Anda di halaman 1dari 6

Kebudayaan Prasejarah dan Sejarah Agama Hindu

Zaman pra-sejarah adalah zaman dimana belum dikenalnya tulisan. Zaman prasejarah
berlangsung sejak adanya manusia, sekitar (dua) juta tahun yang lalu, hingga manusia
mengenal tulisan. Untuk mengetahui kehidupan prasejarah, para ahli mempelajari fosil, tentang
bagian tubuh binatang, tumbuhan, dan atau manusia yang membatu. Kondisi lingkungan alam
pada jaman pra-sejarah sangatlah berbeda dengan lingkungan yang ada sekarang. Hal ini
disebabkan karena ketika itu banyak terjadi peristiwa alam, seperti pengangkatan daratan, naik-
turunnya air laut, dan kegiatan gunung berapi. Binatang dan tumbuh-tumbuhan yang berukuran
besar sangat banyak ragamnya. Binatang dan tumbuhan itu kini sudah banyak yang punah.
Manusia purba yang hidup pada zaman pra-sejarah dapat dikelompokkan menjadi sebagai
berikut:

1. Meganthropus palaeojavanicus: manusia yang paling purba;


2. Homo erectus atau Pithecanthropus: manusia yang sudah berjalan tegak;
3. Homo sapiens: manusia purba yang sudah mirip manusia sekarang.

Ketiga kelompok manusia purba ini memiliki masa perkembangan dan migrasi untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan temuan-temuan fosil manusia purba di
berbagai penjuru dunia, kini para ahli palaeoantropologi dapat menyusun sejarah makhluk
manusia. Sejarah yang disusun itu menyangkut proses perkembangan jasmani manusia maupun
proses migrasi manusia untuk menghuni seluruh permukaan bumi yang ada ini. Proses
penyusunan dan perkembangan tentang jasmani manusia yang dilakukan oleh para ahli
palaeoantropologi mengikuti teori evolusi, seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin pada
tahun 1859. Menurut temuan fosil pra manusia yang telah ditemukan saat ini, makhluk yang
dapat dikatakan sebagai cikal bakal manusia adalah makhluk Australopithecus (kera dari
selatan). Jika diamati dari bentuk fosil yang ada, tampak ada 4 (empat) perubahan jasmani dalam
makhluk pra-manusia yang sangat menentukan proses evolusi menuju manusia sejati. Melalui
proses evolusi inilah manusia kemudian mampu mengembangkan kehidupannya dengan lebih
baik dari sebelumnya.

Makhluk ini berkembang dengan pola migrasi. Dinyatakan ada 4 (empat) jenis makhluk
Australopithecus yang ditemukan di Afrika, seperti; Australopithecus afarensis, Australopithecus
africanus, Australopithecus robustus, dan Australopithecus boisei (Soekmono, 1958: 10).
Gambar Pithecanthropus Erectus
Menurut pandangan Hindu, manu adalah manusia yang pertama diciptakan oleh Brahman /Ida
Sang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa pada masa srsti atau penciptaan. Ciptaan Brahman
setelah alam semesta adalah tumbuhtumbuhan, kemudian binatang, dan setelah itu manusia.
Manu yang disebut manusia adalah makhluk yang tersempurna dengan bayu, sabda, dan idep
yang dimilikinya. Bayu adalah tenaga yang mengantarkan manusia memiliki kekuatan atau
tenaga. Sabda adalah unsur suara yang menyebabkan manusia dapat berbicara atau bertutur kata
yang baik dan sopan. Sedangkan idep adalah pikiran, hati, dan rasa yang menyebabkan manusia
dapat berlogika. Ketiga unsur utama inilah yang menyebabkan manusia dapat membedakan
antara yang baik dengan yang buruk, benar dan salah, boleh dan tidak boleh. Kitab
Bhagawadgita menyebutkan sebagai berikut:

Prakrtim purusa chai wa widdhy anadi ubhav api, vikarams cha gunams
chai wa, viddhi prakrti sambhavan (Bhagawan Gita, XIII.19).
Terjemahannya:
Ketahuilah bahwa Prakrti dan Purusha kedua-duanya adalah tanpa permulaan, dan ketahuilah
juga bahwa segala bentuk dan ketiga guna lahir dari Prakrti.

Tapo wcam ratim caiwa kmam ca wiwerkatham dharman wyawecayat,


srstim sasarja caiwemm srastumicchannimah prajh (Menawa Dharmasastra I.25)
Terjemahannya:
Ketawakalan, ucapan, kesenangan, nafsu dan kemarahan serta segala isi alam, Tuhan ciptakan
karena Ia ingin menciptakan segala makhluk ini.

Mangkana pwa Bhatara Siwa, irikang tattwa kabeh, ri wekasan lina ring sira
mwah, nihan drstopamanya kadyangganing wereh makweh mijilnya tunggal
ya sakeng way (Bhuwana Kosa. lp. 22b).
Terjemahannya:
Demikian halnya Bhatara Siwa (Tuhan), keberadaan-Nya pada segala makhluk, pada akhirnya
akan kembali pula kepada-Nya, demikian umpamanya, bagaikan buih banyak timbulnya,
tunggallah itu asalnya dari air.
Berdasarkan uraian dan penjelasan pustaka suci tersebut di atas, sangat jelas menyatakan bahwa
menurut pandangan Hindu, manusia diciptakan oleh Brahman/Sang Hyang Widhi wasa/Tuhan
Yang Maha Esa pada masa srsti. Selanjutnya hidup dan berkembang sesuai dengan budaya dan
lingkungan alam sekitarnya.

Pada zaman migrasi disebutkan ada dua tingkatan masa, yaitu masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat sederhana dan tingkat lanjut. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana sering disebut zaman Paleolitik. Masa ini berlangsung sejak (2 juta tahun yang
lalu hingga 10.000 tahun sebelum Masehi), yaitu ketika manusia masih hidup berpindah-pindah
(nomaden). Pada zaman ini alat yang digunakan adalah kapak batu dan alat serpih.

Oleh manusia purba, masa migrasi dilanjutkan dengan masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut. Zaman ini juga disebut sebagai zaman maesolitik yang berlangsung
sejak (10.000 - 4000 tahun sebelum masehi). Di zaman maesolitik manusia sudah hidup di gua-
gua atau di tepi pantai agak menetap. Pada zaman ini manusia purba sudah menggunakan
peralatan kapak pendek, kapak Sumatralit, mata panah, dan alat-alat tulang.

Setelah masa maesolitik kehidupan manusia purba menuju ke masa bercocok tanam. Zaman ini
disebut juga zaman Neolitik dan berlangsung sejak (4000-2000 tahun sebelum masehi). Di
zaman Neolitik, manusia sudah dapat menanam berbagai jenis tumbuhan dan menernakan
hewan. Mereka sudah hidup menetap dan menggunakan alat-alat batu yang sudah diasah halus,
seperti kapak persegi dan kapak lonjong. Pada masa inilah manusia tidak lagi menjadi
pengumpul makanan (food-gatherer), tetapi juga penghasil makanan (food-producer). Perubahan
ini disebut Revolusi neolitik. Mereka percaya pada roh nenek moyang dan mulai mendirikan
bangunan megalitik. Di Indonesia, cara bercocok tanam di bawa oleh orang-orang Nusantara
yang berbahasa Austronesia dari Taiwan dan Filipina Utara.

Zaman Perundagian disebut juga zaman Logam Awal atau kehidupan masa perundagian yang
berlangsung sejak (2000 tahun sebelum masehi sampai dengan abad IV masehi). Sejak zaman
Logam Awal manusia mulai mengenal pembuatan alat-alat dari logam seperti nekara, kapak
perunggu, bejana gepeng, dan perhiasan. Budaya ini disebut budaya Dongson. Mereka hidup di
perkampungan tetap. Ada kelompok pengrajin benda tertentu dan perdagangan mulai maju. Di
masa ini mulai terbentuk golongan masyarakat sebagai; pemimpin, pendeta, orang awam, dan
budak. Hasil kebudayaan yang ditemukan pada masa ini adalah;

1. Kapak Genggam: berfungsi untuk menggali umbi, memotong dan menguliti binatang.
2. Kapak Perimbas: berfungsi untuk merimbas kayu, memecahkan tulang, dan sebagai
senjata yang banyak ditemukan di Pacitan. Maka Ralph Von Koeningswald menyebutkan
kebudayaan Pacitan. Dan pendukung kebudayaan Pacitan adalah jenis Phitecantropus.
3. Alat-alat dari tulang dan tanduk binatang: berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek dan
tombak. Benda-benda ini banyak ditemukan di Ngandong, dan sebagai pendukung
kebudayaan ini adalah Homo Wajakensis, dan Homo Soloensis. Alat-alat yang
dimanfaatkan untuk hidup adalah; 1) Serpih (flakes) terbuat dari batu bentuknya kecil,
ada juga yang terbuat dari batu induk (kalsedon) : berfungsi untuk mengiris daging atau
memotong umbi-umbian dan buah-buahan. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo
soloensis dan Homo wajakensis; 2) Kapak Sumatera (Pebble): Sejenis kapak genggam
yang sudah digosok, tetapi belum sampai halus. Terbuat dari batu kali yang dipecah atau
dibelah; 3) Kjokenmoddinger: Dari bahasa Denmark yang artinya sampah dapur; 4) Abris
Sous Roche: Adalah tempat tinggal yang berwujud goa-goa dan ceruk-ceruk di dalam
batu karang untuk berlindung; 5) Batu Pipisan: Terdiri dari batu penggiling dan
landasannya. Berfungsi untuk menggiling makanan, menghaluskan bahan makanan; 6)
Kapak Persegi: Adalah kapak yang penampang lintangnya berbentuk persegi panjang
atau trapesium. Ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi,
dan Kalimantan. Sebutan kapak persegi diberikan oleh Von Heine Geldern; 7) Kapak
Lonjong: Adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong memanjang. Ditemukan
di Irian, seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa, dan Serawak; 8) Kapak Bahu: Adalah
kapak persegi namun pada tangkai diberi leher sehingga menyerupai botol persegi. Kapak
bahu hanya ditemukan di Minahasa, Sulawesi Utara; 9) Menhir: tugu batu yang didirikan
sebagai pemujaan roh nenek moyang memperingati arwah nenek moyang dan lain-lain.

Pembagian zaman pada masa pra-sejarah diberi sebutan menurut benda-benda atau peralatan
yang menjadi ciri utama dari masing-masing periode waktu itu. Adapun pembagian kebudayaan
zaman pra-sejarah sebagai berikut:
1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum);
Berdasarkan tempat penemuannya, maka kebudayaan tertua ini lebih dikenal dengan sebutan
kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Pada tahun 1935 di daerah Pacitan ditemukan
sejumlah alat-alat dari batu, yang kemudian dinamakan kapak genggam, karena bentuknya
seperti kapak yang tidak bertangkai. Dalam ilmu pra-sejarah alat-alat atau kapak Pacitan ini
disebut chopper (alat penetak).
Soekmono; mengemukakan bahwa asal kebudayaan Pacitan adalah dari lapisan Trinil, yaitu
berasal dari lapisan pleistosen tengah, yang merupakan lapisan ditemukannya fosil
Pithecantropus Erectus. Sehingga kebudayaan Palaelitikum itu pendukungnya adalah
Pithecanthropus Erectus, yaitu manusia pertama dan manusia tertua yang menjadi penghuni
Indonesia (Kebudayaan Pacitan). Di sekitar daerah Ngandong dan Sidorejo dekat Ngawi,
Madiun, ditemukan alat-alat dari tulang bersama kapak genggam. Alat-alat yang ditemukan
dekat Sangiran juga termasuk jenis kebudayaan Ngandong. Alat-alat tersebut berupa alat-alat
kecil yang disebut flakes.
Selain di Sangiran flakes juga ditemukan di Sulawesi Selatan. Berdasarkan penelitian, alat-alat
tersebut berasal dari lapisan pleistosen atas, yang menunjukkan bahwa alat-alat tersebut
merupakan hasil kebudayaan Homo Soloensis dan Homo Wajakensis (Soekmono, 1958: 30).
Dengan demikian kehidupan manusia Palaelitikum masih dalam tingkatan food gathering, yang
diperkirakan telah mengenal sistem penguburan untuk anggota kelompoknya yang meninggal.

2. Zaman Batu Madya (Mesolitikum);


Peninggalan atau bekas kebudayaan Indonesia zaman Mesolitikum, banyak ditemukan di
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores. Kehidupannya masih dari berburu dan
menangkap ikan. Tetapi sebagian besar mereka sudah menetap, sehingga diperkirakan sudah
mengenal bercocok tanam, walaupun masih sangat sederhana. Bekas-bekas tempat tinggal
manusia zaman Mesolitikum ditemukan di gua-gua dan di pinggir pantai yang biasa disebut
Kyokkenmoddinger (di tepi pantai) dan Abris Sous Roche (di gua-gua). Secara garis besar
kebudayaan zaman Mesolitikum terdiri dari: alatalat peble yang ditemukan di
Kyokkenmoddinger, alat-alat tulang, dan alatalat flakes, yang ditemukan di Abris Sous Roche.
Kebudayaan zaman Mesolitikum di Indonesia diperkirakan berasal dari daerah Tonkin di Hindia
Belakang, yaitu di pegunungan Bacson dan Hoabinh yang merupakan pusat kebudayaan
prasejarah Asia Tenggara. Adapun pendukung dari kebudayaan Mesolitikum adalah Papua
Melanesia.

3. Zaman Batu Baru (Neolitikum);


Zaman Neolitikum merupakan zaman yang menunjukkan bahwa manusia pada umumnya sudah
mulai maju dan telah mengalami revolusi kebudayaan. Dengan kehidupan yang telah menetap,
memungkinkan masyarakatnya mengembangkan aspek-aspek kehidupan lainnya. Sehingga
dalam zaman Neolitikum ini terdapat dasar-dasar kehidupan. Berdasarkan alat-alat yang
ditemukan dari peninggalan zaman Neolitikum yang bercorak khusus, dapat dibagi kedalam dua
golongan, yaitu;
Kapak persegi, didasarkan kepada penampang dari alat-alat yang ditemukannya berbentuk
persegi panjang atau trapesium (von Heine Geldern). Semua bentuk alatnya sama, yaitu agak
melengkung dan diberi tangkai pada tempat yang melengkung tersebut. Jenis alat yang termasuk
kapak persegi adalah kapak bahu yang pada bagian tangkainya diberi leher, sehingga menyerupai
bentuk botol yang persegi.
Kapak lonjong, karena bentuk penampangnya berbentuk lonjong, dan bentuk kapaknya sendiri
bulat telur. Ujungnya yang agak lancip digunakan untuk tangkai dan ujung lainnya yang bulat
diasah, sehingga tajam. Kebudayaan kapak lonjong disebut Neolitikum Papua, karena banyak
ditemukan di Irian.
Kapak pacul, beliung, tembikar atau periuk belanga, alat pemukul kulit kayu, dan berbagai benda
perhiasan dan yang lainnya adalah termasuk benda-benda pada zaman Neolitikum. Adapun yang
menjadi pendukungnya adalah bangsa Austronesia untuk kapak persegi, bangsa Austo-Asia
untuk kapak bahu, dan bangsa Papua Melanesia untuk kapak lonjong.

4. Zaman Logam;
Zaman logam dalam prasejarah terdiri dari zaman tembaga, perunggu, dan besi. Di Asia
Tenggara termasuk Indonesia tidak dikenal adanya zaman tembaga, sehingga setelah zaman
Neolitikum, langsung ke zaman perunggu. Adapun kebudayaan Indonesia pada zaman Logam
terdiri dari; kapak Corong yang disebut juga kapak sepatu, karena bagian atasnya berbentuk
corong dengan sembirnya belah, dan ke dalam corong itulah dimasukkan tangkai kayunya.
Nekara, yaitu barang semacam berumbung yang bagian tengah badannya berpinggang dan di
bagian sisi atasnya tertutup, yang terbuat dari perunggu. Selain itu, benda lainnya adalah benda
perhiasan seperti kalung, anting, gelang, cincin, dan binggel, juga manik-manik yang terbuat dari
kaca serta seni menuang patung. Dongson adalah sebuah tempat di daerah Tonkin Tiongkok
yang dianggap sebagai pusat kebudayaan perunggu Asia Tenggara, oleh sebab itu disebut juga
kebudayaan Dongson. Sebagaimana zaman tembaga, di Indonesia juga tidak terdapat zaman
besi, sehingga zaman logam di Indonesia adalah zaman perunggu.

5. Zaman Batu Besar (Megalitikum);


Zaman Megalitikum berkembang pada zaman logam, namun akarnya terdapat pada zaman
Neolitikum. Disebut zaman Megalitikum karena kebudayaannya menghasilkan bangunan-
bangunan batu atau barang-barang batu yang besar. Bentuk peninggalannya adalah:
1. Menhir, yaitu tiang atau tugu yang didirikan sebagai tanda peringatan terhadap arwah
nenek moyang.
2. Dolmen, berbentuk meja batu yang dipergunakan sebagai tempat meletakkan sesajen
yang dipersembahkan untuk nenek moyang.
3. Sarcopagus, berupa kubur batu yang bentuknya seperti keranda atau lesung dan
mempunyai tutup.
4. Kubur batu, merupakan peti mayat yang terbuat dari batu.
5. Punden berundak-undak, berupa bangunan pemujaan dari batu yang tersusun bertingkat-
tingkat, sehingga menyerupai tangga.
6. Arca-arca, yaitu patung-patung dari batu yang merupakan arca nenek moyang.

Anda mungkin juga menyukai