Alterasi Batuan
BAB I
ALTERASI BATUAN
A. Pendahuluan
Rasio fluida dan batuan sangat penting dalam memahami intensitas alterasi
hidrothermal pada batuan. Jika jumlah fluida yang kontak terhadap batuan sedikit
maka perubahan kimia yang terjadi pada mineral-mineral penyusun batuan sedikit,
penambahan fluida hanya berfungsi untuk membentuk mineral-mineral hidrous
(klorit, serisit dan lain sebagainya) serta penambahan CO 2 minor untuk membentuk
mineral-mineral karbonat, tetapi tidak terjadi metasomatisme mayor pada batuan.
Hal ini juga dipengaruhi oleh komposisi batuannya.
1
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
2
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
3
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
kelompok illit, berupa asosiasi antara mineral klorit dan smektit pada suhu
yang rendah, dan didominasi oleh klorit pada suhu yang lebih tinggi.
f. Kelompok kalksilikat, kelompok ini ditandai dengan hadirnya asosiasi zeolit-
klorit-karbonat pada suhu yang rendah dengan kondisi pH larutan
hidrothermal bersifat alkali netral. Dan pada suhu yang tinggi akan terbentuk
mineral-mineral amfibol sekunder (aktinolit). Zeolit merupakan jenis mineral
yang sensitif terhadap perubahan suhu, pada suhu <150°C-200°C akan
terbentuk mineral-mineral hydrous zeolit (natrolit, kabazit, mordenit, stilbit,
dan heulandit), pada suhu 150°C-200°C muncul mineral berupa laumontit,
pada suhu 200°C-300°C muncul mineral Wairakit yang terbentuk pada
kondisi lebih dalam dan lebih panas dalam sistem hidrothermal. Pada
beberapa sistem hidrothermal lain juga muncul mineral prehnit dan
pumpellite menggantikan epidot (Elders et al.,1982). Epidot terbentuk pada
suhu 180°C-220°C dengan bentuk butiran yang buruk, dan pada suhu
>220°C-250°C akan membentuk butir mineral yang baik. Amfibol sekunder
(utamanya aktinolit) terbentuk pada sistem hidrothermal aktif yang stabil
pada suhu berkisar >280°C-300°C (Leach et al.,1983). Biotit dapat ditemukan
pada zona bersuhu >300°C-325°C dan juga lingkungan porfiri. Lingkungan
sistem porfiri aktif ditandai dengan hadirnya mineral-mineral seperti
klinopiroksen (>300°C) dan garnet (>325°C-350°C).
g. Fase mineral-mineral lain, kelompok ini terdiri dari kehadiran mineral-
mineral karbonat yang terbentuk pada wilayah pH dan temperatur yang luas
(pH >4). Mineral-mineral ini berasosiasi dengan mineral illit, kaolin, klorit
dan fase kalk-silikat. Mineral-mineral Feldspar yang berasosiasi dengan
mineral klorit dan fase mineral kalk-silikat. Mineral-mineral feldspar
sekunder seperti albit dapat terbentuk pada kondisi pH alkali netral dengan
kandungan aNa+/aK+ tinggi sedangkan potasium feldspar terbentuk jika
kandungan rasio aNa+/aK+ rendah. Mineral-mineral sulfida terbentuk hampir
pada semua kisaran suhu dan pH. Dimana alunit akan terbentuk pada pH
rendah (<3-4) dan anhydrit pada pH yang lebih tinggi, dan suhu lebih tinggi
dari 100-150°C dan gypsum terbentuk pada suhu yang lebih rendah.
4
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
5
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
6
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
Gambar 2. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe potasik yang ditandai adanya kehadiran K-
feldspar dan biotit (dari http: pangea.stanford.edu/research/ODEX/kurt-gsn.html
abyss.elte.hu)
Gambar 3. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe propilitik yang ditandai adanya kehadiran
klorit, kalsit dan epidot (dari http: www.unituebingen.de/uni/emi/agarkl/pages
/research/pages/hornberg/hornberg.html)
7
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
Gambar 4. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe filik yang ditandai adanya kehadiran klorit
dan muskovit (dari http: www.unituebingen.de/uni/emi/agarkl/pages
/research/pages/hornberg/hornberg.html)
Gambar 5. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe argilik yang ditandai adanya kehadiran
montmorilonit dan kaolin (dari http: pangea.stanford.edu/research/ODEX/kurt-gsn.html
abyss.elte.hu)
8
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
Gambar 6. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe argilik lanjut pada batuan (dari
http://www.ppmpng.com/gallery.html )
9
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
6. Greisen hampir sama dengan argilik lanjut atau filik tetapi menunjukkan
lebih banyak kandungan serisit atau muskovit dan tidak adanya
kehadiran pyrofilit. Kuarsa, muskovit dan topaz mendominasi dengan
turmalin, fluorit, rutil, kasiterit, wolframit dan magnetit sebagai mineral
aksesoris umum.
7. Skarn merupakan asosiasi dari kandungan silika yang kaya akan besi dan
memiliki kandungan kalsium, alterasi ini mengandung amfibol, piroksen,
garnet, epidot-zoisit, dan piroksenoid yang menggantikan batugamping
atau dolomit. Umumnya terdapak kandungan silika, aluminium, besi dan
magensium dalam jumlah yang melimpah.
Gambar 7. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe Greisen pada batuan dengan kehadiran
mineral muskovit (dari http: www.unituebingen.de/uni/emi/agarkl/pages
/research/pages/hornberg/hornberg.html).
10
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
Gambar 8. contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe skarn pada batugamping atau dolomit
dengan mineral sekunder yang hadir sfalerit, garnet, dan pirit (dari
http://gsc.nrcan.gc.ca/mindep/photolib/porph/babine/index_e.php).
Tabel 1. kelimpahan mineral-mineral alterasi (termasuk mineral penciri jenis alterasi) dan
lingkungan pembentukannya (Thompson et al., 1996)
11
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
12
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
13
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
14
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
15
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
16
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
17
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
Gambar 9. klasifikasi jenis alterasi menurut Meyer dan Hemley, (1967) dalam Guibert (1986)
Keterangan A menunjukkan kandungan Al2O3, K menunjukkan kandungan sodium dan potasium, F
menunjukkan kandungan besi dan magnesium, C menunjukkan kandungan kalsium.
18
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
kunci aksesoris
Argilik Smektit atau Sulfida, zeolit, <200°C Kondisi pH netral, aCa+/aH+
perlapisan antara kuarsa, kalsit moderat
smektit-illit
Sersitik Serisit (illit) dan Sulfida, oksida, >220°C pH netral tetapi kandungan
+ +
kuarsa kaolinit (minor) aH /aK meningkat
Propilitik Epidot dan aktinolit Klorit dan illit 300°C pH netral kandungan
+ +
Dalam aCa /zH relatif tinggi
19
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
20
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
N Gambar Tekstur
o
21
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
22
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
23
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
24
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
3. Mineralogi :
a. Mineral primer (mineral asli batuan, jika teramati)
b. Mineral sekunder (mineral produk alterasi)
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
25
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
- Mineral-mineral tambahan
4. Kehadiran gangue (pengisian rekahan oleh mineral silika, karbonat atau
sulfida) atau urat (pengisian rekahan oleh gangue dan mineral logam)
(Guibert, 1986).
5. Intensitas alterasi, tingkat alterasi teramati pada batuan (Morrison, 1996).
a. Tidak teralterasi, tidak dijumpai mineral sekunder
b. Lemah, mineral sekunder hadir <25% volume batuan
c. Sedang, mineral sekunder berkisar 25-75% volume batuan
d. Kuat, mineral sekunder hadir >75% volume batuan
e. Sangat kuat, batuan teralterasi keseluruhan, tekstur utama masih dapat
terlihat
f. Total, batuan telah teralterasi lengkap, tekstur utama telah hilang.
6. Ukuran butir (Morrison, 1996)
a. Sangat Halus, <0.05 mm
b. Halus, 0.05-1 mm
c. Sedang, 1-5 mm
d. Kasar, 5-30 mm
e. Sangat kasar, > 30 mm
7. Deskripsi mineralogi
8. Nama batuan asal (jika dapat diamati)
9. Kelimpahan mineral-mineral kunci/penciri alterasi.
10. Nama alterasi (berdasarkan klasifikasi)
11. Interpretasi (himpunan alterasi), kondisi lingkungan alterasi mencakup suhu
dan tingkat keasaman.
12. Efek alterasi (White, 1996):
- Pengaruh yang bekerja pada individual mineral secara selektif
- Pengaruh yang terjadi hanya pada urat dan batasnya
- Pengaruh pada keseluruhan batuan secara pervasive
26
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
Referensi
1. Anonim, http://pangea.stanford.edu/research/ODEX/kurt-gsn.html abyss.elte.hu
(diakses pada tanggal 26 april 2010)
3. Anonim,http://www.unituebingen.de/uni/emi/agmarkl/pages/research/pages/hornberg
/honberg.html (diakses pada tanggal 24 april 2010)
4. Bastin, Edson S., 1953, Interpretation of ore textures, Ithaca, New York
5. Corbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure,
alteration, and mineralization . A workshop presented for the Society of Exploration
Geochemists at Townville, 145pp.
6. Guilbert, J., M., Charles F.P. Jr. 1986. The geology of ore deposits. Freeman, New York, 985pp.
7. Hedenquist, J.W. dan Houghton, B. F. 1996. Epithernal gold mineralisation and its volcanic
environments , 50, Elsevier, Amsterdam, 423pp.
9. Reyes,A. G., dan Giggenbach, W. F., 1992, Petrology and fluid chemistry of magmatic-
hydrothermal systems in the Phillipines, In : Y.K. Kharaka dan A. S. Maest (Editors) Water
rock Interaction. Proceedings of the 7th International Sympossium on Water-Rock Interaction, Park
City, USA, Balkema, Rotterdam, pp, 1341-1344
10. Thompson, A. J. B., dan Thompson J. F. H., 1996, Atlast of alteration “A field and
petrographic guide to hydrothermal alteration minerals”, Geological Association of Canada
Mineral Deposit Divisions. Canada
27
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
Mineral Sekunder :
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Mineral-mineral tambahan
4. Kehadiran urat
5. Intensitas alterasi,
tingkat alterasi teramati
pada batuan.
6. Ukuran butir
7. Deskripsi mineralogi Mineral asli
28
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
Mineral Sekunder
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Mineral-mineral tambahan
29
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
Mineral Sekunder :
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
ortoklas, biotit, magnetit dan plagioklas
Mineral-mineral tambahan
-
4. Kehadiran urat Terdapat kehadiran gangue pada tubuh batuan
5. Intensitas alterasi, tingkat Intensitas alterasi pada batuan ini sedang karena mineral
alterasi teramati pada sekunder yang terbentuk berkisar 25-75% dari volume
batuan. batuan
30
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
Mineral Sekunder
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
- Ortoklas berwarna putih dengan kilap seperti kaca
memiliki bentuk euhedral melembar dengan ukuran 2
mm kelimpahan 20 %.
- Plagioklas berwarna abu-abu dengan kilap seperti tanah
memiliki bentuk subhedral-anhedral melembar dengan
ukuran 1 mm kelimpahan 15%.
- Biotit berwarna hitam kehijauan dengan kilap seperti
tanah memiliki bentuk subhedral melembar dengan
ukuran 0.5-1 mm kelimpahan 15 %.
- Magnetit berwarna hitam dengan kilap logam memiliki
bentuk kubik euhedral melembar dengan ukuran 0.5-1
mm kelimpahan 10%.
31
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Alterasi Batuan
32