TITRASI REDOKS
oksidasi reduksi, dimana senyawa yang melepaskan elektron itu disebut teroksidasi
Contoh:
Sn4+ + 2e Sn2+
Jadi dalam suatu reaksi oksidasi-reduksi selalu terlihat 2 sistim yaitu sistim
oksidasi dan sistim reduksi (disingkat : redoks). Dari satu sistim akan dibebaskan
Misalnya dalam oksidasi ion Fe2+ oleh ion Ce4+ kita mempunyai 2 bagian reaksi:
Fe2+ Fe3+ + e
Ce4+ + e Ce3+
Jika suatu logam dicelupkan ke dalam larutan ionnya, misalnya Zn ke dalam larutan
ZnSO4, maka akan terjadi perbedaan potensial R antara logam dan larutan tersebut.
1
Besarnya beda potensial ini ditentukan oleh jenis istim tersebut, dengan
Oks + ne Red
0,06 (0ks)
E = Eo + log
n (Re d )
Contoh:
Potential oksidaasinya:
0,060 ( H 3 AsO4 ) ( H ) 2
E = Eo + log
2 ( H 3 AsO3 )
Potential oksidasinya:
0,060 ( MnO4 ) ( H )8
E = Eo + log
5 ( Mn 2 )
2
Dalam kedua contoh ini, kadar air tidak diperhitungkan, sebab titrasi biasanya
kuantitatif menjadi H3AsO3 oleh AI sedang dalam lingkungan basa asam arsenit
(H3AsO3) akan dioksidasi oleh iodium. Juga dengan permanganat terjadi hal yang
sama. Dalam lingkungan asam MnO4 akan direduksi menjadi Mn2+. Dalam
Dalam lingkungan basa kuat, MnO4 yang berwarna hijau sering terjadi ion
permanganat (MnO4-) mempunyai warna yang tajam sehingga 1 tetes 0,1 N MnO 4
masih memberikan warna yang jelas dalam lingkungan 500 cc larutan. Dalam
kebanyakzan titrasi oksidimetri MnO4 dipakai dalam lingkungan asam. Dalam hal ini
MnO4 akan tereduksi menjadi Mn2+ yang tidak berwarna. Dalam lingkungan yang
KMnO4 adalah suatu oksidator kuat. Dalam lingkungan asam reduksi KMnO 4
3
sedangkan dalam lingkungan asam lemah, netral dan basa Mn yang bervalensi +7 ini
Dalam menitrasi larutan yang tak berwarna dengan KMnO4 tidak dibutuhkan
a. Sukar memperoleh KMnO4 yang betul-betul murni (p.a) sebab selalu dikotori
oleh sedikit MnO2. Sebab itu larutan standar KMnO4 harus dibakukan
(distandarisasi).
lama.
Sekarang telah diperoleh dalam bentuk murni sebagai garam rangkap Ceric-
ammonium – sulfat. Ce2(SO4)4 atau Ce (SO4)2 adalah suatu oksidator kuat dan dipakai
Ce4+ + e Ce3+
Larutannya berwarna kuning jelas dan dalam larutan yang tidak terlalu encer
titik akhir titrasi dapat juga ditentukan tanpa indikator. Meskipun demikian pada
umumnya lebih disukai memakai indikator. Ce (SO 4)2 mempunyai kebaikan dari
Jika titrasi harus dijalankan dalam lingkungan asam dengan indikator berlebihan
(cara tidak langsung) dan dididihkan, maka lebih disukai memakai Ceric Sulfat ini.
4
Keuntungan lain, Ceric sulfat dapat dipakai untuk menentukan garam Ferro dalam
lingkungan HCl. Sedang dengan KMnO 4 hal ini tidak mungkin sebab HCl-nya juga
Larutan Mn (III) sulfat sebagai oksidator dikenal pertama kali pada tahun
1935 oleh A.R.J.P. ubelohde. Reaksi-reaksi yang terjadi di sini hanyalah perpindahan-
tepat.
Mn (III) sulfat memberikan titik ekivalen yang tepat pada penetapan ferro
dalam lingkungan ion Cl, NO2, H2O2, oksolat dan garam-garam vonadit. Larutan Mn
(III) sulfat mempunyai warna merah tua, harus di simpan dalam botol biru dan di
150–180oC. Karena itu larutan baku dengan normalitas yang tepat dapat dibuat
pemakaiannya sebagai oksidator Cr3+ yang berwarna hijau karena itu dibutuhkan
indikator:
5
Sebagai indikator dipakai diphenylamine, diphenylamine sulfonic acid,
diphenyl benzidine. Jika dipakai ketiga indikator tersebut maka perlu ditambahkan.
(FeHPO4)+ dengan ion-ion Ferri. Indikator tersebut memberi warna hijau terhadap
larutan ferro ion yang menjadi biru hijau sesaat sebelum titik ekivalen tercapai.
Pada set titik ekivalen, akan terbentuk warna violet yang konstan. Penambahan
H3PO4 dapat diganti dengan N-phenilathranilet atau 5,56 dimethyl ferroin. Asam N-
phenilanthranilat lebih murah harganya. Indikator ini dibuat dengan melarutkan 0,25
g padatan tersebut dalamc 12 ml NaOH 0,1 N dan diencerkan sampai 250 ml.
Perubahan warna dari hijau – merah violet. Dimethyl ferroin adalah indikator yang
mahal. Karena itu untuk setiap titrasi hanya dipakai 1–2 tetes dengan kepekatan
0,025 M dalam air. Perubahan warna dari hijau dan orange (kalau ada Cl -) dan
K2Cr2O7 hanya dipakai dalam larutan yang asam dan pada temperatur kamar
segera tereduksi menjadi asam garam chromi. HCl dingin tidak mereduksi jika
konsentrasinya tidak lebih 1 atau 2 N. Larutan K 2Cr2O7 juga mudah direduksi oleh
zat-zat organik.
5. Iodium
potential oksidasi yang paling rendah. Dalam keadaan murni dapat diperoleh
dengan sublimasi. Dapat dipakai sebagai larutan beku primer (lihat Iodometri).
Larutan Iodine berwarna kuning coklat sehingga kita tidak memerlukan indikator.
6
Akan tetapi lebih disukai memakai indikator larutan kanji yang membentuk
180oC. Reagensia ini penting untuk reaksi-reaksi yang memakai I 2 (dibuat baru) dan
konsentrasinya diketahui.
IO3- + 5 I- + 6 H+ 3 I2 + 3 H2O
Dengan penambahan KI dan asam ke dalam larutan KIO 3 standar akan dibebaskan I2
pada 180oC. KBrO3 adalah suatu oksidator kuat dalam lingkungan asam. Di sini
Br2.
oksidator. Kebanyakan reduktor ini tidak dalam udara, lambat laun akan
teroksidasi.
1. Garam-garam Ferro
Larutan garam-garam ferro akan dioksidasi oleh udara dengan lambat, oksidasi
ini berjalan relatif cepat kalau lingkungan netral. Tapi dihalangi dalam lingkungan
7
asam. Stabilitasi maximum dapat diperoleh jika larutan tersebut mengandung
0,5-1 N H2SO4. Tapi ini harus dibakukan lagi setiap kali akan dipakai. Larutan baku
Larutan yang asam dari Ce (SO4)2, Cr2O7 dapat dititrasi secara langsung dengan
larutan garam ferro. Dalam titrasi MnO 4- digunakan cara tidak langsung yaitu
dengan menambahkan larutan ferro dalam kelebihan, kemudian kelebihan ini dititrasi
kembali, sebab kalau dengan titrasi langsung seringkali hasilnya kurang baik.
Na2S2O3 penting untuk iodimetri. Larutan garamnya yang murni dalam air
cukup stabil. Tapi adanya sedikit CO2 dalam aquadest menyebabkan peruraian dari
agaram ini.
S2O3= + H+ HSO3 + S
Juga S2O3 akan dioksidasi oleh udara walaupun dengan lambat. Dalam hal ini sulfat
1
S2O3 = + O2 SO4= (cepat)
2
1
S2O3 = + O2 SO4= + S
2
Juga ada kemungkinan terjadinya tetrathionat, terutama jika dalam larutan tersebut
8
1
2 Cu++ + O2 + 2 H+ 2 Cu2+ n+ H2O (lambat)
2
3. Arsentrioksida; As2O3
Mudah diperoleh dalam bentuk murni, sangat tepat untuk penetapan kadar
dan MnO4- dipakai As2O3 dalam lingkungan asam, juga dapat dipakai untuk titrasi
Bromat.
As2O3 sukar larut dalam air, tapi mudah larut dalam NaOH. Larutan baku
basa dibuat dengan melarutkan sejumlah tertentu As2O3 murni dalam NaOH
berlebih, dan kelebihan NaOH dinetralkan dengan HCl. Larutan As2O3 yang alkalis
Kedua zat ini dapat diperoleh dalam bentuk murni dan sering dipakai untuk
distandarisasi MnO4- dan Co (SO4)2. Normalitas kedua zat ini akan menurun jika
disimpan, terutama jika sinar matahari dalam hal ini terjadi peruraian sebagai
berikut:
Larutan Na3 O2C4 dan H2C2O4 harus disimpan di tempat yang gelap dalam botol
yang mengandung alkali. Dalam kondisi ini larutan-larutan tersebut dapat disimpan
lama.
9
Chloramine T:
Cl
O O Cl
+H2O
Reaksinya : (CH3.C6H4.SO2 NCl) Na CH3.C6H4. SO2NH2 + NaOCl
kadar trivalent As atau Sb. Bereaksi dalam asam encer / -5 %. Bila asam
1 1
Berat ekivalen = x B.M = 281.70 = 140.85. Ini ternyata juga dari
2 2
reaksinya:
+ As2O5 + 2 NaCl
Larutan 14,5 gr C.A.T. dalam aqua, encerkan hingga 1 liter ini akan
merupakan larutan standar primer, maka harus distandarisasi dengan cara sebagai
berikut:
10
1. 250 cc liter. CAT dipipet dengan tepat. Kemudian tambahkan berturut-turut 2
indikator anylum. Ini dititrasi dengan larutan CAT 0,1 N sampai terjadi warna
biru.
Timbang dengan teliti 1,5 g MaNO2, larutkan dalam sebuah labu tukar 500 cc.
Encerkan dengan aqua (yang telah didihkan, kemudian dinginkan) sampai garis
sebagai awan putih yang dengan cepat berkurang intensitasnya. Setelah 2 menit
Buat percobaan blanko : 50,0 ml larutan C.R.T + larutan KI dan asam encer,
dititrasi dengan larutan S2O3 0,1 N perbedaan hasil kedua titrasi adalah setara
dengan nitrit.
Reaksinya:
11
2. Penetapan Kadar Ferrocyannide
Diskusi:
(Fe (CN)6)4- akan dioksidasi secara kwantitatif oleh C.A.T. dalam lingkungan
Reaksi:
(CH3C6H4.SO2.NCl) Na + 2 Fe (CN ) 6
3
CH3.C6H4NH2 + 2 Fe (CN ) 6
3
NaCl
1 ml 1 N chloramine T = 0,5684 gr K 4 Fe (CN ) 6 = 0.21209
Fe (CN ) 6 4
Dasarnya:
Caranya:
NaHCO3. Kocok sampai larut lalu tambahkan lagi dengan volume tertentu
12
OCl- + H2O + 2 e Cl- + 2 OH-
1
Jadi B ekivalen = B.M 2 , sedangkan Hypobromit (potential standar =
2
0,7 V) kurang stabil jika disediakan langsung dari Br2 dan alkali.
Ini dapat disaksikan bila pereduksi dalam larutan asam (HCl 0,1 N – 2,0 N)
dan reaksid akan berhenti sampai Iodin terbentuk. Dalam lingkungan asam 4N
Iodat tereduksi dan terbentuk ICl yang bekerja sebagai pengoksida yang keras.
Dalam reaksi ini I2 dan ICl dalam larutan CHCl3 atau CCl4 Iodin berwarna
Titik dimana I2 sudah berubah jadi ICl dapat ditentukan dalam perubahan
warna dari merah violet – kuning, jika beberapa ml dikocok dalam CHCl3 /CCl4
Reaksinya:
exicator. Timbang dengan teliti 5.350 gr, larutkan dalam labu takar 1 liter
13
encerkan sampai garis tanda. Larutan ini hanya berharga 0,1 N untuk reaksi
Jadi berarti larutan 0,1 N mengandung 2.784 gr KBrO 3/1. Pada akhir titrasi
Ini ternyata karena warnanya yang kuning, tapi lebih baik dengan memakai
indikator methyl orange, methyl red, Napthel Blue Black atau Carmen Indigo.
Indikator ini biasanya warnanya dalam lingkungan asam, tapi oleh kelebihan
pertama dari Brom akan terurai. Dengan indikator oksidasi yang irreversible
permainan indikator selalu terjadi terlalu cepat, waktu mendekati titik ekivalen
Pada akhirnya titrasi terdapat sedikit Cl2 bebas sehingga akan mengelantong
Reaksinya:
14
BrO3- + 5 Hr- + 6H+ 3Br2 + 3 H2O
segera dapat diamati. Jika memakai indikator yang berwarna tua misalnya
Napthol Blue Black. Bordeaux maka zat warna akan menjadi pucat pada saat
Maka untuk ini harus ditambahkan 1 tetes lagi indikator. Pada titik
Beberapa zat tidak dapat dioksidasi langsung dengan KBrO 3, tapi dapat
bereaksi secara kwantitatif dengan Br2 yang terlepas. Larutan asam dari Br 2
yang terlepas ini dapat diketahui konsentrasinya dari larutan lembaga KBrO 3
Di sini 1 mol Br3- memberikan 6 atom Br, jadi berat ekivalen = 1/6 BM
KBrO3.
rendahnya dan botol pereaksi harus ditutup, dengan gelas berasah. Br2 yang
Br2- + 2 KI I2 + 2 KBr
15
KBrO3 dapat diperoleh dalam keadaan murni 99,9%. Dapat dikeringkan pada
Keringkan garam KBrO3 pada 120oC 1-2 jam lalu dinginkan dalam
eksikator. Timbang dengan teliti 2.784 gram larutkan dalam labu takar 1 liter
sebagai berikut:
Metode A
HCl pekat. Sebagai indikator dipakai 2 tetes larutan methyl Red atau Naphthol
16
larutan standar KBrO3 0,1 N. Setelah titik akhir hampir tercapai penambahan
tetes demi tetes dilakukan dengan interval waktu 2 – 3 detik sehingga warnanya
hilang. Jika warna indikator jadi pucat tambahkan 1 tetes indikator lagi. Jika
sudah dilampaui.
Metode B
Ini dititrasi dengan larutan standar KBrO3 sampai timbul warna orange .
Mercuro nitrat dapat dipakai untuk titrasi langsung ion Fe3+. Dalam hal
berikut.
Hg22+ 2 Hg2+ + 2e
17
1
Berat ekivalen dari Hg2 (NO3)2 = x BM = 262.22
2
Hg2 (NO3)2 tidak bisa dijadikan larutan baku primer karena tidak diperoleh
murni, larutan ini dibakukan dengan larutan standar ferri ammonium sulfat, KmnO4;
K2Cr2 O7 atau Ce (SO4)2. Aplikasi yang penting dari larutan ini ialah: penetapan
Timbang 30 gr Hg2(NO3)2 ; larutkan dalam 1 liter HNO3. 0,8 N yang bebas dari
Timbang 1,0 gram ferri am-sulfat; larutkan dalam HNO3 0,5 N, encerkan dengan
Tambahkan lagi titrant tetes tetes, kocok baik-baik dan biarkan 15 detik tiap-tiap
18