Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Biologi Indonesia 4(5): 261-278 (2008)

Kegiatan Gunungapi Ciremai Jawa Barat dan Pengaruhnya Terhadap


Lingkungan di Sekitarnya

Indyo Pratomo

Museum Geologi, Pusat Survei Geologi, Jl. Diponegoro 57, Bandung 40122
e-mail address : indyo@grdc.esdm.go.id

ABSTRACT

The Activity of Ciremai Mountain and The Impact Eruption at the Surrounding
Area The Ciremai Mountain is one of the active mountain in West Jawa, the last eruption
was detected between June 1937 to 7 January 1938, it has respite period for 3-112 years.
The potential threatening of the eruption was detected by the pirolastica, the rain dust
and ballistic explosion, the current and sliding of lava. The complete history of Ciremai
Mountain and the dangerous area by eruption were discussed here

Keywords: Ciremai, activity, eruption

PENDAHULUAN antar letusan gunungapi ini terpendek


adalah 3 tahun, dan yang terpanjang 112
Gunung Ciremai (± 3.078 m) yang tahun. Erupsi G. Ciremai terakhir terjadi
terletak pada 106059’ Bujur Timur dan pada tahun, antara 24 Juni 1937 sampai
6047’ Lintang Selatan adalah sebuah 7 Januari 1938 (van Padang 1937, 1951;
gunungapi strato tipe A (pernah meletus Stehn 1940; Kusumadinata 1951).
setelah tahun 1600). Secara fisiografi Kawasan di sekitar gunungapi ini
gunungapi, G. Ciremai merupakan merupakan daerah yang relatif subur, dan
gunungapi soliter yang terpisah dari di kelilingi oleh pemukiman penduduk
klaster gunungapi lainnya di pulau Jawa yang padat.
(Gambar 1), yaitu di bagian utara pulau
Jawa bagian barat. Kawasan gunungapi Tektonik dan geologi gunung api
ini termasuk dalam wilayah administrasi G. Ciremai merupakan gunungapi
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa soliter dalam tatanan gunungapi aktif
Barat. yang terdapat di Pulau Jawa bagian barat.
Gunungapi Ciremai terletak di atas Keberadaan gunungapi ini di batasi oleh
formasi batuan sedimen berumur Mio- sistem sesar aktif Cilacap – Kuningan
Pliosen (Djuri 1973), di daerah yang dengan arah barat laut – tenggara dan
dibatasi oleh sesar aktif Cilacap– beberapa sub-sistem sesar lainnya yang
Kuningan, yang mempunyai arah barat mempunyai arah barat-timur dan
laut tenggara (Gambar 2). Berdasarkan baratlaut-tenggara adalah 112 tahun.
catatan sejarah erupsinya, selang waktu

261
262

Indiyo Pratomo
Gambar 1. Citra Digital Elevation Model (DEM) dan Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) Pulau Jawa, memperlihatkan posisi
G. Ciremai terhadap klaster gunungapi aktif di pulau Jawa
Kegiatan Gunung Api Ciremai Jawa Barat dan Pengaruhnya

Berdasarkan data geologi regional, Hasil erupsi G. Putri (Pul), dengan


awal kegiatan volkanik G. Ciremai terjadi pusat erupsi terletak di bagian tenggara
pada Kala Plistosen Akhir (Koolhoven G. Ciremai. Satuan ini terdiri dari leleran
1935), atau sekitar 700.000 tahun yang lava andesit bertekstur porfiritik, dengan
lalu. mineral utama terdiri dari plagioklas,
piroksen dan sedikit hornblende, dalam
Geologi gunung api komplek Gunung masa dasar mikrolit feldspar dan mineral
Ciremai stratifigrafi dan karakteris- hitam. Sebaran aliran lava ini meliputi
tik produk erupsi Gunung api Ciremai bagian timur, selatan dan barat daya dari
Berdasarkan indikasi struktur G. Ciremai.
gunungapi dan ciri-ciri material volkanik
hasil erupsi gunungapi ini dapat Periode II
dikelompokkan menjadi 4 perioda, Periode kedua dari kegiatan
dimana masing-masing mempunyai gunungapi ini, ditandai oleh erupsi yang
karakteristik yang dapat dibedakan dan berpusat dari G. Gegerhalang, yang
mencerminkan asal-usul dan sumber menghasilkan leleran lava, aliran
erupsinya. Secara umum kegiatan piroklastika dan jatuhan piroklastika.
gunungapi Ciremai dapat dilelompokkan Sebaran produk erupsi G. Gegerhalang
dalam 4 perioda (Situmorang dkk. 1995; meliputi bagian selatan, baratdaya, barat
Surmayadi dkk. 2005), yaitu : dan barat laut tubuh G. Ciremai. Satuan
endapan tersebut adalah :
Periode I

Gambar 2. Tatanan tektonik dan sebaran gunungapi Kuarter di pulau Jawa bagian barat
(menurut Katili & Sudradjat, 1984), menunjukkan posisi geografis G. Ciremai dalam
sebaran gunungapi aktif (tipe A) di bagian batar pulau Jawa (TA= Tangkubanparahu,
PP= Papandayan, GU= Guntur,GL= Galunggung

263
Indiyo Pratomo

-Endapan aliran piroklastik 1 mineral-mineral utama yang terdiri dari


(GHap1), terdiri dari fragmen-fragmen fenokris plagioklas, piroksen dan sedikit
batuan yang dominan gelasan dan hornblende, tertanam dalam masa dasar
batuapung, dalam masa dasar abu dan yang terdiri dari mikrolit feldspar dan
lapili berwarna kemerahan agak kompak. mineral hitam lainnya.
Terdapat struktur pipa pelepasan gas (gas -Endapan lahar Gegerhalang
pipe structures). Satuan endapan ini (GHlh), terpilah buruk, terdiri dari
tersingkap baik di daerah puncak dan campuran fragmen batuan volkanik
lereng selatan gunungapi ini. berukuran kerikil sampai bongkah,
-Lava Gegerhalang 1 (GHl1), dalam masadasar abu, pasir dan Lumpur.
bertekstur porfiritik, dengan fenokris Secara setempat memperlihatkan stuktur
plagioklas, piroksen dan sedikit mineral aliran dan terdapat arang kayu. Satuan
hitam, dalam masa dasar mikrolit endapan ini tersingkap baik di sekitar
feldspar. Kuningan dan Mandiracan.
-Aliran piroklastika (GHap2), Arang kayu yang terdapat dalam
satuan endapan ini dapat dibagi menjadi endapan aliran piroklastika Gegerhalang
satuan aliran bagian atas dan satuan (QapGh), tidak dapat terdeteksi dengan
endapan bagian bawah. Satuan endapan metoda Radiocarbon (C14), sehingga
bagian atas terdiri dari fragmen-fragmen diperkirakan berumur lebih tua dari 40
gelasan yang didominasi oleh batu apung ribu tahun BP (Suradji, 1993). Dengan
dan fragmen litik dari berbagai ukuran, demikian kegiatan volkanik yang
dalam masa dasar abu, lapili dan pasir berpusat dari G. Gegerhalang atau
volkanik. Satuan endapan aliran bagian kegiatan G. Ciremai purba sudah ada
bawah terdiri dari fragmen-fragmen paling tidak sejak sebelum Plistosen
gelasan yang dominan batuapung dan Akhir.
litik, dalam masa dasar abu volkanik
gelasan. Dalam lapisan ini terdapat arang Periode III
kayu dan struktur pipa gas. Singkapan Dalam perioda kegiatan ini dicirikan
endapan ini mempunyai ketebalan oleh satuan-satuan endapan hasil erupsi
mencapai 10 m, di sekitar Pasirgibug. yang berasosiasi dengan pembentukan
-Endapan jatuhan piroklastika 1 kaldera Ciremai, dengan produk erupsi
(GHjp1), satuan endapan ini berlapis yang umumnya terdiri dari batuapung.
baik, terpilah baik dan secara setempat Satuan endapan tersebut adalah :
berselingan dengan endapan aliran -Endapan aliran piroklastika
piroklastika. Endapan ini terdiri dari Ciremai 1 (Ceap 1), terdiri dari dua
fragmen magmatik yang didominasi oleh satuan endapan aliran, yaitu bagian atas
batuapung bersusunan dasitan, dengan dan bawah. Satuan endapan bagian atas
ukuran antara 2 – 5 cm, dan fragmen- tersusun oleh fragmen-fragmen juvenile
fragmen litik berukuran antara 1 – 4 cm. (magma segar) berupa batuapung (+
-Lava Gegerhalang 2 (GHl2), 40%) berukuran 3-5 cm, fragmen litik (+
bersusunan andesit porfir, dengan 15 %) dalam masa dasar abu (+ 55%),

264
Kegiatan Gunung Api Ciremai Jawa Barat dan Pengaruhnya

mempunyai ketebalan hingga 6 m, hitam dalam masa dasar gelasan. Satuan


dimana pada bagian tengah endapan ini endapan ini tersingkap baik di sekitar
mengalami pengelasan (welded). Kertawinangun.
Endapan bagian bawah tersusun oleh -Lava Ciremai 3 (Cel3), terdiri dari
fragmen juvenile berupa batuapung (+ lava andesit, tersusun oleh fenokris-
50%), fragmen litik (+ 20%), dalam masa fenokris plagioklas, piroksen, sedikit
dasar lapili, pasir volkanik dan abu hornblende dan mineral gelap lainnya,
berwarna abu-abu kemerahan. Satuan ini dalam masa dasar mikrolit feldspar.
tersingkap baik di sekitar Cigowong, Satuan endapan ini tersingkap baik di
mempunyai ketebalan lebih dari 30 m, sekitar Tegalmuju.
dan pada beberapa tempat terdapat arang -Endapan jatuhan Ciremai 2
kayu. (Cejp2), terdiri dari fragmen-fragmen
-Endapan jatuhan piroklstika juvenile (batuapung, scoria, obsidian)
Ciremai 1 (Cejp1), satuan endapan ini dan fragmen litik berukuran lapili
terpilah baik, berlapis dan relatif segar hingga kerikil, dalam masa dasar pasir
tersusun oleh fragmen-fragmen juvenile dan abu volkanik. Endapan ini terpilah
yang terdiri dari batuapung, scoria dan baik, berlapis dan urai. Tersingkap baik
obsidian berukuran 1-5 cm dan fragmen di sekitar, Tegalmuju.
litik yang berasal dari batuan samping. -Lava Ciremai 4 (Cel4), bersusunan
Satuan endapan ini tersingkap baik di andesit basalan, berwarna abu-
sekitar Argalingga. kehitaman, porfiritik, terdiri dari
-Lava Ciremai 1 (Cel1), adalah lava fenokris plagioklas, piroksen, dan
andesit porfir dengan tekstur pilotaksitik, sedikit hornblende, dalam masa dasar
tersusun oleh fenokris dari mineral- gelasan. Tersingkap baik di sekitar Gua
mineral felspar, piroksen dan sedikit Walet.
hornblenda dalam masa dasar mikrolit -Endapan lahar Ciremai (Celh),
feldspar dan mineral hitam. Lava ini terdiri dari fragmen batuan volkanik dari
berstruktur bongkah, tersingkap baik di kerikil sampai bongkah,
sekitar Apuy dan Cigowong. memperlihatkan struktur aliran.
-Endapan aliran piroklastika 2 -Endapan jatuhan piroklastka
(Ceal2), tersusun oleh fragmen-fragmen Ciremai 3 (Cejp3), terdiri dari fragmen-
batuapung dan litik, dalam masadasar fragmen juvenile (batuapung) dan litik
pasir dan abu volkanik berwarna abu-abu dalam masadasar pasir dan abu
kecoklatan. Satuan endapan ini volkanik. Satuan endapan ini merupakan
mempunyai ketebalan antara 2 - 4 m, hasil letusan freato-magmatik, berlapis,
setengah padu, terdapat sturktur pipa gas, terpilah baik dan terkonsolidasi,
agak lapuk dan mengandung arang kayu. tersingkap baik di sekitar puncak
-Lava Ciremai 2 (Cel2), bersusunan gunungapi ini.
andesit basalan berwarna abu-abu, Berdasarkan pentarikhan umur
bertekstur porfiritik, tersusun oleh dengan metoda Radiokarbon (C14)
fenokris plagioklas, piroksen dan mineral terhadap arang kayu yang terdapat

265
Indiyo Pratomo

Gambar 3. Peta Geologi Gunungapi Komplek G. Ciremai (Situmorang et al. 1995),


memperlihatkan tatanan geologi gunungapi dan sebaran produk erupsi G.
Ciremai

Gambar 4. Evolusi tubuh G. Ciremai (morfogenesis) dan belum selesai

266
Tabel 1. Korelasi Satuan Peta Geologi Gunungapi daerah G. Ciremai dan sekitarnya (menurut Situmorang et al. 1995), memperlihatkan
hubungan vertikal dan lateral antar satuan endapan produk erupsi gunungapi Ciremai dalam ruang dan waktu.

Umur Erupsi ERUPSI GEGERHALANG ERUPSI PUSAT G. CIREMAI ERUPSI SAMPING


age G. Putri GEGERHALANG VULCANO ERUPTION CENTE ERUPTION CIREMAI VULCANO FLANK ERUPTION
Putri Endapan Endapan Primer Endapan Erupsi Erupsi Erupsi Erupsi Erupsi Sukageri
Volcano sekunder Primary Deposits sekunder G. Putri Buntungi Dulang Pucuk Sukageri
Eruption Seconda Secondary Putri Volcano Eruption Buntungi Dulang Pucuk Eruption
ry Deposits Eruption Eruption Eruption
Periode Kegiatan
Activity Periods
Relatif/Relative

Mutlak/Absolut

Deposits
Aliran Lahar Aliran Aliran Jatuhan Lahar Aliran Aliran Jatuhan Aliran Aliran Aliran Alira Aliran
Lava Lahar lava Piroklastik Piroklastik Lahar lava Piroklastik Piroklastik Lava Lava Lava n Lava
Lava Lava Pyriclastic Pyriclastic Lava Pyriclastic Pyriclastic Lava Lava Lava Lava Lava
Flows Flows Flows Full Flows Flows Full Flows Flows Flows Lava Flows
Flows
Celh Cejp 3 Sujp

Kegiatan Gunung Api Ciremai Jawa Barat dan Pengaruhnya


Cel 4 Pel Sul
Periode IV
4th Periods

Bui Dul
Cejp 2
Cel 3
Cel 2
- 13..350 Ceap 2
Periode 3
3rd
Periods

Cel 1
Cejp 1
KUARTER / QUATERNARY

Ceap 1
Pembentuka
n kaldera

Forming
Caldera

GHlh

GH1
GHjp
Ghap 2
- 40.800 GHI 1
2nd Periods

Ghap 1
Periode 2
1st periode
Periode 1

Pul

TERSIER Pel
TERTIARY |Pka|Pch
A Pku
Mha
267

Omcl
Indiyo Pratomo

Gambar 5. Kawah aktif G. Ciremai, memperlihatkan kegiatan solfatra yang terpusat di sekitar
bagian selatan sampai pada kedua pematang, dengan hembusan relatif lemah.

dalam satuan endapan aliran piroklastika -Lava Dulang (Dul), bersusunan


(Ceal2), diperoleh umur 13.350+330 basal, porfiritik, dengan fenokris
tahun BP (Suradji 1993). Hasil plagioklas dan piroksen yang tertanam
pentarikhan ini dianggap mewakili umur dalam masa dasar yang terdiri dari
pembentukan kaldera Ciremai. mikrolit feldspar. Leleran lava ini
berstruktur bongkah, menyebar ke arah
Periode IV utara, tersingkap baik di sekitar G.
Dalam perioda erupsi ini didominasi Dulang.
oleh fenomena erupsi samping (flank -Lava Buntung (Bul), bersusunan
eruption), sebagai akibat basal, porfiritik, dengan fenokris
berkembangnya sistem rekahan plagioklas, pirosen dan sedikit olivine,
memencar (radial) di daerah puncak dalam masa dasar gelasan. Leleran lava
gunungapi ini selaras dengan tekanan ini tersingkap baik di sekitar kawah dan
kubah lava yang terdapat di dalam pipa G. Buntung, menyebar ke arah baratlaut,
kepundan (crypto-dome). Kegiatan ini berstruktur bongkah, vesikuler dengan
ditandai oleh terbentuknya beberapa membentuk lubang-lubang gas seperti
leleran lava yang terdapat di sekitar sarang lebah.
kawasan puncak gunungapi ini, yaitu : -Lava Pucuk (Pul), bersusunan
basal, berwarna kehitaman, porfiritik

268
Kegiatan Gunung Api Ciremai Jawa Barat dan Pengaruhnya
Gambar 6. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ciremai (Hadisantono et al. 2006), memperlihatkan potensi ancaman dan kawasan
yang terancam bencana erupsi G. Ciremai
269
Indiyo Pratomo

Tabel 2. Catatan kegiatan G. Ciremai dan fenomena geologi gunungapi yang teramati.

Tahun kegiatan Kejadian Acuan

Tgl. 3 februari, 1698 “…. gunung di Cirebon telah roboh yang Brascamp, 1919
mengakibatkan air begitu tinggi, hingga Van Padang, 1951
merusak tanah daerahnya dan menyebabkan
korban manusia”. (Brascamp, 1919). Van
Padang (1951) meragukan letusan tersebut.
Fenomena banjir bandang ?
April, 1775 Letusan di kawah pusat Junghuhn, 1853; 1845
Taverne, 1926
April, 1805 Letusan dari kawah Junghuhn, 1853
1917 Hembusan uap belerang dari dinding selatan Van Gils, 1917
September, 1924 Hembusan kuat dari fumarola pada bagian Van Padang, 1937
barat dinding pemisah
24 juni, 1937 – Van Padang, 1937; 1951;
7 januari, 1938 Letusan berlanjut dari kawah pusat, letusan Stehn, 1940;
abu Kusumadinata, 1971
1949 Gempa bumi Wirjosumarto dan
Abdulpatah, 1955
1955 Gempa tektonik, tidak berpengaruh kepada G. Kusumadinata, 1973
Ciremai
16, 21,26 April 1973 Gempa tektonik, tidak berpengaruh kepada G. Kusumadinata, 1979
Ciremai

Gambar 7: Anatomi sebuah gunungapi aktif yang memperlihatkan fenomena kegiatan


gunungapi dan potensi ancaman bahayanya

270
Kegiatan Gunung Api Ciremai Jawa Barat dan Pengaruhnya

fenokris plagioklas dan piroksen dalam Kawah Timur, berbentuk bulat,


masa dasar gelasan. merupakan pusat aktivitas saat ini, terdiri
-Lava Sukageri (Sul), bersusunan dari dua bukit lava, yaitu Lawanggede
basal, berwarna hitam, porfiritik dengan dan Sunan Mataram. Kegiatan solfatra
fenokris plagioklas, piroksen dan sedikit di kawah ini terpusat di sekitar bagian
olivine, dalam masa dasar gelasan. selatan sampai pada kedua pematang,
Leleran lava ini berstruktur bongkah, dengan hembusan relatif lemah. Struktur
vesikuler, tersingkap baik di sekitar kawah Gua Walet merupakan kawah
Sukageri. erupsi samping, terletak pada ketinggian
-Endapan jatuhan piroklastika 2.926 m di atas permukaan laut. Lereng
Sukageri (Sujp), terdiri dari fragmen- bagian barat gunungapi ini membuka
fragmen juvenile berukuran bongkah kearah baratdaya
lava basalan sampai pasir, gelasan dan
fragmen litik, dalam masa dasar pasir dan Kegiatan G. Ciremai dan dampaknya
abu volkanik. Satuan endapan ini terhadap lingkungan di sekitarnya
didapati berselang seling dengan lava Kegiatan gunungapi yang
dan membentuk kerucut volkanik menyebab-kan kerusakan lingkungan di
Sukageri. sekitarnya, adalah sangat tergantung
daripada tipe letusan gunungapi tersebut.
Kegiatan kawah aktif G. Ciremai Kerusakan tersebut dapat diakibatkan
G. Ciremai mempunyai perioda antara lain oleh emisi gas volkanik,
waktu jeda berkisar antara 3 – 112 tahun, hempasan letusan (explosive blasts),
yang ditandai oleh letusan-letusan yang longsoran tubuh gunungapi (sector
berasal dari kawah utama, yaitu kawah failure), aliran piroklastika (piroclastic
aktif saat ini yang berbentuk bulat, ter- flows), lahar (mudflows), aliran lava, atau
letak pada ketinggian sekitar 3000 m di jatuhan piroklastik termasuk hujan abu
atas permukaan laut. (tephra). Besaran dan luasnya dam-pak
erupsi ini tergantung dari karakteristik
Kawah aktif G. Ciremai fisik dan kimiawi produk erupsi, durasi
Kawah G. Ciremai secara umum letusan, karakteristik lingkungan (flora-
berbentuk relative bulat, terdapat dua fauna) di sekitar gunungapi tersebut.
buah kawah (Gambar 5), yaitu Kawah Bencana letusan gunungapi adalah
Barat (kawah I) dan Kawah Timur salah satu bencana alam yang disebabkan
(kawah II). oleh letusan sebuah gunungapi, yang
1) Kawah Barat, berbentuk se- mengakibatkan kerusakan lingkungan
tengah lingkaran dan terpotong oleh hidup, korban jiwa dan penderitaan ma-
Kawah Timur. Pada bagian tepi terdapat nusia. Kawasan rawan bencana gunung-
bukit lava G. Sunan Tjirebon, dan G. api adalah kawasan yang teridentifikasi
Pangeran Telaga. Kawah Barat relatif pernah terlanda atau berpotensi terancam
lebih tua dari Kawah Timur. bahaya letusan gunungapi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

271
Indiyo Pratomo

Berdasarkan karakteristik produk dapat dibedakan berdasarkan ancaman


erupsi masa lalu dan jejak kerusakannya yang ditimbulkan oleh aliran, longsoran,
yang ditinggalkannya, G. Ciremai lontaran dan jatuhan material (piroklas-
memiliki ancaman bahaya yang sangat tika) yang berkaitan dengan kegiatan
potensial baik dari kegiatannya maupun gunungapi, baik yang berkaitan dengan
erupsinya. letusan maupun longsoran tubuh atau
bagian kawah dari sebuah gunung api.
Kawasan Rawan Bencana Letusan G. Potensi ancaman ini juga berkaitan
Ciremai dengan jarak dari pusat erupsi (kawah),
Peta Kawasan Rawan Bencana bentang alam (morfologi) puncak,
Gunungapi adalah peta yang menunjuk- keadaan topografi (kelerengan) dan
kan tingkat kerawanan bencana suatu kualitas dan kuantitas produk erupsinya.
kawasan apabila terjadi letusan gunung-
api tersebut. Peta ini diterbitkan oleh Kawasan Rawan Bencana (KRB) I
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bancana Kawasan ini berpotensi terlanda
Geologi (Badan Geologi, Dept. ESDM), aliran lahar, dan terkena awan panas dan
berisi penjelasan mencakup definisi, aliran lava. Dalam letusan yang lebih
pengertian, sifat-sifat teknis kegunung- besar dapat juga berpotensi tertimpa
apian dan penerapan sosialnya, sebagai material jatuhan material berupa hujan
informasi masukan untuk menang- abu dan lontaran batu. Secara umum
gulangi bencana gunungapi, dalam KRB-I terdiri dari dua jenis ancaman
menunjang berbagai sektor pem- bahaya, yaitu ancaman bahaya yang ber-
bangunan. Di dalam peta ini dijelaskan kaitan dengan aliran lahar melalui
tentang jenis dan sifat ancaman bahaya lembah-lembah sungai yang mempunyai
gunungapi, kawasan yang terancam, hulu di sekitar puncak gunungapi, dan
arah/jalur penyelamatan diri, lokasi yang disebabkan oleh hujan abu atau
pengungsian dan pos penanggulangan jatuhan material padat lainnya yang
bencana tersebut, sehingga mudah berkaitan dengan arah angin pada waktu
dipahami dan dipergunakan di lapangan. terjadi letusan.
Peta Kawasan Rawan Bancana Berdasarkan sebaran endapan erupsi
Gunungapi ini bersifat umum dan jangka G. Ciremai terdahulu, hingga 8 km dari
panjang, oleh karena itu tidak memuat pusat erupsi terdapat endapan abu dan
secara rinci zona atau tempat mana yang fragmen batuan berukuran kerikil,
dapat terlanda awan panas, aliran lava sehingga kawasan ini berpotensi terlanda
dan lahar. Kawasan Rawan Bancana hujan abu lebat dan kemungkinan
Gunungapi dinyatakan dalam urutan terkena lontaran batu.
angka (I, II, dan III), berdasarkan tingkat
kerawanan yang paling rendah hingga Kawasan Rawan Bencana (KRB) II
tingkat kerawanan yang tertinggi. Kawasan ini berpotensi terlanda
Secara umum potensi kerawanan awan panas, aliran lava, lontaran atau gu-
terhadap bencana letusan gunungapi guran lava pijar, hujan abu lebat dan

272
Kegiatan Gunung Api Ciremai Jawa Barat dan Pengaruhnya

lahar. Kawasan ini dibedakan menjadi terjadi baik yang berkaitan dengan erupsi
dua, yaitu kawasan yang terancam oleh volkanik maupun kegiatannya sehari-
baha-ya aliran masa berupa awan panas, hari.
aliran lava, guguran batu pijar dan aliran Kegiatan sehari-hari dicerminkan
lahar. oleh fumarola dan solfatara yang disertai
Kawasan yang terancam oleh lon- oleh emisi gas-gas volkanik seperti CO2,
taran dan jatuhan material, yang ber- SO 2, HCl, HF dan lain-lain, hingga
ukuran kerikil, pasir dan abu. Berkaitan kemungkinan terjadinya letusan freatik
dengan tingkat kegiatan gunungapi, (uap) yang dapat terjadi setiap saat.
kawasan ini dapat dikosongkan (diungsi- Letusan freatik terjadi sebagai akibat
kan) berdasarkan rekomendasi dari Pusat interaksi antara air hujan (meteoric-
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana water) dengan permukaan panas yang
Geologi (PVMBG). terdapat disekitar lapangan solfatara dan
fumarola di sekitar kawah aktif
Kawasan Rawan Bencana (KRB) III gunungapi ini.
Kawasan ini terletak dekat dengan Komposisi gas-gas volkanik yang
pusat letusan yang merupakan sumber mengancam sangat bergantung kepada
bahaya, dan direkomendasikan agar tipe dan tingkat kegiatan gunungapi
tidak dipergunakan sebagai hunian tetap tersebut. Gas volkanik yang sangat
dan kegiatan budidaya lahan lainnya. umum dan banyak terdapat adalah uap
Pada saat erupsi, kawasan ini sering air (H2O, 30-90 mol %), CO2 (5-10 mol
terlanda awan panas, lontaran material %), hydrogen (H2, < 2 mol %), CO2 (5-
pijar dan gas beracun, sebagai dampak 40 mol %), SO2 (5-50 mol %), H2S (<2
langsung dari letusan gunungapi tersebut mol %), CO (< 0,5 mol %). Gas-gas
terutama robohan kolom erupsi. volkanik lainnya adalah merupakan
emisi langsung dari kawah aktif. Gas
PEMBAHASAN tersebut kemudian bereaksi di atmosfer
atau dalam kolom erupsi lalu membentuk
Fenomena volkanik G. Ciremai dan aerosol dan sebagian besar berubah men-
potensi ancaman bahayanya jadi HCl (asam chloride), asam fluorida
Prakiraan ancaman bahaya (HF) dan asam sulfat (H2SO4). Derajat
gunungapi merupakan suatu kajian ancaman bahaya dari gas-gas volkanik
ilmiah terhadap karakteristik kegiatan juga tergantung pada tipe gas yang
volkanik sebagai acuan (sumber) dalam dilepaskan ke udara, terutama gas yang
penentuan potensi ancaman bahayanya. tidak berwarna dan tidak berbau dan
Kajian ini didasarkan pada sifat alami relatif lebih berat dari udara, seperti CO2.
gunungapi tersebut melalui telaahan data Contoh kejadian fatal pernah terjadi di
geologi, geofisika, geokimia dan sejarah komplek gunungapi Dieng pada 20
kejadiannya masa lalu, serta data pen- februari 1979, dimana gas CO 2 yang
dukung lainnya secara komprehensif. keluar melalui rekahan tanah menewas-
Ancaman bahaya gunungapi dapat kan 150 orang penduduk yang sedang

273
Indiyo Pratomo

melarikan diri untuk menghindar dari (sector collapse) dapat terjadi akibat
sebuah letusan freatik dari kawah Sinila. dipicu oleh desakan kubah lava yang
Pada gunungapi aktif yang mem- terbentuk di dalam pipa kepundan
punyai kegiatan berlanjut, pelepasan gas (crypto dome) atau aktivitas tektonik dari
berlangsung terus, menyebabkan sesar-sesar yang terdapat di sekitar tubuh
ancaman bencana yang relatif kecil dan gunungapi.
terbatas, dibandingkan fenomena bahaya Longsoran tubuh gunungapi yang
gunungapi lainnya. Dalam hal ini dipicu oleh aktivitas volkanik berawal
dampak-nya akan menjadi lebih penting dari kegiatan kubah lava di dalam pipa
dalam kurun waktu yang lebih panjang. kepundan, disertai dengan pembubungan
Gas-gas tersebut akan dapat memicu tubuh bagian lereng gunungapi (defor-
terjadinya hujan asam, yang kadangkala masi lereng) hingga menimbulkan
dapat mempengaruhi pH air hujan hingga ketidak stabilan lereng hingga dapat
men-capai 2 sampai 4, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya longsoran
me-nimbulkan dampak negatif bagi dengan atau tanpa disertai oleh letusan.
kesehat-an manusia dan lingkungan-nya. Kejadian seperti ini terdokumentasikan
dengan baik pada erupsi Mt. Saint Helens
Potensi ancaman bahaya erupsi (USA) pada tahun 1980 atau di Bandai-
gunungapi san (Jepang) dan G. Papandayan pada
Diperkirakan berdasarkan jejak atau tahun 1772 dan 2002 (Pratomo 2003).
sisa-sisa kegiatan, baik berupa material Proses kejadian seperti tersebut di atas
produk letusan maupun bekas-bekas bersifat progresif, sehingga perkemba-
kawah yang ada di sekitar puncak dan ngannya relatif dapat terpantau dengan
tubuh gunungapi ini. Secara umum teknologi pemantauan gunungapi aktif
potensi kerawanan terhadap bencana saat ini.
letusan gunungapi dapat dibedakan Berdasarkan karakteristik endapan
berdasarkan ancaman yang ditimbulkan longsoran tubuh gunungapi (‘debris
oleh aliran, longsoran, lontaran dan avalanche’) yang teridentifikasi,
jatuhan material yang berkaitan dengan longsoran dinding kawah pernah terjadi
kegiatan gunungapi aktif, baik letusan pada G. Ciremai dalam periode pertama
maupun longsoran tubuh atau bagian dan ke dua dari evolusi sejarah pertum-
kawah gunungapi (sector failure). buhan gunungapi ini, yaitu pada Kala
Potensi ancaman ini juga berkaitan Plistosen Tengah (Suradji 1993). Kedua
dengan jarak dari pusat erupsi (kawah), kejadian tersebut di atas adalah berkaitan
bentang alam (morfologi) puncak, dengan letusan gunungapi ini, karena
keadaan topografi (kelerengan) dan endapan-endapan tersebut berhubungan
kualitas serta kuantitas produk erupsinya. dengan endapan aliran piroklastika dan
jatuhan piroklastika. Dampak kejadian
-Longsoran bagian tubuh ini yang berkaitan dengan kegiatan
gunungapi (sector collapse) gunungapi adalah terbentuk kawah yang
Longsoran bagian tubuh gunungapi berbentuk tapal kuda dengan atau tanpa

274
Kegiatan Gunung Api Ciremai Jawa Barat dan Pengaruhnya

pusat erupasi (kawah) yang baru. dan kelerengan tubuh gunungapi


Kejadian seperti ini dapat berulang tersebut.
secara periodik, selaras dengan per- Awan panas letusan pada umumnya
tumbuhan gunungapi ini dan tingkat ke- terbentuk menyertai tahap erupsi freato-
stabilan lereng akibat desakan magma magmatik dan magmatik yang eksplosif
(blok diagram). (tipe Plini, St. Vincent, dll.) seperti yang
-Aliran piroklastika atau awan kerap terjadi di G. Kelut (Jawa Timur)
panas atau guguran kubah lava (tipe Merapi,
Aliran piroklastika terdiri dari di Jawa Tengah).
material campuran berupa bongkah lava- Sebaran endapan awan panas atau
batuapung, lapili, pasir, abu dan gas aliran piroklastika mencakup daerah
volkanik. Mobilitas aliran piroklastika yang cukup luas, yaitu hingga 8 km ke
‘awan panas’ cenderung mengalir secara arah timur, 12 km ke arah barat laut, dan
gravitasi mengikuti lembah sungai yang 11 km ke arah baratdaya dan tenggara.
mempunyai hulu di sekitar puncak Saat ini kawasan lereng timurlaut, timur,
gunungapi ke arah lereng dan kaki tenggara dan utara merupakan kawasan
gunungapi tersebut. Pada umumnya permukiman yang cukup padat.
awan panas letusan mempunyai
temperatur berkisar antara 300 – 8000 C, Aliran lava
meluncur menuju lereng dan kaki Aliran lava terbentuk pada kepun-
gunungapi secara gravitasional dengan dan yang terbuka, sehingga magma dapat
kecepatan dapat mencapai lebih dari 100 mencapai permukaan, atau sebagai
km/jam. Debu panas (ash-cloud) erupsi celah yang terbentuk seiring de-
merupakan partikel debu halus hingga ngan berkembangnya rekahan radial
pasir yang bercampur gas dari awan pada bagian puncak gunungapi akibat
panas, terbentuk akibat turbulensi aliran, desakan magma dari dalam bumi. Aliran
yang mempunyai temperatur cukup lava umumnya terjadi pada gunungapi
tinggi (< 3000 C) sehingga dapat merusak yang mempunyai magma bersusunan
tanaman dan membunuh manusia serta basal atau andesit basalan, dimana
hewan. Aliran debu panas ini dapat sebarannya terbatas pada kawasan yang
menyebar sepanjang sempadan aliran relatif tidak jauh dari pusat erupsi
awan panas dan juga terdeviasi oleh alur (kawah).
lembah sungai, hingga jarak tertentu, Produk erupsi G. Ciremai pra-
terkadang lebih jauh dari endapan awan sejarah dicirikan oleh terdapatnya leleran
panas itu sendiri. Besaran eksplosivitas lava yang bersusunan andesit hingga
tergantung daripada laju gerakan masa andesit basal, yang mengalir mencapai
magmatik di dalam pipa kepundan, yang 5 - 8 km dari pusat erupsi pada saat ke
berpengaruh pada tipe letusan. Sebaran arah lereng gunungapi. Pusat-pusat
material awan panas tergantung dari erupsi yang mengalirkan lava pada
volume material atau guguran kubah lava gunungapi ini umumnya mengikuti pola
rekahan radial (memencar) yang terdapat

275
Indiyo Pratomo

di daerah puncak (Gambar 3). Pada gangguan pada proses asimilasi dan
keadaan tertentu, pada ujung leleran lava dapat mematikan tumbuhan tersebut.
atau lidah lava yang mengalir pada lereng Sebaran endapan abu volkanik G.
gunungapi dapat terakumulasi, akibat Ciremai hasil letusan terdahulu dijumpai
efek dari proses pendinginan dan gra- hingga mencapai 7,5 km jauhnya dari
vitasi, memicu terjadinya longsoran dan pusat erupsi, sedangkan material lontaran
membentuk guguran lava pijar. dari kegiatan terdahulu dari bongkah
Sebaran aliran lava umumnya yang berdiameter 5-7 cm, dijumpai pada
terbatas pada kawasan yang relatif tidak kawasan dalam radius 4 hingga 5 km dari
jauh dari pusat erupsi (kawah) dan ber- pusat letusan (Surmayadi et al. 2005;
langsung secara lambat (progresif), Hadisantono et al. 2005).
sehingga ancaman bahayanya lebih kecil Sebaran material produk letusan
dibandingkan jenis ancaman bahaya tersebut sangat bergantung arah angin
letusan gunungapi lainnya. Berdasarkan dominan yang bertiup pada saat letusan
sifat fisik dan mobilitasnya, potensi terjadi.
ancaman bahaya aliran lava relatif kecil
dibandingkan jenis ancaman bahaya Lahar dan Banjir-bandang
letusan gunungapi lainnya. Terdapat dua jenis lahar berdasarkan
asal usul kejadiannya, yaitu lahar letusan
Hujan abu lebat dan lontaran material dan lahar hujan. Lahar letusan terbentuk
letusan lainnya (balistik) bersamaan dengan letusan gunungapi
Prakiraan ancaman bahaya hujan yang kawahnya berisi air dalam jumlah
abu lebat akibat erupsi G. Ciremai pada (volume) tertentu. Lahar hujan terjadi
masa yang akan datang didasarkan pada bersamaan dangan turunnya hujan di
skenario tipe letusan dan arah serta kawasan puncak gunungapi, sehingga
kecepatan angin dominan pada saat memicu terjadinya aliran masa endapan
erupsi terjadi. Lontaran material letusan material hasil letusan gunungapi dari
(balistik) biasanya terbatas pada radius berbagai ukuran (bongkah – abu) yang
tertentu, dan dapat diprakirakan terdapat di sekitar puncak dan lereng
berdasarkan sebaran sisa-sisa produk gunungapi secara gravitasional. Lahar ini
erupsi terdahulu. Abu gunungapi terdiri mengalir melalui lembah-lembah sungai
dari fragmen serat-serat gelas yang ber- yang mempunyai hulu di sekitar kawasan
susunan silica, pada umumnya berukuran puncak dan lereng gunungapi ini, dengan
lebih kecil dari 10 mikrometer , dapat jangkauan jarak tempuh tergantung pada
menimbulkan gangguan pada mata sifat hidrolika masa lahar tersebut dan
(iritasi) dan sistem pernafasan (silicosis) kelerengan lintasan yang dilaluinya.
pada manusia dan hewan. Endapan abu Tidak ada ancaman bahaya lahar
letusan gunungapi dapat menutupi letusan di sekitar G. Ciremai, karena
permukaan daun dan bagian lain dari kawah aktif gunungapi ini tidak berisi air.
tetumbuhan lainnya yang mengakibatkan Ancaman bahaya lahar hujan pada
kawasan di sekitar G. Ciremai adalah

276
Kegiatan Gunung Api Ciremai Jawa Barat dan Pengaruhnya

cukup potensial, berasal dari beberapa volkanik G. Ciremai yang berumur


aliran sungai yang mempunyai hulu di 13.350+330 tahun BP; dan Perioda IV,
se-kitar kawasan puncak gunungapi ini. dicirikan oleh erupsi samping yang
Sungai-sungai tersebut antara lain adalah menghasilkan beberapa leleran lava basal
S. Cipager, S. Cilengkrang, S. Cihambar, yang berasal dari G. Sukageri, G. Pucuk,
S. Cigintung, S. Cipereng, S. Cikarutug, G. Buntung dan G. Dulang.
S. Citamiang, S. Cipakeleran, S. Cimang- Karakteristik ancaman bencana
gung, S. Ciwaringin, S. Ciputri, S. Ci letusan yang potensial dari G. Ciremai
butul, S. Cikeruh, S. Cideres dan S. dapat diidentifikasi berdasarkan sebaran
Cipada. produk erupsi terdahulu seperti : a) Awan
Banjir-bandang adalah bukan panas letusan atau aliran piroklastika, b)
merupakan ancaman bahaya yang ber- Hujan abu lebat dan lontaran material
kaitan dengan kegiatan gunungapi, tetapi letusan (balistik), c) Aliran lava, d)
lebih pada curah hujan dan proses erosi Longsoran sebagian tubuh gunungapi, e)
terhadap endapan material volkanik dan Ancaman bahaya lahar hujan hanya
non-volkanik (bukan produk erupsi terjadi setelah terjadi letusan yang
gunungapi) yang terdapat di sekitar menghasilkan endapan yang tertumpuk
lereng sebuah gunungapi ataupun bukan disekitar puncak dan lereng gunungapi
gunungapi. Berdasarkan catatan sejarah, ini, karena beberapa aliran sungai
banjir bandang pernah melanda kawasan mempunyai hulu di sekitar kawasan
G. Ciremai pada tanggal 3 Februari tahun puncak. Potensi ancaman tersebut diatas
1698 (Brascamp 1919), kejadian ini me- hanya dapat terjadi sesuai dengan tipe
nimbulkan kerusakan lingkungan yang letusan dan karakteristik produk
cukup parah dan korban jiwa manusia. letusannya.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

G. Ciremai adalah gunungapi aktif Brascam, EHB. 1919. Uitbarsting van


berbentuk kerucut komposit yang den Tjiremai in 1698. Koninkl.
terbentuk sejak Plistosen Atas. Sejarah Nederl. Aardrijksk. Genoot..
panjang kegiatan G. Ciremai terbagi Tijdschr. 2: 36: 487.
dalam 4 perioda, yang dibedakan ber- Djuri. 1983. Peta Geologi Lembar
dasarkan evolusi tubuh gunungapi, Arjawinagun, Skala 1 : 100.000,
karakteristik produk erupsi dan asal-usul Direktorat Geologi Bandung.
sumber erupsinya, yaitu Perioda I, Hadisantono, RD., EK. Abdurachman,
diwakili oleh endapan volkanik G. Putri A. Martono, AD. Sumpena, & M.
yang terbentuk pada Plistosen Atas; Fathoni. 2005. Laporan Pemetaan
Perioda II, diwakili oleh endapan Kawasan Rawan Bencana
volkanik Gegerhalang, yang terbentuk Gunungapi Ciremai, Provinsi Jawa
pada se-belum akhir Plistosen Atas; Barat. Direktorat Vulkanologi dan
Perioda III, diwakili oleh endapan

277
Indiyo Pratomo

Mitigasi Bencana Geologi (tidak kimia G. Ciremai, Jawa Barat.


diterbitkan) Direktorat Vulkanologi. (tidak
Hadisantono, RD, EK. Abdurachman, A. diterbitkan)
Martono, AD. Sumpena, & M. Situmorang T, RD. Hadisantono & P.
Fathoni. 2006. Peta Kawasan Asmoro. 1995. Peta Geologi
Rawan Bencana Gunungapi Ci- Gunungapi Ciremai, Jawa Barat.
remai, Provinsi Jawa Barat. Skala Skala 1 : 50.000. Direktorat
1 : 50.000. Pusat Mitigasi Vulkano- Vulkanologi.
logi dan Bencana Geologi. Stehn, CHE. 1940. Volcanic Phenomena,
Karnaen, P. 1970. Laporan pemetaan East Ind. Volcanol Survey Bull. 5.
topografi puncak G. Tjiremai. 87-94.
Direktorat Geologi. (tidak diterbit- Suradji, IW. 1993. Stratigrafi dan Potensi
kan) Bahaya komplek gunungapi
Katili, JA & A. Sudradjat. 1984. Ciremai pada daerah sekitarnya,
Galunggung, The 1982-1983 Kabupaten Kuningan, Mjalengka,
Eruption. Volcanological Survey of Cirebon, Propinsi Jawa Barat. Tesis
Indonesia. Magister Teknik Geologi, ITB. 130
Junghuhn, F. 1853; Tjiremai, Java 2:. halaman (tidak diterbitkan)
160-169 Surmayadi M., D. Suhadi, R.
Junghuhn, F. 1845. Chronologisch Tofiqurrachman, Riyadi & M.
overzicht der aardbevingen en Fathoni. 2005. Inventarisasi
uitbarstingen van vulkanen in Prakiraan Bahaya Gunungapi
Nederlnds Indie. Nederl. Ind. Ciremai, Jawa Barat. Direktorat
Tijdschr 7: 39 Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Koolhoven, WBC. 1935. Java Geologi. Laporan internal (tidak
Kaartening, Verslag van een Tocht diterbitkan)
in de Afdelingen Soemedang en Taverne, NJM. 1926. Vulkaanstudien op
Madjalengka. Arsip Keilmuan Java, Vulkanol. en Seismol. Meded.
Direktorat Geologi No. 10/c/35 7: 46-52
Kusumadinata, K. 1971. Gunung van Gils, JM. 1917. Vulkaan Tjiremai.
Tjiremai. Kumpulan data mentah Vulkanol. Zeitschr. 3:79-99
hingga bulan April 1971. Direktorat van Padang N. 1937. De uitbarsting van
Geologi den Tjiremai in Juni 1937, De
Kusumadinata, K. 1973. Laporan Ingenieur in Nederl. Ind. 4: 211-227
Bulanan Seksi Penelitian Gunung van Padang N. 1951. Tjiremai,
api. Direktorat Geologi Catalogue of the actives volca-noes
Kusumadinata, K. 1979. Data Dasar of the World, including the solfatara
Gunungapi Indonesia, Direktorat fields. V. 1. Indonesia. 99-101
Vulkanologi Wirjosumarto A & E. Abdulpatah. 1955.
Purbawinata, MA., E. Kadarsetia & E. Keterangan Gunung Tjiremai bulan
Rakimin. 1991. Penelitian Petro- Djanuari 1955. Direktorat Geologi

278

Anda mungkin juga menyukai