tugas dan memberikan rujukan literatur pada siswa .
2. Pelaksanaan
 Menginformasikan kompetensi dasar yang akan dicapai melalui penugasan dan
dijelaskan pula manfaat pengerjaan tugas bagi peserta didik.
 Menginformasikan topik yang akan ditugaskan termasuk kesulitan dan pemecahan
dalam pelaksanaannya
 Memberikan informasi ciri-ciri tugas yang harus dikerjakan seperti makalah, kliping,
atau mengerjakan soal biasa.
 Memberikan kriteria atau format penulisan tugas (untuk tugas makalah, kliping dan
sebagainya)
 Memberikan kriteria pengerjaan tugas untuk soal biasa misalnya jawabannya disertai
dengan penulisan apa saja yang diketahui dari soal dan yang ditanyakan kemudian
dilanjutkan dengan penyelesaiannya.
 Menginformasikan langkah-langkah penyelesaian tugas, misal:
1) Tugas diselesaikan secara individu atau Kelompok
2) Teknik pelaporan tugas dengan sistematikanya: pedahuluan,
topik/permasalahan, pemecahan masalah, dan kesimpulan
3) Apabila peserta didik dalam menyelesaikan tugas menemui kesulitan,
meskipun telah dijelaskan sebelumnya bagaimana mengatasi kesulitan, maka
mereka diberikan kesempatan utuk konsultasi pada jam istirahat.
 Memberikan batas waktu untuk penyelesaian tugas
3. Tindak lanjut
 Memeriksa laporan atau tugas dengan memberikan ulasan seperlunya, baik berupa
pujian secara tertulis, maupun pembenaran dan sebagainya
 Memberikan penilaian dan kesimpulan tentang pelaksanaan tugas
 Melakukan penyelesaian bersama terhadap kesulitan yang tidak terpecahkan dalam
pelaksanaan tugas
 Guru melakukan evaluasi

4. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah penyajian materi pelajaran dengan memperagakan atau


mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
di pelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan disertai dengan
penjelasan lisan

Kelebihan metode demonstrasi :


 Siswa akan lebih mengenal tentang alat dan bahan yang seringkali disebutkan dalam
materi
 Membantu siswa memahami dengan jelas tentang jalannya suatu proses atau kerjanya
suatu benda
 Pengalaman yang diperoleh siswa akan dapat membuat ingatan siswa tentang materi
lebih lama
 Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
 Kesalahan-keasalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkrit, dengan menghadirkan obyek sebenarnya
 Memperkecil kemungkinan salah tafsir, jika dibandingkan dengan peserta didik yang
hanya membaca dan mendengar informasi untuk dihafalkan
 Dapat melibatkan peserta didik dengan menirukan peragaan yang diberikan, sehingga
mereka cakap, terampil dan percaya diri
 Dapat memusatkan perhatian peserta didik terhadap hal penting selama proses
pembelajaran.
 Memungkinkan peserta didik untuk menanyakan aspek yang diperagakan
Kekurangan metode demonstrasi :
 Memerlukan waktu dan tenaga yang cukup banyak.
 Apabila terjadi kekurangan media dan bahan ajar, serta siswa tidak aktif maka metode
demonstrasi menjadi kurang efektif dan efisien.
 Metode demonstrasi tidak dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua
materi
 Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
 Memerlukan persiapan yang teliti sehingga dalam pelaksanaanya terhindar dari kesan
lelucon.

Langkah-langkah Metode Demonstrasi :


1. Tahap persiapan
 Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai
 Merumuskan tujuan pembelajaran
 Menentukan pokok materi yang akan di demonstrasikan
 Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk demonstrasi
 Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam demonstrasi
 Mencoba alat terlebih dahulu sebelum di gunakan dalam demonstrasi
 Menentukan langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan
 Guru menguasai materi yang akan di demonstrasikan
2. Tahap pelaksanaan
a) Pembukaan
 Memberitahukan kepada siswa topik dan tujuan demonstrasi
 Mengatur tempat duduk agar memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan
dengan jelas apa yang akan di demonstrasikan
b) Kegiatan inti
 Memberikan pengantar demonstrasi agar peserta didik mengamati, kemudian
menirukan. Di samping itu, dijelaskan prosedur dan keamanannya
 Guru memperkenalkan bahan dan alat demonstrasi kepada siswa beserta fungsi
dan kegunaannya
 Guru menunjukkan dengan rinci tentang beberapa proses demonstrasi yang di
anggap penting
3. Penutup
 Guru memberikan kesimpulan demonstrasi kepada siswa
 Guru mengevaluasi tentang jalannya demonstrasi

5. Metode Eksperimen

Menurut Bahri ( 2006 : 84 ), metode eksperimen adalah kegiatan penyajian pelajaran


dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu
yang dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, dan mencoba
mencari sesuatu hukum atau dalil, serta menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya.
Dalam metode eksperimen, peserta didik diberikan kesempatan secara perorangan atau
kelompok untuk melakukan suatu proses atau percobaan.

Kelebihan metode eksperimen :


 Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaanya sendiri dari pada hanya menerima perkataan dari guru atau
buku
 Memberi dorongan pada peserta didik untuk mengeksplorasi (menjelajahi) dan
mendalami tentang ilmu yang dipelajari.
 Hasil percobaan yang berguna dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru dalam
kehidupan sehari – hari
 Siswa akan lebih mahir dan berpengalam dalam menggunakan alat-alat dalam
eksperimen
 Membina siswa yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan
sebagai hasil percobaan.

Kekurangan metode eksperimen :


 Memerlukan waktu yang relatif lama.
 Keterbatasan alat dapat mengakibatkan tidak semua siswa melakukan eksperimen
secara bersamaan
 Memerlukan biaya yang tidak sedikit
 Memerlukan laboratorium beserta alat dan bahannya yang memadai dan berstandar
keselamatan yang baik
 Tidak bisa dilakukan di sembarang tempat (harus dilakukan di laboratorium)
 Metode ini tidak dapat digunakan pada semua materi dan mata pelajaran namun hanya
dapat dilakukan pada bidang-bidang ilmu sains dan teknologi.
Langkah-langkah metode eksperimen:
1. Tahap Persiapan
 Menentukan pokok materi yang akan di eksperimenkan
 Merumuskan tujuan pembalajaran yang harus dicapai dengan metode eksperimen
 Menyiapkan modul dan lembar kerja siswa
 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen
 Guru mengecek dan mencoba terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan
dalam percobaan apakah masih dalam kondisi baik atau tidak
 Guru menguasai materi yang akan di eksperimenkan
2. Tahap Pelaksanaan
a) Pembuka
 Guru menyampaikan topik dan tujuan eksperimen
 Guru menjelaskan terlebih dahulu prosedur kerja yang akan dilakukan
b) Kegiatan inti
 Siswa melaksanakan eksperimen berdasakan prosedur dalam modul yang telah
disiapkan oleh guru
 Guru memimbing siswa dalam melaksanakan eksperimen
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengisi lembar kerja siswa
c) Penutup
 Guru menyimpulkan eksperimen yang dilakukan
 Guru memberikan pengarahan tentang pembuatan laporan resmi hasil eksperimen
 Guru mengevaluasi tentang eksperimen yang telah dilakukan

6. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan
pertanyaan dan murid menjawab begitu pula sebaliknya. dimana ketika siswa tidak dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan, maka guru tidak boleh memberikan jawaban kepada
siswa secara langsung tetapi ketika siswa kesulitan dalam menemukan jawaban maka guru
memberikan petunjuk atau penjelasan agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri.

Kelebihan metode Tanya jawab :


 Siswa dapat melatih keberanian dan keterampilannya dalam menjawab
 Siswa yang kurang paham suatu pembahasan tertentu, dapat bertanya kepada guru
agar dijelaskan ulang bagian yang belum dipahami tersebut
 Metode ini lebih mudah untuk menentukan apakah siswa sudah memahami materi
atau belum
 Dengan memikirkan jawaban atas petanyaan membuat peserta didik belajar secara
aktif selama proses pembelajaran
 Peserta didik lebih cepat berhasil dalam mempelajari materi baru
 Setiap saat guru dapat mengontrol keikutsertaan peserta didik selama pembelajaran
dan juga dapat menghindari terjadinya keributan dalam kelas dengan mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik yang menjadi biang keributan.

K ekurangan Tanya jawab :


 Terbatasnya jumlah waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap peserta didik.
 Siswa sering merasa takut untuk memberikan jawaban, apabila guru kurang dapat
medorong siswa untuk berani atau karena suasana pembelajaran yang tegang dan tidak
akrab,
 siswa kadang masih malu untuk bertanya kepada gurunya terutama untuk siswa yang
sulit dalam membuat kalimat pertanyaan.
 waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang
 Sering jawaban diborong oleh sejumlah kecil siswa yang menguasai dan senang

berbicara, sedangkan banyak siswa lainnya tidak memikirkan jawabannya.

Langkah-langkah metode Tanya-jawab :


a) Persiapan :
 Menetapkan kompetensi dasar yang akan dicapai
 Merumuskan tujuan pembelajaran
 Menetukan topik/materi pokok pertanyaan
 Menyusun pertanyaan secara tepat sesuai tujuan
 Merumuskan pertanyaan-pertanyaan sesuai topik/materi pokok untuk mewujudkan
tercapainya kompetensi dasar
 Identifikasi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan oleh peserta didik

b) Pelaksanaan :
 Guru menyampaikan topik materi dan tujuan pembelajaran
 Memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa
 Mengajukan pertanyaan secara klasikal:
1) Pertanyaan dapat juga berasal dari peserta didik untuk ditanggapi peserta didik
lainnya atau guru
2) Usahakan setiap pertanyaan mengandung suatu permasalahan
3) Usahakan setiap peserta didik secara merata mengajukan dan menanggapi
pertanyaan
4) Usahakan untuk selalu memberikan penguatan (verbal atau nonverbal) terhadap
jawaban yang tepat dan segera memperbaiki jawaban yang kurang tepat
 Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab, namun
tidak seacara berebutan
 Guru menunjuk siswa satu persatu untuk menjawab secara bergantian, namun waktu
yang diberikan jangan terlalu lama. Jika waktu yang diberikan untuk menjawab
kiranya cukup namun siswa tidak juga menjawab, berikan kesempatan kepada siswa
lain.
 Memberikan kesimpulan
 Guru mengevaluasi

7. Metode Pembelajaran dengan Modul

Metode Pembelajaran dengan Modul adalah prosedur pembelajaran yang dilakukan


dengan menyiapkan suatu paket belajar yang berisi satu satuan konsep tunggal bahan
pembelajaran untuk dipelajari sendiri oleh siswa dan jika ia telah menguasainya baru boleh
pindah ke satuan paket belajar berikutnya.

Kelebihan pembelajaran dengan modul


 Siswa tidak memerlukan tempat belajar yang luas
 Siswa dapat belajar dimana saja dengan membawa modulnya

Kekurangan pembelajaran dengan modul


 Siswa bisa saja mengalami salah konsep, karena pemahaman saat membaca modul
setiap siswa dapat saja berbeda dengan arti sebenarnya
 Modul pada umunya masih menunjukkan adanya paksaan kepada siswa agar siswa
mengikuti cara dan kebiasaan penulis modul

Langkah-Langkah pembelajaran dengan modul :


 Guru menentukan materi yang akan diajarkan
 Guru membuat tujuan instruksional
 Guru memformulasikan garis besar materi
 Guru menulis modul yang berisikan materi pembelajaran
 Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai
 Modul dibagikan kepada siswa untuk dipelajari
 Guru mengambil kesimpulan
 Guru mengevaluasi siswa

8. Metode Artikulasi

Metode pembelajaran Artikulasi adalah penyajian materi yang prosesnya seperti pesan
berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan
menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model
pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus
berperan sebagai ‘penyampai pesan.’

Kelebihannya Model Pembelajaran Artikulasi:


 Semua siswa terlibat (mendapat peran)
 Melatih kesiapan siswa
 Cocok untuk tugas sederhana

Kelemahannya Model Pembelajaran Artikulasi:


 Waktu yang dibutuhkan banyak
 Jika guru tidak dapat mengarahkan siswa dengan baik, siswa akan menjadi semakin
bingung

Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi :


 Guru menentukan topik yang akan diajarkan
 Membuat tujuan intruksional
 Guru memahami materi yang akan di ajarkan
 Guru menyampaikan topik dan tujuan yang ingin dicapai.
 Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
 Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
 Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
 Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
 Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
 Kesimpulan/penutup.

9. Metode Kerja Lapangan

Metode kerja lapangan merupakan cara mengajar dengan mengajak siswa kedalam
suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar observasi atau peninjauan
saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan kerja agar siswa dapat menghayati sendiri
serta bekerja sendiri didalam pekerjaan yang ada dalam masyarakat.

Kelebihan metode kerja lapangan:


 Siswa mendapat kesempatan untuk langsung aktif bekerja dilapangan sehingga
memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja.
 Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai kebaikan
maupun kekurangannya.

Kelemahan merode kerja lapangan:


 Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang mendalam dan
penguasaan pengetahuan yang terbatas
 Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang jauh dari
sekolah sehingga guru perlu meninjau dan mepersiapkan terlebih dahulu
 Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli

Langkah-langkah metode kerja lapangan:


a) Perencanaan
 Melakukan analisis kurikulum dengan mempelajari keterampilan yang akan diajarkan
dengan merujuk pada kurikulum dan silabus meliputi standar kompetensi, prosedur
kegiatan, dan kondisi yang diperlukan untuk melatih keterampilan yang sesuai dengan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI).
 Mengidentifikasi lembaga, perusahaan, atau tempat tujuan kunjungan lapangan
dengan merujuk kepada hasil analisis kurikulum
 Membuat buku panduan pelaksanaan kunjungan lapangan.
 Membuat format penilaian kunjungan lapangan.
b) Langkah Persiapan
 Melakukan pendekatan kepada lembaga, perusahaan, atau tempat tujuan kunjungan
lapangan
 Membuat dan atau menyesuaikan waktu kunjungan lapangan.
 Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan.
 Menyelenggarakan kegiatan pembekalan bagi para siswa yang hendak melakukan
kunjungan lapangan .
c) Langkah Pelaksanaan
 Siswa melaksanakan kegiatan dengan merujuk kepada buku panduan selama kegiatan
kunjungan lapangan.
 Membimbing dan mengarahkan siswa dalam pelaksanaan kegiatan kunjungan
lapangan
 Membuat catatan tentang hal-hal yang perlu didiskusikan setelah pelaksanaan kegiatan
kunjungan lapangan.
d) Langkah Evaluasi dan Penutup
 Mengumpulkan laporan dari semua siswa peserta kunjungan lapangan.
 Mendiskusikan hasil kegiatan kunjungan lapangan dengan semua siswa peserta
kunjungan sesuai dengan catatan yang telah dibuat.
 Memberikan penilaian terhadap laporan hasil kunjungan lapangan yang telah dibuat
oleh masing-masing siswa.

10. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)

Menurut N. Sudirman ( 1987 : 146 ), metode problem solving adalah penyajian bahan
pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk di analisis dan
sintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Metode problem
solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa
melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai
merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.
Kelebihan matode problem solving :
 Mengajak siswa berpikir secara rasional.
 Mengembangkan rasa tanggung jawab.
 Metode ini tidak memerlukan fasilitas yang banyak

Kekurangan metode problem solving :


 Membutuhkan waktu yang lama.
 Bahan yang dipelajari kadang-kadang sukar dicapai.

Langkah-langkah (problem solving method) :


a) Persiapan
 Menentukan pokok materi yang akan di ajarkan
 Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
 Mempersiapkan persoalan yang akan di bahas sesuai materi
 Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk analisa sehingga dijadikan fakta.
 Menetukan jawaban sementara
b) Pelaksanaan
 Guru menyampaikan topik materi dan tujuan dari pembelajaran
 Memberikan persoalan kepada siswa
 Memberikan pengarahan sekilas tentang penyelesaian masalah
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan persoalan dengan
menggunakan berbagai macam teknik, dan media tertentu
 Menguji jawaban sementara
 Membuat kesimpulan
 Guru menyampaikan topik materi yang akan di bahas pada pertemuan selanjutnya
 Mengevaluasi siswa

11. Metode Mengajar Beregu ( Team Teaching Method )

Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari
satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk
sebagai kordinator.
Metode mengajar beregu adalah metode mengajar dengan dua guru atau lebih bekerja
sama mengajar sekolompok siswa.
Kelebihan metode mengajar beregu (Team Teaching Method) :
 Guru dapat lebih memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar mengajar,
khususnya pada cara penyajian bahan pelajaran agar dimengerti oleh siswa. Hal ini
dapat dilakukan karena guru dibebaskan dari semua pekerjaan yang bersifat
administratif;
 Setiap siswa dapat aktif berdasarkan kemampuan dan keaktifan sendiri tanpa perlu
dihambat oleh taraf perkembangan siswa-siswanya;
 Siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar atau lamban dalam kemajuan
belajarnya segera dapat diketahui karena baik para guru maupun para asisten selalu
mengikuti perkembangan setiap siswanya

Kekurangan metode Mengajar Beregu (Team Teaching Method) :


 Tidak mudah untuk mendapatkan pimpinan regu yang berpengalaman, menguasai
beberapa bidang mata pelajaran, berwibawa, cakap berorganisi dan menjalankan
manajemen yang bijaksana;
 Metode ini menuntut perlengkapan personil pengajar yang lengkap, alat bantu
pelajaran yang sempurna, ruang-ruangan yang dapat menampung jumlah besar
siswa maupun ruang-ruangan kecil untuk diskusi kelompok dan mengerjakan tugas
perorangan;

Langkah-langkah Metode mengajar beregu ( Team teaching method ) :


a) persiapan
 Perencanaan Pembelajaran Disusun secara Bersama
Perencanaan pembelajaran atau yang saat ini lebih populer dengan istilah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus disusun secara bersama-sama oleh setiap guru
yang tergabung dalam Team Teaching. Agar setiap guru yang tergabung dalam team
teaching memahami tentang apa-apa yang tercantum dalam isi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tersebut, mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator yang harus diraih oleh siswa dari proses pembelajaran, sampai kepada sistem
penilaian hasil evaluasi siswa.
 Metode Pembelajaran Disusun Bersama
Selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus disusun bersama oleh
team, metode yang akan digunakan oleh mereka dalam proses pembelajaran Team
Teaching pun harus direncanakan bersama-sama oleh anggota Team Teaching.
Perencanaan metode secara bersama ini dilakukan agar setiap guru Team Teaching
mengetahui alur proses pembelajaran dan tidak kehilangan arah pembelajaran.
 Partner Team Teaching Memahami Materi/Isi Pembelajaran Yang Akan Diajarkan
Guru sebagai partner dalam Team Teaching bukan hanya harus mengetahui tema dari
materi yang akan disampaikan kepada siswa saja, lebih jauh dari itu, mereka juga
harus sama-sama mengetahui dan memahami isi dari materi pelajaran tersebut. Hal ini
agar keduanya bisa saling melengkapi kekurangan pengetahuan yang ada di dalam diri
masing-masing. Terutama ini dapat dirasakan manfaatnya dalam penyampaian materi
pada siswa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atas penjelasan guru.
 Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas serta Adil
Dalam Team Teaching, pembagian peran dan tanggung jawab yang adil pada masing-
masing guru harus dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan, agar ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas,
mereka tahu peran dan tugasnya masing-masing. Tidak ada lagi yang namanya
ketidakjelasan peran dan tanggung jawab dalam hal ini.
b) Pelaksanaan
 Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang
sebagai pengawas dan pembantu team.
 Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran, dalam hal ini
berarti tugas sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jam pelajaran yang ada.
 Bisa juga divariasi secara bergantian sesuai dengan kesepakatan dari perencanaan
pembelajaran. Yang jelas saat satu guru bertindak sebagai pemateri, maka guru
yang satunya atau yang lainnya bertindak sebagai pengawas atau membantu siswa
yang sedang kesulitan belajar.
c) Tahap Evaluasi
1) Evaluasi Guru
Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah
jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan
cara memberi kritikan-kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran
harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya itulah
kelebihan dari team teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka banyak
mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan
paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk
menjaga image masing-masing guru dihadapan siswa.
2) Evaluasi Siswa
Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi dan
merencanakan metode evaluasi, yang semuanya dilakukan secara bersama-sama
oleh guru Team Teaching. Atas kesepakatan bersama guru harus membuat soal-
soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa, disini guru Team Teaching harus
secara bersama-sama menentukan bentuk soal evaluasi, baik lisan ataupun tulisan,
baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara keduanya.

12. Metode Karya Wisata ( Studi Tour)

Menurut Syaiful Bahri ( 2002 ), metode karyawisata adalah cara mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Metode Study tour (karya wisata) adalah metode
mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas
pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta
membuat laporan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

Kelebihan metode karya wisata:


 Peserta didik akan memperoleh serangkaian pengalaman (teori dan praktik) yang
berguna bagi perkembangan kepribadiannya
 Menanamkan rasa cinta pada lingkungan sekitar
 Peserta didik akan memperoleh kesempatan untuk memadukan materi dari berbagai
mata pelajaran pada objek karyawisata
 Siswa dapat melihat secara langsung objek yang selama ini bersangkutan dengan
materi, sehingga siswa tidak berfikiran sempit
 Menambah wawasan peserta didik
 Mengunjungi objek secara langsung dapat membuat siswa lebih mengingat
 Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan
dan kebutuhan yang ada di masyarakat
 Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan
nyata dalam pengajaran.
Kekurangan metode karya wisata :
 Dalam karya wisata perlu persiapan yang memerlukan perizinan serta banyak pihak
yang ikut ambil bagian di dalamnya.
 Perlu dana yang cukup agar terlaksananya karya wisata.
 Perlu pengawasan dan bimbingan dari pihak Guru.
 Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama,
sedangkan unsur studinya terabaikan.
 Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan
keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Langkah-langkah metode karya wisata :


a) Persiapan :
 Menetapkan kompetensi dasar yang akan dicapai dengan karyawisata
 Merumuskan tujuan pembelajaran
 Menetapkan pokok materi yang akan di ajarkan
 Menetapkan objek karyawisata secara bersama-sama antar guru mata pelajaran
 Mendapatkan persetujuan dari kepala sekolah dan orang tua peserta didik
 Memperhitungkan jumlah pengikut karyawisata dan membaginya kedalam
kelompok-kelompok dengan anggota maksimum 5 orang
 Bersama peserta didik merumuskan aturan main/tata tertib berikut teknik
pengamanannya
 Menetapkan waktu karyawisata termasuk jadwal perjalanan dengan
memperhitungkan keadaan cuaca dan musim
 Menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala
sesuatunya termasuk mengurus surat perizinan
 Mengunjungi objek karyawisata terlebih dahulu, jika dipandang perlu
 Memperhitungkan besarnya pembiayaan sekaligus mengumpulkan uang dari peserta
didik. Pengumpulan uang ini sebaiknya dimulai sejak awal tahun pelajaran (sistem
menabung). Perlu juga diperhitungkan biaya bagi peserta didik yang tidak mampu
 Menetapkan bagaimana teknik untuk menjaring data selama karyawisata termasuk
kelengkapannya, seperti lembar observasi, angket, panduan wawancara dan
sebagainya. Di samping itu perlu dijelaskan tentang kondisi objek karyawisata,
pembagian tugas untuk setiap kelompok dan cara pelaporan hasilnya.
 Membagi tugas-tugas dalam mempersiapkan kunjungan
 sarana dan prasarana
b) Pelaksanaan karya wisata :
 Mengadakan pertemuan dengan penguasa atau petugas objek karyawisata
 Peserta didik secara kelompok melakukan observasi dan wawancara sesuai tugasnya
masing-masing. Selama melakukan kegiatan, peserta didik harus mematuhi tata
tertib untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
 Guru menyampaikan topik materi dan tujuan pembelajaran
 Memberi petunjuk kepada siswa atau pengarahan
 Membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran di lingkungan
 Guru menunjukkan beberapa contoh ringan kepada siswa yang ada dalam objek yang
dikunjungi
 Guru mengaitkan antara komponen yang satu dengan yang lain dalam objek
 Guru memberitahukan manfaat atau kegunaan jika ada kerugian dan lain sebagainya,
maka disebutkan saja sebaiknya
 Selesai melakukan observasi dan wawancara, peserta didik dikumpulkan dan kalau
mungkin diadakan tanya jawab dengan petugas objek. Kemudian seluruh rombongan
dengan tertib meninggalkan objek
 Guru membuat kesimpulan akhir tentang materi
c) Tindak lanjut:
 Guru memberikan ulasan tentang jalannya karyawisata dan hubungan objek dengan
materi yang telah diajarkan
 Membuat cheklis berisikan nilai-nilai pelajaran yang telah dilakukan
 Secara klasikal peserta didik mengadakan diskusi tentang hasil karyawisata termasuk
beberapa masalah yang tak dapat dipecahkan selama perjalanan sebagai sumbangan
untuk pelaksanaan karyawisata selanjutnya pada objek yang sama
 Menyusun barang-barang yang diperoleh dari objek, baik berupa benda asli, tiruan,
gambar, catatan termasuk membuat laporan tentang perjalanan yang dilakukan
sebagai bahan dokumentasi sekolah yang berupa pajangan (display). Sebagian
laporan disampaikan kepada penguasa/instansi di objek karyawisata.
13. Metode Simulasi

Menurut Sri Anitah, W. DKK ( 2007 : 22 ), metode simulasi adalah pembelajaran dimana
objek yang sebenarnya dibuat pura-pura. Metode simulasi merupakan cara mengajar dimana
menggunakan tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan
tujuan agar orang dapat menghindari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa
dan berbuat sesuatu dengan kata lain siswa memegang peranaan sebagai orang lain.

Kelebihan metode simulasi:


 Kondisi pembelajaran umumnya menyenangkan sehingga mendorong partisipasi
peserta didik
 Memberikan kemungkinan untuk melakukan eksperimen dalam mengkaji suatu
peristiwa sebelum diterapkan pada kondisi yang sebenarnya
 Mengurangi keabstrakan dalam mempelajari materi pelajaran karena dilakukan
melalui kegiatan yang nyata
 Dalam pelaksanaannya tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang kompleks,
akan tetapi dengan informasi dan pengarahan yang sederhana peserta didik sudah
dapat melaksanakan
 Meningkatkan daya cipta dan imajinasi peserta didik melalui keterlibatannya secara
langung dalam setiap langkah kegiatan simulasi dan khusus bagi peserta didik yang
lamban, kurang cakap dan motivasi ternyata dapat mengikuti dengan baik
 Eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya
 Menumbuhkan cara berfikir yang kritis

Kekurangan metode simulasi:


 Pelaksanaan stimulasi mempersyaratkan pengelompokkan yang serasi di samping
pengaturan kelas yang sering kali tidak memungkinkan
 Ada anggapan bahwa metode ini hanya untuk memperbaiki motivasi dan imajinasi
peserta didik
 Mengundang kecaman karena di didalamnya terdapat permainan, (konotasi yang
negatif)
 Banyak orang meragukan hasilnnya karena sering tidak diikutsertakan elemen-elemen
penting
 Menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa
Langkah-langkah metode simulasi :
a) Persiapan simulasi
 Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai
 Menentukan topik dan tujuan.
 Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
 Guru menjelaskan peranan dan waktu masing-masing.
 Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, dan memberikan
kesempatan bagi pemain untuk menyiapkan diri masing-masing.
b) Pelaksanaan simulasi
 Simulasi dilakukan oleh sekelompok siswa yang memerankannya.
 Siswa yang lain mengikuti dengan penuh perhatian seolah-olah dalam situasi yang
sebenarnya dan sekaligus penilai.
 Guru hendaknya memberikan bantuan barangkali ada di antara pemain mendapat
kesulitan.
 Guru memberikan sugesti dan dorongan kepada siswa agar percaya diri dan mampu
memainkan peranan.
 Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk
mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang
disimulasikan.
 Merumuskan kesimpulan.

14. Metode Sumbang Saran (Brainstorming)

Metode brainstorming adalah teknik mengajar yang dilaksanakan guru dengan cara
melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab, menyatakan
pendapat, atau memberi komentar sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang
menjadi masalah baru .

Kelebihan Metode Sumbang Saran:


 Suasana disiplin dan demokratis dapat tumbuh.

 Anak-anak aktif untuk menyatakan pendapatnya.


 Melatih siswa untuk berfikir dengan cepat dan tersusun logis.
 Merangsang siswa untuk selalu berpendapat yang berhubungan dengan masalah uang
diberikan oleh guru.
 Terjadi persaingan yang sehat.
 Meningkatkan partisipasi siwa dalam menerima pelajaran.
 Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai atau dari guru.

Kelemahan Metode Sumbang Saran:


 Guru kurang memberi waktu kepada siswa untuk berfikir yang baik.

 Anak yang kurang pandai selalu ketinggalan.


 Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai.
 Guru hanya menampung pendapat-pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan.

Langkah-langkah Metode Sumbang Saran :


 Pemberian informasi dan motivasi.

Pada tahap ini guru menjelaskan masalah yang akan dibahas dan latar belakangnya,
kemudian mengajak siswa agar aktif untuk memberikan tanggapannya.
 Identifikasi.
Siswa diajak memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua
saran yang diberikan siswa ditampung, ditulis dan jangan dikritik. Pemimpin
kelompok dan peserta dibolehkan mengajukan pertanyaan hanya untuk meminta
penjelasan.
 Klasifikasi.
Mengklasifikasi berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok.
Klasifikasi bisa juga berdasarkan struktur/faktor-faktor lain.
 Verifikasi.
Kelompok secara bersama meninjau kembali sumbang saran yang telah
diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahan yang
dibahas. Apabila terdapat kesamaan maka yang diambil adalah salah satunya dan yang
tidak relevan dicoret. Namun kepada pemberi sumbang saran bisa dimintai
argumentasinya.
 Konklusi (Penyepakatan).
Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir
alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil
kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

15. Metode Sugesti-Imajinasi


Metode sugesti-imajinasi adalah metode pembelajaran menulis dengan cara memberikan
sugesti lewat lagu untuk merangsang imajinasi siswa. Dalam hal ini, lagu digunakan sebagai
pencipta suasana sugestif, stimulus, dan sekaligus menjadi jembatan bagi siswa untuk
membayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian berdasarkan tema lagu.

Kelebihan Metode sugesti-Imajinasi :


 Pemilihan lagu yang bersyair puitis membantu para siswa memperoleh model dalam

pembelajaran kosakata.
 Sugesti yang diberikan melalui pemutaran lagu merangsang dan mengkondisikan
siswa sedemikian rupa sehingga siswa dapat memberikan respons spontan yang
bersifat positif.
 Peningkatan penguasaan kosakata, pemahaman konsep-konsep dan teknik menulis,
serta imajinasi yang terbangun baik berkorelasi dengan peningkatan kemampuan
siswa dalam membuat variasi kalimat.

Kekurangan Metode sugesti-Imajinasi :


 Penggunaan metode sugesti-imajinasi tidak cukup efektif bagi kelompok siswa dengan

tingkat keterampilan menyimak yang rendah.


 Metode ini sulit digunakan bila siswa cenderung pasif.

Langkah- Langkah Metode sugesti-Imajinasi


a) Tahap perencanaan
 Perumusan tujuan pembelajaran
 Penentuan materi pembelajaran
 Pemilihan lagu sebagai media pembelajaran
b) Tahap Pelaksanaan
 Pretes: untuk mengukur kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki siswa
 Penyampaian tujuan pembelajaran
 Apersepsi: Menjelaskan hubungan antara materi yang telah diajarkan dengan materi
yang akan diajarkan.
 Penjelasan praktik pembelajaran dengan media lagu.
 Praktik pembelajaran
 Pascates: Siswa menulis sebuah karangan tanpa didahului dengan kegiatan
mendengarkan lagu.
c) Evaluasi
16. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar
(setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan
pengajaran. Metode ini dalam pelaksanaannya mempersyaratkan bahwa topik bahasan
hendaknya dipilih yang layak untuk kerja kelompok dan dirumuskan secara jelas mengenai
tugas-tugas untuk setiap kelompok.

Kelebihan metode kerja kelompok :


 Membuat peserta didik aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya

 Menggalang kerjasama dan kekompakan dalam kelompok


 Mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran keterampilan berdiskusi
dan proses kelompok.
Kelemahan metode kerja kelompok :
 Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan kepada peserta yang aktif dan mampu
untuk berperan sedangkan peserta didik yang terbelakang tidak terbuat apa-apa
 Memerlukan fasilitas yang beragam baik untuk fasilitas fisik dan ruangan maupun
sumber-sumber belajar yang harus disediakan.
 Cenderung kerja kelompok hanya dikerjakan oleh siswa yang pandai

Langkah-langkah dalam metode kerja kelompok:


 Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai
 Penetapan topik bahasan yang kompleks dan cukup luas isinya, sehingga dapat dibagi
sesuai jumlah kelompok
 Pembentukan kelompok yang lebih bersifat homogen dalam hal kemampuan
 Penjelasan topik yang menjadi tugas kelompok berikut cara penyelesaian dan sumber
belajarnya
 Proses kerja kelompok, (pemahaman topik serta peneyelesaian tugas). Selama proses,
guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan seperlunya dan menilai kerja
sama peserta didik dalam kelompok
 Pelaporan hasil kerja kelompok secara lisan atau tertulis
 Melakukan penilaian atas hasil dan proses kerja kelompok
17. Metode Latihan Keterampilan ( Drill Method )

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke
tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara
menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan
keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

Kelebihan metode latihan keterampilan :


 Peserta didik mendapatkan pengetahuan praktis yang siap pakai, mahir dan lancar.
 Menumbuhkan kebiasaan belajar peserta didik secara continue dan disiplin.
 Melatih peserta didik untuk belajar mandiri dan percaya diri
 Meningkatkan motivasi siswa.

Kelemahan metode latihan keterampilan:


 Menghambat bakat dan inisiatif anak didik.
 Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
 Membutuhkan waktu yang lama.

Langkah-langkah metode latihan keterampilan :

 siswa harus diberi penjelasan mengenai arti atau manfaat dan tujuan dari latihan tersebut.
 Latihan hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana kemudian ke
taraf yang lebih kompleks atau sulit
 Prinsip-prinsip dasar pengerjaan latihan hendaknya telah diberikan kepada peserta didik.
 Selama latihan berlangsung, perhatikanlah bagian-bagian mana yang sebagian besar
anak-anak dirasakan sulit.
 Latihlah bagian-bagian yang dipandang sulit itu lebih intensif.
 Jika suatu latihan telah dikuasai anak-anak, taraf berikutnya adalah aplikasi

18. Metode Course Review Horay

Metode pembelajaran Course Review Horay adalah pembelajaran yang dapat


menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang
dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-yel lainnya
yang disukai.
Sehingga para siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam metode pembelajaran course
review horay ini, apabila siswa dapat memberi tanggapan secara benar maka siswa tersebut
diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh
kelompok maupun individu siswa itu sendiri.

Kelebihan Metode Course Review Horay:


 Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak
menegangkan, sehingga siswa akan lebih tertarik
 Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan,
dengan adanya yel-yel
 Dapat diikuti oleh bannyak siswa

Kekurangan Metode Course Review Horay:

 Dapat menimbulkan suasana kelas yang ribut akibat yel-yel, sehingga di khawatirkan
akan mengganggu kelas lain

Langkah-Langkah Metode Course Review Horay:


 Guru menentukan topik dan tujuan pembelajaran
 Guru memahami materi yang akan diajarkan
 Guru membuat dan menyiapkan beberapa persoalan
 Guru menyampaikan topik dan tujuan kompetensi yang ingin dicapai.
 Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab
 Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan
kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
 Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau
kotak yang nomornya disebutkan guru.
 Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru
dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
 Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( √ ) dan langsung berteriak horay atau
menyanyikan yel-yelnya.
 Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .
 Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak
memperoleh horay.
 Menarik kesimpulan
 Penutup

19. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran

Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan suatu metode mengajar dimana
siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang
dalam hubungan sosial antar manusia.
Metode sosiodrama atau bermain peran adalah metode untuk menghadirkan peran-peran
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas yang kemudian
dijadikan sebagai bahan refleksi agar pesrta didik dapat memberikan penilaian.
.

Kelebihan Metode Sosiodrama atau bermain peran:


 Karena mereka bermain peran sendiri, maka mudah memahami masalah-masalah
sosial tersebut
 Bagi siswa dengan bermain peran sebagai orang lain, maka ia dapat menempatkan diri
seperti watak orang lain itu
 Siswa dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap saling
perhatian.
 Mengembangkan kreativitas siswa
 Memumpuk keberanian berpendapat di depan kelas
 Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu
singkat.

Kelemahan Metode Sosiodrama atau bermain peran:


 Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan norma-norma kaidah sosial,
adat istiadat, kebiasaan, dan keyakinan seseorang jangan sampai ditinggalkan
sehingga tidak menyinggung perasaan seseorang.
 Bila guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini, maka akan
mangacaukan berlangsungnya sosiodrama.
 Adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tak tercapai

Langkah- Langkah Metode Sosiodrama atau bermain peran:


 Guru menerangkan teknik-teknik secara sederhana
 Situasi yang dipilih sesuai dengan kemampuan dan menarik minat
 Guru menceritakan peristiwa itu secukupnya untuk mengantar adegan
 Pilihlah untuk pertama kali siswa-siswa yang kiranya dapat melaksanakan tugas itu
 Menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang harus dimainkan
 Guru menetapkan peranan pendengar
 Guru dapat menyarankan kalimat pertama
 Guru menghentikan sosio drama pada titik puncak dan membuka diskusi umum
 Dapat pula hasil diskusi siswa-siswa lain dijadikan bahan untuk menyelesaikan
masalah.

20. Metode ekspositori atau pameran

Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua
dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk
membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.

Kelebihan Metode ekspositori atau pameran:


 Materi akan lebih melekat pada ingatan siswa
 Siswa akan lebih mudah memahami dengan adanya benda yang di pamerkan, jika
gurunya mampu menerangkan dengan baik

Kekurangan Metode ekspositori atau pameran:


 Sedikit memerlukan biaya yang besar untuk mendapatkan benda yang akan di pamerkan
ke siswa
 Jika guru tidak dapat menjelaskan dengan baik, siswa malah akan semakin menjadi
bingung

Langkah-Langkah Metode ekspositori atau pameran:

 Guru menentukan materi yang akan diajarkan dengan pameran


 Guru membuat tujuan intruksional
 Guru memahami materi yang akan di ajarkan
 Guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam pameran
 Guru menyampaikan topik dan tujuan dari materi yang akan di ajarkan
 Guru mulai memamerkan atau memperlihatkan benda-benda yang berkaitan dengan
materi dengan penjelasan kilas
 Guru memberikan kesimpulan atas materi yang disampaikan

21. Metode Tutorial

Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui
proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan
atau kelompok kecil siswa.

Kelebihan metode Tutorial


 Siswa memperoleh pelayanan pembelajaran secara individual sehingga
permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat dilayani secara spesifik pula.
 Seorang siswa dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuannya
sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh kecepatan belajar siswa yang lain.

Kelemahan Metode Tutorial


 Sulit dilaksanakan pembelajaran klasikal karena guru harus melayani siswa dalam
jumlah yang banyak.
 Jika tetap dilaksanakan, diperlukan teknik mengajar dalam tim atau “team teaching”
dengan pembagian tugas di antara anggota tim.
 Apabila tutorial ini dilaksanakan, untuk melayani siswa dalam jumlah yang banyak,
diperlukan kesabaran dan keluasan pemahamann guru tentang materi pembelajaran.

Langkah-Langkah Metode Tutorial:


 Jam pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan
secara umum tentang teori dan prinsip.
 Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas pokok
bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar kelompok.
 Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-tugas, guru
berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan membimbing
mereka untuk memecahkan problemanya.
 Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang bagaimana mencari
informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir sendiri.
 Perhatian guru dapat diberikan lebih intensif kepada siswa yang sedang
mengoperasikan alat-alat yang belum biasa digunakan.

22. Metode Time Token

Metode pembelajaran Time Token Arends adalah salah satu contoh kecil dari penerapan
pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis adalah
proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah
perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham
menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu, aktivitas
siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif.
Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan
yang ditemui.

Kelebihan metode time token


 Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
 Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
 Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.

Kekurangan metode time token


 Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
 Seluruh siswa tidak dapat terlibat
 Memerlukan banyak waktu.

Langkah-Langkah Metode Time Token


 Guru menentukan topik dan tujuan pembelajaran
 Guru memahami materi
 Guru menyiapkan berbagai perlengkapan mengajar
 Guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran
 Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
 Guru memberi tugas pada siswa.
 Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada
tiap siswa.
 Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau
memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh
bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua
kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
 Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
 Kesimpulan

23. Metode Latihan Soal

Menurut Abdurrahman Shaleh ( 2006 : 203 ), metode latihan adalah penyajian materi
yang diulang beberapa kali supaya asosiasi stimulus dan respon menjadi sangat kuat dan tidak
mudah untuk dilupakan. Metode latihan soal adalah cara menyajikan materi dengan
memberikan latihan-latihan soal dengan terlebih dahulu menyampaikan materi serta
memberikan contoh-contoh soal.

Kelebihan metode latihan soal:


 Siswa lebih siap dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan karena sudah dibiasakan.
 Metode ini dapat diikuti oleh banyak siswa
 Membutuhkan biaya yang lebih ekonomis

Kekurangan metode latihan soal:


 Memerlukan waktu yang lama dalam mengoreksi latihan yang dikerjakan siswa,
apalagi jika siswa yang mengikuti dalam jumlah besar

Langkah-langkah metode latihan soal:


a) Persiapan
 Guru menentukan topik materi
 Guru merumuskan tujuan pembelajaran
 Guru mempersiapkan contoh-contoh soal yang akan dibahas dan membuat soal-soal
latihan yang akan dikerjakan siswa
b) pelaksanaan
 Guru menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dari latihan.
 Guru memberikan contoh soal terlebih dahulu sebelum siswa diberikan latihan soal
 Guru memberikan latihan dan meminta siswa untuk mengerjakan latihan tersebut
 Memberikan prinsip dasar dan pengarahan kepada siswa dalam pengerjaan soal yang
diberikan. misalnya, terkait aturan pengerjaan soal.
 Membantu dan membimbing siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan latihan soal
 Mengidentifikasi, pada bagian mana saja siswa mengalami kesulitan
 Memberikan kesimpulan
 Mengevaluasi siswa.

24. Metode Taileren

Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-


sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu
saja berkaitan dengan masalahnya

Kelebihan metode taileren


 Dapat diikuti oleh semua siswa
 Dapat dilakukan di semua tempat

Kekurangan metode taileren


 Jika guru tidak dapat membawakannya dengan baik maka siswa akan semakin bingung
 Saat permasalahan yang di hadapkan pada siswa kurang menarik siswa akan menjadi
bosan

Langkah-Langkah metode taileren


 Guru menentukan topik yang akan diajarkan
 Guru menentukan tujuan intruksional
 Guru memnyiapkan berbagai perlengkapan mengajar
 Guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran
 Menyampaikan maetri sekilas dan padat
 Guru memberikan suatu kalimat untuk dilengkapi atau diteruskan oleh siswa
 Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanggapi
 Kesimpulan

25. Metode Talking Stick


Metode Talking Stick adalah pengajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat,
siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi
siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Kelebihan metode talking stick :


 Cocok untuk semua kalangan rendah samapi atas
 Semua siswa dapat terlibat

Kelemahan metode talking stick:


 Membuat siswa gelisah, gundah gulana, dan takut saat siswa tak dapat mengikuti dengan
baik, dan tak dapat memberikan komentar

Langkah- Langkah metode talking stick :


 Guru membagi siswa atas 5 orang.
 Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
 Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
 Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
 Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
 Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah
itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian
untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
 Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa
menjawab pertanyaan.
 Guru memberikan kesimpulan.
 Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
 Guru menutup pembelajaran.
B. PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran, atau cara-cara yang digunakan untuk memahami suatu
persoalan. Pendekatan pembelajaran merupakan kumpulan atau gabungan beberapa metode /
cara dalam proses pembelajaran agar dapat berjalan secara efektif
Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu:
1. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan
2. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas. Model pembelajaran sendiri pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, terdapat 4 (empat) kelompok model
pembelajaran, antara lain:
1. model interaksi sosial;
2. model pengolahan informasi
3. model personal-humanistik; dan
4. model modifikasi tingkah laku.
Berikut ini adalah beberapa contoh pendekatan dan model didalamnya :

1. Pendekatan Konstektual

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat


CTL adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan


berdasarkan pengamatan atau fakta tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah
pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
3. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke
keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan
aturan,prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan,prinsip
umum ke dalam keadaan khusus.

4. Pendekatan Koperatif (CL, Cooperative Learning)

Pendekatan pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara


berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri.

Langkah-langkah pendekatan kooperatif adalah :


 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Tingkah Laku Guru: Guru
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa untuk belajar.
 Menyajikan informasi. Tingkah Laku Guru: Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Tingkah Laku Guru:
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Tingkah Laku Guru: Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
 Evaluasi. Tingkah Laku Guru: Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
 Memberikan penghargaan. Tingkah Laku Guru: Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Kelebihan pendekatan kooperatif :


 Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat obyektif, jujur,
dan terbuka
 Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang
 Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa
Kelemahan pendekatan koperatif :
 Waktu yang terbatas pada saat siswa menggunakan daya otaknya untuk berfikir
memperoleh pengertian tentang konsep.
 Macam-macam model pembelajaran kooperatif antara lain :

a. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)


Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000:
28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Kelebihan:
 Setiap siswa menjadi siap.
 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan :
 Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu yang lama.
 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Langkah- Langkah :
1) Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model.
2) Pembentukan Kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan
masing-masing kelompok.
3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
4) Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik
sampai yang bersifat umum.
5) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka.
6) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
7) Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari
semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

b. Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS


(STAD)
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok
kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi
pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi
nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara
individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan
prestasi timnya.
Kelebihan :
 Meningkatkan kecakapan individu.
 Meningkatkan kecakapan kelompok.
 Meningkatkan komitmen.
 Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya.
 Tidak bersifat kompetitif.
 Tidak memiliki rasa dendam.
Kelemahan :
 Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.
 Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran
anggota yang pandai lebih dominan.

Langkah- Langkah :
 Menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan diberikan
 Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5
siswa.
 Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.
 Menyajikan kartu soal dan memberikan lembar kerja siswa yang dikerjakan
dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing.
 Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai
selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan keterampilan-keterampilan
kooperatif yang dikembangkan
 Memberikan bimbingan pada kelompok.
 Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.
 Evaluasi dan pengoreksian jawaban kuis secara bersama-sama.
 Pemberian tugas kelompok.

c. Model TGT (Team Game Tournament)


Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan
turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-
siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan
kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk
membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil.
Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Karena siswa dapat belajar lebih
rileks, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Kelebihan :
 Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.
 Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
 Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.
 Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.
 Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.
 Motivasi belajar lebih tinggi.
 Hasil belajar lebih baik.
 Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Kelemahan :
 Bagi Guru : Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang
bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian
kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga
melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru
mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
 Bagi Siswa : Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini,
tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa
yang lain.
Langkah- Langkah :
 Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.
 Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka
untuk menguasai materi.
 Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan
yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga
peserta).
 Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim,
dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan Pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur,
sebagai berikut:
1) Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja
turnamen (3 orang , kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar
permainan, 1 lbr jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lbr skor permainan.
2) Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan
yang lain menjadi penantang I dan II.
3) Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
4) Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya.
Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu
disimpan sebagai bukti skor.
5) Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat mengajukan
jawaban secara bergantian.
6) Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu
jawaban yang benar (jika ada).
7) Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
8) Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi
dengan semua tim.
9) Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik
(kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah)
10) Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa
berdasarkan prestasi pada meja turnamen.

d. Model Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction (TAI)


Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah
penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat
individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan
selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok
sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan
memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan
diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang
diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila
mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin
tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna.
Kelebihan :
 Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya;
 Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya;
 Adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya;
 Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.
Kelemahan :
 Tidak ada persaingan antar kelompok;
 Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.

Langkah- Langkah :
 kembali diakhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa
di kelasnya Placement Test, Pada langkah ini guru memberikan tes awal (pre-test)
kepada siswa. Cara ini bisa digantikan dengan mencermati rata-rata nilai harian
atau nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat
mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
 Teams merupakan langkah yang cukup penting dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif TAI. Pada tahap ini guru membentuk kelompok-
kelompok yang bersifat heterogen yang terdiri dari 4 - 5 siswa.
 Teaching Group . Guru memberikan materi secara singkat menjelang pemberian
tugas kelompok.
 Student Creative . Pada langkah ketiga, guru perlu menekankan dan menciptakan
persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan
kelompoknya.
 Team Study . Pada tahapan team study siswa belajar bersama dengan
mengerjakan tugas-tugas dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Pada
tahapan ini guru juga memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkan, dengan dibantu siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis
bagus di dalam kelompok tersebut yang berperan sebagai peer tutoring (tutor
sebaya).
 Fact test . Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa,
misalnya dengan memberikan kuis, dsb..
 Team Score dan Team Recognition. Selanjutnya guru memberikan skor pada
hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar” penghargaan terhadap kelompok
yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil
dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut mereka sebagai
“kelompok OK”, kelompok LUAR BIASA”, dan sebagainya.
 Whole-Class Units. Langkah terakhir, guru menyajikan kembali materi oleh guru.

e. Model TPS (Think Pairs Share)


Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan
oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan
setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang
diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk
mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan
pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian
mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari
seluruh siswa dalam kelas.

Kelebihan :
 Meningkatkan daya pikir siswa.
 Memberikan lebih banyak waktu pada siswa untuk berfikir.
 Mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep sulit karena siswa saling
membantu dalam menyelesaikan masalah.
 Pengawasan guru terhadap anggota kelompok lebih mudah karena hanya terdiri
dari 2 orang.
Kelemahan :
 Jika jumlah kelas sangat besar, maka guru akan mengalami kesulitan dalam
membimbing siswa yang membutuhkan perhatian lebih.
 Pemahaman tentang konsep dalam setiap pasangan akan berbeda sehingga akan
dibutuhkan waktu tambahan untuk pelurusan konsep oleh guru dengan
menunjukkan jawaban yang benar.
 Lebih banyak waktu yang diperlukan untuk mempresentasikan hasil diskusi
karena jumlah pasangan yang sangat besar.

Langkah- Langkah :
 Lagkah 1 : Berfikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau permasalahan yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir
sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara
atau mengerjakan bukan bagian dari berfikir.
 Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang
telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan
jawaban pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan suatu msalah khusus
yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan.
 Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruangan dari pasangan kepasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian
pasangan mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.
 Langkah 4 : guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yamg belum diungkapkan para siswa
 Langkah 5 : guru member kesimpulan
 Langkah 6 : penutup

f. Model pembelajaran Cooperative Script (Skrip Kooperatif)


Model pembelajaran ini dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Kelebihan:
 Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
 Setiap siswa mendapat peran.
 Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
 Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
 Hanya dilakukan dua orang, tidak melibatkan seluruh kelas, sehingga koreksi hanya
terbats pada dua orang tersebut.

Langkah-langkah :
 Guru membagi siswa untuk berpasangan.
 Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan.
 Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.
 Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan
ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi.
 Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya.
 Kesimpulan bersama-sama antara guru dan siswa.
 Penutup.

g. Model Pembelajaran Talking Stick


Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat
wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan
SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan
suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
Kelebihan :
 Menguji kesiapan siswa.
 Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
 Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
Kelemahan
 Membuat siswa gelisah, gundah gulana, takut.

Langkah- Langkah :
 Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
 Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
 Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari
materi pelajaran.
 Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
 Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
 Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota
kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok
yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru.
 Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
 Guru memberikan kesimpulan.
 Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun
individu.
 Guru menutup pembelajaran.

h. Model Pembelajaran Group Investigation


Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang
tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.
Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan
proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat
terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran
Kelebihan :
 Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
 Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
 Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
 Model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
 Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Kelemahan :
 Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang
kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation juga
membutuhkan waktu yang lama.

Langkah- Langkah :
 Seleksi topic : Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah
masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa
selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada
tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi
kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.
 Merencanakan kerjasama : Para siswa bersama guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai
topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
 Implementasi : Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada
langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-
menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
 Analisis dan sintesis : Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai
informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat
diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
 Penyajian hasil akhir : Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas
saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
 Evaluasi : Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat
mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

i. Model Pembelajaran Consept Sentence


Consepct sentence adalah salah satu teknik dari cooperative Learning, dimana
siswa belajar dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan
kata kunci yang telah diberikan oleh guru kepada siswa. Pembentukan kelompok
didasarkan pada kartu kata yang dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk
satu kalimat yang telah dipelajari sebelumnya. Consecpt sentence ini dibuat seperti
games sehingga siswa bersemangat untuk memenangkan games ini. Setiap kelompok
akan membahas pola kalimat yang telah diberikan oleh guru ,setelah diberikan batas
waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari masing-masing
kelompok sebanyak dua orang kedepan . Wakil dari kelompok diharuskan membuat
beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah diberikan. Proses
kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka
mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui
tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah
dilakukan.
Kelebihan:
 Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
 Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
 Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
 Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.

Langkah- Langkah :
 Guru menyampaikan tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai
 Guru menyajikan materi secukupnya.
 Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara
heterogen.
 Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
 Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal
4 kata kunci setiap kalimat.
 Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
 Kesimpulan.

j. Model Pembelajaran Bertukar Pasangan


Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan
tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan
pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan pembelajaran yang
dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif
untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al.,
2003: 206). Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Kelebihan :
 Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
 Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
 Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
 Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
 Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya
(bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
 Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya
untuk mencarikan jawabnya. Solusinya mengurangi poin pada siswa yang
membantu dan dibantu.

Langkah- Langkah :
 Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
 Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
 Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok
yang lain.
 Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini
saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
 Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula.
 Kesimpulan.
 Penutup.

k. Model pembelajaran Tipe Jigsaw


Model pembelajaran ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok besar yang
terdiri dari empat orang siswa, sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap
penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Dari sisi
etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn
potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola
cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan
belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan
bersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang
secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri. Model jigsaw pada hakekatnya model
pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Siswa mempunyai peran dan
tanggung jawab besar dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilisator dan
motifator. Tujuan model Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim,
ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam
yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara
individual.
Dalam model Jigsaw ini siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu “kelompok
awal” dan “kelompok ahli”. Setiap siswa yang ada dalam” kelompok awal”
mengkhususkan diri pada satu bagian dalam sebuah unit pembelajaran. Siswa
dalam “kelompok awal” ini kemudian dibagi lagi untuk masuk kedalam
“kelompoka ahli” untuk mendiskusikan materi yang berbeda. Siswa kemudian
kembalike “kelompok awal” untuk mendiskusikan materi hasil “kelompok ahli”
pada siswa “kelompok awal”. Dalam konsep ini siswa harus bisa mendapat
kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat diketahui.
Pembelajaran model Jigsaw menuntut setiap siswa untuk bertanggung jawab
atas ketuntasan bagian pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi
tersebut kepada anggota kelompok lainnya.
Kelebihan :
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa
lain
 Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan
 Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya
 Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
 Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Kekurangan :
 Membutuhkan waktu yang lama.
 Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang
pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa minder
apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan
perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.

Langkah-langkah model jigsaw :


 Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
 Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
 Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
 Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
subbab mereka.
 Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal
dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka
kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
 Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
 Guru memberi evaluasi.
 Penutup.

l. Model Pembelajaran Picture And Picture


Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model
Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga
sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau
software yang lain.
Kelebihan:
 Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
 Melatih berpikir logis dan sistematis.
 Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
 Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
 Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Kelemahan :
 Memakan banyak waktu.
 Banyak siswa yang pasif.
 Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
 Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.
 Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

Langkah- Langkah :
 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
 Menyajikan materi sebagai pengantar.
 Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi.
 Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
 Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
 Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
 Kesimpulan/rangkuman.

m. Model pembelajaran Example non Example


Example non example yaitu membelajarkan kepekaan siswa terhadap
permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-
gambar/foto/kasus yang bermuatan masalah. Siswa diarahkan untuk
mengidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, dan menetukan
cara pemecahan masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut.
Kelebihan:
 Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
 Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
 Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kelemahan:
 Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

Langkah-langkah :
 Guru menyiapkan gambar-gambar tujuan pembelajaran.
 Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat in focus.
 Guru memberi petunjuk dan kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis permasalahan yang ada dalam gambar.
 Melalui diskusi kelompok dua sampai tiga orang siswa, hasil diskusi dari
analisis masalah dalam gambar tersebut dicatat pada kertas.
 Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
 Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
 Kesimpulan.

n. Model pembelajaran inside outside circle


Model pembelajaran inside outside circle yaitu siswa saling membagi
informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat
dan teratur.
Kelebihan :
 Kegiatan ini dapat membangun sifat kerjasama antar siswa
 Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan.
Kekurangan :
 Membutuhkan ruang kelas yang besar.
 Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalah gunakan untuk bergurau.
 Rumit untuk dilakukan.

Langkah-langkah :
 Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
 Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar menghadap ke dalam
 Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan
 Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
 Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi.
Demikian seterusnya

o. Model Pembelajaran Artikulasi


Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti
pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib
meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah
keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai
‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’
Kelebihan:
 Semua siswa terlibat (mendapat peran).
 Melatih kesiapan siswa.
 Melatih daya serap pemahaman dari orang lain.
 Cocok untuk tugas sederhana.
 Interaksi lebih mudah.
 Lebih mudah dan cepat membentuknya.
 Meningkatkan partisipasi anak.
Kekurangan :
 Untuk mata pelajaran tertentu.
 Waktu yang dibutuhkan banyak.
 Materi yang didapat sedikit.
 Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
 Lebih sedikit ide yang muncul.
 Jika ada perselisihan tidak ada penengah.

Langkah-langkah :
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Guru menyajikan materi .
 Untuk mengetahui daya serap siswa, dibentuk kelompok berpasangan dua orang.
 Guru meminta seorang peserta didik dari pasangan itu untuk menceritakan materi
yang baru diterimanya, kemudian pasangannya mendengarkan sambil membuat
catatan kecil, setelah itu berganti peran, begitu juga kelompok lainnya.
 Guru meminta siswa secara bergiliran atau acak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya.
 Guru mengulangi dan menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa.
 Kesimpulan.

5. Pendekatan Konstrutivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih


menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan konstruktivisme adalah :

a) Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining


Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan
model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan
ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif
untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau
pendapatnya sendiri. Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa
secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan
dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih
sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan
apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Kelebihan :
 Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat
mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami
materi tersebut.
Kelemahan :
 Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
 Banyak siswa yang kurang aktif

Langkah- Langkah :
 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
 Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
 Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya,
misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
 Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
 Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
 Penutup

b) Model Pembelajaran Tematik


tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna
kepada siswa, Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi
pembicaraan.
Langkah-langkah pembelajaran tematik :
 Memilih tema
 Menentukan konsep kunci
 Menentukan kegiatan-kegiatan untuk investigasi konsep-konsep
 Menentukan bidang studi / bidang pengembangan mana yg digunakan sebagai
bag.Kegiatan
 Review kegiatan & bidang-bidang studi / bidang pengembangan yang berkaitan
 Mengorganisasi bahan-bahan untuk memudahkan distribusi & penggunaan
 Menentukan urutan kegiatan yang disajikan di kelas
 Diskusi tindak lanjut
Kelebihan :
 Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
 Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
 Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
 Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang
dihadapi.
 Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
 Memiliki sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
 Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi
dalam lingkungan peserta didik.
Kelemahan :
 seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga
pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi
pokok setiap mata pelajaran.

6. Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai


konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).
Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama.
Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu:
1. Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
 Pengenalan benda konkret.
 Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
 Pengamatan,penafsiran tentang benda baru.
2. Tahap simbolik
Tahap simbolik diperkenalkan dengan:
 Simbol,lambang,kode,seperti angka,huruf. kode,seperti (?=,/) dll.
 Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah
siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
 Memberi nama,dan istilah serta defenisi.
3. Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak,seperti Menyebut
nama,istilah,defmisi,apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
Model yang dikembangkan melalui pendekatan konsep adalah :

a) Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok


Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu
mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan suatu konsep. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok
terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control
dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi.
Maksud dari model pembelajaran keliling kelompok adalah agar masing-
masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi
mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya.
Langkah- Langkah :
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar.
 Guru membagi siswa menjadi kelompok.
 Guru memberikan tugas atau lembar kerja.
 Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan
memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka
kerjakan.
 Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
 Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum
jamk atau dari kiri ke kanan.
Kelebihan :
 Adanya tanggung jawab setiap kelompok
 Adanya pemberian sumbnagan ide pada kelompoknya
 Lebih dari sekedar belajar kelompok
 Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil
pemikiran
 Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
 Dapat membina dan memperkaya emosional.
Kelemahan :
 Banyak waktu yang terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok.
 Suasana kelas menjadi rebut.
 Tidak dapat diterapkan pada mata pelajaran yang memerlukan pengayaan.

7. Pendekatan Proses

Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil.
Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan
ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan
melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat
mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi
pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian,
keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya. Model yang dikembangkan melalui
pendekatan proses adalah :

a) Model Pembelajaran Time Token Arends


Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh
kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah.
Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang
menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah
perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari
tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang
proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata
lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk
mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan
ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per
kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih
dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak
boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai
semua kuponnya habis.
Langkah- Langkah :
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
 Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
 Guru memberi tugas pada siswa.
 Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per
kupon pada tiap siswa.
 Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara
atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat
tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis
kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus
bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua
anak berbicara.
 Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara
bergiliran dan siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa
dengan menggunakan kupon berbicara).
Kelebihan :
 Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
 Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
 Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
 Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
 Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
 Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi,
memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
 Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
 Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama
terhadap permasalahan yang ditemui.
 Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kelemahan :
 Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
 Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
 Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses
pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai
jumlah kupon yang dimilikinya.
 Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.

8. Pendekatan Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa


berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi
antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut, sehingga
semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki. Model pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan
pembelajaran aktif adalah

a) Model Pembelajaran Word Square


Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode
ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan
metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam
pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman (2007)
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang
memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan
jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi
bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak
tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh.
Langkah- Langkah :
 Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
 Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
 Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
 Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
Kelebihan :
 Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
 Melatih untuk berdisiplin.
 Dapat melatih sikap teliti dan kritis.
 Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Kelemahan :
 Mematikan kreatifitas siswa.
 Siswa tinggal menerima bahan mentah.
 Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau
potensi yang dimilikinya.

b) Model pembelajaran Scramble


Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word
Square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi
sudah dituliskan namun dengan susunan yang acak, lalu siswa nanti bertugas
mengkoreksi ( membolak-balik huruf ) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban
yang tepat/ benar.
Langkah- Langkah :
 Guru menyajikan materi sesuai topik.
 Setelah selesai menyajikan materi, guru membagikan lembar kerja dengan
jawaban yang diacak susunannya.
 Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
 Buat jawaban yang diacak hurufnya.
Kelebihan :
 Memudahkan mencari jawaban
 Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
 Semua siswa terlibat
 Kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran
 Melatih untuk disiplin.
Kelemahan :
 Siswa kurang berfikir kritis
 Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
 Mematikan kreatifitas siswa
 Siswa tinggal menerima bahan mentah.
9. Pendekatan Pembelajaran Kreatif (Creative Learning)

Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan,


melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang artistik lainnya. Dikarakterkan dengan
adanya keaslian dan hal yang baru. Dibentuk melalui suatu proses yang baru. Memiliki
kemampuan untuk menciptakan. Dirancang untuk mensimulasikan imajinasi. Kreatifitas
adalah sebagai kemampuan (berdasarkan data dan informasi yang tersedia) untuk
memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan dan
keragaman jawaban dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Model yang
dikembangkan dari pendekatan pembelajaran aktif adalah :

a) Model Pembelajaran Course Review Horay


Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran
yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena
setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan
berteriak’hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai.
Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu
pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa
menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan
jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung
berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui Pembelajaran Course Review Horay
diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan
pembentukkan kelompok kecil.
Langkah- Langkah :
 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
 Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya
jawab
 Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
 Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai
dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
 Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam
kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
 Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau
kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
 Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( √ ) dan langsung berteriak
horay atau menyanyikan yel-yelnya.
 Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay.
 Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak
memperoleh horay.
 Penutup
Kelebihan :
 Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun kedalamnya.
 Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana
tidak menegangkan.
 Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung
menyenangkan
 Melatih kerjasama
Kelemahan :
 Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan
 Adanya peluang untuk curang

b) Model Pembelajaran Mind Mapping


Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan
di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat
pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat
luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat
dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita
bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang
alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan
bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara
mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga
dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini
membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan
lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya
siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Langkah- Langkah :
 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
 Guru mengkondisikan siswa kedalam kelompok berpasangan dua orang.
 Guru menyajikan atau mengingatkan kembali materi yang akan dipelajari. Guru
memberitahukan tujuan dan manfaat dari materi yang akan dipelajari karena akan
membantu siswa untuk mengingatnya.
 Selanjutnya guru membagikan potongan-potongan kartu yang telah bertuliskan
konsep utama kepada siswa.
 Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan
kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
 Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya
dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil
wawancaranya.
 Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami
siswa.
 Kesimpulan/penutup.
Kelebihan :
 Cara ini cepat.
 Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala
anda.
 Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
 Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kelemahan :
 Hanya siswa yang aktif yang terlibat.
 Tidak sepenuhnya murid yang belajar.
 Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.

c) Model Pembelajaran Take and Give


Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model
pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi
pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain).
Langkah- Langkah :
 Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
 Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan selama
45 menit.
 Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan,
setiap siswa diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.
 Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan
untuk saling menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa
harus mencatat nama teman pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.
 Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan menerima
materi masing-masing (take and give).
 Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give dengan
memberikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang
lain).
 Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.
 Guru menutup pelajaran.
Kelebihan :
 Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena
mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain.
 Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan
informasi.
Kelemahan:
 Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi
yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat.

10. Pendekatan Inquiry dan Discovery

Kata kunci pendekatan inquiry adalah menemukan sendiri, yaitu pendekatan yang
pembelajarannya mengarahkan anak didik untuk menemukan pengetahuan, ide, dan informasi
melalui usaha sendiri dengan menggunakan langkah-langkah metode ilmiah. Sedangkan
pendekatan discovery hampir sama dengan inquiry, tetapi anak menemukan sendiri dari
materi yang telah diberikan kepada mereka sebelumnya.
a) Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.
Kelebihan :
 Peserta didik lebih paham konsep materi
 Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat
jujur, obyektif, dan terbuka
 Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri
 Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik
 Situasi pembelajaran lebih menggairahkan
 Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu
 Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri
 Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.
 Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Kekurangan :
 Mebutuhkan mental yang lebih kuat untuk menjalankan rangkaian metode ini,
karena siswa merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan
 Dapat menimbulkan frustasi bagi siswa yang tidak siap mental.

b) Model pembelajaran Discovery


Model discovery adalah suatu model pembelajaran dimana dalam proses belajar
mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi
yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Langkah-langkah model discovery adalah :
 Identifikasi kebutuhan siswa,
 Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan
generalisasi yang akan dipelajari,
 Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas,
 Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-
masing siswa,
 Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan,
 Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-
tugas siswa,
 Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan,
 Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa,
 Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses,
 Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa,
 Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan,
 Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil
penemuannya.
Kelebihan model discovery yaitu:
 Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan
jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang
kegagalan,
 Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri,
 Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia
lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada
suatu proyek penemuan khusus,
 Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan
bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan,
Kelemahan model discovery adalah:
 Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar
waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau
menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
 Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu
mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya
sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk
memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara
keseluruhan,
 Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin
tidak ada,
 Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh
guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua
pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.

11. Pendekatan Pembelajaran Berkelompok

Pembelajaran berkelompok merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan lebih dari 2


orang siswa yang saling berinteraksi dalam satu kelompok dan menyelesaikan persoalan yang
diberikan oleh guru.

a) Model Pair Cecks Spencer Kagen 1993


Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau
berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini
menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Model
pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan
memberi penilaian.
Langkah- Langkah Pendekatan Pembelajaran Berkelompok:
 Guru menjelaskan konsep
 Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2
pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada
yang patner.
 Guru membagikan soal kepada si patner
 Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap
soal yang benar pelatih memberi kupon.
 Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
 Guru membagikan soal kepada si patner
 Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap
soal yang benar pelatih memberi kupon.
 Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama
lain.
 Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal
dan tim mengecek jawabannya.
 Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah.
Kelebihan :
 Dipandu belajar melalui bantuan rekan
 Menciptakan saling kerjasama di antara siswa
 Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan
pemahaman konsep dan / atau proses
 Melatih berkomunikasi
Kelemahan :
 Memerlukan banyak waktu
 Memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.

b) Model Pembelajaran Complete Sentence


Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan
sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna
dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Langkah- Langkah Model Pembelajaran Complete Sentence
 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
 Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku
atau modul dengan waktu secukupnya.
 Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
 Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap.
 Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang
tersedia.
 Siswa berdiskusi secara berkelompok.
 Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta
membaca sampai mengerti atau hafal.
 Kesimpulan.
Kelebihan :
 Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
 Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan
rumpang/tidak jawabannya.
 Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
Kelemahan :
 Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
 Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata,
karena biasanya hanya kata hubung.
 Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.

12. Pendekatan Seminar

Seminar merupakan suatu pembahasan masalah secara ilmiah, walaupun topik yang
dibahas adalah masalah sehari-hari. Dalam membahas masalah, tujuannya adalah mencari
suatu pemecahan, oleh karena itu suatu seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan atau
keputusan-keputusan yang merupakan hasil pendapat bersama, yang kadang-kadang diikuti
dengan resolusi atau rekomendasi.
Pembahasan dalam seminar berpangkal pada makalah atau kertas kerja yang telah disusun
sebelumnya oleh beberapa orang pembicara sesuai dengan pokok-pokok bahasan yang
diminta oleh sesuatu panitia penyelenggara. Pokok-pokok bahasan yang diminta oleh suatu
panitia penyelenggara. Pokok bahasan yang telah ditentukan, akan dibahas secara teoritis dan
dibagi menjadi beberapa subpokok bahasan bila masalahnya sangat luas.
Langkah- Langkah :
 Pada awal seminar, dapat dibuka dengan suatu pandangan umum oleh orang berwenang
(yang ditunjuk panitia) sehingga tujuan seminar terarah.
 Kemudian hadirin (massa) dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas
permasalahan lebih lanjut. Tiap kelompok dapat diserahi tugas membahas suatu sub
pokok bahasan untuk dibahas dalam kelompok yang biasanya juga disebut seksi/komisi,
di bawah pimpinan seorang ketua komisi (kelompok).
 Dari hasil-hasil kelompok, disusun suatu perumusan yang merupakan suatu kesimpulan
yang dirumuskan oleh suatu tim perumus yang ditunjuk.
Kelebihan :
 Membangkitkan pemikiran yang logis.
 Mendorong pada analisa menyeluruh.
 Prosedurnya dapat diterapkan untuk berbagai jenis problema.
 Membangkitkan tingkat konsentrasi yang tinggi pada diri peserta.
 Meningkatkan keterampilan dalam mengenal problema.
Kelemahan :
 Membutuhkan banyak waktu.
 Memerlukan pimpinan yang terampil.
 Sulit dipakai bila kelompok terlalu besar.
 Mengharuskan setiap anggota kelornpok untuk mempelajari terlebih dahulu.
 Mungkin perlu dilanjutkan pada diskusi yang lain.

C. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Pengertaian Media Pembelajaran


Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal
dari Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata
“medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat
mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber
(pemberi pesan) dan penerima pesan. Media pembelajaran merupakan komponen intruksional
yang meliputi pesan, orang, dan peralatan.
Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah
audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Media disebut instructional materials (materi
pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan nasional adalah
instructional media (media pendidikan atau media pembelajaran).
Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi.
Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran dikelompokkan kedalam
empat kelompok yaitu:

a) Media hasil teknologi cetak


Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti
buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau
photografis. Kelompok media hasil teknologi cetak antara lain: teks, grafik, foto atau
representasi fotografi.
b) Media hasil teknologi audio-visual
Teknologi audi-visual cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin
mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual, penyajian
pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama
proses pembelajaran, seperti , mesin proyektor film, tape rekorder, proyektor visual
yang lebar.

c) Media hasil teknologi yang berdasarkan computer


Teknologi berbasis computer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan
materi dengan menggunakan sumber-suber yang berbasis micro-prosesor. Berbagai
aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran ummumnya dikenal sebagai
computer assisted instruction.

d) Media hasil gabungan tenologi cetak dan teknologi computer.


Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang
menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan komputer.
Komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah random akses
memori yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi
ditambah dengan pararel(alat-alat tambahan), seperti: vidio disk player, perangkat
keras untuk bergabung dalam suatu jaringan dan sistem audio.
Selain pembagian itu ada lagi pembagian media pembelajaran menurut jenis, daya liput,
dan bahannya.

2. Macam-Macam Media Pembelajaran

a) Dilihat dari jenisnya, media terbagi menjadi:


 Media auditif
Media yang hanya mengandalkan suara saja seperi radio, kaset
rekoorder, peringan hitam.media ini tidak cocok untuk orang tuli atau
mempunyai kelainan pendengaran.
 Media visual
Media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media ini ada
yang menampilkan gambar diam seperti film strip, slides, foto, gambar
atau lukisan, dan cetakan. Ada pula yang menampilkan gambar atau
simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
 Media audio visual
Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini
mempunya kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis
media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi dalam:
1) Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar
berasal dari satu sumber seperti video kaset
2) Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya
berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara
yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur
suaranya berasal dari tape recorder.

b) Dilihat dari daya liputnya, media terbagi menjadi:


 Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat
menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama
seperti radio dan televisi serta internet.
 Media dengan daya liput terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang
khusus seperti film sound, slides film rangkai, yang harus
menggunakan tempat tertup dan gelap.
 Media untuk pembelajaran invidual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. contoh yang
termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui
komputer.

c) Dilihat dari bahan-bahannya, media terbagi menjadi:


 Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara
pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
 Media kompleks
Media ini adalah media yang bahan dasarnya kompleks sulit didapat serta
mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaanya memerlukan
keterampilan yang memadai.

3. Manfaat Media Dalam Pembelajaran


Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode
mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu
metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun
masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain
tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran
berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian,
dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan
diciptakan oleh guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi
antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara
lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985)
misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
8. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton
tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang
lain. Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai
berikut:
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga
dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara
siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui
karya wisata. Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
5. Memilih Media Yang Tepat

Tidak semua anggapan yang menyatakan bahwa semakin canggih media yang digunakan
akan semakin tinggi hasil belajar yang didapatkan adalah benar. Untuk tujuan pembelajaran
tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada
penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa
yang tepat pula. Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam
memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain :

1. Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.
Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh
murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan
terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jaringan
teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid
diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet? Jangan hanya
kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan
murid. Bahkan murid lebih penting untuk memperoleh akses.
2. Cost/biaya
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat
menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal. Namun biaya
itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin Jurnal Pendidikan
pendayagunaan Media Pembelajaran banyak yang menggunakan, maka unit cost dari
sebuah media akan semakin menurun.
3. Teknologi
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu
memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya? Katakanlah
kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu kita pertimbangkan,
apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana
cara mengoperasikannya? Interactivity Media yang baik adalah yang dapat
memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran
yang akan dikembangkan oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran tersebut.
4. Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah
pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana
pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber
belajar?
5. Novelty
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Sebab
media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi murid.

Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru
agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang “mudah dan
murah”, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan sekitarnya serta
memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya. Kemudian Hakikat dari pemilihan media
ini pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai, atau mengadaptasi media
yang bersangkutan.

6. Kelebihan Dan Kelemahan Media Pembelajaran

Kelebihan atau kegunaan media pembelajaran yaitu:


1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis( dalam bentuk kata-
kata, tertulis atau lisan belaka).
2. Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
 Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film atau
model.
 Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar.
 Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse atau high
speed photografi.
 Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman
film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal.
 Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram,
dll
 Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di visualkan
dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll.
3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi sifat pasif anak didik
dapat diatasi. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
 Menimbulkan kegairahan belajar
 Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan
dan kenyataan
 Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minat
masing-masing.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama
untuk setiap siswa,maka guru akan mengalami kesulitan. Semuanya itu harus diatasi
sendiri. Apalagi bila latar belakang guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini juga bisa
diatasi dengan media yang berbeda dengan kemampuan dalam:
 Memberikan perangsang yang sama
 Mempersamakan pengalaman
 Menimbulkan persepsi yang sama.

Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran visual antara lain :
1. Terlalu menekankan bahan-bahan visualnya sendiri dengan tidak menghiraukan
kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi,
evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan visual.
2. Disamping itu juga bahan visual dipandang sebagai alat bantu semata bagi guru dalam
proses pembelajaran sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat bantu
tersebut diabaikan.
3. Kelemahan audio visual: terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada proses
pengembangannya dan tetap memandang materi audio visual sebagai alat bantu guru
dalam proses pembelajaran.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pendekatan pembe lajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu
3. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran.
4. Media pembelajaran merupakan komponen intruksional yang melliputi pesan, orang, dan
peralatan.
5. Jenis-jenis metode pembelajaran yaitu :
Metode Ceramah, Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi, Metode Resitasi/ Pembagian
Tugas, Metode Latihan, Metode Demonstrasi , Metode Eksperimen, Metode Kerja
Kelompok, Sosiodrama Dan Bermain Peran/Permainan, Tour Study Tour (Karya Wisata)
, Metode Pembelajaran Praktek (MPP) , dan Metode Pemecahan Masalah (problem
solving method).
6. Jenis-jenis pendekatan pembelajaran yaitu :
Pendekatan Konstrutivisme, Pendekatan Deduktif, Pendekatan Konstektual, Pendekatan
Induktif, Pendekatan Konsep, Pendekatan Proses, Pendekatan Sains, Teknologi, dan
Masyarakat SCL (“Student-centred learning), Pembelajaran Aktif (Active
Learning), Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning), Pembelajaran kreatif
(Creative Learning), Inquiry dan Discovery, Joyful Learning, dan Life Skills Based
Learning.
7. Jenis-jenis model pembelajaran yaitu :
Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning), Model Pembelajaran
Bermain Peran (Role Playing), Model Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching
and Learning, Model Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction), Model
Pembelajaran Inkuiri, Model Pembelajaran Tematik, Model pembelajaran inside outside
circle, Model pembelajaran Tipe Jigsaw, Model pembelajaran Example non Example,
Model pembelajaran Numbered heads Together, Model pembelajaran Cooperative Script
(Skrip kooperatif), Model Pembelajaran Bertukar Pasangan, dan Model Pembelajaran
Artikulasi.
8. Jenis-jenis media pembelajaran yaitu :
Media hasil teknologi cetak, Media hasil teknologi audio-visual, Media hasil teknologi
yang berdasarkan computer, dan Media hasil gabungan tenologi cetak dan teknologi
computer.
DAFTAR PUSTAKA

Rianto, Milan .2006. pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran. Malang. Pusat
pengembangan penataran guru IPS dan PMP Malang
Sigit Mangun Wardoyo. 2013. Penelitian tindakan kelas. Yogyakarta : Graha ilmu
Djamarah Bahri Syaiful.1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
(http:/ /rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-deduktif.html)
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
http://10310258.blogspot.com/2012/01/model-pembelajaran-inside-outside.html
http://andhy-brenjenk.blogspot.com/2013/10/pengertian-pendekatan-strategi-metode_27.html
http://belajarpendidikanku.blogspot.com/2012/11/kelebihan-dan-kelemahan-model-stad.html
http://binham.wordpress.com/2012/06/07/metode-modeling-the-way/
http://bubudcitra.wordpress.com/ipm/macam-macam-pendekatan-pembelajaran/
http://coffeebreak45.blogspot.com/2012/03/metode-pembelajaran-inside-outside.html
http://guruperadabandunia.blogspot.com/2011/12/b-c-d-cara-menentukan-tujuan.html
http://machdans-modelmodelpembelajaran.blogspot.com/
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/langkah-langkah-model-
pembelajaran.html
http://pracitra.blogspot.com/2012/11/metode-bermaian-sambil-berolahraga.html
http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-quantum-learning/
http://swarlyonyvovitri.blogspot.com/2012/11/media-pembelajaran-ips-ekonomi-dengan.html
http://weblogask.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-talking-stick.html
http://www.asikbelajar.com/2012/10/macam-macam-media-pembelajaran.html
http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-talking-stick.html
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/10/model-pembelajaran-24-inside-outside-circle-
spencer-kagan/
https://resistsulthan19.wordpress.com/2015/04/28/penggunaan-media-sumber-belajar-dalam
proses-pembelajaran/
http://www.asikbelajar.com/2013/09/pengertian-manfaat-jenis-dan-pemilihan.html

Anda mungkin juga menyukai