Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

UJIAN AKHIR SEMESTER


VULKANOLOGI

GUNUNG SOPUTAN

OLEH :

MELLA HNR TANGKIDI


F 121 20 090

PALU
2022
UJIAN AKHIR SEMESTER

Subject : Vulcanology

Oleh : Mella H.N.R Tangkidi (F12120090)

1. Identitas Gunungapi Soputan

Secara administratif, Gunungapi Soputan terletak di Kec. Tombatu, Kab.


Minahasa, Prov. Sulawesi Utara dan secara geografis gunungapi Soputan
terletak di koordinat 01o 06’ 30” LU dan 124o 43’ 0” BT. Gunungapi Soputan
memiliki ketinggian ±1783,7 mdpl dan aktivitas terakhir berupa letusan yang
terjadi pada Januari 2016, letusan bersifat freatomagmatis yang ditandai
dengan adanya letusan strombolian berupa semburan material pijar disekitar
kawah.

2. Gambaran Umum, Bentuk dan Struktur Gunungapi Soputan

Morfologi gunungapi Soputan dan sekitarnya dapat dikelompokkan kedalam


tiga satuan morfologi yang meliputi satuan morfologi tubuh gunungapi, satuan
morfologi perbukitan dan satuan morfologi dataran. G. Soputan dan sekitarnya
memiliki relief magnetic yang bervariasi, dibagian barat berelief rendah
sedangkan relief tinggi menempati bagian tengah-selatan membentuk
lengkungan tapal kuda ke arah utara. Genesa magma gunungapi Soputan
berasal dari hasil pergerakan lempeng filipin (berarah utara-selatan) yang
menunjam kebawah kerak benua bagian utara pulau Sulawesi (north arm
orogenic belt) sehingga dari penunjaman tersebut terjadi proses melting
sehingga material letusan gunungapi Soputan bersifat basaltik. Bentuk dan
Struktur gunungapi Soputan berupa gunungapi strato (kerucut).

Gambar 1 kenampakan 3D G. Soputan

Gambar 2 Dokumentasi G. Soputan saat erupsi

3. Periode letusan G. Soputan yang terpanjang adalah 47 tahun dan yang


terpendek adalah 1 tahun. Sejarah erupsi G. Soputan dimulai dari tahun 1785
hingga letusan terakhir yaitu pada 4 Januari 2016.

4. Geologi G. Soputan meliputi formasi, geomorfologi, dan struktur geologi

a. Formasi geologi G. Soputan tersusun oleh formasi lava andesit dan


basaltic yang berumur miosen atas dan beberapa terendapkan pula material
ash dan tuff dibeberapa spot tubuh G. Soputan
b. Geomorfologi G. Soputan meliputi 3 satuan yaitu satuan morfologi
tubuh gunungapi, satuan morfologi perbukitan dan satuan morfologi
dataran

c. Struktur geologi G. Soputan meliputi sesar normal dan sesar naik.


Secara Regional tatanan tektonik G. Soputan yaitu Zona Subduksi dan
termasuk kedalam busur gunungapi kepulauan

5. Bahaya Erupsi Gunung Soputan

Dampak dari erupsi G. Soputan membuat abu vulkanik mulai jatuh ke rumah-
rumah warga. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan pernapasan dan kulit.
Abu vulkanik yang turun memiliki kandungan asam tinggi yang dapat
menyebabkan iritasi paru-paru dan mata. Asam yang terkandung dengan mudah
tercuci oleh air hujan sehingga dapat mencemari persediaan air bersih.

6. Kawasan Rawan Bencana G. Soputan

Gunung api Soputan memiliki tiga tingkatan kawasan rawan bencana yang bisa
digunakan oleh masyarakat untuk menyelamatkan diri. Peta kawasan rawan
bencana ini dibuat oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi.
Gambar 3 Peta Kawasan rawan bencana G. Soputan

Sebagaimana peta di atas, maka kawasan rawan bencana gunung api Soputan
dapat di bagi dalam tiga zona kawasan rawan bencana dengan lingkupan daerah
terdampak langsung (bahaya primer) dan tidak langsung (bahaya sekunder) sesuai
dengan cacatan dari peta tersebut.

1. Kawasan Rawan Bencana I (Kuning); kawasan ini adalah kawasan yang


berpotensi terkena lontara abu vulkanik dan lontara batu pijar serta berdampak
aliran lahar sepanjang aliran hujan yang hulunya dari atas gunung api. Untuk
kawasan yang berpotensi dilanda lahar dingin antara lain Royongan papang,
Londola kalewaha, Royongan Lowian, Royongan Ranowangka, dan Londola
Mamaya. Untuk kawasan yang berdampak lontaran atau hujan abu vulkanik
dan batu pijar dengan radius dari sumber letusan 9-10 km, hal ini sesuai
dengan pengalaman letusan 16 Mei 2000.
2. Kawasan Rawan Bencana II (Merah Muda); bahaya yang ada pada
kawasan rawan bencana II ini dapat berupa aliran lava, aliran lahar, awan
panas, aliran piroklastik dan lontaran batu pijar dari hasil erupsi freatik.
Apabila ada peningkatan status gunung api, masyarakat atau wisatawan yang
berada pada kawasan ini diharuskan mengungsi. Daerah yang berpotensi
dilanda aliran lava pada kawasan yang dekat aliran sungai yang berhulu di
daerah puncak dan agak sedikit ke arah baratdaya hingga sebelah Utara Silian
sejauh 7 km dari pusat erupsi. Sebagian lagi ke arah selatah melalui celah
antara punggungan Kuntung Manimporok dengan Dungusan Kalewung
hingga ke kawasan kebun kelapa dekat desa Winorangian. Kawasan yang
berpontesi terlanda awan panas apabila terjadi letusan yang besar adalah
lereng barat mengikuti lembah-lembah hulu sungai yang berasal dari puncak
yang diperkirakan berjarak 8 Km. kawasan yang berpotensi jatuhan abu lebat
dan lontara batu pijar dalam radius 10 km dari pusat erupsi. Daerah yang
terlanda jatuhan abu lebat ini sangat bergantung pada arah angin ketika terjadi
erupsi gunung api.
3. Kawasan Rawan Bencana III (Merah); Ini adalah kawasan terdekat dengan
pusat erupsi dan paling parah terdampak aliran lava, guguran lava, awan
panas, hujan abu lebat, dan jatuhan bom gunung api. Pemukiman terdepat
dengan sumber erupsi adalah kawasan Winorangian yang berjarak 7 km.
Pengalaman letusan tahun 1995, aliran lava berdampak sampai jarak 6 km dari
pusat erupsi ke arah baratdaya. Untuk awan panas, berdasarkan letusan tahun
2000 hanya melanda lereng sebelah barat sekitar puncak. Lontaran batu pijar
dan hujan abu lebat berada pada radius 4 km dari pusat erupsi/letusan.

UJIAN AKHIR SEMESTER

Subject : Vulcanology
Oleh : Mella H.N.R Tangkidi (F12120090)

4. Identitas Gunungapi Soputan

Secara administratif, Gunungapi Soputan terletak di Kec. Tombatu, Kab.


Minahasa, Prov. Sulawesi Utara dan secara geografis gunungapi Soputan
terletak di koordinat 01o 06’ 30” LU dan 124o 43’ 0” BT. Gunungapi Soputan
memiliki ketinggian ±1783,7 mdpl dan aktivitas terakhir berupa letusan yang
terjadi pada Januari 2016, letusan bersifat freatomagmatis yang ditandai
dengan adanya letusan strombolian berupa semburan material pijar disekitar
kawah.

5. Gambaran Umum, Bentuk dan Struktur Gunungapi Soputan

Morfologi gunungapi Soputan dan sekitarnya dapat dikelompokkan kedalam


tiga satuan morfologi yang meliputi satuan morfologi tubuh gunungapi, satuan
morfologi perbukitan dan satuan morfologi dataran. G. Soputan dan sekitarnya
memiliki relief magnetic yang bervariasi, dibagian barat berelief rendah
sedangkan relief tinggi menempati bagian tengah-selatan membentuk
lengkungan tapal kuda ke arah utara. Genesa magma gunungapi Soputan
berasal dari hasil pergerakan lempeng filipin (berarah utara-selatan) yang
menunjam kebawah kerak benua bagian utara pulau Sulawesi (north arm

orogenic belt) sehingga dari penunjaman tersebut terjadi proses melting


sehingga material letusan gunungapi Soputan bersifat basaltik. Bentuk dan
Struktur gunungapi Soputan berupa gunungapi strato (kerucut).

Gambar 1 kenampakan 3D G. Soputan

Gambar 2 Dokumentasi G. Soputan saat erupsi

6. Periode letusan G. Soputan yang terpanjang adalah 47 tahun dan yang


terpendek adalah 1 tahun. Sejarah erupsi G. Soputan dimulai dari tahun 1785
hingga letusan terakhir yaitu pada 4 Januari 2016.

4. Geologi G. Soputan meliputi formasi, geomorfologi, dan struktur geologi

a. Formasi geologi G. Soputan tersusun oleh formasi lava andesit dan


basaltic yang berumur miosen atas dan beberapa terendapkan pula material
ash dan tuff dibeberapa spot tubuh G. Soputan
b. Geomorfologi G. Soputan meliputi 3 satuan yaitu satuan morfologi
tubuh gunungapi, satuan morfologi perbukitan dan satuan morfologi
dataran

c. Struktur geologi G. Soputan meliputi sesar normal dan sesar naik.


Secara Regional tatanan tektonik G. Soputan yaitu Zona Subduksi dan
termasuk kedalam busur gunungapi kepulauan

5. Bahaya Erupsi Gunung Soputan

Dampak dari erupsi G. Soputan membuat abu vulkanik mulai jatuh ke rumah-
rumah warga. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan pernapasan dan kulit.
Abu vulkanik yang turun memiliki kandungan asam tinggi yang dapat
menyebabkan iritasi paru-paru dan mata. Asam yang terkandung dengan mudah
tercuci oleh air hujan sehingga dapat mencemari persediaan air bersih.

6. Kawasan Rawan Bencana G. Soputan

Gunung api Soputan memiliki tiga tingkatan kawasan rawan bencana yang bisa
digunakan oleh masyarakat untuk menyelamatkan diri. Peta kawasan rawan
bencana ini dibuat oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi.
Gambar 3 Peta Kawasan rawan bencana G. Soputan

Sebagaimana peta di atas, maka kawasan rawan bencana gunung api Soputan
dapat di bagi dalam tiga zona kawasan rawan bencana dengan lingkupan daerah
terdampak langsung (bahaya primer) dan tidak langsung (bahaya sekunder) sesuai
dengan cacatan dari peta tersebut.

4. Kawasan Rawan Bencana I (Kuning); kawasan ini adalah kawasan yang


berpotensi terkena lontara abu vulkanik dan lontara batu pijar serta berdampak
aliran lahar sepanjang aliran hujan yang hulunya dari atas gunung api. Untuk
kawasan yang berpotensi dilanda lahar dingin antara lain Royongan papang,
Londola kalewaha, Royongan Lowian, Royongan Ranowangka, dan Londola
Mamaya. Untuk kawasan yang berdampak lontaran atau hujan abu vulkanik
dan batu pijar dengan radius dari sumber letusan 9-10 km, hal ini sesuai
dengan pengalaman letusan 16 Mei 2000.
5. Kawasan Rawan Bencana II (Merah Muda); bahaya yang ada pada
kawasan rawan bencana II ini dapat berupa aliran lava, aliran lahar, awan
panas, aliran piroklastik dan lontaran batu pijar dari hasil erupsi freatik.
Apabila ada peningkatan status gunung api, masyarakat atau wisatawan yang
berada pada kawasan ini diharuskan mengungsi. Daerah yang berpotensi
dilanda aliran lava pada kawasan yang dekat aliran sungai yang berhulu di
daerah puncak dan agak sedikit ke arah baratdaya hingga sebelah Utara Silian
sejauh 7 km dari pusat erupsi. Sebagian lagi ke arah selatah melalui celah
antara punggungan Kuntung Manimporok dengan Dungusan Kalewung
hingga ke kawasan kebun kelapa dekat desa Winorangian. Kawasan yang
berpontesi terlanda awan panas apabila terjadi letusan yang besar adalah
lereng barat mengikuti lembah-lembah hulu sungai yang berasal dari puncak
yang diperkirakan berjarak 8 Km. kawasan yang berpotensi jatuhan abu lebat
dan lontara batu pijar dalam radius 10 km dari pusat erupsi. Daerah yang
terlanda jatuhan abu lebat ini sangat bergantung pada arah angin ketika terjadi
erupsi gunung api.
6. Kawasan Rawan Bencana III (Merah); Ini adalah kawasan terdekat dengan
pusat erupsi dan paling parah terdampak aliran lava, guguran lava, awan
panas, hujan abu lebat, dan jatuhan bom gunung api. Pemukiman terdepat
dengan sumber erupsi adalah kawasan Winorangian yang berjarak 7 km.
Pengalaman letusan tahun 1995, aliran lava berdampak sampai jarak 6 km dari
pusat erupsi ke arah baratdaya. Untuk awan panas, berdasarkan letusan tahun
2000 hanya melanda lereng sebelah barat sekitar puncak. Lontaran batu pijar
dan hujan abu lebat berada pada radius 4 km dari pusat erupsi/letusan.

Anda mungkin juga menyukai