Anda di halaman 1dari 13

LINGKUNGAN ALAM, MANUSIA,

DAN BUDAYA PRASEJARAH

Kelompok 2
Nugraha Pratama Ramadhan 0309222027
Naiya Syahfitri Siregar 0309222060
Tiara Syabila 0309222070
PENELITIAN DAN PENEMUAN
KUBAH SARINGAN
penelitian prasejarah di Indonesia mulai ditingkatkan
tentang seluruh periode meliputi wilayah-wilayah yang
mengandung data arkeologi penting di bagian-bagian luas
Indonesia. Kegiatan yang dilaksanakan, terutama sesudah
tahun 1984, adalah penelitian-penelitian tentang Kubah
Sangiran di Jawa Tengah, paleolitik di Sumatra, Gua Song
Keplek di Jawa Tengah, serta paleolitik di Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan lain-lain.
LANJUTAN
Kubah Sangiran
Situs dari tingkat masa Plestosen yang sangat berarti karena mengandung data
tertua tentang manusia, tingkah laku, dan budayanya,
Daerah Sangiran yang meliputi sebuah tempat yang berupa bukit kubah besar
dengan kandungan berbagai hal yang menonjol bagi corak kehidupan manusia
pada masa itu, seperti fosil-fosil manusia dan hewan, peralatan batu, unsur-
unsur alam lingkungan, dan sebagainya menjadi sasaran penelitian. Selain
ekskavasi, dilaksanakan pula survei disertai pendataan lingkungan. Kegiatan di
Sangiran ini dilakukan dalam tahun-tahun 1994, 1995, dan 1996, meliputi daerah
seluas 10 x 6 km². Kegiatan meliputi beberapa aspek untuk memperoleh
kejelasan tentang data utama di Sangiran, yang dapat diatur perolehannya
melalui: a. survei permukaan, b. ekskavasi, dan c. penelitian geologis-
stratigrafis.
a. Survei Permukaan

Survei permukaan di beberapa situs pada lapisan Kabuh dan


Notopuro, teras Karangnongko, dan lain-lain menghasilkan temuan-
temuan berupa fragmen-fragmen tengkorak Homo erectus, fosil-fosil
hewan (Cervidae, Stegodon, Elephantidae, Bovidae, Carnivora, dan
lain-lain), artefak-artefak batu masif dan non-masif (perimbas, serpih,
dan sebagainya); di sepanjang Kali Kedungdowo menghasilkan
artefak-artefak batu jenis kapak perimbas; di endapan teras
Karangnongko menghasilkan konsentrasi artefak, fauna (Cervidae,
Bovidae, Hippopotamus, dan lain-lain); di situs Tanon mini-Kubah
berlapisan Pucangan-Kabuh-Notopuro menghasilkan temuan
fragmen- fragmen fosil hewan dan artefak-artefak batu jenis
perimbas dan serpih- bilah.
b. Ekskavasi
ekskavasi dilaksanakan di beberapa teras/endapan yang terletak tersebar di
daerah Kubah Sangiran, yaitu di teras Seri Kabuh di Brangkal (bagian selatan
Kubah), di teras Seri Notopuro di Karangnongko (bagian tengah Kubah), dan
endapan teras Seri Kabuh di Dayu.
Ekskavasi yang terpenting di antaranya adalah ekskavasi yang dilakukan di teras
Dayu yang telah menyentuh "grenzbank" yaitu lapisan perantara yang terletak di
atas lempung hitam Seri Pucangan. "Grenzbank" diakhiri dengan lapisan Seri
Kabuh setebal lebih dari 10 m. "Grenzbank" di daerah Dayu ini mengandung temuan
alat-alat batu jenis serpih yang telah digolongkan sebagai suatu hasil buatan
khusus dengan sebutan "Sangiran flake industry" (alat buatan khusus Sangiran).
Jenis flake Sangiran ini memiliki bentuk serpih ("flake") dengan ukuran di antara 3
hingga 5 cm, berbulbus jelas di bagian atas, bergigir di sisi tajamannya, dan
digunakan pada umumnya sebagai serut (di pinggir atau di ujung), pisau, gurdi,
dan sebagainya. "Sangiran flakes" ini kemudian ditemukan tersebar di bagian
bawah lapisan Kabuh di wilayah Kubah Sangiran.
c. Penelitian Geologis-Stratigrafis
Penelitian khusus ini dilakukan dalam kegiatan penelitian arkeologi untuk membantu
memecahkan berbagai masalah, antara lain, hubungan antara akumulasi artefak dan
posisi elevasi endapan teras, hubungan antara posisi stratigrafi dan satuan batuan,
proses geomorfik dan akumulasi temuan artefak di bagian utara, tengah, dan selatan
di Sangiran, pembuatan stratigrafi terukur di lubang-lubang ekskavasi, pengamatan
geologis lainnya misalnya temuan permukaan yang bersifat arkeologis atau
paleontologis dan lain-lain.Analisis hasil-hasil penelitiannya terbagi atas:
1. analisis paleontologis, meliputi fosil binatang yaitu mamalia, reptilia, dan pisces.
Jenis baru yang ditemukan adalah jenis carnivora; analisis artefaktual, yang meliputi
jenis masif dan non-masif (serpih-bilah)
2.analisis geologis-stratigrafis meliputi: ciri fisik litologi penyusun seri batuan dan
sedimentasi (Seri Pucangan, Kabuh, dan Notopuro); endapan teras dan lubang-lubang
ekskavasi. Adanya Calcrete dan Caliche menunjukkan adanya perubahan iklim purba
dari humid ke arid.
PENELITIAN ARTEFAK PALEOLITIK DI WILAYAH
1.nusa penida

Pada tahun 2001 oleh Suastika dari Balai Arkeologi Denpasar dilakukan
penelitian/ekskavasi pendahuluan di beberapa gua (Gua Celeng, Song Gede,
Giri Putri) yang menghasilkan penemuan artefak batu seperti kapak perimbas,
serpih-bilah, dan sebagainya. Penelitian dilanjutkan pada tahun 2003 dan 2004
yang antara lain menghasilkan pertanggalan (dating): 3805 ± 25 BP.
Artefak yang diperoleh dari ekskavasi dari Song Gede dibuat dari batu gamping
kersikan dan dapat dibedakan dalam beberapa kategori, yaitu alat dengan ciri-
ciri paleolitik seperti alat masif, kapak perimbas, kapak penetak, kapak
genggam, pahat genggam dan lainnya. kemudian terdapat benda-benda berciri
neolitik seperti beliung persegi dan fragmen periuk.
2.lombok
Penelitian dilakukan oleh tim puslit arkenas dan balar denpasar di wilayah tengah Pulau
Lombok, khususnya di situs-situs yang mengandung alat-alat paleolitik, yaitu Plambik dan
Butik/Batu Kliang (batu yang mengkilat/berkilau). Di Plambik ditemukan alat-alat paleolitik
yang sudah alus, sedangkan di Butik dijumpai alat-alat paleolitik dari batuan kapur yang
tampak masih utuh dan segar (tanpa tanda-tanda terpakai). jenis-jenis yang biasanya
merupakan alat-alat paleolitik di Indonesia, yang terdiri atas kapak perimbas dan penetak
bersama jenis-jenis lainnya dari kategori alat masif, dan jenis serpih-bilah.
3.sumbawa
Penelitian artefak paleolitik digiatkan di Pulau Sumbawa sejak tahun 1979 oleh Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional di daerah Kepulauan Nusa Tenggara Barat. Alat batu ini terdiri
dari atas alat masif dan serpih, yang terutama ditemukan di barat daya dan selatan daerah
Batutring. Alatnya ditemukan di permukaan dan di dasar Sungai Penemon di sekitar Desa
Gunung Ala. Penemuan meliputi jumlah yang masih terbatas dan meliputi jenis-jenis kapak
perimbas, batu inti, batu pembelah, dan alat serpih. Alat-alat memperlihatkan cekungan-
cekungan yang dalam sehingga membentuk pinggiran-pinggiran yang dalam. Bahan batunya
berciri rapuh dan membentuk pinggiran yang tajam.
4.ruteng
Sebagai salah satu tempat yang berada di Pulau Flores bagian barat, di Kabupaten
Manggarai, dan terletak berdekatan dengan Liang Bua, sebuah gua yang
mengandung peninggalan-peninggalan prasejarah yang padat, Ruteng merupakan
daerah penelitian arkeologi yang sangat penting. Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional menyelenggarakan ekskavasi yang dimulai pada tahun 1979 hingga tahun
1989 dengan tenaga dari balai-balai Arkeologi dan beberapa universitas, dan
berhasil menemukan 8 buah rangka manusia yang dikubur bersama bekal-bekal
kubur berupa periuk dengan fragmen-fragmennya, alat-alat batu berupa alat masif
dan ratusan serpih bilah, fragmen benda logam (perunggu dan besi), serta ratusan
tulang berbagai jenis hewan, cangkang moluska, serbuk sari tanaman (pollen), dan
arang.
5. Noelbaki

Tempat ini berada 10 km timur laut Kupang di Pulau Timor, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Sungai yang mengalir di wilayah Noelbaki ini
mengandung artefak-artefak batu di dasar sungai. Artefak-artefaknya
terdiri atas tipe-tipe yang biasa dari bentuk artefak Pacitan, Bahan
batuannya agaknya berasal dari suatu tempat di dekatnya, yaitu dari
irisan lapisan pinggir sungai tidak jauh dari tempat di daerah hulu sungai
atau dari suatu tempat di dekatnya, yaitu dari irisan lapisan pinggir
sungai tidak jauh dari tempat temuan alat-alatnya. Tipe-tipe alatnya
adalah kapak perimbas, kapak penetak, dan alat-alat serpih-bilah.
Beberapa bentuk artefak dibuat dengan cara sederhana, yaitu dengan
memangkas batu sungai menjadi alat-alat penetak atau kapak genggam
yang khusus dibuat dari batu-batu kerikil tipis dengan pemangkasan
memanjang. Kapak genggam besar dan kecil juga menjadi hasil buatan
budaya paleolitik di wilayah Noelbaki.
6.Sabu
Pulau Sabu adalah bagian selatan dari Kepulauan Sumba Kecil, yang terbagi atas
Sabu bagian timur dan bagian barat. Adanya proses-proses pengangkatan pulau
ini menyebabkan terbentuknya undak-undak di daerah aliran sungai dan di pantai.
Di undak-undak pantai, di sekitar Kampung Rae Weta di Sabu Utara, ditemukan
sejumlah alat paleolitik di endapan batu kapur, batu pasir, dan kayu fosil. Di
daerah pantai di Rae Weta terdapat sedikit-dikitnya 5 undak, masing-masing
dengan ketinggian 2, 7, 10, 12, dan 15 meter. Alat-alatnya terdiri atas kapak
perimbas dan kapak penetak, gigantolit, kapak genggam, pahat genggam, batu
inti, serpih dan bilah, dan seterusnya.
Artefak-artefak yang ditemukan di Pulau Sabu juga memperlihatkan tradisi
pembuatan alat-alat perimbas Pacitan. Selain itu, tradisi alat Sabu ini
memperlihatkan ciri-ciri tradisi pembuatan artefak dari bagian timur Indonesia,
antara lain, kapak-kapak perimbas dan penetak yang kasar, serut berpunggung
tinggi dan serpih bilah berukuran besar yang terletak di sisi kiri atau kanan sudut
bidang atas serpih-bilah dan serut berpunggung tinggi.
7.Sumba

Pada tahun 1998 dan 2000 oleh tim Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional telah diadakan penelitian arkeologi di Pulau Sumba, Nusa
Tenggara Timur. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan utama
melacak perkembangan budaya paleolitik di beberapa tempat di
Pulau Sumba yang merupakan tempat persebaran alat-alat
paleolitik, di samping adanya perkembangan unsur-unsur
arkeologis lainnya seperti tempayan kubur di Lambanapu dan
Melolo, situs temuan Stegodon di Watumbaka, dan gua payung di
Praengkareta, dilanjutkan dengan penelitian di dasar-dasar sungai
yang kering yang diduga mengandung banyak peninggalan artefak
paleolitik.

.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai