Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“MEDIA PEMBELAJARAN DAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA SD”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-Model Pembelajaran


Matematika

Dosen Pengampu : Muhammad Musafir, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Nurtia Ningsi (21376GSD0523)


2. Ali Mustafa (21376GSD0500)
3. Puja Darmayanti (22376GSD0628)
4. Risa Harimudin (22376GSD0629)
5. Bunga Memoritas. D (21376GSD0610)
6. Dewi Sari Putri (22376GSD0624)
7. Ika Fatmawati (21376GSD0493)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PELITA NUSANTARA BUTON
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini adalah “MEDIA PEMBELAJARAN
DAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA”.

Dalam penulisan makalah, kami memberikan sejumlah materi yang terkait


dengan materi yang disusun secara langka demi langkah, agar mudah dan cepat
dipahami oleh pembaca. Kami juga mengharapkan agar makalah ini dapat dijadikan
pedoman apabila, pembaca melakukan hal yang berkaitan dengan makalah ini,
karena apalah gunanya membuat makalah ini apabila tidak dimanfaatkan dengan
baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari upaya lanjut untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa
mendatang. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Baubau, 29 Oktober 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
A. Media Pembelajaran ................................................................................... 6
B. Evaluasi Pembelajaran ............................................................................. 17
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 28
A. Kesimpulan ................................................................................................ 28
B. Saran .......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong


upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses
belajar, dalam proses pembelajaran seorang guru ketika menyampaikan materi
tidak lepas dari bantuan media pembelajaran. Media pembelajaran adalah
perantara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Media pembelajaran terus berkembang
sesuai dengan perkembangan teknologi pembelajaran.
Anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang berumur antara tujuh sampai
dengan

12 tahun pada dasarnya perkembangan intelektualnya termasuk dalam tahap


operasional kongret, sebab berfikir logiknya didasarkan atas manipulasi fisik
dari obyek-obyek. Dengan kata lain penggunaan media (termasuk alat peraga)
dalam pembelajaran matematika di SD memang diperlukan, karena sesuai
dengan tahap berpikir anak.
Terdapat berbagai macam media dan alat peraga matematika yang
berkembang yang bisa dimanfaatkan atau digunakan oleh guru dalam
pembelajaran untuk membuat konsep matematika yang abstrak menjadi
konkrit dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Oleh karena itu
pada makalah ini akan dibahas tentang media dan alat peraga yang di gunakan
dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, berbagai bentuk alat peraga,
fungsi dan cara menggunakannya.

Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran


yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian
pembealajaran. Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses
membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran
keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan
penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai
keberhasilan pembelajaran secara kualitatif. Evaluasi merupakan sarana untuk

4
mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan
pengolahan data.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian media pembelajaran matematika?


2. Apa saja klasifikasi media pembelajaran?
3. Apa tujuan dan fungsi media pembelajaran matematika?
4. Apa saja contoh media pembelajaran matematika SD dan bagaimana cara
penggunaannya?
5. Apa pengertian evaluasi pembelajaran?
6. Apa saja yang termasuk kedalam alat-alat evaluasi?
7. Apa tujuan evaluasi pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian media pembelajaran matematika.


2. Untuk mengetahui klasifikasi media pembelajaran.
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi media pembelajaran matematika.
4. Untuk mengetahui contoh media pembelajaran matematika SD dan
bagaimana cara penggunaannya.
5. Untuk mengetahui pengertian evaluasi pembelajaran.
6. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kedalam alat-alat evaluasi.
7. Untuk mengetahui tujuan evaluasi pembelajaran.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran berasal dari dua kata yaitu media dan


pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang
artinya tengah, perantara atau pengantar. Kata media, merupakan bentuk
jamak dari kata “medium”, yang secara etimologi berarti perantara atau
pengantar. Dalam konteks dunia pendidikan, Gerlach & Ely (dalam Arsyad,
2002: 3) mengungkapkan bahwa media secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam
pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan Sekolah merupakan media.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis 7
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal. Sedangkan pembelajaran menurut undang-undang 20 tahun
2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sehingga media pembelajaran adalah sesuatu yang digunakan sebagai
perantara, penyampai pesan dalam proses pembelajaran. Media
pembelajaran adalah sesuatu yang bisa berbentuk alat, bahan, maupun
keadaan yang dipergunakan sebagai penyampai komunikasi dalam kegiatan
pembelajaran. Briggs (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran
seperti : buku, film, video dan sebagainya. Tiga konsep yang mendasari
batasan media pembelajaran. yaitu : konsep komunikasi, konsep sistem, dan
konsep pembelajaran (Sctyosari & Sihkabuden, 2005). Penggunaan media
dalam pembelajaran memiliki kelebihan diantaranya bisa melibatkan siswa
secara fisik serta memberikan contoh konkret karena media pembelajaran

6
membantu menambah elemen realitas.

2. Pengertian Media Pembelajaran dalam Matematika

Media pembelajaran matematika lebih cenderung disebut alat peraga


(manipulative materials) matematika dapat didefinisikan sebagai suatu alat
peraga yang penggunaannya diintegrasikan bertujuan untuk mempertinggi
mutu kegiatan belajar mengajar. Menurut Ruseffendi (1992), alat peraga
adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan konsep matematika,
sedangkan pengertian alat peraga matematika menurut Pramudjono (1995),
adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja
digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep
matematika.
Suatu benda dalam pembelajaran matematika dapat menjadi alat
peraga, alat, alat pembelajaran, atau tidak mempunyai arti apa-apa. Yang
dimaksud alat peraga adalah alat untuk menerangkan atau mewujudkan
konsep matematika.
Adapun yang dimaksud alat adalah alat untuk menghitung,
menggambar, mengukur, dan sebagainya seperti kalkulator, komputer,
mistar, jangka, busur derajat, klinometer, dan sebagainya. Sedangkan yang
dimaksud alat pembelajaran yaitu alat bantu yang digunakan untuk
memperlancar pembelajaran matematika, seperti OHP/proyektor,
komputer, papan tulis, spidol/ kapur, dan sebagainya. Suatu benda dikatakan
tidak mempunyai arti apa-apa akan terjadi jika benda tersebut tidak
dikaitkan dengan topik dalam pembelajaran
Matematika merupakan ilmu abstrak yang berkaitan dengan pola dan
aturan serta bagaimana aturan itu dipakai untuk menyelesaikan berbagai
macam permasalahan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu media
pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam memahami materi
matematika dan membantu guru dalam menjelaskan konsep matematika
yang abstrak.
Jadi, media pembelajaran matematika adalah alat atau bahan yang
digunakan untuk memudahkan guru dalam menjelaskan konsep
matematika yang abstrak dan memudahkan siswa dalam memahami materi

7
matematika sehingga dapat merangsang perhatian, fikiran, perasaan,
kemampuan dan kemauan peserta didik dalam mempelajari matematika.
b. Klasifikasi Media Pembelajaran

Pada dasarnya media yang banyak digunakan untuk kegiatan


pembelajaran adalah media komunikasi. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan dalam pengklasifikasian ini. Arif S. Sadiman (2009:9)
mengelompokkan atau mengklafisikan media berdasarkan kesamaan ciri atau
karakteristiknya.

Basuki Wibawa dan Farida (2001:35) menambahkan apapun bentuk dan


tujuan pengklasifikasian media dapat memperjelas kegunaan dan karakteristik
media, sehingga memudahkan kita memilih nantinya. Bertz (dalam Arif S.
Sadiman, 2009:20) pengklasifikasian jenis media, diantaranya: media audio,
media visual, dan media audio visual.
1. Media Audio

Media audio adalah jenis media yang berisi suara saja sehingga untuk
dapat memanfaatkannya sebagai media dalam pembelajaran guru harus
dapat memperhatikan mengenai aspek kemampuan menyimak yang dimiliki
oleh siswa. Basuki Wibawa dan Farida (2001:35) menambahkan “media
audio menambahkan pesan yang disampaikan dalam lambang-lambang
auditif verbal, nonverbal maupun kombinasinya yang berkaitan erat dengan
indera pendengaran”. Contoh media audio: radio, telepon, tape recorder,
piringan audio dan lain-lain.
Kelebihan penggunaan media audio, antara lain: (1) meningkatkan
kemampuan komunikasi audio, (2) materi pembelajaran dapat dipersiapkan
sehingga guru dapat mengontrolnya, (3) merangsang dan mengembangkan
kemampuan imajinasi terhadap hal- hal yang sedang disajikan, (4) perhatian
siswa terpusat pada kata-kata yang digunakan, pada bunyi dan artinya.
Kelemahan penggunaan media audio, antara lain : (1) sifat komunikasi satu
arah, (2) stimulus secara suara saja dalam yang cukup lama menimbulkan
kebosanan pada siswa, (3) siswa yang memiliki kelemahan audio akan
merasa kesulitan menerima pelajaran.

8
2. Media Visual

Media visual adalah jenis media yang dituangkan ke dalam simbol-


simbol komunikasi visual yang berkaitan erat dengan indera penglihatan.
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses
penyampaiannya dapat berhasil effesien. (Arif S. Sadiman, 2009:28).
Contoh media visual adalah gambar, foto, diagram, bagan, grafik, sketsa,
poster, peta dan lain-lain.
Kelebihan penggunaan media visual, antara lain: (1) mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu karena semua benda, objek atau peristiwa
tidak dapat dibawa ke kelas, (2) merangsang dan mengembangkan
kemampuan imajinasi terhadap hal-hal yang sedang disajikan, (3)
meningkatkan keaktifan dan kretivitas guru untuk dapat menyampaikan
materi dalam bentuk gambar. Kelemahan penggunaan media visual, antara
lain : (1) ukurannya terbatas untuk kelompok yang besar, (2) ketersediaan
sumber dan ketrampilan, serta kejelian guru untuk dapat
memanfaaatkannya.
3. Media Audio Visual

Media audio visual adalah jenis media yang menggabungkan unsur


suara dan gambar. Penggunaan media audio visual akan lebih baik, apabila
menggunakan unsur gambar gerak. Sebagaimana pendapat Basuki Wibawa
(2001:67). Kemampuan belajar akan meningkat lagi apabila audio visual
dalam pembelajaran memberikan kelebihan dan kelemahan. Contoh media
audio visual adalah video, film, slide bersama tipe dan televisi.
Kelebihan penggunaan media audio visual, antara lain : (1)
memusatkan perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran, (2) mengatasi keterbatasan waktu dan ruang, (3) menampilkan
gambar, suara dan gerak, (4) menghindari pembelajaran yang verbalistik.
Kelemahan penggunaan audio visual, antara lain : (1) biaya relatif mahal, (2)
memerlukan peralatan yang kompleks dan (3) memerlukan keahlian khusus.
c. Tujuan dan Fungsi Media Pembelajaran Matematika

Tujuan dari penggunaan suatu media membuat guru dapat

9
menyampaikan pesan secara lebih mudah kepada peserta didik, sehingga
peserta didik tersebut dapat menguasai pesan (pembelajaran) secara cepat dan
akurat. Sementara itu, fungsi media dalam pembelajaran matematika antara
lain:

a. Dengan adanya media pembelajaran, anak-anak akan lebih banyak


mengikuti pelajaran matematika dengan gembira sehingga minatnya
dalam mempelajari matematika semakin besar.
b. Dengan disajikannya konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret,
maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah
memahami dan mengerti.
c. Media pembelajaran dapat membantu daya titik ruang karena anak tidak
dapat membayangkan bentuk-bentuk geometri ruang sehingga gambar
dan benda-benda nyata menjadi media pemahamannya tentang ruang.
d. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan
benda-benda yang ada disekitarnya.
e. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu
dalam bentuk model matematika dapat dijadikan objek penelitian dan
dapat pula diajadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi
baru.
d. Contoh Media Pembelajaran Matematika dan Cara Penggunaannya
1. Media pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan
Materi Operasi Hitung Bersusun dalam Matematika Kelas 1 SD

Media pembelajaran sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan


merupakan suatu alat sederhana yang ditujukan untuk mempermudah siswa
dalammemahami materi operasi hitung dalam matematika.

Media ini berbentuk segi empat dengan empat kotak yang menempel
atau disebut dengan kantong bilangan.Kantong bilangan tersebut berfungsi
sebagai penentu nilai suatu bilangan, yaitu satuan, puluhan, ratusan, dan
ribuan.

Dengan adanya pengelompokan nilai suatu bilangan, maka akan


memudahkan siswa untuk melakukan operasi hitung baik penjumlahan
maupun pengurangan. Sedotan pada media ini digunakan sebagai penentu
jumlah suatu bilangan. Apabila satu sedotan diletakkan pada kantong
yang bernilai tempat ribuan, maka nilai satu sedotan tersebut adalah seribu.
Begitu juga bila sedotan tersebut diletakkan pada kantong nilai tempat
ratusan maka satu sedotan tersebut bernilai seratus dan seterusnya.

10
a. Desain

Media pembelajaran sedotan (drinking straws) dan kantong


bilangan dibuat berbentuk kotak dengan empat kantong yang menempel
dibagian tengah kotak utama. Sedangkan sedotan sendiri digunakan
sebagai pengisi kantong- kantong yang tersedia sebagai indikator jumlah
bilangan yang akan dihitung. Adapun desain media pembelajaran
sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 1. Media Pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong

Bilangan

b. Bahan dan alat yang digunakan

Bahan dan alat yang digunakan dalam mendesain media


pembelajaran sedotan (drinking straws) dan kantong bilangan adalah
benda-benda yang mudah kita temui di lingkungan kita yaitu :
1. 1 buah kardus bekas.
2. 4 buah botol air mineral kosong ukuran gelas.
3. Kertas warna-warni.
4. Sedotan 4 warna secukupnya.
5. Spidol.
6. Gunting Lem kertas dan lem plastik.

11
c. Cara membuat

Cara membuat media pembelajaran sedotan (drinking straws) dan


kantong bilangan sangatlah sederhana dan mudah. Adapun langkah-
langkahnya yaitu :
1. Siapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti kardus bekas, botol air
mineral ukuran gelas, kertas warna-warni, sedotan warna, spidol,
gunting, lem kertas dan lem plastik.
2. Potong kardus dengan ukuran sesuai yang diinginkan untuk
digunakan sebagai tempat menempelkan 4 buah botol plastik air
mineral.
3. Lapisi kardus dengan kertas warna agar terlihat menarik.
4. Tempelkan 4 buah botol plastik air mineral ukuran gelas dengan
menggunakan lem khusus untuk bahan plastik.
5. Gunakan spidol untuk memberi tulisan sebagai pelengkap desain
media pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong
Bilangan.
d. Penggunaan dan penerapan media Sedotan (Drinking Straws) dan
Kantong Bilangan pada pembelajaran Matematika
Penggunaan media pembelajaran sedotan (drinking straws) dan
kantong bilangan sangatlah mudah, yaitu hanya dengan memasukkan
sedotan sesuai dengan nilai angka yang akan kita hitung kemudian
masukkan atau ambil sedotan lagi sesuai dengan nilai angka yang
digunakan sebagai angka penambah, pengurang, pengali ataupun
pembaginya. Agar lebih jelas lagi, berikut prosedur penggunaan media
pembelajaran Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan dalam
pembelajaran:
1. Persiapkan sedotan dan kantong bilangan yang akan digunakan untuk
melakukan operasi hitung.
2. Letakkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya, misalnya 1342
berarti 2 sedotan berada pada kantong satuan, 4 sedotan berada pada
kantong puluhan, 3 sedotan berada pada kantong ratusan, dan 1
sedotan berada pada kantong ribuan.
3. Lakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan
menambahkan sedotan ataupun mengurangi sedotan yang ada dalam
kantong sesuai dengan angka penjumlah atau pengurangnya.
4. Sedotan yang masih ada dalam kantong merupakan hasil operasi

12
hitung yang dilakukan.
5. Hitung jumlah sedotan yang masih ada dalam kantong bilangan sesuai
dengan nilai tempatnya.
6. Jika dalam satu kantong terdapat lebih dari sepuluh sedotan, maka
ambil sepuluh sedotan pada kantong tersebut, kemudian tambahkan
satu sedotan pada kantong nilai yang bernilai tempat lebih besar yang
ada di sampingnya.
2. Media Lidi dalam Operasi Perkalian Matematika Kelas 2 SD

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus


diberikan kepada peserta didik dimulai dari sekolah dasar, tujuannya adalah
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif.
Untuk belajar matematika sebenarnya tidak perlu mengeluarkan
modal yang besar dan membutuhkan peralatan yang mahal dan mewah,
yang diperlukan adalah kekreatifan. Misalnya apa yang ada di alam bisa
dijadikan media pembelajaran matematika sebagai contoh lidi dari daun
kelapa. Bagi sebagian orang mungkin berpikir bahwa lidi kelapa tidak ada
kaitannya dengan matematika, tapi dalam kasus ini lidi kelapa kalau
dimanfaatkan sebaik mungkin dalam pembelajaran matematika maka ia
akan sangat membantu proses pembelajaran, misalnya lidi kelapa tersebut
dapat dijadikan alat hitung dalam mengerjakan soal- soal matematika.Ini
terbukti, sejak dulu anak-anak di desa yang kurang mampu menggunakan
lidi kelapa sebagai alat hitung pengganti sampoa.
a. Fungsi Lidi Sebagai Media Belajar
Fungsi media lidi disini adalah untuk mempermudah anak-anak SD
dalam berhitung, baik perkalian, pembagian, penjumlahan, dan
pengurangan. selain itu media lidi dapat juga dibentuk berbagai bentuk
bangun datar seperti, persegi, segitiga, dan lain-lain.

b. Cara Penggunaan Lidi Sebagai Media Pembelajaran Matematika dalam


menjelaskan dan memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan
berulang.

13
Misalnya sebagai contoh gambar dibawah ini adalah salah satu cara
untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai konsep perkalian
sebagai penjumlahan berulang. Dimana gambar dibawah ini menunjukan
perkalian 4 x 5, yang sama artinya 5 + 5 + 5 + 5.

Gambar 2. Media lidi untuk menghitung perkalian 4 x 5


Cara penggunaan media lidi untuk menghitung perkalian 4 x 5 di atas yaitu
:
1) Siswa harus menyiapkan lidi yang telah dipotong dengan ukuran
kira-kira10 cm
2) Ambilah potongan lidi tersebut sebanyak lima batang, lalu jadikan
satu kelompok
3) Selanjutnya lakukan pengambilan potongan lidi seperti diatas
sebanyak 4 kali
4) Untuk mendapatkan hasil perkalian tersebut siswa hanya
perlu menjumlahkan semua batangan lidi tersebut.

Jadi dapat disimpukan, media pembelajaran matematika tidak harus


benda yang mahal dan modern, benda yang tidak berguna sekalipun bisa
dijadikan media pembelajaran matematika, seperti lidi yang merupakan
media belajar yang tradisional.
3. Media Tangga Konversi untuk Materi Satuan Pengukuran
Matematika Kelas 6 SD

14
a. Pengertian Media Tangga Konversi Satuan Pengukuran
Media tangga konversi yaitu tingkatan nilai dari satuan. Media ini
dirancang dengan bentuk tiga dimensi. Dibuatnya tangga konversi agar
siswa mudah untuk mengingat perbandingan nilai antara satu tingkatan
dengan tingkatan yang lain. Selain itu media ini juga dapat membantu
proses pemahaman siwa terhadap materi yang bersifat abstrak menajadi
konkret, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa akan meningkat.
Konversi satuan ini diterapkan dalam mata pelajaran matematika
pada khususnya pokok bahasan besaran. Pada tingkatan Sekolah dasar
kelas 3 yang terdapat pokok bahasan satuan panjang dan berat, satuan
luas pada kelas 4 dan 5, serta satuan volume pada kelas 5 dan 6. Pada
pembahasan kali ini, tangga konversi yang digunakan adalah tangga
konversi satuan panjang.
b. Tujuan Media Tangga Konversi Satuan Pengukuran
1. Siswa dapat menghitung perubahan satuan panjang benda dengan
mudah
2. dari alat peraga yang kami buat juga dapat membantu siswa untuk
mengetahui beberapabangun datar
3. Meningkatkan kreativitas siswa
4. Kerja keras/perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan, belajar, dan tugas
dengan sebaik-baiknya.
5. Rasa ingin tahu/sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yg
dipelajarinya, dilihat, didengar.
c. Alat dan Bahan untuk Membuat Media Tangga Satuan Panjang
1. Gergaji
2. Mesin bor
3. Palu
4. Styrofoam
5. Kertas
6. Triplek
7. Cat

15
8. Paku
d. Cara pembuatan
1) Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat
media tangga.
2) Buat pola seperti tangga pada sterofoam dan triplek sebanyak 7 anak
tangga dengan ukuran 7 cm. Untuk ukuran tangganya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
3) Jika semua pola sudah selesai digambar, maka potonglah semua pola
yang sudah digambar di atas sterofoam dan triplek tersebut.
4) Lalu, lapisi semua sterofoam yang sudah dipotong menggunakan
triplek dengan pola tangga tadi.
5) Setelah itu, agar tangga dapat nampak lebih hidup maka langkah
selanjutnya adalah warnai tangga dari sterofoam tersebut.
6) Kemudian, jika semua pola sudah disatukan tempelkan nama satuan
panjang pada setiap anak tangga dan jangan lupa memberi
keterangan jika naik dibagi 10 jika turun dikali 10. Berikut ini adalah
satuan ukuran secara umum yang dapat dikonversi untuk berbagai
keperluan sehari-hari yang disusun berdasarkan urutan dari yang
terbesar hingga yang terkecil :
km = kilo meter
hm = hekto meter

dam = deka meter

m = meter
dm = desi meter
cm = centi meter
mm = mili meter
e. Penerapan Media Tangga Konversi Satuan Panjang Terhadap
Pembelajaran Matematika
Untuk satuan ukuran panjang konversi dari suatu tingkat menjadi
satu tingkat di bawahnya adalah dikalikan dengan 10 sedangkan
untuk konversisatu tingkat di atasnya dibagi dengan angka 10.
Contoh:

16
1) 1 m = …. Km
Karena dari anak tangga m ke km itu naik 3 anak tangga,
maka: 1 m = 1 : 1000 = 0,001 km
2) 1 dam = …. Cm
Karena dari anak tangga dam ke cm itu turun 3 anak tangga,
maka: 1 dam = 1 x 1000 = 1000 cm

Contoh:
1 km = 10 hm = 100 dam = 1000 m
1 m = 10 dm = 100 cm = 1000 mm
dan ketika setiap naik tangga satu tingkat nilai dibagi dengan
10
B. Evaluasi Pembelajaran

a. Pengertian Evaluasi

1. Pengertian dan Konsep Secara Umum


Evaluasi adalah pengukuran dan perbaikan dalam kegiatan yang
dilaksanakan, seperti membandingkan hasil-hasil kegiatan yang dibuat.
Tujuannya agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan dapat terselenggarakan. Dapat diartikan, evaluasi adalah
suatu proses perbandingan dan pengukuran dari hasil akhir pekerjaan yang
dinyatakan dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.
Hasil evaluasi dimaksudkan untuk perencanaan kembali, dan juga
berfungsi sebagai administrasi dan manajemen yang terakhir. Yaitu
mengkombinasikan dan mengumpulkan data dengan standar tujuan.
Pengertian evaluasi secara harfiah, berasal dari bahasa Inggris yaitu
evaluation yang artinya suatu penilaian atau penafsiran. Evaluasi
merupakan penilaian terhadap data-data yang terkumpulkan. Secara garis
besar, pengertian evaluasi dalam pendidikan adalah pemberian nilai
terhadap kualitas sesuatu.
Selain itu, evaluasi juga dipandang sebagai proses merencanakan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat-sangat diperlukan.
Sehingga membentuk suatu proses evaluasi yang sistematis, menentukan
atau membuat keputusan sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah di

17
capai oleh siswa.
Meskipun dalam suatu proses yang sama. faktanya ketika komponen
ini memiliki perbedaan yang signifikan. Pengertian evaluasi sendiri adalah
suatu kegiatan atau proses untuk menentukan nilai-nilai, kriteria atau
tindakan dalam pembelajaran. Pada umumnya, evaluasi sendiri memiliki
tahapan-tahapan yang harus diikuti. Walaupun tidak selalu sama, tetap saja
tahapan-tahapan ini penting untuk dilaksanakan, mengingat hasil akhir dari
proses jalannya evaluasi itu sendiri. Berikut dipaparkan salah satu tahapan
evaluasi secara umum.
2. Menurut Para Ahli
a. Sudijono
Pengertian evaluasi adalah sebuah interpretasi atau penafsiran yang
bersumber pada data-data kuantitatif, menurut pengertiannya sendiri
kuantitatif merupakan hasil-hasil dari pengukuran.
b. Stufflebeam dkk
Pengertian evaluasi adalah sebagai the proses of obtaining, delineating,
and providing useful information for judging decision alternative.
Artinya, evaluasi adalah sebuah proses, penggambaran, perolehan, dan
penyedia informasi yang berguna dan alternatif keputusan.
c. Worthen and Sanders
Pengertian evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga. Sesuatu
yang berharga ini dapat berupa suatu program atau informasi, produksi
serta alternatif prosedur tertentu. Evaluasi bukalah merupakan hal baru
dalam kehidupan manusia, sebab hal tersebut senantiasa mengiringi
kehidupan seseorang.
d. Purwanto
Pengertian evaluasi, secara garis besar, dapat dikatakan bahwa
pemberian nilai terhadap kualitas tertentu. Selain dari itu, evaluasi juga
dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh dan
menyediakan informasi yang diperlukan dalam membuat alternative-
alternatif keputusan.
e. Rooijackers Ad

18
Pengertian evaluasi sebagai suatu proses atau usaha dalam menentukan
nilai. Secara khusus penilaian atau evaluasi juga diartikan sebagai
proses pemberian nilai didasarkan pada data kuantitatif hasil
pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.

Dari pengertian evaluasi secara umum hingga pengertian evaluasi


menurut parah ahli, pengertian evaluasi ini sendiri dapat diartikan sebagai
suatu proses sistematis dalam membuat, memeriksa, menentukan atau
menyediakan informasi terhadap program kerja atau kegiatan yang
dilakukan. Dan untuk mengetahui sejauh mana sebuah program itu tercapai.
b. Alat-Alat Evaluasi
Dalam pengertian umum, alat adalah suatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan
secara lebih efektif dan efisien. Kata alat, biasa disebut juga dengan istilah
instrumen, maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi.
Dalam kegiatan evaluasi, peran alat evaluasi sangat menentukan untuk
mencapai hasil yang lebih baik berdasarkan situasi aktual yang dievaluasi. Ada
dua teknik yang dapat digunakan, yaitu tes dan nontes. Pada pembahasan di
bawah ini, akan dijelaskan secara lebih mendalam mengenai kedua teknik
tersebut.

1. Konsep Dasar dan Alat Evaluasi Tes


a) Pengertian Tes

Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk
mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target
penilaian. Jawaban yang diharapkan dalam tes menurut Sudjana dan
Ibrahim (2001) dapat secara tertulis, lisan, atau perbuatan. Menurut
Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau
seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi
tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu.
Setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian, apabila suatu tugas
atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan oleh seseorang, tetapi tidak

19
ada jawaban atau cara pengerjaan yang benar dan salah, maka tugas
atau pertanyaan tersebut bukanlah tes.

Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan


oleh guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam
memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang
telah ditentukan. Tes terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan
siswa. Setiap soal dalam tes menghadapkan siswa pada suatu tugas dan
menyediakan kondisi bagi siswa untuk menanggapi tugas atau soal
tersebut.

Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Dalam hal ini
harus dibedakan pengertian antara tes, testing, testee, tester.

Testing adalah saat pada waktu tes tersebut dilaksanakan (saat


pengambilan tes). Sementara itu Gabel (1993) menyatakan
bahwa testing menunjukkan proses pelaksanaan tes. Testee adalah
responden yang mengerjakan tes. Mereka inilah yang akan dinilai atau
diukur kemampuannya. Sedangkan tester adalah seseorang yang
diserahi tugas untuk melaksanakan pengambilan tes kepada responden.

Dewasa ini tes masih merupakan alat evaluasi yang umum digunakan
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan
dan pengajaran. Menurut Faisal (1982: 219), seringkali skor tes ini
dipergunakan sebagai satu-satunya indikator dalam menilai penguasaan
konsep, efektivitas metode belajar dan guru, serta aspek lainnya
terhadap siswa di dalam praktik pendidikan. Padahal dengan
mempergunakan tes, aspek kemampuan afektif siswa kurang terukur,
sehingga sangatlah penting untuk tidak membuat generalisasi
kemampuan siswa hanya melalui tes saja.

20
b) Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh teknik tes,
yaitu: (a) sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam
hubungan ini, tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau
kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu; dan
(b) sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program
pengajaran yang telah ditentukan atau telah dapat dicapai.

c) Penggolongan atau Contoh Alat Evaluasi Tes


Berdasarkan dari pengertian dan fungsi tes di atas, tes dibagi menjadi 5
golongan di antaranya, yaitu: (a) menurut sifatnya, (b) menurut
tujuannya, (c) menurut pembuatannya, (d) menurut bentuk soalnya, dan
(e) menurut atau ditinjau dari objek yang dites. Berikut merupakan
penjelasan dari kelima penggolongan tes tersebut.

• Menurut sifatnya, tes dapat dikelompokkan menjadi (1) tes verbal


dan (2) tes nonverbal. Tes verbal, yaitu tes yang menggunakan
bahasa sebagai alat untuk melakukan tes. Tes verbal ini terdiri dari
(a) tes lisan (oral test) dan (b) tes tulis. Sedangkan tes nonverbal
adalah tes yang tidak menggunakan bahasa sebagai alat untuk
melaksanakan tes, tetapi menggunakan gambar, memberikan
tugas, dan sebagainya, atau dengan tes ini tester menghendaki
adanya respons dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau
kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku. Jadi,
respons yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa
perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
• Menurut tujuannya, tes dapat dikelompokkan menjadi (1) tes
bakat, (2) tes intelegensi, (3) tes prestasi belajar, (4) tes diagnostik,
(5) tes sikap, dan (6) tes minat. Tes bakat (aptitude test) adalah tes
yang digunakan untuk menyelidiki bakat seseorang. Tes bakat
biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang

21
bersifat potensial. Tes intelegensi (intelligence test), yaitu tes yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui
tingkat kecerdasan seseorang. Tes prestasi belajar (achievement
test), yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui prestasi seseorang
murid dari mata pelajaran yang telah diberikan. Tes dilakukan
secepat mungkin kepada murid. Tes diagnostik (diagnostic test)
adalah tes yang digunakan untuk menggali kelemahan yang
dihadapi murid, terutama kelemahan yang dialami murid saat
belajar. Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara lisan,
tertulis, perbuatan, atau kombinasi dari ketiganya. Berdasarkan
nama tes tersebut (diagnosis=pemeriksaan), maka jika hasil
“pemeriksaan” itu menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta
didik yang sedang “diperiksa” itu termasuk rendah, harus diberi
bimbingan secara khusus agar mereka dapat diperbaiki tingkat
penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu. Kemudian, tes
sikap (attitude test), yaitu tes untuk mengetahui sikap seseorang
murid terhadap sesuatu. Sedangkan tes minat adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui minat murid terhadap hal-hal yang
disukai. Sehingga melalui tes ini dapat diketahui apa yang disukai
murid.
• Menurut pembuatannya, tes dapat dikelompokkan menjadi (1)
tes terstandar dan (2) tes buatan guru (teacher made test). Tes
standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang
seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Sedangkan
tes buatan guru (teacher made test), yaitu tes buatan guru
cenderung difokuskan pada tujuan instruksional untuk kelas
tertentu. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru untuk
kepentingan prestasi belajar.
• Menurut bentuk soalnya, tes dikelompokkan menjadi (1) tes
uraian, dan (2) tes objektif. Tes uraian (essay test), adalah tes yang
bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi kesempatan
kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian. Bentuk

22
tes ini terdiri dari (a) uraian bebas (free essay test) dan (b) uraian
terbatas (limited essay test). Sedangkan tes objektif (objective test),
yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi
kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan
uraian. Berdasarkan cara mengerjakan tes objektif, maka
dikelompokkan menjadi: (1) variasi yang mana testee harus
mempunyai jawaban hampir tidak berbeda dengan essay test (tes
melengkapi dan tes jawaban singkat); dan (2) variasi yang
mana testee hanya memilih di antara jawaban yang telah
disediakan bersama soalnya. Pada variasi ini tester harus memilih
pernyataan itu benar atau salah (true false), menjodohkan dua
rentetan kata yang tersedia (matching test), memilih jawaban lain
yang benar (the best answer), memilih alternatif (multiple choice),
dan jawaban klasifikasi (classification).
• Ditinjau dari objek yang dites, maka tes dikelompokkan menjadi
(1) tes individual, dan (2) tes kelompok. Tes individual adalah
suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang
cukup panjang. Sedangkan tes kelompok, yaitu tes yang dilakukan
terhadap beberapa murid dalam waktu yang sama.
2. Konsep Dasar dan Alat Evaluasi Nontes
a) Pengertian Nontes
Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan
tanpa menguji peserta didik, tetapi dengan melakukan pengamatan
secara sistematis. Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan
penilaian dengan tidak menggunakan tes. Teknik penilaian ini
umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi
sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, dan lain-lain. Hal yang
berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara
individu maupun secara kelompok.
b) Penggolongan atau Contoh Alat Evaluasi Nontes

Dengan teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta
didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi),

23
melakukan wawancara (interview), dan menyebar angket
(questionnaire). Adapun penggolongan atau contoh alat evaluasi
nontes, yaitu:

• Observasi (pengamatan). Teknik pengamatan atau observasi


merupakan salah satu bentuk teknik nontes yang biasa
dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap
objeknya secara langsung, saksama, dan sistematis. Pengamatan
memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian
mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan
sebenarnya.
• Interview (wawancara). Wawancara adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan, dengan cara
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka,
dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
• Angket (questionnaire). Angket juga dapat digunakan sebagai
alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Angket adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Sehingga angket berbeda dengan wawancara. Adapun
prinsip penulisan angket, yaitu: (a) isi dan tujuan pertanyaan jelas,
(b) bahasa yang digunakan mudah dipahami, (c) tipe dan bentuk
pertanyaan (terbuka atau tertutup), (d) pertanyaan tidak mendua,
(e) tidak menanyakan yang sudah lupa, (f) panjang pertanyaan
(maksimal 30 pertanyaan), (g) urutan pertanyaan (dari mudah ke
sulit), (h) prinsip pengukuran, dan (i) penampilan fisik angket.
c. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
1. Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi atau penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkata pencapaian kompetensi peserta
didik, serta digunakan sebagai bahan penyusun laporan kemajuan hasil
belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

24
Tujuan evaluasi pembelajaran, diuraikan sebagai berikut :

1) Mendiskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat


diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi
atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah
laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang di harapkan.
3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan
dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran
serta strategi pelaksanaannya.
4) Memberikan pertanggungjawaban oihak sekolah kepada pihak- pihak
yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah,
masyarakat, dan para orang tua siswa.
Manfaat atau tujuan khusus diadakannya evaluasi pembelajaran, yaitu:
1) Bagi siswa
• Dengan diadakannya evaluasi atau penilaian maka siswa dapat
mengetahui apakah hasil pekerjaannya memuaskan atau tidak.
2) Bagi guru
• Guru akan mengetahui siswa mana yang berhak melanjutkan dan mana
yang tunda atau tinggal.
• Guru akan mengetahui apakah materi yang di ajarkan sudah tepat
atau belum.
• Guru akan mengetahui apakah metode yang gunakan untuk
mengajar sudah tepat atau belum.
3) Bagi sekolah
• Sekolah dapat mengetahui kondisi belajar yang ada di sekolah
sudah tepat atau belum.

• Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum sesuai


tidaknya. Informasi penilaian yang diperoleh dari tahun ketahun,
sehingga dapat digunakan sebagai pedoman.
Menurut Anas (1995), tujuan evaluasi pembelajaran terdiri atas:

25
1) Tujuan umum
a) Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan
sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang
dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b) Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran
yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran dalam jengka
waktu tertentu.
2) Tujuan khusus
a) Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul
kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk memeperbaiki
dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
b) Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan
dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program
pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-
cara perbaikannya.
2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-


tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu:
1) Mengukur kemajuan
2) Penunjang penyusunan rencana
3) Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali
Jika dilihat dari fungsi diatas setidaknya ada dua macam kemungkinan
hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi, yaitu:

• Hasil evaluasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi itu ternyata


mengembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega bagi evaluator,
sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan yang
direncanakan.
• Hasil evaluasi itu ternyata tidak menggembirakan atau bahkan
mengkhawatirkan, dengan alasan bahwa berdsarkan hasil evaluasi
ternyata dijumpai adanya penyimpangan, hambatan, atau kendala,

26
sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap waspada. Ia perlu
memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang
telah disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya.

Berdasarkan data hasil evaluasi itu selanjutnya dicari metode-metode lain


yang dipandang lebih tepat dan lebih sesuai dengan keadaan dan keperluan.

27
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Ketika berbicara tentang proses pembelajaran bagaimana upaya yang


dilakukan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga tersampaikan
dengan baik kepada siswa, maka peran media pembelajaran adalah sebagai
salah satu komponen yang dapat digunakan guru sebagai alat atau ada dalam
penyampaian materi peran guru dalam proses pembelajaran sangat besar untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal, semua komponen dalam proses
pembelajaran tidak boleh diabaikan. Salah satu komponen tersebut adalah
penggunaan media dalam pembelajaran yang memiliki kaitan dengan
komponen lain dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Media pembelajaran matematika lebih cenderung disebut alat peraga


(manipulative materials) matematika dapat didefinisikan sebagai suatu alat
peragayang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran
yang telah dituangkan dalam GBPP bidang studi matematika dan bertujuan
untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya media
yang banyak digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah media
komunikasi.

2. Saran

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, penting bagi guru maupun


calon guru untuk mengetahui jenis-jenis media maupun alat peraga, fungsi
serta memahami cara membuat dan menggunakannya dalam proses
pembelajaran. Mahasiswa dapat memahami konsep media dan alat raga
matematika, mengetahui fungsi media dan alat Peraga dalam proses
pembelajaran. Mahasiswa juga diharapkan mampu memilih dan menggunakan
bahkan membuat media pembelajaran dalam mengerjakan matematika di
sekolah.

28
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Eko Andang. 2014. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika


Pada Materi Penjumlahan Bersusun Dengan Menggunakan Kantong
Bilangan Siswa Kelas 1 MI YAPPI Banjaran Tahun Pelajaran 2013/2014.
Dikutipdarihttp://digilib.uinsuka.ac.id/14269/31/BAB%20I%2C%20IV%
C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf . Diakses pada 6 Oktober 2020.

Dayufunmath. 2012. Pemanfaatan Media Tradisional dalam Pembelajaran


Matematika.Dikutipdarihttps://dayufunmath.wordpress.com/2012/01/12/pe
manfaatan-media-tradisional-dalam-pembelajaran-matematika/.Diakses pada
3 Oktober 2020.

Ibrahim, Doni Septu Marsa, dkk. 2017. Pengembangan Pendidikan Matematika


SD. 2017. Selong Lombok Timur: Universitas Hamzanwadi Press.

Anonim. Manfaat Penilaian Bagi Siswa dan Guru.


(http://voice- teacher.blogspot.com/2015/06/manfaat-penilaian-bagi-siswa-
guru-

29

Anda mungkin juga menyukai