Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011

Alterasi Batuan

BAB I

ALTERASI BATUAN

A. Pendahuluan

Alterasi hidrothermal adalah pergantian mineralogi dan komposisi kimia yang


terjadi ketika batuan berinteraksi dengan fluida hidrothermal (White, 1996). Alterasi
terjadi sebagai proses kesetimbangan antara mineral-mineral batuan yang
berinteraksi dan larutan fluida hidrothermal. Alterasi umumnya terjadi bersama
dengan terbentuknya pengisian rekahan-rekahan oleh urat-urat atau gangue. Jika
kenampakan alterasi ini pada tubuh batuan memiliki pola keteraturan maka kita
bisa membaginya menjadi suatu zona yang disebut zona alterasi. White (2006)
mendeskripsikan faktor-faktor yang berpengaruh dalam alterasi hidrothermal
menjadi tiga faktor utama antara lain bagaimana batuan berinteraksi dengan fluida
hidrothermal, rasio perbandingan air dan batu, dan komposisi fluida hidrothermal.
Dalam bidang eksplorasi mineral ekonomis, alterasi sangat bermanfaat dalam
memahami berbagai aspek pembentukan mineral bijih dan genesanya.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini memperkenalkan kepada para peserta praktikum


berbagai jenis alterasi teramati pada batuan dan bila memungkinkan
mengidentifikasi batuan asal serta mineralogi alterasi yang terjadi pada batuan
tersebut secara megaskopis.
Tujuan dari praktikum agar para praktikan mampu mendeskripsi, menentukan
dan menginterpretasi pembentukan tipe-tipe alterasi hidrothermal pada batuan.

C. Kondisi Pembentukan Alterasi Hidrothermal

Perbandingan Rasio Fluida dan Batuan

Rasio fluida dan batuan sangat penting dalam memahami intensitas alterasi
hidrothermal pada batuan. Jika jumlah fluida yang kontak terhadap batuan sedikit
maka perubahan kimia yang terjadi pada mineral-mineral penyusun batuan sedikit,
penambahan fluida hanya berfungsi untuk membentuk mineral-mineral hidrous
(klorit, serisit dan lain sebagainya) serta penambahan CO 2 minor untuk membentuk
mineral-mineral karbonat, tetapi tidak terjadi metasomatisme mayor pada batuan.
Hal ini juga dipengaruhi oleh komposisi batuannya.

1
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Jika rasio perbandingan fluida dan batuan tinggi, maka mineral-mineral


penyusun batuan yang mungkin untuk teralterasi dapat teralterasi, dan komposisi
keseluruhan tubuh batuan secara substansial akan terubah, dalam proses ini
berasosiasi dengan metasomatisme mayor. Dalam kasus ini faktor yang paling
mempengaruhi alterasi batuan berupa komposisi kimia fluida hidrothermal.
Pengaruh alterasi hidrothermal terhadap batuan dapat dibagi menjadi tiga
(White, 1996) yaitu :
1) Pengaruh yang bekerja pada individual mineral secara selektif, proses ini
terjadi dalam dua kondisi dimana batuan yang berinteraksi fluida bersifat
tidak reaktif sehingga hanya mineral-mineral yang dapat bereaksi dengan
fluida yang dapat menunjukkan pengaruh alterasi. Atau jumlah fluida yang
sedikit (rasio fluida:batuan rendah). Proses ini umumnya terjadi pada zona
alterasi propilitik.
2) Pengaruh yang terjadi hanya pada urat dan batasnya, pengaruh ini dapat
digunakan jika alterasi yang teramati di batuan hanya berhenti di sekitar
tubuh urat dan tidak terjadi mineralisasi mayor di sana. Pengaruh jenis ini
dapat digunakan untuk menunjukkan posisi pusat sumber fluida
hidrothermal dengan memperhatikan densitas dan distribusi persebarannya
di batuan.
3) Pengaruh pada keseluruhan batuan secara pervasive, pengaruh ini terjadi
disebabkan oleh dua hal yaitu:
a. Terdapat suatu peristiwa struktur utama yang memungkinkan fluida
hidrothermal masuk ke dalam seluruh tubuh batuan dan mengalterasi
seluruh komponen batuan secara intensif.
b. Batuan memiliki banyak rekahan yang memungkinkan bagi fluida untuk
masuk ke dalamnya dan mengalterasi seluruh batuan tersebut.
Suhu dan Tekanan
Kondisi suhu dan tekanan juga menentukan mineral-mineral alterasi terbentuk,
misalnya pada suhu 250°C kehadiran mineral-mineral klorit akan berkurang dan
digantikan oleh kehadiran mineral-mineral biotit, sedangkan tekanan berpengaruh
terhadap temperatur fluida sehingga pendidihan (boiling) fluida hidrothermal dapat
terjadi.
Adapun kelompok mineral-mineral ubahan menurut Corbett dan Leach (1996)
serta kondisi lingkungan pembentukannya sebagai berikut :
a. Kelompok silika yang terbentuk pada pH rendah (<2) yang berasosiasi
dengan kandungan besi titanium seperti rutil. Pada suhu <100°C dengan
kondisi keasaman larutan hidrothermal yang ekstrim akan terbentuk silika

2
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

opal, kristobalit dan tridymit. Sedangkan pada suhu 100°C-200°C akan


terbentuk kalsedon, dan pada suhu yang tinggi (>200°C) akan terbentuk
mineral silika amorf.
b. Kelompok mineral alunit, ketika kandungan pH dari larutan hidrothermal >2
akan terbentuk asosiasi mineral silika dengan mineral andalusit, ketika suhu
larutan memiliki kisaran yang besar (>300°C-350°C) mineral andalusit akan
terbentuk bersamaan dengan mineral korundum. Terdapat empat lingkungan
pembentukan alunit yang berbeda yaitu steam heated alunite yang terbentuk di
bawah permukaan dengan kedalam berkisar 1-1,5 km yang dipengaruhi oleh
kandungan asam yang tinggi yang dibawa oleh gas H 2S yang terjadi akibat
pendidihan pada sistem hidrothermal. Mineral-mineral yang terbentuk
berupa kristal-kristal halus dan kristal-kristal yang menjarum. Supergene
alunite yaitu hasil dari asam sulfurik oleh pelapukan dari endapan sulfida
yang masif, dengan bentuk kristal menjarum yang serupa dengan produk
steam heated alunite, kelompok alunit jenis ini dapat dibedakan dengan jenis
sebelumnya berdasarkan tatatan geologinya dan juga dijumpai adanya
kandungan oksida besi sebagai salah satu hasil lapukan. Magmatic alunite,
terendapkan dari volatil yang berasal dari intrusi dan umumnya terjadi pada
zona urat-urat dan breksi, dengan bentukan kristal radier prismatik, pada
lingkungan yang dekat dengan sistem porfiri terbentuk mineral-mineral
alunit yang memiliki kristal yang tidak beraturan bertekstur poikilitik dan
kontak dengan mineral kuarsa, liquid alunite terbentuk dari larutan yang
berasal dari magma dengan kristal yang dihasilkan kasar dengan bentuk
tabular atau seperti berbilah-bilah.
c. Kelompok kaolin, terbentuk dari lingkungan dengan fluida berkadar pH
lebih tinggi (berkisar 4) dengan mineral yang terbentuk berupa kaolin dengan
suhu yang berkisar <150°C-200°C dan propilitik pada suhu <200°C-250°C.
dimana dickit dapat dijumpai pada daerah transisi diantara kisaran suhu
kedua tingkatan sebelumnya.
d. Kelompok Illit, terbentuk pada kondisi dengan kandungan pH larutan
hidrothermal tinggi (berkisar 4-6). Pada daerah transisi pH 4-5 akan dijumpai
mineral-mineral kaolin yang mendominasi. Pada suhu <150°C-200°C akan
dijumpai mineral smektit yang terbentuk, sedangkan pada suhu 100°C-200°C
akan dijumpai keterdapan mineral illite-smektit yang inter-layering, mineral
illit akan ditemukan pada kisaran suhu 200°C-250°C, kemudian mineral-
mineral mika berbutir halus pada suhu >200°C-250°C. dan kristal-kristal
kasar mika putih terjadi pada suhu >250°C-300°C
e. Kelompok mineral klorit, terbentuk pada kondisi larutan hidrothermal
memiliki pH netral klorit-karbonat, dengan terjadi adanya transisi dari

3
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

kelompok illit, berupa asosiasi antara mineral klorit dan smektit pada suhu
yang rendah, dan didominasi oleh klorit pada suhu yang lebih tinggi.
f. Kelompok kalksilikat, kelompok ini ditandai dengan hadirnya asosiasi zeolit-
klorit-karbonat pada suhu yang rendah dengan kondisi pH larutan
hidrothermal bersifat alkali netral. Dan pada suhu yang tinggi akan terbentuk
mineral-mineral amfibol sekunder (aktinolit). Zeolit merupakan jenis mineral
yang sensitif terhadap perubahan suhu, pada suhu <150°C-200°C akan
terbentuk mineral-mineral hydrous zeolit (natrolit, kabazit, mordenit, stilbit,
dan heulandit), pada suhu 150°C-200°C muncul mineral berupa laumontit,
pada suhu 200°C-300°C muncul mineral Wairakit yang terbentuk pada
kondisi lebih dalam dan lebih panas dalam sistem hidrothermal. Pada
beberapa sistem hidrothermal lain juga muncul mineral prehnit dan
pumpellite menggantikan epidot (Elders et al.,1982). Epidot terbentuk pada
suhu 180°C-220°C dengan bentuk butiran yang buruk, dan pada suhu
>220°C-250°C akan membentuk butir mineral yang baik. Amfibol sekunder
(utamanya aktinolit) terbentuk pada sistem hidrothermal aktif yang stabil
pada suhu berkisar >280°C-300°C (Leach et al.,1983). Biotit dapat ditemukan
pada zona bersuhu >300°C-325°C dan juga lingkungan porfiri. Lingkungan
sistem porfiri aktif ditandai dengan hadirnya mineral-mineral seperti
klinopiroksen (>300°C) dan garnet (>325°C-350°C).
g. Fase mineral-mineral lain, kelompok ini terdiri dari kehadiran mineral-
mineral karbonat yang terbentuk pada wilayah pH dan temperatur yang luas
(pH >4). Mineral-mineral ini berasosiasi dengan mineral illit, kaolin, klorit
dan fase kalk-silikat. Mineral-mineral Feldspar yang berasosiasi dengan
mineral klorit dan fase mineral kalk-silikat. Mineral-mineral feldspar
sekunder seperti albit dapat terbentuk pada kondisi pH alkali netral dengan
kandungan aNa+/aK+ tinggi sedangkan potasium feldspar terbentuk jika
kandungan rasio aNa+/aK+ rendah. Mineral-mineral sulfida terbentuk hampir
pada semua kisaran suhu dan pH. Dimana alunit akan terbentuk pada pH
rendah (<3-4) dan anhydrit pada pH yang lebih tinggi, dan suhu lebih tinggi
dari 100-150°C dan gypsum terbentuk pada suhu yang lebih rendah.

4
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Gambar 1. Stabilitas suhu dari mineral-mineral hidrothermal di lingkungan epithermal


(Reyes dan Gigenbach, 1992)

Alterasi dan mineral-mineral ubahan

Alterasi merupakan kenampakan perubahan komponen batuan berupa


mineral secara fisik dan kimia yang terdapat pada sekitar urat atau gangue.
Hasil alterasi dinding batuan bergantung kepada beberapa faktor yaitu:
1. Karakter dari batuan dinding
2. Karakter dari fluida yang menginvansi
3. Suhu dan tekanan ketika proses alterasi tersebut bekerja.
Selama proses alterasi terjadi terdapat beberapa jenis reaksi kimia yang terjadi
yaitu :
a. Hidrolisis; perpindahan molekul air dari fluida ke dalam mineral.
b. Hidrasi-dehidrasi; perpindahan molekul air pada mineral ke dalam fluida.
c. Metasomatisme alkali dan alkali tanah; merupakan reaksi aktif antara
fluida dengan batuan dan mineral yang mengakibatkan terjadinya
pengurangan atau penambahan unsur pada batuan dan mineral tersebut.
d. Dekarbonasi; merupakan reaksi yang terjadi pada pusat area skarn,
dimana mineral-mineral karbonat (kalsit atau dolomit) tergantikan oleh

5
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

mineral-mineral silika dan mengalami kombinasi dengan komponen-


komponennya
e. Silisifikasi; merupakan penambahan mineral silika ke dalam batuan
seperti penambahan mineral kalsedon, opal, atau jasper
f. Silisikasi; penggantian mineral-mineral pada batuan oleh mineral silika
g. Reduksi-oksidasi; merupakan reaksi penting yang berpengaruh terhadap
kandungan ferri-ferrous iron, dan mineralogi sulfur dan ikatan lainnya.
Reaksi ini juga berpengaruh pada sistem yang bereaksi dengan
kandungan unsur vanadium, uranium, mangan dan pasangan-pasangan
redoks lainnya.
h. Reaksi-reaksi lainnya seperti karbonatisasi, desulfidasi, sulfidasi dan
fluoridasi.
Terdapat berbagai macam pembagian dari jenis-jenis alterasi yang terjadi di
batuan, pembagian ini didasari oleh asosiasi mineral-mineral ubahan yang
terbentuk pada zona laterasi tersebut. Adapun pembagian alterasi menurut
Guilbert (1986) berdasarkan pembagian oleh Meyer dan Hemley (1967) yaitu:
1. Potassik, dikenal juga dengan istilah alterasi biotit-ortoklas, ditemukan
adanya kandungan K-silikat. Terdapat pembentukan K-feldspar bersama
atau tanpa kandungan biotit dan serisit, umumnya disertai dengan sisa
kandungan kalsium-garam dalam aksesoris mineral seperti anhydrit
[CaSO4], apatit [(Ca,Mg,Fe)CO3], fluorit [CaF2], kalsit atau sideromagnesio
kalsit, kalkopirit, molibdenit, pirit, magnetit, atau hematit. Pada alterasi ini
ditemukan adanya penambahan kandungan potash seperti yang terdapat
pada K-feldspar. Ditemukan adanya penggantian kandungan hornblenda
atau klorit oleh biotit dan plagioklas K-Fledspar.

6
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Gambar 2. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe potasik yang ditandai adanya kehadiran K-
feldspar dan biotit (dari http: pangea.stanford.edu/research/ODEX/kurt-gsn.html
abyss.elte.hu)

2. Propilitik, merupakan jenis alterasi yang terjadi dengan menghasilkan


kehadiran mineral-mineral seperti epidot, klorit, dan karbonat yang
menggantikan komposisi mineral plagioklas serta hornblenda-biotit
(klorit, montmorilonit, dan epidot) pada batuan. Terkadang dijumpai
adanya kehadiran K-felspar seperti albit. Terjadi juga proses
metasomatisme pada kandungan alkali-alkali tanah atau proses peluluhan
(leacing) yang tidak berpengaruh.
3. Alterasi filik atau serisitik, merupakan alterasi yang didominasi oleh
serisit pilosilikat, sebuah nama yang diberikan karena terdapatnya
asosiasi dengan mineral-mineral mika berbutir halus seperti muskovit,
hydromika, dan phengite. Semua mineral-mineral asli di batuan seperti
feldspar, mika dan mineral mafik terubah menjadi mineral serisit dan
kuarsa. Dijumpai kehadiran mineral aksesoris minor seperti pirit, klorit,
leukoksen, rutil yang terbentuk dari titanium biotit, serta sphene dan
mineral aksesoris lainnya. Terdapat tambahan mineral biotit atau biotit-
klorit yang tidak dibarengi dengan kehadiran K-feldspar. Tipe alterasi
tersebut dapat dijumpai dengan batuan asal seperti batuan andesit mafik
pada sistem porfiri

Gambar 3. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe propilitik yang ditandai adanya kehadiran
klorit, kalsit dan epidot (dari http: www.unituebingen.de/uni/emi/agarkl/pages
/research/pages/hornberg/hornberg.html)

7
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Gambar 4. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe filik yang ditandai adanya kehadiran klorit
dan muskovit (dari http: www.unituebingen.de/uni/emi/agarkl/pages
/research/pages/hornberg/hornberg.html)

4. Argilik, alterasi yang terdiri dari kumpulan mineral-mineral ubahan


berupa kaolin yang berasal dari plagioklas dan montmorilonit yang
berasal dari amfibol dan plagioklas. Terdapat K-fledspar yang tidak
berpengaruh, terjadi peluluhan kandungan alkali-alkali tanah dalam
jumlah yang besar. Alterasi ini terjadi pada suhu yang rendah dan rendah
perbandingan rasio K+/H-.

Gambar 5. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe argilik yang ditandai adanya kehadiran
montmorilonit dan kaolin (dari http: pangea.stanford.edu/research/ODEX/kurt-gsn.html
abyss.elte.hu)

8
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

5. Argilik lanjut, menunjukkan adanya pebandingan rasio K +/H+ dan


Na+/H+ yang rendah dan terbentuk pada kondisi asam yang tinggi
dengan fluida yang kaya akan kandungan H +. Peluluhan yang kuat
terhadap semua kandungan alkali terjadi. Pada suhu tinggi berkisar
300°C, terbentuk mineral-mineral pyrofilit, pyrofilit-andalusit, pada suhu
yang lebih rendah akan terbentuk mineral kaolin atau dickit dalam jumlah
banyak. Kuarsa melimpah dan alunit, topaz, zunyite, turmalin dan hidro-
kloro-fluor-boro-aluminosilika lainnya juga terbentuk. Distribusi dari
argilik lanjut kurang beraturan daripada tipe alterasi lainnya tetapi umum
dijumpai pada daerah yang mengalami mineralisasi.

Gambar 6. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe argilik lanjut pada batuan (dari
http://www.ppmpng.com/gallery.html )

9
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

6. Greisen hampir sama dengan argilik lanjut atau filik tetapi menunjukkan
lebih banyak kandungan serisit atau muskovit dan tidak adanya
kehadiran pyrofilit. Kuarsa, muskovit dan topaz mendominasi dengan
turmalin, fluorit, rutil, kasiterit, wolframit dan magnetit sebagai mineral
aksesoris umum.
7. Skarn merupakan asosiasi dari kandungan silika yang kaya akan besi dan
memiliki kandungan kalsium, alterasi ini mengandung amfibol, piroksen,
garnet, epidot-zoisit, dan piroksenoid yang menggantikan batugamping
atau dolomit. Umumnya terdapak kandungan silika, aluminium, besi dan
magensium dalam jumlah yang melimpah.

Gambar 7. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe Greisen pada batuan dengan kehadiran
mineral muskovit (dari http: www.unituebingen.de/uni/emi/agarkl/pages
/research/pages/hornberg/hornberg.html).

10
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Gambar 8. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe skarn pada batugamping atau dolomit
dengan mineral sekunder yang hadir sfalerit, garnet, dan pirit (dari
http://gsc.nrcan.gc.ca/mindep/photolib/porph/babine/index_e.php).

Tabel 1. kelimpahan mineral-mineral alterasi (termasuk mineral penciri jenis alterasi) dan
lingkungan pembentukannya (Thompson et al., 1996)

11
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

12
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

13
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

14
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

15
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

16
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

17
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Gambar 9. klasifikasi jenis alterasi menurut Meyer dan Hemley, (1967) dalam Guibert (1986)
Keterangan A menunjukkan kandungan Al2O3, K menunjukkan kandungan sodium dan potasium, F
menunjukkan kandungan besi dan magnesium, C menunjukkan kandungan kalsium.

Tabel 2. Klasifikasi jenis alterasi jenis aluminosilikat pada batuan vulkanik,


sedimen dan metamorf (Meyer dan Hemley, 1967)
Jenis alterasi Mineral-mineral Mineral-mineral suhu Kimia Fluida

18
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

kunci aksesoris
Argilik Smektit atau Sulfida, zeolit, <200°C Kondisi pH netral, aCa+/aH+
perlapisan antara kuarsa, kalsit moderat
smektit-illit
Sersitik Serisit (illit) dan Sulfida, oksida, >220°C pH netral tetapi kandungan
+ +
kuarsa kaolinit (minor) aH /aK meningkat

Propilitik Epidot Klorit, illit dan 250°C pH netral kandungan


+ +
sulfida aCa /zH relatif tinggi

Propilitik Epidot dan aktinolit Klorit dan illit 300°C pH netral kandungan
+ +
Dalam aCa /zH relatif tinggi

Potasik Biotit, K- Epidot, klorit, 320°C pH netral kandungan aK+/aH+


feldspar,magnetit muskovit relatif tinggi
Argilik lanjut Kaolinit, dan Alunit Kalsedon, 180°C Kondisi pH asam
(temperatur kristobalit,
rendah) kuarsan dan pirit
Argilik lanjut Pyropilit, diaspor, Kuarsa, sulfida, Umumnya Kondisi pH asam
(temperatur dan andalusit turmalin, enargit, 250°C,
tinggi) lurzonit terkadang
mencapai
>320°C
(andalusit
)

D. Deskripsi Alterasi Hidrothermal

Dalam pengamatan alterasi hidrothermal pada batuan terdapat beberapa


komponen yang harus diamati yaitu :
1. Warna batuan,
2. Tekstur batuan
- Meliputi tekstur asli batuan (jika teramati)
- Tekstur karena proses alterasi (Bastin, 1953) yaitu
a. Tekstur Pengganti Pseudomorfik
Pseudomorfisme merupakan kehadiran mineral atau agregat mineral
sekunder pada batuan teralterasi dengan tekstur yang menunjukkan
kondisi batuan asal baik berupa tekstur mineral atau fosil yang
menyusun batuan serta struktur dari batuan tersebut yang masih
terekam dengan baik sesudah mengalami alterasi. Pseudomorfisme
terbentuk dari hasil pelarutan mineral atau agregat mineral dan
terendapkan mineral-mineral sekunder pada tempat mineral tersebut.

19
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Tekstur ini menunjukkan bahwa proses alterasi tidak merubah seluruh


komponen batuan
Kenampakan tekstur pseudomorf pada batuan teralterasi yang dapat
dijumpai yaitu:
1. Dalam mineral dengan bentuk batas-batas kristal, belahan kristal,
bidang kembaran kristal.
2. Pada batuan beku dapat berupa kenampakan garis-garis aliran,
bentuk, ukuran dan pola butiran, atau tekstur porfiri.
3. Pada batuan sedimen berupa bidang perlapisan, silang siur,
struktur stylolitic, bentuk, ukuran dan pola butir, oolite, dan
struktur organik.
4. Pada batuan metamorf seperti tekstur sekistosik
b. Tekstur transecting atau silang potong
Tekstur ini menunjukkan tidak adanya tektur sisa dari batuan asal,
karena mineral-mineral sekunder terbentuk
memotong/menghilangkan kenampakan karakteristik batuan asal.
Contohnya sepert perkembangan pirit pada batuan sekis, dimana pirit
tersebut tumbuh tidak mengikuti pola butir mineral pada batu sekis
tetapi langsung tumbuh di tengah-tengah tubuh batuan sekis, sehingga
menghilangkan tekstur asli batuan tersebut. Begitu juga dengan
struktur transected berupa kenampakan pergantian struktur-struktur
batuan asal oleh pertumbuhan mineral sekunder contohnya pola
butiran kristal pada batuan beku, sturktur berlapis pada batuan
sedimen, struktur aliran, dan struktur organisme.
Menurut Bastin (1931) dan Schouten (1934), dalam Guilbert (1986) jenis-jenis
tekstur tersebut meliputi tekstur megaskopis dan mikroskopis. Tetapi secara umum
tekstur tersebut dapat digunakan pada pengamatan megaskopis di lapangan.
Adapun jenis-jenis

tektur yang dapat dijumpai pada batuan teralterasi sebagai berikut:

20
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

N Gambar Tekstur
o

21
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

1. Pseudomorph, merupakan tekstur yang menunjukkan


tekstur asal batuan atau mineral masih bertahan dan
dapat dilihat. Bertahannya tekstur asli batuan baik
batuan beku, sedimen dan metamorf serta fosil dalam
batuan disebut dengan pseudomorfik. Pada gambar
disamping terlihat mineral bementit telah
menggantikan sebagian tubuh kristal kalsit

2. Pengisian rekahan secara luas, pada massa


mineral/batuan yang tidak beraturan dimana sebuah
rekahan memotong batuan/mineral yang bersifat
reaktif. Sebagai contoh pada gambar di samping
terjadi rekahan yang memotong mineral kovellit (cv)
disertai pengisian mineral-mineral digenit (di) dan
mineral kalkopirit (cp) dimana mineral kalkopirit
telah menggantikan sebagian mineral kovellit.

3. Pertumbuhan irregular atau vermicular, pada tempat


yang luas sepanjang rekahan atau pada batas-batas
butiran yang tidak berhubungan dengan arah
kristalografi. Hanya pada pertumbuhan irregular
yang tidak berarah yang dapat diinterpretasikan
sebagai bagian yang mengalami proses penggantian.
Pada gambar disamping ditandai oleh tergantikannya
mineral argentit (Ag) oleh mineral skutterudit (sk)
dan nikkolit (ni). Dimana nikolit merupakan produk
reaksi pertengahan proses alterasi.
4. Pulau-pulau dari tubuh mineral asli atau dinding
batuan yang tidak terganti. Terlihat adanya mineral-
mineral yang terisolasi dengan mineral-mineral
lainnya. Pada gambar di samping ditunjukkan oleh
sisa-sisa mineral pirit (py) yang tergantikan oleh
mineral bornit (bn), sedangkan mineral kalkopirit (cp)
merupakan produk alterasi pertengahan.
5. Permukaan cekung ke arah mineral induk/mineral
asal. Pada tekstur ini terlihat adanya pergantian
mineral yang disebabkan difusi ion dan
mengakibatkan proses penggantian mineral memiliki
kenampakan seperti gigitan terhadap mineral-mineral
asal. Pada gambar di samping ditunjukkan oleh
mineral kalkopirit (cp) yang telah menggantikan
mineral tetrahedrit (tt).

22
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

6. Dinding-dinding yang tidak berpasangan atau


batas-batas dari rekahan, jika pergantian terjadi di
luar dari pusat rekahan. Sisi depan dari bagian yang
berlawanan tidak akan memiliki kesamaan dengan
sisi satunya. Pada gambar di samping ditunjukkan
oleh tanda panah dan garis-garis putus yang melalui
rekahan.

7. Pinggir suatu mineral menembus sisi bagian


mineral lainnya. Proses penggantian mungkin terjadi
pada sisi luar suatu rekahan kecil atau dari tepi
butiran mineral tetapi sudah mempunyai pola
lajnjutan di sepanjang belahan. Pada gambar di
samping terlihat mineral bornit (bn) telah
menggantikan mineral kalkopirit (cp) pada rekahan-
rekahan kecil di tubuh mineral kalkopirit.
8. Orientasi fragmen-fragmen tidak saling menyokong.
Pada gambar ditunjukkan oleh fragmen-fragmen
mineral tetrahedrit (tt) yang beraturan di dalam tubuh
mineral kalkopirit (cp) yang menggantikan mineral
tetrahedrit (tt)

9. Asosiasi mineral selektif, merupakan kenampakan


penggantian mineral secara kimiawi dengan pilihan
asosiasi miineral yang terpilih, jika terjadi perubahan
kimia maka akan mempengaruhi komponen
pasangan mineral-mineralnya. Contohnya seperti
rasio perbandingan mineral kalkopirit dengan bornit
yang dipengaruhi oleh kandungan Cu/Fe. Pada
contoh gambar ditunjukkan pergantian mineral
galena (gn) dengan mineral gratonit (gt) Hal ini
dipengaruhi oleh kandungan arsenik yang meningkat.
10. Mineral-mineral yang lebih muda tumbuh di dalam
struktur yang lebih tua, kehadiran suatu mineral
seperti metablast yang tumbuh dan mengganggu
struktur berlapis pada batuan yang merupakan

23
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

struktur asli pada batuan tersebut.


11. Fasies mineral yang lebih muda terendapkan
dengan hubungan yang tidak teramati terhadap
batas butir atau rekahan-rekahan mikro serta bidang
belahan mineral yang tua di batuan. Jika larutan yang
mengandung mineral masuk ke dalam rekahan-
rekahan kecil , maka mineral-mineral baru akan
tumbuh melintang terhadap rekahan dan menonjol
terhadap dinding batuan. Pada gambar di samping
ditunjukkan oleh mineral pirit (py) yang terletak di
antara siderit (sid) dan galena (gn) dengan batas yang
tidak teramati. Mineral pirit akan menggantikan
kedua mineral tersebut.
12. Perbedaan ukuran mineral yang satu terhadap yang
lain. Jika ditemukan adanya mineral berukuran besar
diantara mineral-mineral berukuran kecil begitu jug
sebaliknya mengindikasikan adanya perbedaan
proses pembentukan mineral yang memungkinkan
memuat penggantian mineral.
13. Mineral yang terendapkan secara jelas di sepanjang
zona yang telah mengalami alterasi lanjut. Jika
deposisi merupakan proses pengisian rekahan, maka
mineral-mineral bijih akan secara tiba-tiba berhenti
terendapkan terhadap dinding batuan.
14. Hadirnya sebuah sekuen pengendapan yang
menjadikan mineral-mineral memiliki kandungan
yang lebih kaya dalam satu tubuh. Pada gambar
ditunjukkan dengan kehadiran mineral bornit (bn)
pada mineral kalkosit (cc) yang juga ditumbuhi oleh
kehadiran mineral-mineral kalkopirit (cp) yang
mengakibatkan perbandingan kandungan tembaga
terhadap besi mencapai 1-5-∞ dan perbandingan
metal terhadap sulfur menjadi 1-1.5-2.

15. Akhir pembentukan kristal yang berlipat ganda. Jika


suatu mineral tumbuh pada suatu rekahan terbuka
maka akan berkembang bidang-bidng kristal hanya
pada fase akhir yang bebas. Tekstur ii terbentuk
dalam jumlah terbatas dan hanya dijumpai pada
proses pembekuan magma. Sedangkan dalam
pengisian rekahan proses ini terjadi pada rekahan-
rekahan yang tidak umum.

24
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

16. Batas-batas bergradasi, proses ini terjadi pada saat


terjadi kontak antara dinding batuan dengan tubuh
bijih mineral secara tiba-tiba atau bertahap.
17. Sisa mineral-mineral resisten, kenampakan mineral
yang bertahan walaupun mineral-mineral lainnya
telah tergantikan selama reaksi antara larutan
hidrothermal dengan dinding batuan berlangsung.
Contohnya seperti zirkon dan apatit yang ditemukan
dalam tubuh sulfida mineral bijih. Walaupun mineral-
mineral asli penyusun batuan lainnya telah
tergantikan oleh mineral baru.
18. Tidak ada perubahan posisi yang terjadi dari
pemotongan oleh rekahan yang sejajar. Ketika
sebuah urat terbuka secara lateral maka akan
terbentuk rekahan yang tidak menggeser posisi tubuh
urat sebelumnya. Proses penggantian mineral hanya
terjadi pada bidang rekahan baru tersebut. Pada
contoh gambar di samping ditunjukkan oleh
pertumbuhan urat mineral argentit (Ag) di dalam
gang skutterudit (sk) yang memotong suatu kekar di
dalam tubuh mineral kalsit (cal). Dimana titik A-B
tetap menerus ke bagian C
19. Tidak terjadi pergeseran sepanjang perpotongan
rekahan. Pergerakan di sepanjang pergeseran saluran
baik planar maupun berpotongan memberikan
kenampakan perpotongan yang menyerong,
walaupun rekahan-rekahan tersebut terbentuk tidak
dalam waktu bersamaan. Setiap rekahan akan
mengalami penambahan luas akibat adanya
pergantian di sepanjang dindingnya dan cenderung
akan memotong satu sama lainnya tetapi tidak
merubah rangkaian perpotongannya. Ditunjukkan
oleh mineral kalkopirit (cp) terhadap mineral siderit
(sid) dan tetrahedrit (tt).

3. Mineralogi :
a. Mineral primer (mineral asli batuan, jika teramati)
b. Mineral sekunder (mineral produk alterasi)
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi

25
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

- Mineral-mineral tambahan
4. Kehadiran gangue (pengisian rekahan oleh mineral silika, karbonat atau
sulfida) atau urat (pengisian rekahan oleh gangue dan mineral logam)
(Guibert, 1986).
5. Intensitas alterasi, tingkat alterasi teramati pada batuan (Morrison, 1996).
a. Tidak teralterasi, tidak dijumpai mineral sekunder
b. Lemah, mineral sekunder hadir <25% volume batuan
c. Sedang, mineral sekunder berkisar 25-75% volume batuan
d. Kuat, mineral sekunder hadir >75% volume batuan
e. Sangat kuat, batuan teralterasi keseluruhan, tekstur utama masih dapat
terlihat
f. Total, batuan telah teralterasi lengkap, tekstur utama telah hilang.
6. Ukuran butir (Morrison, 1996)
a. Sangat Halus, <0.05 mm
b. Halus, 0.05-1 mm
c. Sedang, 1-5 mm
d. Kasar, 5-30 mm
e. Sangat kasar, > 30 mm
7. Deskripsi mineralogi
8. Nama batuan asal (jika dapat diamati)
9. Kelimpahan mineral-mineral kunci/penciri alterasi.
10. Nama alterasi (berdasarkan klasifikasi)
11. Interpretasi (himpunan alterasi), kondisi lingkungan alterasi mencakup suhu
dan tingkat keasaman.
12. Efek alterasi (White, 1996):
- Pengaruh yang bekerja pada individual mineral secara selektif
- Pengaruh yang terjadi hanya pada urat dan batasnya
- Pengaruh pada keseluruhan batuan secara pervasive

26
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Referensi
1. Anonim, http://pangea.stanford.edu/research/ODEX/kurt-gsn.html abyss.elte.hu
(diakses pada tanggal 26 april 2010)

2. Anonim, http://gsc.nrcan.gc.ca/mindep/photolib/porph/babine/index_e.php (diakses


pada tanggal 23 april 2010)

3. Anonim,http://www.unituebingen.de/uni/emi/agmarkl/pages/research/pages/hornberg
/honberg.html (diakses pada tanggal 24 april 2010)

4. Bastin, Edson S., 1953, Interpretation of ore textures, Ithaca, New York
5. Corbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure,
alteration, and mineralization . A workshop presented for the Society of Exploration
Geochemists at Townville, 145pp.

6. Guilbert, J., M., Charles F.P. Jr. 1986. The geology of ore deposits. Freeman, New York, 985pp.
7. Hedenquist, J.W. dan Houghton, B. F. 1996. Epithernal gold mineralisation and its volcanic
environments , 50, Elsevier, Amsterdam, 423pp.

8. Morrison, Kingston, 1996, Magmatic-related hydrothermal system, short course manual,


Australia.

9. Reyes,A. G., dan Giggenbach, W. F., 1992, Petrology and fluid chemistry of magmatic-
hydrothermal systems in the Phillipines, In : Y.K. Kharaka dan A. S. Maest (Editors) Water
rock Interaction. Proceedings of the 7th International Sympossium on Water-Rock Interaction, Park
City, USA, Balkema, Rotterdam, pp, 1341-1344

10. Thompson, A. J. B., dan Thompson J. F. H., 1996, Atlast of alteration “A field and
petrographic guide to hydrothermal alteration minerals”, Geological Association of Canada
Mineral Deposit Divisions. Canada

11. White, Noel,1996, Hydrothermal alteration in porphyry copper system. Unpublished

27
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

LABORATORIUM BAHAN GALIAN


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Alterasi Nama :


Hidrothermal
NIM :
No. Peraga :
Komponen pengamatan Keterangan
1. Warna batuan
2. Tekstur batuan
3. Mineralogi Mineral asli :

Mineral Sekunder :
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi

Mineral-mineral tambahan

4. Kehadiran urat
5. Intensitas alterasi,
tingkat alterasi teramati
pada batuan.

6. Ukuran butir
7. Deskripsi mineralogi Mineral asli

28
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Mineral Sekunder
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi

Mineral-mineral tambahan

8. Nama batuan asal


9. Kelimpahan mineral-
mineral kunci/penciri
alterasi.
10. Tipe alterasi
11. Interpretasi kondisi
lingkungan alterasi
12. Efek alterasi

29
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Contoh cara pendeskripsian peraga Alterasi:


LABORATORIUM BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Alterasi Nama : Afgan


Hidrothermal
NIM : 39999
No. Peraga : Al 1
Komponen pengamatan Keterangan
1. Warna batuan Batuan ini berwarna abu-abu
2. Tekstur batuan Tekstur batuan asli tekstur porfiro-afanitik
Tekstur hasil alterasi hidrothermal pseudomorfik porfiro
afanitik dari batuan beku
3. Mineralogi Mineral asli : plagioklas, biotit dan mineral mafik

Mineral Sekunder :
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
ortoklas, biotit, magnetit dan plagioklas

Mineral-mineral tambahan
-
4. Kehadiran urat Terdapat kehadiran gangue pada tubuh batuan
5. Intensitas alterasi, tingkat Intensitas alterasi pada batuan ini sedang karena mineral
alterasi teramati pada sekunder yang terbentuk berkisar 25-75% dari volume
batuan. batuan

6. Ukuran butir Secara keseluruhan ukuran butir mineral penyusun batuan


ini berukuran sangat halus-sedang (<0.05-2 mm)
7. Deskripsi mineralogi Mineral asli
Fenokris
- Biotit berwarna hitam dengan kilap seperti tanah

30
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

memiliki bentuk euhedral dengan ukuran 0.5-1 mm


kelimpahan 5 %.
- Plagioklas berwarna putih dengan kilap seperti kaca
memiliki bentuk prismatik euhedral dengan ukuran 1-2
mm kelimpahan 10%.
Matriks
- Mineral-mineral mafik berwarna abu-abu dengan kilap
seperti tanah memiliki bentuk tidak teramati dengan
ukuran <0.5 mm kelimpahan 25 %.

Mineral Sekunder
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
- Ortoklas berwarna putih dengan kilap seperti kaca
memiliki bentuk euhedral melembar dengan ukuran 2
mm kelimpahan 20 %.
- Plagioklas berwarna abu-abu dengan kilap seperti tanah
memiliki bentuk subhedral-anhedral melembar dengan
ukuran 1 mm kelimpahan 15%.
- Biotit berwarna hitam kehijauan dengan kilap seperti
tanah memiliki bentuk subhedral melembar dengan
ukuran 0.5-1 mm kelimpahan 15 %.
- Magnetit berwarna hitam dengan kilap logam memiliki
bentuk kubik euhedral melembar dengan ukuran 0.5-1
mm kelimpahan 10%.

8. Nama batuan asal Andesit porfiri (klasifikasi Fenton, 1940)


9. Kelimpahan mineral- ortoklas, biotit, magnetit dan plagioklas
mineral kunci/penciri
alterasi.
10. Tipe alterasi Alterasi Potasik (klasifikasi Meyer dan Hemley, 1967, dan
Thompson et al., 1996)
11. Interpretasi kondisi Umumnya terbentuk pada endapan deposit porfiri, secara
lingkungan alterasi partikular memiliki tubuh batuan induk yang diintrusi
oleh magma yang bersifat lebih mafik (diorit, monzonit,
granodiorit) dengan tubuh batuan induk berupa batuan
intermediet. Dengan suhu pembentukan 320°C dan
kandungan pH fluida hidrothermal netral rasio aK+/aH+
relatif tinggi

12. Efek alterasi Pengaruh pada keseluruhan batuan secara pervasive

31
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan

Gambar 10. contoh peraga Al 1

32

Anda mungkin juga menyukai