Disusun Oleh :
Kelompok 1
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari upaya lanjut untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa
mendatang. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
A. Media Pembelajaran ................................................................................... 6
B. Evaluasi Pembelajaran ............................................................................. 17
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 28
A. Kesimpulan ................................................................................................ 28
B. Saran .......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan
pengolahan data.
B. Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Media Pembelajaran
6
membantu menambah elemen realitas.
7
matematika sehingga dapat merangsang perhatian, fikiran, perasaan,
kemampuan dan kemauan peserta didik dalam mempelajari matematika.
b. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media audio adalah jenis media yang berisi suara saja sehingga untuk
dapat memanfaatkannya sebagai media dalam pembelajaran guru harus
dapat memperhatikan mengenai aspek kemampuan menyimak yang dimiliki
oleh siswa. Basuki Wibawa dan Farida (2001:35) menambahkan “media
audio menambahkan pesan yang disampaikan dalam lambang-lambang
auditif verbal, nonverbal maupun kombinasinya yang berkaitan erat dengan
indera pendengaran”. Contoh media audio: radio, telepon, tape recorder,
piringan audio dan lain-lain.
Kelebihan penggunaan media audio, antara lain: (1) meningkatkan
kemampuan komunikasi audio, (2) materi pembelajaran dapat dipersiapkan
sehingga guru dapat mengontrolnya, (3) merangsang dan mengembangkan
kemampuan imajinasi terhadap hal- hal yang sedang disajikan, (4) perhatian
siswa terpusat pada kata-kata yang digunakan, pada bunyi dan artinya.
Kelemahan penggunaan media audio, antara lain : (1) sifat komunikasi satu
arah, (2) stimulus secara suara saja dalam yang cukup lama menimbulkan
kebosanan pada siswa, (3) siswa yang memiliki kelemahan audio akan
merasa kesulitan menerima pelajaran.
8
2. Media Visual
9
menyampaikan pesan secara lebih mudah kepada peserta didik, sehingga
peserta didik tersebut dapat menguasai pesan (pembelajaran) secara cepat dan
akurat. Sementara itu, fungsi media dalam pembelajaran matematika antara
lain:
Media ini berbentuk segi empat dengan empat kotak yang menempel
atau disebut dengan kantong bilangan.Kantong bilangan tersebut berfungsi
sebagai penentu nilai suatu bilangan, yaitu satuan, puluhan, ratusan, dan
ribuan.
10
a. Desain
Bilangan
11
c. Cara membuat
12
hitung yang dilakukan.
5. Hitung jumlah sedotan yang masih ada dalam kantong bilangan sesuai
dengan nilai tempatnya.
6. Jika dalam satu kantong terdapat lebih dari sepuluh sedotan, maka
ambil sepuluh sedotan pada kantong tersebut, kemudian tambahkan
satu sedotan pada kantong nilai yang bernilai tempat lebih besar yang
ada di sampingnya.
2. Media Lidi dalam Operasi Perkalian Matematika Kelas 2 SD
13
Misalnya sebagai contoh gambar dibawah ini adalah salah satu cara
untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai konsep perkalian
sebagai penjumlahan berulang. Dimana gambar dibawah ini menunjukan
perkalian 4 x 5, yang sama artinya 5 + 5 + 5 + 5.
14
a. Pengertian Media Tangga Konversi Satuan Pengukuran
Media tangga konversi yaitu tingkatan nilai dari satuan. Media ini
dirancang dengan bentuk tiga dimensi. Dibuatnya tangga konversi agar
siswa mudah untuk mengingat perbandingan nilai antara satu tingkatan
dengan tingkatan yang lain. Selain itu media ini juga dapat membantu
proses pemahaman siwa terhadap materi yang bersifat abstrak menajadi
konkret, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa akan meningkat.
Konversi satuan ini diterapkan dalam mata pelajaran matematika
pada khususnya pokok bahasan besaran. Pada tingkatan Sekolah dasar
kelas 3 yang terdapat pokok bahasan satuan panjang dan berat, satuan
luas pada kelas 4 dan 5, serta satuan volume pada kelas 5 dan 6. Pada
pembahasan kali ini, tangga konversi yang digunakan adalah tangga
konversi satuan panjang.
b. Tujuan Media Tangga Konversi Satuan Pengukuran
1. Siswa dapat menghitung perubahan satuan panjang benda dengan
mudah
2. dari alat peraga yang kami buat juga dapat membantu siswa untuk
mengetahui beberapabangun datar
3. Meningkatkan kreativitas siswa
4. Kerja keras/perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan, belajar, dan tugas
dengan sebaik-baiknya.
5. Rasa ingin tahu/sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yg
dipelajarinya, dilihat, didengar.
c. Alat dan Bahan untuk Membuat Media Tangga Satuan Panjang
1. Gergaji
2. Mesin bor
3. Palu
4. Styrofoam
5. Kertas
6. Triplek
7. Cat
15
8. Paku
d. Cara pembuatan
1) Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat
media tangga.
2) Buat pola seperti tangga pada sterofoam dan triplek sebanyak 7 anak
tangga dengan ukuran 7 cm. Untuk ukuran tangganya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
3) Jika semua pola sudah selesai digambar, maka potonglah semua pola
yang sudah digambar di atas sterofoam dan triplek tersebut.
4) Lalu, lapisi semua sterofoam yang sudah dipotong menggunakan
triplek dengan pola tangga tadi.
5) Setelah itu, agar tangga dapat nampak lebih hidup maka langkah
selanjutnya adalah warnai tangga dari sterofoam tersebut.
6) Kemudian, jika semua pola sudah disatukan tempelkan nama satuan
panjang pada setiap anak tangga dan jangan lupa memberi
keterangan jika naik dibagi 10 jika turun dikali 10. Berikut ini adalah
satuan ukuran secara umum yang dapat dikonversi untuk berbagai
keperluan sehari-hari yang disusun berdasarkan urutan dari yang
terbesar hingga yang terkecil :
km = kilo meter
hm = hekto meter
m = meter
dm = desi meter
cm = centi meter
mm = mili meter
e. Penerapan Media Tangga Konversi Satuan Panjang Terhadap
Pembelajaran Matematika
Untuk satuan ukuran panjang konversi dari suatu tingkat menjadi
satu tingkat di bawahnya adalah dikalikan dengan 10 sedangkan
untuk konversisatu tingkat di atasnya dibagi dengan angka 10.
Contoh:
16
1) 1 m = …. Km
Karena dari anak tangga m ke km itu naik 3 anak tangga,
maka: 1 m = 1 : 1000 = 0,001 km
2) 1 dam = …. Cm
Karena dari anak tangga dam ke cm itu turun 3 anak tangga,
maka: 1 dam = 1 x 1000 = 1000 cm
Contoh:
1 km = 10 hm = 100 dam = 1000 m
1 m = 10 dm = 100 cm = 1000 mm
dan ketika setiap naik tangga satu tingkat nilai dibagi dengan
10
B. Evaluasi Pembelajaran
a. Pengertian Evaluasi
17
capai oleh siswa.
Meskipun dalam suatu proses yang sama. faktanya ketika komponen
ini memiliki perbedaan yang signifikan. Pengertian evaluasi sendiri adalah
suatu kegiatan atau proses untuk menentukan nilai-nilai, kriteria atau
tindakan dalam pembelajaran. Pada umumnya, evaluasi sendiri memiliki
tahapan-tahapan yang harus diikuti. Walaupun tidak selalu sama, tetap saja
tahapan-tahapan ini penting untuk dilaksanakan, mengingat hasil akhir dari
proses jalannya evaluasi itu sendiri. Berikut dipaparkan salah satu tahapan
evaluasi secara umum.
2. Menurut Para Ahli
a. Sudijono
Pengertian evaluasi adalah sebuah interpretasi atau penafsiran yang
bersumber pada data-data kuantitatif, menurut pengertiannya sendiri
kuantitatif merupakan hasil-hasil dari pengukuran.
b. Stufflebeam dkk
Pengertian evaluasi adalah sebagai the proses of obtaining, delineating,
and providing useful information for judging decision alternative.
Artinya, evaluasi adalah sebuah proses, penggambaran, perolehan, dan
penyedia informasi yang berguna dan alternatif keputusan.
c. Worthen and Sanders
Pengertian evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga. Sesuatu
yang berharga ini dapat berupa suatu program atau informasi, produksi
serta alternatif prosedur tertentu. Evaluasi bukalah merupakan hal baru
dalam kehidupan manusia, sebab hal tersebut senantiasa mengiringi
kehidupan seseorang.
d. Purwanto
Pengertian evaluasi, secara garis besar, dapat dikatakan bahwa
pemberian nilai terhadap kualitas tertentu. Selain dari itu, evaluasi juga
dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh dan
menyediakan informasi yang diperlukan dalam membuat alternative-
alternatif keputusan.
e. Rooijackers Ad
18
Pengertian evaluasi sebagai suatu proses atau usaha dalam menentukan
nilai. Secara khusus penilaian atau evaluasi juga diartikan sebagai
proses pemberian nilai didasarkan pada data kuantitatif hasil
pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk
mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target
penilaian. Jawaban yang diharapkan dalam tes menurut Sudjana dan
Ibrahim (2001) dapat secara tertulis, lisan, atau perbuatan. Menurut
Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau
seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi
tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu.
Setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian, apabila suatu tugas
atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan oleh seseorang, tetapi tidak
19
ada jawaban atau cara pengerjaan yang benar dan salah, maka tugas
atau pertanyaan tersebut bukanlah tes.
Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Dalam hal ini
harus dibedakan pengertian antara tes, testing, testee, tester.
Dewasa ini tes masih merupakan alat evaluasi yang umum digunakan
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan
dan pengajaran. Menurut Faisal (1982: 219), seringkali skor tes ini
dipergunakan sebagai satu-satunya indikator dalam menilai penguasaan
konsep, efektivitas metode belajar dan guru, serta aspek lainnya
terhadap siswa di dalam praktik pendidikan. Padahal dengan
mempergunakan tes, aspek kemampuan afektif siswa kurang terukur,
sehingga sangatlah penting untuk tidak membuat generalisasi
kemampuan siswa hanya melalui tes saja.
20
b) Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh teknik tes,
yaitu: (a) sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam
hubungan ini, tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau
kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu; dan
(b) sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program
pengajaran yang telah ditentukan atau telah dapat dicapai.
21
bersifat potensial. Tes intelegensi (intelligence test), yaitu tes yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui
tingkat kecerdasan seseorang. Tes prestasi belajar (achievement
test), yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui prestasi seseorang
murid dari mata pelajaran yang telah diberikan. Tes dilakukan
secepat mungkin kepada murid. Tes diagnostik (diagnostic test)
adalah tes yang digunakan untuk menggali kelemahan yang
dihadapi murid, terutama kelemahan yang dialami murid saat
belajar. Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara lisan,
tertulis, perbuatan, atau kombinasi dari ketiganya. Berdasarkan
nama tes tersebut (diagnosis=pemeriksaan), maka jika hasil
“pemeriksaan” itu menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta
didik yang sedang “diperiksa” itu termasuk rendah, harus diberi
bimbingan secara khusus agar mereka dapat diperbaiki tingkat
penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu. Kemudian, tes
sikap (attitude test), yaitu tes untuk mengetahui sikap seseorang
murid terhadap sesuatu. Sedangkan tes minat adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui minat murid terhadap hal-hal yang
disukai. Sehingga melalui tes ini dapat diketahui apa yang disukai
murid.
• Menurut pembuatannya, tes dapat dikelompokkan menjadi (1)
tes terstandar dan (2) tes buatan guru (teacher made test). Tes
standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang
seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Sedangkan
tes buatan guru (teacher made test), yaitu tes buatan guru
cenderung difokuskan pada tujuan instruksional untuk kelas
tertentu. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru untuk
kepentingan prestasi belajar.
• Menurut bentuk soalnya, tes dikelompokkan menjadi (1) tes
uraian, dan (2) tes objektif. Tes uraian (essay test), adalah tes yang
bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi kesempatan
kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian. Bentuk
22
tes ini terdiri dari (a) uraian bebas (free essay test) dan (b) uraian
terbatas (limited essay test). Sedangkan tes objektif (objective test),
yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi
kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan
uraian. Berdasarkan cara mengerjakan tes objektif, maka
dikelompokkan menjadi: (1) variasi yang mana testee harus
mempunyai jawaban hampir tidak berbeda dengan essay test (tes
melengkapi dan tes jawaban singkat); dan (2) variasi yang
mana testee hanya memilih di antara jawaban yang telah
disediakan bersama soalnya. Pada variasi ini tester harus memilih
pernyataan itu benar atau salah (true false), menjodohkan dua
rentetan kata yang tersedia (matching test), memilih jawaban lain
yang benar (the best answer), memilih alternatif (multiple choice),
dan jawaban klasifikasi (classification).
• Ditinjau dari objek yang dites, maka tes dikelompokkan menjadi
(1) tes individual, dan (2) tes kelompok. Tes individual adalah
suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang
cukup panjang. Sedangkan tes kelompok, yaitu tes yang dilakukan
terhadap beberapa murid dalam waktu yang sama.
2. Konsep Dasar dan Alat Evaluasi Nontes
a) Pengertian Nontes
Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan
tanpa menguji peserta didik, tetapi dengan melakukan pengamatan
secara sistematis. Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan
penilaian dengan tidak menggunakan tes. Teknik penilaian ini
umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi
sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, dan lain-lain. Hal yang
berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara
individu maupun secara kelompok.
b) Penggolongan atau Contoh Alat Evaluasi Nontes
Dengan teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta
didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi),
23
melakukan wawancara (interview), dan menyebar angket
(questionnaire). Adapun penggolongan atau contoh alat evaluasi
nontes, yaitu:
24
Tujuan evaluasi pembelajaran, diuraikan sebagai berikut :
25
1) Tujuan umum
a) Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan
sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang
dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b) Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran
yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran dalam jengka
waktu tertentu.
2) Tujuan khusus
a) Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul
kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk memeperbaiki
dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
b) Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan
dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program
pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-
cara perbaikannya.
2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
26
sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap waspada. Ia perlu
memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang
telah disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya.
27
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29