Anda di halaman 1dari 168

BUKU/REFERENSI/TEXTBOOK

 TEXBOOK UNTUK DETERMINASI FOSIL


 TEXBOOK (STRATIGRAFI-SEDIMENTOLOGY)
 JOURNAL
 DIKTAT
 SKRIPSI/TESIS/DESERTASI
 WEBSITE INTERNET
 PETUNJUK PRAKTIKUM
STRATIGRAFI & SEDIMENTOLOGI
1. Krumbein, W.C. & Sloss, L.L (1956) : Stratigraphy and
sedimentation; Freeman, San Fransisco.
2. Dunbar, C.O. and Rodgers, J. (1957) : Principles of
Stratigraphy; John Wiley & Sons, Inc., New York.
3. Schoch, R.M. (1989) : Stratigraphy: Principles and Methods;
Van Nostrand Reinhold, New York.
4. Visher, G.S. (1990) : Exploration Stratigraphy; 2nd Edition,
Penn Well Publishing Co., Tulsa, Oklahoma.
5. Selley. (1970) : Ancient of Sedimentary environment.
Chapman and Hall. London. Hal 1-27
6.
7.
MIKRO-PALEO-ONTOS-LOGOS
• adalah : cabang dari Paleontologi yang khusus membahas
tentang mikrofosil secara sistematik.
• FOSIL : sisa/jejak yang terawetkan dalam batuan secara alami,
merupakan suatu bukti adanya masa geologi lampau.

• Objek Studi : - Morfologi - Paleoekologi


- Klasifikasi - Penyebaran stratigrafis
• Tujuan :
1. Memberikan ketrampilan cara-cara pemerian,
pendeterminasian dan klasifikasi mikrofosil.
2. Memberi kemampuan untuk menggunakan data mikrofosil
(dengan mengingat keterbatasannya) untuk menentukan
umur (Biostratigrafi) & merekonstruksi lingk. pengendapan
(Paleoekologi) dari suatu batuan yang mengandung mikrofosil
tersebut.
3. Studi evolusi berdasarkan perkembangan cangkang (dinding
test) dari suatu spesies mikrofosil.
SKEMA PENGGUNAAN MIKROPALEONTOLOGI

P
STRATIGRAFI BIOSTRATIGRAFI A
L
E
O
MIKROPALEONTOLOGI
MIKROPALEONTOLOGI ANALYTIK
G
(diskriptik & analitik) STUDI EVOLUSI E
O
G
R
SEDIMENTOLOGI PALEO EKOLOGI A
F
I
KOMPONEN STRATIGRAFI
A. LITOSTRATIGRAFI B. BIOSTRATIGRAFI
Observasi &
1. Kolom Stratigrafi Organisasi 1. Kolom Stratigrafi
2. Petrologi Sediemen 2. Paleontologi
- Sifat Partikel Sedimen - Sifat Morfologi
Analisis
- Sifat Kumpulan Sedimen - Sifat Kumpulan Fosil
3. Klasisfikasi Sedimen Kesimpulan
3. Klasisfikasi Organisme

Korelasi Litostratigrafi Korelasi Biostratigrafi

Tektonik Sedimen Evolusi Organik

1. Umur Batuan membantu dalam analisa


lokasi sumber minyak dan
2. Paleoekologi bahan tambang lain
STRATIGRAFI
&
SEDIMENTOLOGI

LIHAT DISK HITAM


STRATIGRAFI STRATA : perlapisan (“sedimen”)
GRAFIER : pemerian/uraian

 The study of the origin, relationship and extent of rock layers


(strata).
 Ilmu yang membahas tentang uraian/pemerian perlapisan
batuan (sedimen).
 Ilmu yang membahas ATURAN, HUBUNGAN, KEJADIAN
macam-macam batuan di alam di dalam dimensi ruang dan
waktu geologi
 Ilmu yang membahas tentang asal (genesa), hubungan dan
strata batuan

PENGGOLONGAN STRATIGRAFI : pengelompokan bersistem


batuan menurut berbagai cara, untuk mempermudah pemerian,
aturan dan hubungan batuan yang satu terhadap lainnya
satuan stratigrafi

TATANAMA STRATIGRAFI : aturan penamaan satuan-satuan


stratigrafi, baik resmi maupun tak resmi, sehingga terdapat
keseragaman dalam nama maupun pengertian nama-nama
tersebut misalnya : FORMASI, ZONA, SISTEM dan sebagainya
STRATIGRAFI : membahas tentang aturan,
hubungan dan kejadian

 ATURAN batuan beku


batuan metamorf
batuan sedimen (tekstur,
komposisi mineral, struktur sedimen)
 HUBUNGAN hubungan yang menerus atau
tidak menerus, selaras/tdk
selaras (baik hub. lateral atau
hubungan vertikal)
 KEJADIAN proses terbentuknya fosil,umur
fosil atau proses terbentuknya
batuan, dll
ATURAN
BATUAN
Batuan dan Mineral
MATERIAL BUMI
 Batuan – Material Bumi, terdiri dari
satu atau lebih mineral, terbentuk di
alam dan tidak hidup.
Batuan

Batu
Pengelompokan Batuan
berdasarkan genesa

 Batuan Beku - terbentuk dari magma yang


mendingin dan membeku.
 Batuan Sedimen - terbentuk dari sedimen
rombakan batuan yang telah ada diendapkan
(air/darat) dan telah mengalami proses geologi
 Batuan Malihan (metamorfosa)-
batuan telah mengalami perubahan akibat
tekanan dan/atau suhu yang tinggi tanpa
pelelehan
Batuan beku

Batuan sedimen

Batuan metamorf
D
 C
 B
 A

PENGGOLONGAN BATUAN SEDIMEN
 Gol. Detritus Kasar (breksi, konglomerat,
batupasir); sedimentasi mekanis
 GoL. Detritus Halus (lanau,lempung, serpih,
napal); mekanis &kimiawi
 Gol. Evaporit (Gypsum, anhydrit, halit); kimiawi
 Gol. Karbonat (Terumbu/organik, dolomit
/kimiawi; oolit/mekanis&kimiawi;
kalkarenit,gamping klastik, gamping
bioklastik/mekanis
 Gol. Sedimen Organik : Radiolarit, tanah
diatomea
 Gol. Batubara : Gambut, bituminous, antrasit
(sedimen organik)
Chemical & Organic Sedimentary Rocks
(Names based primarily on composition)

Composition Basic Rock Name


 Calcite  Limestone

 Dolomite  Dolostone

 Quartz (silica)  Chert

 Halite  Rock Salt

 Gypsum  Rock Gypsum

 “Carbon” /  Peat or Coal


Plant Remains
Detrital Rock Names
(Based Primarily on Grain Size)

Gravel -Sized:
Conglomerate
Sand Sized: Sandstone

Mud-Sized:
Mudstone

Siltstone Shale
Chert (Flint, Jasper, Agate…)
Travertine
(Limestone)
Chalk
TIFF (Uncompressed) decompressor
(Coccolithophores)
are needed to see this picture.
QuickTime™ and a

QuickTime™ and a
TIFF (Uncompressed) decompressor
are needed to see this picture.
Limestone
Crystalline
Limestone

Fossiliferous Limestone

Chalk
Oolitic
Limestone
Evaporites:
Bonneville Salt Flats, Utah
Rock Rock Salt
Gypsum
Peat and Coal
Swamp, Bog
SIKLUS BATUAN

MAGMA
Pelelehan kristalisasi

Metamorfisme
Batuan Metamorf Batuan Beku
Erosi
Erosi, dll Transportai
deposisi
Metamorfisme Sedimen
Erosi, dll
kompaksi,
Batuan Sedimen rekristalisasi
sementasi
What do Sedimentary rocks record?

Sediment Lithification
Deposition
Transport
Sedimentary Rocks
Erosio
n
Weathering
Metamorphism

Metamorphism
Igneous Rocks Metamorphic Rocks

Crystallization Melting
Magma
Siklus Batuan
BATUAN METAMORFIK
Adalah batuan yang telah berubah karena pengaruh
bertambahnya tekanan (P) dan temperatur (To),
dihasilkan oleh proses METAMORFISME.

MAGMA
Adalah zat cair pijar yang merupakan persenyawaan
silikat dan ada dibawah kondisi tekanan dan suhu yang
tinggi di dalam tubuh bumi.

SEDIMEN
Adalah suatu material yang berasal dari suatu proses
erosi, transportasi, deposisi batuan yang sudah ada.
Mineral

Dijumpai ~ 3000 mineral


Umum ± 20 mineral
 Mineral– Senyawa anorganik
terbentuk secara alamiah, padat serta
mempunyai komposisi kimia dan
struktur dalam tertentu. Contoh :
kwarsa SiO2
 Mineraloid– Senyawa anorganik
terbentuk secara alamiah, padat serta
mempunyai komposisi kimia tetapi
tidak mempunyai struktur dalam
tertentu atau amorf (obsidian, opal)
Mineral dan Mineraloid
 Feldspar - Mineral

Obsidian - mineraloid
Mineral pembentuk batuan (umum)
Mineral Beku Sedimen Metamorf
Feldspar * √ √ √
Amfibol * √ √ √
Piroksen * √ √
Olivin √
Mika * √ √
Kwarsa √ √
Kalsit √
Gypsum √
Halit √
Garnet √
Khlorit √
Lempung * √
Unsur kimia dan Mineral
yang umum dijumpai di kerak bumi

Unsur kimia Contoh Mineral


 Oksigen (O2) Kalsit – CaCO3
 Silikon (Si)
 Alluminium (Al)
Dolomit – CaMg(CO3)2
 Besi (Fe) Magnetit – Fe3O4
 Kalsium (Ca)
 Magnesium (Mg) Muskovit – KAl2(Si3Al)O10(OH)2
 Natrium (Na) Olivin – Mg2SiO4
 Kalium (K)
 Titanium (Ti) Pyrit – FeS2
 Hidrogen (H) Halit - NaCl
 Mangan (Mn)
 Fosfat (P) Kwarsa – SiO2
Dua kelompok mineral yg umum
Mineral silikat (SiO4)4- (~95% kerak)
Kelompok piroksen, amfibol, mika, khlorit, feldspar,
kwarsa, mineral lempung
Kelompok Piroksen - AB(Si3O)2 dimana A dan B
merupakan kation Mg2+, Fe2+, Ca2+, Mn2+, Na2+, Al2+
Mineral nonsilikat
Oksida – magnetit (Fe3O4), korundum (Al2O3)
Sulfida – pyrit (FeS2), kalkopyrit (CuFeS2)
Sulfat – anhidrit (CaSO4), gypsum
(CaSO4).2H2O
Karbonat – kalsit (CaCO3), malachit Cu2(OH2)CO3
Khlorida – halit (NaCl), fluorida (CaF2), kelp. Halogen

Fosfat - apatit Ca5(PO4)3F


Unsur asli (native elements) – emas (Au), perak (Ag)
Skala kekerasan Mohs
Mineral Kekerasan

 Talc – Mg3Si4O10(OH)2 1
 Gypsum – CaSO4.2H2O 2
 Kalsit – CaCO3 3
 Fluorit – CaF2 4
 Apatit – Ca5(PO4)3F 5
 K-Feldspar – KAlSi3O8 6
 Kwarsa – SiO2 7
 Topas – Al2SiO4(OH9F)2 8
 Korundum- Al2O3 9
 Intan - C 10
Ikatan Ion
1. Ikatan ion – gaya tarik elektrostatik ion+
dan ion-
2. Ikatan kovalen – 2 atom berbagi elektron
3. Gabungan ikatan ion dan kovalen
4. Ikatan logam – ion-ion logam bersatu
(kovalen)
5. Ikatan van der Waals – tidak ada transfer
atau berbagi elektron, ikatannya tidak
sekuat lainnya
Proses Diagenesa / Litifikasi
Proses perubahan dari sedimen batuan sedimen
 Kompaksi, akibat beban akumulasi sedimen
atau material lain – hubungan antar butir lebih
lekat, air dlm pori antar butir keluar, menjadi
kompak/padat.
 Sementasi, keluarnya air pori-pori
mengendapkan material terlarut (CaCO3, SiO2,
oksida atau mineral lempung) menyemen
butiran-butiran
 Rekristalisasi, mineral-mineral kurang stabil
(aragonit) saat sedimen terakumulasi meng
x’tal kembali menjadi yang stabil (kalsit).
Typical Cement:
•Calcite
•Quartz
GAYA EKSOGEN VS GAYA ENDOGEN

 GAYA EKSOGEN ADALAH GAYA YANG BERASAL


DARI LUAR: BERSIFAT MERUSAK DAN
MENGIKIS MENGAKIBATKAN BUMI MAKIN
RENDAH SECARA TOPOGRAFI ( PELAPUKAN,
EROSI, DENUDASI)

 GAYA ENDOGEN ADALAH GAYA YANG


BERASAL DARI DALAM BUMI: BERSIFAT
MEMBANGUN, MENGANGKAT PERMUKAAN
BUMI MENJADI TOPOGRAFI YANG LEBIH
TINGGI ( PERLIPATAN, PENGANGKATAN )
PELAPUKAN
 PELAPUKAN : PERUBAHAN YANG TERJADI
PADA MINERAL ATAU BATUAN PADA ATAU
DEKAT PERMUKAAN BUMI SEBAGAI AKIBAT
PERSENTUHAN DENGAN ATMOSFER,
HIDROSFER DAN BIOSFER.

 PROSES PELAPUKAN :
 PELAPUKAN MEKANIS ( DISINTEGRASI ) :
BATUAN MENGALAMI PENGHANCURAN
TANPA MENIMBULKAN PERUBAHAN SIFAT
KIMIANYA
 PELAPUKAN KIMIA ( DEKOMPOSISI ) :
BATUAN MENGALAMI PENGHANCURAN
MELALUI SUATU PROSES KIMIAWI
PELAPUKAN MEKANIS/FISIKA
( DISINTEGRASI )
Insolasi yaitu pecahnya batuan menjadi fragmen-
fragmen yang lebih kecil karena perubahan suhu
yang mencolok antara siang dan malam hari seperti
di daerah padangpasir.
Frost action : es yang mencair pada siang hari di
daerah pegunungan tinggi akan mengisi
retakan/lubang batuan, dan pada malam hari air
akan membeku sehingga mengembang volumenya
mengakibatkan batuan pecah
Abrasi yaitu hancurnya batuan di daerah pantai akibat
energi gelombang yang besar
Akar pohon yang masuk ke lubang batu, jika akar
membesar mengakibatkan batuan pecah
Aktifitas binatang yang membuat lubang di batuan
dapat menyebabkan batuan pecah/hancur.
Mechanical Weathering
PELAPUKAN KIMIAWI

MINERAL-MINERAL DIUBAH SECARA


KIMIAWI OLEH PROSES OKSIDASI,
HYDRASI, CARBONASI DAN PELARUTAN
2 K Al Si3 O8+ H2O+CO2
Al2Si2O5(OH)4+K2CO3+4SiO2
Feldspar lempung

HASIL AKHIR DARI PELAPUKAN KIMIA


ADALAH PEMBENTUKAN TUBUH TANAH
(SOIL)
ROCK & SOIL
Chemical Weathering
Mineral
Stability
Products of Weathering

 Lithic (Rock) Fragments


(granite, basalt,schist, etc.)
 Dissolved Ions
(Calcium, Potassium, Sodium, etc.)
 Rust Minerals (Hematite, Goertite,
etc.)
 Clay Minerals
(Bentonite, Montmorillonite, etc.)
 Residual Minerals
(Quartz, Orthoclase, Muscovite, etc.)
Typical Cement:
•Calcite
•Quartz
HUBUNGAN
HUBUNGAN ANTAR BUTIR BATUAN & UNSUR STRATIGRFI
1. KEMAS : jalinan hubungan antar butir, berhub. dgn sistem arus.
A. grain supported
- kemas tertutup
- butir batuan saling mendukung
- berasal dari arus traksi
B. Matrix supported
- kemas terbuka
- matriksnya merup. jenis material yg tak diket.krn sangat halus
- berasal dari arus pekat/turbid

2. UNSUR STRATIGRAFI :
A. fisik
- batuan (tekstur : uk.butir, sortasi, bentuk butir, kemas, fabrik;
komposisi mineral : sedimen clastic atau sedimen non clastic )
- struktur sedimen : pola-pola yang ada pada suatu batuan yang
merupakan kelainan dari perlapisan normal
B. biologis
- fosil, sebagai faktor biologis bila terlepas dari batuan dan faktor
fisik apabila ……………………
C. kimiawi
- untuk penentuan lingkungan pengendapan
HUBUNGAN STRATIGRAFI
(hubungan selaras/conformable dan
hubungan tidak selaras/unconformable)

Macam-macam ketidakselarasan
1. Angular unconformity, hub. 2 satuan stratigrafi
dan terjadi hubungan yang menyudut
2. Nonconformity (ketidakselarasan), hub. 2 satuan
stratigrafi, yakni satuan batuan beku/metamorf &
batuan sedimen
3. Disconformity, hub. antara batuan sedimen
dengan batuan sedimen tetapi terdapat bidang
erosi yang irreguler (kasar)
4. Paraconformity, hub. 2 batuan yang sama dimana
bidang ketidakselarasan sejajar bidang perlapisan
Types of Unconformities
Disconformity
Formation of an Angular
Unconformity
Types of Unconformities
Nonconformity
Using Inclusions to Recognize a
Nonconformity
Types of Unconformities
Nonconformity
Boundaries
Unconformities
Gaps in Rock = Gaps in Time
Boundaries :
Conformable Bed Contacts

Gradational Sharp
SEDIMENTOLOGI
DAFTAR PUSTAKA :
Sedimentology
Sedimentology
The study of the processes
that erode, transport and
deposit sediments
Sedimentary
The study of the
Petrology
characteristics and origin of
sedimentary rocks.
Stratigraph
The study of the origin,
relationship,yand extent of
rock layers (strata).
Sedimentary Environments
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
adalah : suatu tempat dimana terdapat proses
sedimentasi yg dipengaruhi oleh faktor-faktor
fisik, kimiawi dan biologi dari tempat tersebut,
pada suatu waktu tertentu

The relationship between sedimentary


environmental and sedimentary facies
Cause Effect
(sebab) (akibat)
Proses - Geometri
- Erosional
- Fisis - Non deposi- - Lithology
Sedimentary
- Khemis tional - Sedimentary
environment
- Biologi - Depositional structure
- Peleo curents
- Fosils
Sumber : (Selley, 1970)
* The basic approach to finding net how a
sediments was deposited

OBSERVASI INTERPRETASI PREDICT

- Geometry Sedimentary - Location


- Lithology environments - Geometry
- Fosils and paleo - Trend of
- Sedimentary geography economis
structure - Materials
- Peleocurrents

Compare with
recent sediments
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
SEDIMEN

1. CONTINENTAL / DARAT
2. COASTAL / TRANSISI

3. MARINE / LAUT
LINGKUNGAN
PENGENDAPAN

DARAT

TRANSISI

LAUT
CLASIFICATION OF MARINE ENVIRONMENTS (TIPSWORD, 1966)
neritic oceanic
High tide Low tide 20 m 100 m 200 m 500 m
SEA LEVEL
0

transitional
Inner shelf
PELAGIC
continental
(non marine) middle shelf

outer shelf 500


Nb : Bentonik
(bottom dwelling forms)
- Continental (non marine) 1000
- Transitional (brackish water)
upper slope
- Inner shelf (inner neritic) PELAGIC
- Middle shelf (middle neritic) 1500
- Outer shelf (outer neritic)
- Upper slope
lower slope
- Lower slope 2000
- Abyssal (2500 – 6000 m) lower bathyal
- Hadal (>6000 m)
BATHYAL 2500
Pelagic
(Free from direct dependence on bottom or shore)
- Nektonik (free swimming foms) ABYSSAL
- Planktonik (floating forms) HADAL
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Aluvial Fan
Vail Curve of
Sea Level
History
Transgression Regression
Continental -
Desert/Arid
Continental - Glacial
Continental
Lacustrine

Swamp/Bog
Continental - Fluvial
Transitional (Coastlines):
Beach & Tidal Zone
Transitional: Deltas & Estuaries
Sedimentary Rocks on Earth

Shale Sandstone
SiltstoneConglom.Limestone
Transitional: Reef & Lagoon
Transitional: Barrier Islands
KONSEP DASAR STRATIGRAFI
 Hukum Superposisi (Steno, 1669)
 Hukum Horizontalitas (Steno, 1669)
 Original Continuity (Steno, 1669)
 Uniformitarianism (Hutton, 1785)
 Faunal Succession (Abble Giraud-Soulavie, 1778)
 Strata Identified by Fossils (Smith, 1816)
 Facies Sedimenter (Selley, 1978)
 Law of Correlation of Facies (Walther, 1894)
 Cross-Cutting Relationship
HUKUM SUPERPOSISI
Dalam suatu urutan perlapisan batuan, maka lapisan batuan yang terletak di bawah umurnya relatif
lebih tua dibanding lapisan diatasnya selama lapisan batuan tersebut belum mengalami deformasi.

HUKUM HORIZONTALITAS
Pada awal proses sedimentasi, pelapisan batuan mempunyai kedudukan yang
relatif horizontal (sedikit miring sejajar) dengan bidang pengendapan

ORIGINAL CONTINUITY
Strata sedimenter yang diendapkan oleh air terbentuk menerus secara lateral dan
berakhir secara membaji pada tepian cekungan pengendapan, pada masa cekungan
itu terbentuk
UNIFORMITARIANISM
The present is the key to the past Proses geologi yang berlangsung / terjadi
pada saat ini merupakan suatu proses yang bisa dipakai untuk menerangkan proses
geologi yang berlangsung pada saat lampau

CROSS-CUTTING RELATIONSHIP
Apabila terdapat penyebaran lap. Batuan (satuan lapisan batuan), dimana salah satu
dari lapisan tersebut memotong lapisan yang lain, maka satuan batuan yang memotong
umurnya relatif lebih muda dari pada satuan batuan yang di potongnya.
FAUNAL SUCCESSION
Fosil-fosil tertentu berbeda menurut umur geologinya. Fosil-fosil yang terdapat pada
formasi yang berumur > tua berbeda degan fosil-fosil yang terdapat pada formasi
yang lebih muda. Perbedaan tersebut menurut aturan tertentu (hukum evolusi)

STRATA IDENTIFIED by FOSSILS


Perlapisan batuan dapat dibedakan satu dengan yang lain dengan melihat
kandungan fosilnya yang khas

FACIES SEDIMENTER
 Suatu kelompok litologi dengan ciri-ciri yang khas yang merupakan hasil
dari suatu lingkungan pengendapan yang tertentu
 Aspek fisik, kimia atau biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Dua
tubuh batuan yang diendapakan pada waktu yang sama dikatakan berbeda
fsies apabila kedua batuan tersebut berbeda fisik, kimia atau biologi (S.S.I.)

LAW of CORRELATION of FACIES


Bila tidak ada selang waktu pengendapan dan tidak ada gangguan, maka
dalam satu daur pengendapan yang dapat dikenal secara lateral juga
merupakan urutan fertikalnya
ZONA-ZONA BIOSTRATIGRAFI

ZONA KUMPULAN C

Langka

Sub Zona-b
ZONA KUMPULAN B
Sub Zona-a

Tanpa fosil

ZONA KUMPULAN A

Bagan Zona Kumpulan


Bagan Zona Kisaran

Bagan Zona Puncak

Biohorison

Biohorison

Bagan Zona Selang

: Pemunculan akhir takson fosil : Pemunculan awal takson fosil


KLASIFIKASI FORAMINIFERA
Ada 2 cara klasifikasi yaitu :
- Klasifikasi non taksonomis
- Klasifikasi taksonomis

Klasifikasi non taksonomis,


untuk keperluan tertentu dan atas
dasar praktis (sudah umum digunakan oleh para ahli)

“VAGILE” benthos
BESAR (merambat pada
permukaan dasar laut)

BENTONIK
FORAMINIFERA
“SESSILE” benthos
(merambat pada dasar
laut)
KECIL

PLANKTONIK
Klasifikasi taksonomis
Suatu usaha pengelompokan terhadap
sekelompok fosil menjadi tingkatan takson
tertentu, berdasarkan atas aspek morfologinya
antara lain : komposisi dinding test, bentuk
dasar dari test, jumlah dan susunan kamar,
apertur (letak dan modifikasinya), tekstur
permukaan & hiasan dinding test.
ORDO FORAMINIFERA
Dari phylum protozoa, khususnya foraminifera sangat
penting dalam geologi karena memiliki bagian yang
keras dengan ciri masiing-masing foram, antara
lain :
a. Planktonik (mengambang), ciri-ciri :
-. Susunan kamar trochospiral
-. Bentuk test bulat
-. Komposisi test Hyaline
b. Benthonik (di dasar laut), ciri-ciri :
-. Susunan kamar planispiral
-. Bentuk test pipih
-. Komposisi test adalah aglutine dan aranaceous
A. Foraminifera Planktonik
Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah
spesiesnya banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang
di permukaan laut dan fosil plankton ini dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah geologi, antara lain :
-. Sebagai fosil petunjuk
-. Korelasi
-. Penentuan lingkungan pengendapan
Foram plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada
kedalaman tertentu ;
-. Hidup antara 30 – 50 meter
-. Hidup antara 50 – 100 meter
-. Hidup pada kedalaman 300 meter
-. Hidup pada kedalaman 1000 meter
Ada golongan foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri
terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya
hampir di dasar laut, sedangkan di malam hari hidup di
permukaan air laut. Sebagai contoh adalah Globigerina
pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30
sampai 50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup pada
kedalaman 200 sampai 300 meter
B. Foraminifera Benthonik
Fosil foraminifera benthonik sering dipakai untuk penentuan
lingkungan pengendapan, sedangkan fosil foram
benthonik besar dipakai untuk penentuan umur. Fosil
benthonik ini sangat berharga untuk penentuan
lingkungan purba.
Foraminifera yang dapat dipakai sebagai lingkungan laut
secara umum adalah :
– Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat
celcius, banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia,
Quingueloculina, Eggerella, Ammobaculites dan
bentuk-bentuk lain yang dinding cangkangnya dibuat dari
pasiran.
– Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus
Cilicides, Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina,
Quingueloculina dan Triloculina.
– Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus
Gandryna, Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina,
Discorbis, Eponides dan Textularia.
– Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C), dijumpai
Listellera, Bulimina, Nonion, Angulogerina, Uvigerina,
Bolivina dan Valvulina
Skema Kehidupan & Kelimpahan
Foraminifera di Laut
MORFOLOGI FORAMINIFERA
Bentuk luar foraminifera, jika diamati dibawah mikroskop
dapat menunjukkan beberapa kenampakan yang
bermacam-macam dari cangkang foraminifera, meliputi :
-. Dinding, lapisan terluar dari cangkang foraminifera yang
berfungsi melindungi bagian dalam tubuhnya. Dapat
terbuat dari zat-zat organik yang dihasilkan sendiri atau
dari material asing yang diambil dari sekelilingnya.
-. Kamar, bagian dalam foraminifera dimana protoplasma
berada.
-. Protoculum, kamar utama pada cangkang foraminifera.
-. Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.
-. Suture, suatu bidang yang memisahkan antar 2 kamar
yang berdekatan..
-. Aperture, lubang utama pada cangkang foraminiferra
yang berfungsi sebagai mulut atau juga jalan keluarnya
protoplasma
C D A C

D
B

A
B

B
D

A
B

Keterangan : A : Proloculus
B : Kamar
C : Aperture
D : Suture
E : Umbilicus
PERBEDAAN
FORAM PLANKTONIK
1. Bentuk dasar test : globuler, subglob, bulat, lensa.
2. Susunan kamar : trochospiral
3. Dinding test : hialin
4. Jumlah kamar : polythalamus
5. Apertur : enteromarginal, equatorial, umbilical
6. Tekstur perm/hiasan dinding test : sedikit, jarang/halus, berpoi-pori
FORAM BENTONIK
1. Bentuk dasar test : memanjang, pipih, sisi dorsal rata
2. Susunan kamar : serial, planispiral, meliolin
3. Dinding test : porselin, agglutinated/arenaceous
4. Jumlah kamar : monothalamus, polythalamus
5. Apertur : terminal/basah
6. Tekstur perm/hiasan dinding test : beraneka ragam/kasar, kusam, tidak
berpori-pori
Nb : Ada spesies-spesies tertentu yg menyimpang dari ciri-ciri diatas,
tetapi jumlahnya sedikit
KLASIFIKASI LOBLICH & TAPPAN (1964)
Dinding Test Sub Ordo Superfamili
Non laminar aglkutinated Textulariina Ammodiscacea
Non laminar Allogromiina Lagynacea
pseodochitineous
Non laminar Miliolina Miliolacea
porcellaneous
Non laminar Calcareous Fusulina Parathuraminacea
Microgranular Endothyracea
Fusulinacea
Multi laminar Hyalin Rotaliina Nodosaricea
Buliminacea
Discorbacea
Spirillinacea
Rotaliacea
Globigerinacea
Orbitoidacea
Cassidulinacea
Nonianacea
Anomalinacea
Robertinacea
EKOLOGI (secara biologi) : ilmu pengetahuan yang mempelajari
spesies, populasi, habitat dan komunitas, ekosistem,
frekuensi, nilai penting, keanekaragaman, kemelimpahan
dan distribusi
EKOLOGI (“oikos : tempat tinggal; logos : ilmu“) adalah ilmu yg
mempelajari MH di rumahnya studi hubungan timbal balik
antara organisme dgn lingkungannya, sebaliknya juga
mempelajari pengaruh lingk. terhadap aktifitas/perubahan
fisiologis organisme
EKOLOGI adalah studi mengenai struktur & fungsi
EKOLOGI adalah : ilmu yang mempelajari hub. timbal balik antara
MH dgn lingkungannya, baik lingk. biotik maupun lingk.
abiotik
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEHIDUPAN FORAMINIFERA A.L :

1. Temperatur 8. Turbiditas/kekeruhan
2. Salinitas 9. Intensitas Cahaya (illumina tien)
3. Kedalaman 10. Oksigen
4. Nutrisi 11. CaCO3
5. Substrat 12. Kandungan zat organik substrat
6. pH 13. Arus dan pasang surut
7. Trace Elemnts 14. Faktor-faktor ekologis yang lain
RATIO FORAM PLANKTONIK & BENTONIK 
KEDALAMAN
(Grimsdale & Markoven, 1982)

% PLANK/BENT. RATIO DEPT IN M ENVIRONMENT


0 – 20 0 – 20 Inner Shelf
20 – 50 20 – 100 Middle Shelf
20 – 50 100 – 200 Outer Shelf
30 – 80 200 – 1000 Upper Slope
70 - 100 1000 - 4000 Lower Slope
RATA-RATA DIAMETER CANGKANG O. Universa  TEMP0

Rata-rata diameter cangkang Temperatur


Orbulina Universa d’Orbigny
>650 µ 250 C
550 – 650 µ 20 – 250 C
450 – 550 µ 14 – 200 C
<450 µ 140 C
HUBUNGAN ANTARA
ORGANISME DENGAN
LINGKUNGAN
HUBUNGAN ANTARA ORGANISME DG LINGK

ORGANISME HIDUP ORGANISME MATI FOSIL


EKOLOGI PARAEKOLOGI PALEOKOLOGI
BIOCOENOSIS THANATOCOENOSIS PALEOTHANATOCOENOSIS
(LIVING COMMUNITY) (DEATH ASSEMBLAGES) (FOSSIL ASSEMBLAGES)

BIOTOPE THANATOTOPE PALEOTHANATOTOPE

LINGKUNGAN SEDIMENTASI ?
Faktor-faktor ekologi, Arus, gelombang, ukuran  Proses pemfosilan primer
suhu, kedalaman, tubuh, topografi  Perpindahan sekunder
CaCO3, salinitas, pH,  Percampuran
turbiditas, DO, CO2,
kondisi dasar musuh-
musuh alamiah
/predator, dll.
ORGANISME HIDUP
EKOLOGI

BIOCOENOSIS
(Living community)

BIOTOPE

Lingkungan
Faktor-faktor ekologi : suhu, kedalaman,
CaCO3, salinitas, pH, turbiditas, DO, CO2,
kondisi dasar musuh-mush alamiah
/predator dll
ORGANISME MATI
PARAEKOLOGI

THANATOCOENOSIS
(death Assemblages)

THANATOTOPE

Sedimentasi
Arus, gelombang, ukuran tubuh, topografi
FOSIL
PALEOEKOLOGI

PALEOTHANATOCOENOSIS
(Fossil Assemblages)

PALAEOTHANATOTOPE

?
- Proses pemfosilan primer
- Perpindahan secunder
- Percampuran
Biocoenose & Thanatocoenose
 BIOCOENOSE
Kumpulan organisme yg
hidup, tumbuh,
berkembang biak dlm suatu
tempat atau lingkungan yg
sama (biotope)
 THANATOCOENOSE
Kumpulan organisme yg
mati (fosil) yang berasal
dari biotope yg berbeda-
beda, karena proses
transportasi dpt
terendapkan dlm batuan
sedimen yg sama
Biocoenoese

Thanatocoenoese
DISPLACED FOSSILS
Fosil yg dijumpai pada lapisan yg bukan
habitatnya

 Reworked Fossils :
Fosil tua yang terdapat
pada lapisan yang lebih
muda
 Introduced Fossils :
Fosil muda yg dijumpai
pada lapisan yg lebih
tua
FOSSIL TRANSPORTED
 INDEGENOUS
Tertransport pada jarak yang dekat saat diendapkan, tapi masih pada
lingkungan yang sama seperti komunitas hidupnya
- use analisa Lingkungan pengendapan
- use penentuan umur
 EXOTIC
Tertransport pada jarak yang jauh saat diendapkan, sehingga
lingkunganya berlainan dengan lingkungan komunitas hidupnya
- use analisa lingkungan
- use penentuan umur
 REMAINE
Tertransport setelah fosil tersebut diendapkan, sehingga ada selang
waktu kemudian tercampur dengan organisme lain
- use analisa lingkungan pengendapan maupun penentuan umur
 LEAKED
Sama seperti pada fosil remaine, tetapi terjadi pada batuan yang muda
Pengaruh Sea level changes
dlm pengertian biostratigrafi &
lithostratigrafi
PERUB. PERMUKAAN MUKA LAUT
(sea level changes)
Fluktuasi permukaan laut → gangguan (interupsi) dlm
biogeografic province
Drop sea level (regresi) → banyak daerah paparan muncul
→ daerah hunian spesies dangkal berkurang →
pemadatan pemukiman & peningkatan kompetisi antar
spesies → kelompok yg tidak dapat menyesuaikan diri
ber-/punah
Pandemisme : tendensi spesies / taxa untuk mendapatkan
penyebaran yang luas
Rise sea level (transgresi) → kedalaman laut meningkat →
jumlah laut dangkal bertambah (luas) → daerah huni
spesies laut dangkal & makanannya meningkat →
kompetisi berkurang → ekspansi dari local range species →
muncul spesies baru (speciation)
Endemisme : tendensi dari spesies / taxa lain untuk
mendapatkan penyebaran geografi yg terbatas
“The sea goes in, the sea goes out.”
Marine Regression
Marine Trangression

Walther’s Law
Walther’s Law
Sedimentary environments that started out side-by-side
will end up overlapping one another over time due to
transgressions and regressions.

Facies
Limestone Shale Siltstone Sandstone

Reef Lagoon Near Shore Beach

Environment
Marine Transgression = Sea Level Rise

Marine Regression = Sea Level Fall


Concept of
Sedimentary Facies
Depositional Environments

Facies
Sedimentary Facies refers to all of
the characteristics of a particular
rock unit.
The characteristics of the rock unit
Marine Transgression = Sea Level Rise

Marine Regression = Sea Level Fall


Concept of
Sedimentary Facies
Depositional Environments

Facies
Sedimentary Facies refers to all of
the characteristics of a particular
rock unit.
The characteristics of the rock unit
Founders of Historical eology
William Smith 1769-1839
English surveyor and mining engineer
Created the first geologic map
Understood sequences of rock, applied soils,
lithology, and fossils
First to recognize that rocks could be
identified by their fossil assemblages
First to “correlate” rocks of the same age
but different lithology
If we know the position of each rock layer in a
sequence, we know their relative age.
Then, if we look a the fossils in the layers,
we can determine the relative ages of them.
This sequence will occur again and again in the
geologic record on a widespread geographic scale.
Can then be used to provide relative age of the rocks.
KORELASI
DEFINISI:
MENGHUBUNGKAN TITIK-TITIK
KESAMAANWAKTU.

TUJUAN :
 MENGETAHUI PENYEBARAN LATERAL /
VERTIKAL LAPISAN / KELOMPOK
LAPISAN / SATUAN BATUAN
 MEREKONSTRUKSI CEKUNGAN
SEDIMENTASI / PALEOGEOGRAFI
KORELASI

 BAGAIMANA WAKTU DI KENALI / DITENTUKAN


?
 HUKUM GEOLOGI APA YANG MENJADI DASAR
PENENTUAN WAKTU ?

 SKALA WAKTU DALAM GEOLOGI


 ZAMAN, KALA, ERA, EPOCH DLL
 ANALOGI
 ABAD, WINDU, TAHUN, BULAN, MINGGU, HARI,
JAM, MENIT, DETIK, SECON

WAKTU RELATIF  PALEONTOLOGI / HUKUM STENO


WAKTU ABSOLUT  DATING
PENENTUAN UMUR BATUAN / DATING
METODA :
1. PALEONTOLOGI  PENGGUNAAN FOSIL, HANYA BISA
DILAKUKAN PADA BATUAN YANG MENGANDUNG PALEOFAUNA 
BATUAN…
DASAR :
OBSERVASI SMITH
LAPISAN TERTENTU MENGANDUNG FOSIL TERTENTU YANG
BERBEDA DARI LAPISAN DIATAS DAN DI BAWAHNYA.
STENO
DALAM KEADAAN NORMAL LAPISAN DIBAWAH LEBIH TUA DARI
LAPISAN DI ATASNYA (SUPERPOSISI)
 FOSIL TERTENTU LEBIH TUA/MUDA DARI FOSIL LAIN YANG
TERDAPAT PADA LAPISAN DI BAWAH ATAU DIATASNYA.
 KONSEP UMUR RELATIF
2. RADIOMETRI  USE WAKTU PARUH PADA BATUAN YANG
MENGANDUNG MINERAL RADIOAKTIF  KONSEP UMUR RELATIF
METODA YANG DIKEMBANGKAN : U  Pb, KAr, ArAr, C14,
Fission tracts, dll
KORELASI

HUKUM SUPERPOSISI
LAPISAN ADALAH REPRESENTASI DARI WAKTU
 BATAS LAPISAN ADALAH BATAS WAKTU
 KORELASI  MENGHUBUNGKAN WAKTU YANG
SAMA
WILIAM SMITH
PADA WAKTU YANG SAMA DAPAT DI
ENDAPKAN MATERI YANG BERBEDA
TERGANTUNG LINGKUNGAN PENGENDAPANYA
 KONSEP PERUBAHAN FASIES
KORELASI
PUNCAK

BOGOR JAKARTA KEP. SERIBU

PUNCAK
ML

BOGOR JAKARTA KEP. SERIBU


ML

WAKTU : TAHUN 2008


KORELASI
MENCARI WAKTU YANG AKURAT
PRINSIP  MEWAKILI WAKTU PENGENDAPAN YG singkat
1. PALEONTOLOGI : KONSEP ZONASI SELANG, WAKTU
PEMUNCULAN, WAKTU, PUNCAK PERKEMBANGAN,
WAKTU KEPUNAHAN, KOMBINASI.
2. SEDIMENTASI MENCARI LAPISAN TIPIS (WAKTU
PENGENDAPAN SINGKAT) YANG PENYEBARANYA
MELUAS DAN MUDAH DIKENAL : KONSEP MARKER TUF,
BENTONIT, BATUBARA, DLL.

3. SEQUENCE STRATIGRAPHY
metoda
 PENGARUH PERUBAHAN MUKA LAUT GLOBAL
 SUBSIDENCE
 PERUBAHAN MUKA LAUT RELATIF
 KONSEP SIKLISITAS
KORELASI
 OneSequence can be bounded by :
–SB and SB
–MFS and MFS

 Withinone sequence theoretically can


be divided into three system tracts:
–Lowstand system tract (LST)
–Transgressive system tract (TST)
–Highstand system tract (HST)
Schematic dip profile illustrate the key sequence stratigraphic surface-sequence
boundaries, and maximum flooding surfaces, and their stratigraphic expression.
These surfaces serve to subdivide stratigraphic sections into sequences and systems
tracts.
Stratigraphic response to rapid relative sea level rise shown in A) depth as well as B) time.
The description of the section in linear time (B) illustrates the position of the maximum
flooding surface at the heart of condensed section. Note how the condensed section, which
is depicted as a thin section in the depth display (A), is shown as a basin-ward-expanding (in
time) section (B).
KORELASI
 Time Boundaries and terminologies :
 Base of LST  SB
 Top of LST/ Base TST  Trans. Surface
(TS)
 Top of TST/ Base HST  MFS

 Top of HST/ Base LST  SB


KORELASI

System Tract log characters (Siliciclastic


Reservoir) :
 LST  Blocky, Aggrading
 TS  Aggrading  Retrograding
 TST  Bell shape, Retrograde

 MFS Change from Aggrading 


Prograding
 HST Prograding
KORELASI
 One system tract can be divided into
several parasequences.
 Each parasequence bounded by
Flooding Surface (FS).
 FS  time boundary good marker for
correlation.
 One parasequence can contain
several beds or several facies.
PARASEQUENCE SUCCESSIONS
FS MFS

Anda mungkin juga menyukai